Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS MEKANIK VENTILASI

Dosen Pengampu : Yesi Hasneli, MNS


Program B2019
Kelompok 3 :

Dwi Apri kurniawan 1911165329


Sonny 1911165198
Melati Trysiana Pasaribu 1911166586
Nova Aldevani 1911165455
Novita Dewi 1911165869
Ranny Rahimulyani 1911165873
Nurfadhilatul Alghani 1911166496
Mahdalena 1911166520
Rossa Fitriana 1911165630
Sundari 1911165746
Tia Oktari 1911166451
Rezdika Yolanda 1911166589

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Tuhan yang maha
pemurah, karena berkat kemurahan-NYA makalah ini dapat kami selesaikan sesuai

1
yang diharapkan .dalam makalah ini kami Membahas Asuhan Keperawatan Kritis
Mekanik Ventilasi.
Makalah ini di buat dalam rangka memperdalam pemahaman Asuhan
Keperawatan Kritis Mekanik Ventilasi . Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya
kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih
yang dalam kami sampaikan selaku dosen mata kuliah Keperawatan kritis , dan
rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini .

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat .

Pekanbaru , 21 Oktober 2020

Kelompo
k3

DAFTAR ISI
KATA PENGATAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...................................................................................... 5
B. Rumusan masalah................................................................................. 7
C. Tujuan penulisan................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN
A. Step 1.................................................................................................... 8
B. Step 2.................................................................................................... 11
C. Step 3 ................................................................................................... 12
D. Step 4.................................................................................................... 13
E. Step 5.................................................................................................... 13
F. Step 6 ................................................................................................... 14
1. Definisi ventilasi mekanik
2. Indikasi ventilasi mekanik
3. Tujuan ventilasi mekanik
4. Jenis-jenis ventilasi mekanik
5. Setting ventilasi mekanik
6. Mode-mode ventilasi mekanik
7. Pengaturan pernafasan pasien terpasang ventilasi mekanik
8. Komplikasi ventilasi mekanik
9. Prosedur tetap pemasangan ventilasi mekanik
10. Mekanisme ventilasi mekanik
11. Penyapihan ventilasi mekanik
12. Asuhan keperawatan ventilasi mekanik

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 41

3
B. Saran ................................................................................................ 41
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

4
A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat dan menyentuh


hampir semua bidang kehidupan manusia. Pada akhirnya setiap individu
harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan
teknologi, agar dapat beradaptasi terhadap perkembangan tersebut. Hal ini
juga berlaku untuk profesi keperawatan, khususnya area keperawatan
kritis di ruang perawatan intensif (intensif care unit/ICU).
Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat disana adalah pasien-
pasien yang memerlukan mesin-mesin yang dapat menyokong
kelangsungan hidup mereka, diantaranya mesin ventilator, monitoring,
infus pump, syringe pump, dll. Dengan adanya keadaan tersebut maka
tenaga kesehatan terutama perawat yang ada di ruang perawatan kritis,
seharusnya menguasai dan mampu menggunakan teknologi yang  sesuai
dengan mesin-mesin tersebut, karena perawat yang akan selalu ada di sisi
pasien selama 24 jam.
Pemanfaatan teknologi di area perawatan kritis terjadi dengan dua
proses yaitu transfer dan transform teknologi dari teknologi medis
menjadi  teknologi keperawatan. Tranfer  teknologi adalah pengalihan
teknologi yang mengacu pada tugas, peran atau penggunaan peralatan
yang sebelumnya dilakukan oleh satu kelompok profesional kepada
kelompok yang lain. Sedangkan transform (perubahan) teknologi
mengacu pada penggunaan teknologi medis menjadi bagian dari teknologi
keperawatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan dan
hasil yang akan dicapai oleh pasien. Ventilasi mekanik yang lebih dikenal
dengat ventilator merupakan teknologi medis yang ditransfer oleh dokter
kepada perawat dan kemudian ditransform oleh keperawatan sehingga
menjadi bagian dari keperawatan. Perawat pemula yang pengetahuan dan

5
pengalaman teknologinya masih kurang akan menganggap ventilator
sebagai beban kerja tambahan, karena mereka hanya bisa melakukan
monitoring dan merekam hasil observasi pasien. Sedangkan pada perawat
yang sudah berpengalaman akan memanfaatkan dan menggunakan
ventilator sebagai bagian dari keperawatan untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan kepada pasien di ruang kritis dan akan berdampak
positif terhadap profesi keperawatan.
Ventilator memegang peranan penting dalam keperawatan kritis yang
berperan sebagai pengganti fungsi ventilasi pasien dengan gangguan
fungsi respiratorik. Namun pemasangan ventilator pada pasien seringkali
menyebabkan VAP (Ventilator Assosiated Pneumonia). VAPadalah jenis
infeksi paru-paru yang terjadi pada pasien yang terpasang alat bantu nafas
(ventilator) di rumah sakit selama lebih dari 48 jam. VAP adalah infeksi
yang biasa ditemui dalam situasi perawatan kritis (Dorrie & Patricia,
2013).
Penguasaan terhadap teknologi akan menjadi modal bagi perawat
untuk mengontrol pekerjaannya (Alasad, 2002). Perawat sebagai ujung
tombak pelayanan di rumah sakit khususnya perawat ICU (Intensive Care
Unit) perlu memiliki pemahaman dasar mengenai penggunaan ventilator
mekanik. Pemahaman yang tepat sangat membantu perawat dalam
memberikan pelayanan secara optimal.
Ventilator merupakan alat bantu pernafasan bertekanan negatif atau
positif yang menghasilkan udara terkontrol pada jalan nafas sehingga
pasien mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam
jangka waktu lama. Tujuan dari penggunaan ventilator adalah untuk
mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal agar memenuhi
kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki hipoksemia dan
memaksimalkan transport oksigen (Purnawan,2010).

6
B. Rumusan Masalah
1. Definisi ventilasi mekanik
2. Indikasi ventilasi mekanik
3. Tujuan ventilasi mekanik
4. Jenis-jenis ventilasi mekanik
5. Setting ventilasi mekanik
6. Mode-mode ventilasi mekanik
7. Pengaturan pernafasan pasien terpasang ventilasi mekanik
8. Komplikasi ventilasi mekanik
9. Prosedur tetap pemasangan ventilasi mekanik
10. Mekanisme ventilasi mekanik
11. Penyapihan ventilasi mekanik
12. Asuhan keperawatan ventilasi mekanik

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien kritis
dengan Alat Bantu Ventilasi.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mengetahui Definisi ventilasi mekanik.
b. Mahasiswa mengetahui ventilasi mekanik.
c. Mahasiswa mengetahui Tujuan ventilasi mekanik
d. Mahasiswa mengetahui Jenis-jenis ventilasi mekanik
e. Mahasiswa mengetahui Setting ventilasi mekanik
f. Mahasiswa mengetahui Mode-mode ventilasi mekanik
g. Mahasiswa mengetahui Pengaturan pernafasan pasien terpasang
ventilasi mekanik
h. Mahasiswa mengetahui Komplikasi ventilasi mekanik

7
i. Mahasiswa mengetahui Prosedur tetap pemasangan ventilasi
mekanik
j. Mahasiswa mengetahui Mekanisme ventilasi mekanik
k. Mahasiswa mengetahui Penyapihan ventilasi mekanik
l. Mahasiswa mengetahui Asuhan keperawatan ventilasi mekanik

BAB II
PEMBAHASAN

8
SKENARIO 2

Seorang laki-laki berusia 34 tahun dirawat di ICU karena membutuhkan bantuan


pernafasan melalui ventilasi mekanik. Dari hasil pengkajian didapatkan pasien
terpasang ventilator dengan settingan CPAP/PSV, FiO2 40%, PEEP 5 cm H2O,
tigger 2, RR set total 12x/m, VT 500 ml, I:E rasio 1:2. Pasien terpasang ETT nomor
7,5 dengan kedalaman 22 cm, terpasang oropharingeal airway, terdapat secret pada
ETT dan mulut, frekuensi nafas 28x/menit, Tekanan Darah 90/60 mmHg, MAP 70
mmHg, N 102 x, SaO2 94%, CTR 4 d, Sh 37,8℃, reflex pupil 2/2, kesadaran
somnolen,nafas ronki, perkusi paru sonor,akral dingin, irama pada monitor EKG
Holtur: sinis takikardi. Bunyi jantung 1 dan 2 murni terdengar, bunyi jantung
tambahan. Urin output 1500 cc, intake 1600 cc. hasil analisis gad darah (AGD)
didapatkan pH 7,40, PaCo2 28 mmHg, HcO3 24 mmol/L, PaO2 90 mmHg, SaO2
94%. hasil pemeriksaan laboraturium didapatkan Hb 9,4 g/dl, leokosit 13.000/mm 3,
trombosit 376.000/mm3, Ht 29%. Pasien terpasang NGT, tidak terdapat perdarahan
lambung, tidak terdapat distensi abdomen, peristaltic usus 15x/m. hasil pemeriksaan
X-Ray menunjukkan penumpukan secret. Pasien direncanakan akan dilakukan
weaning ventilator bila TTV stabil dan hasil AGD dalam batas normal.

A. Step I: Terminologi
1. CPAP/PSV
2. Ventilasi mekanik
3. Oropharygeal air way
4. Ventilator
5. Samnolen
6. Ronkhi
7. AGD
8. Saturasi
9. Sonor

9
10. Distensi abdomen
JAWABAN
1. CPAP/PSV
CPAP/PSV adalah Selain ventilator, ada pula alat bantu pernapasan lain yang
disebut dengan continuous positive airway pressure (CPAP). Alat ini
digunakan untuk bayi yang masih bisa bernapas sendiri namun membutuhkan
bantuan.
2. Ventilasi mekanik
Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk
memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan
alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru.
3. Oropharygeal air way
Oropharygeal air way adalah jalan napas oropharyngeal (juga dikenal sebagai
oral airways, OPA atau Guedel pattern airway). Oropharyngeal
airway adalah perangkat medis yang disebut airway adjunct yang digunakan
untuk mempertahankan saluran napas tetap paten (terbuka).
4. Ventilator
Ventilator adalah mesin yang berfungsi untuk menunjang atau membantu
pernapasan.
5. Samnolen
Somnolen (letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
6. Ronkhi
Ronkhi adalah suara napas tambahan bernada rendah sehingga bersifat sonor,
terdengar tidak mengenakkan (raspy), terjadi pada saluran napas besar seperti
trakea bagian bawah dan bronkus utama. Disebabkan karena udara melewati
penyempitan, dapat terjadi pada inspirasi maupun ekspirasi.
7. AGD

10
Analisa gas darah (AGD) atau arterial blood gas (ABG) test adalah tes darah
yang diambil melalui pembuluh darah arteri untuk mengukur kadar oksigen,
karbon dioksida, dan tingkat asam basa (pH) di dalam darah.
8. Saturasi
Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen
dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %. Dalam
kedokteran , oksigen saturasi (SO2), sering disebut sebagai "SATS", untuk
mengukur persentase oksigen yang diikat oleh hemoglobin di dalam aliran
darah.
9. Sonor
Sonor adalah bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.
10. Distensi abdomen
Distensi abdomen adalah kesan secara inspeksi adanya abdomen lebih besar
dari ukuran biasa pada anak. Distensi abdomen mungkin disebabkan oleh
adanya masa abdomen atau oleh karena penumpukan cairan atau gas Distensi
abdomen pada bayi dan anak biasanya merupakan manifestasi suatu penyakit.

B. Step II: Identifikasi Masalah


1. Tingkat settingan ventilator?
2. Berapa nilai normal AGD?
3. Mengapa di kasus tersebut pasien dipasang OPPA?

C. Step III: Curah pendapat


1. Setting ventilator biasanyan berbeda-beda tergantung pasien. Semua ventilator
didisain untuk memonitor komponen2 dari keadaan sistim respirasi pasien.
Beberapa alarm dan parameter yang disetting adalah
a. Pressure : P Plateau < 30 mmHg

11
Pressure limit mengatur/membatasi jumlah pressure/tekanan dari volume
cycled ventilator, sebab pressure yang tinggi dapat menyebabkan
barotrauma.
b. Volume Tidal : 8 – 10 mL/kg
Adalah gas yang diantarkan oleh ventilator ke pasien setiap sekali nafas
c. Frekuensi (RR): 10 – 16 x/m
Adalah jumlah nafas yang diberikan ke pasien setiap menitnya
d. I(Inspirasi) :E(Ekspirasi) ratio : 1 : 2 (Tinsp 1,0 – 1,5 detik)
e. PEEP : 5 cmH2O (4 – 8 cmH2O)
Peep meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting
untuk menungkatkan PaO2 yang refrakter.
f. Trigger : -2 cmH2O
Menetukan jumlah upaya nafas pasien yang diperlukan untuk memulai
inspirasi dari ventilator
g. Fraksi oksigen (FiO2) :21 %- 100%
Adalah jumlah oksigen yang dihantrakan /diberikan ventilator ke pasien
h. Flow rate : 40-100ml/menit
Adalah kecepatan gas untuk menghantarkan tidal volume yang diset.
2. Hasil analisa gas darah dikatakan normal jika: pH darah arteri: 7,38-7,42.
Tingkat penyerapan oksigen (SaO2): 94-100%. Tekanan parsial oksigen
(PaO2): 75-100 mmHg.
3. Mengapa di kasus tersebut pasien dipasang OPPA karena dikasus disebutkan
penumpukan secret dan fumgsi OPPA adalah mempertahankan jalan nafas,
mencegah tergigitnya lidah, memudahkan membersihkan secret.

12
D. Step IV: Mind Mapping

Laki-laki 34 tahun dirawat diruang ICU

Membutuhkan bantian pernafasan melalui ventilasi mekanik

Hasil pengkajian hasil pemeriksaan labor hasil pemeriksaan X-ray

Penumpukan secret
- Terpasang ventilator setting - AGD pH 7,40, PaCo2 28
CPAP/PSV, FiO2 40%, mmHg, HcO3 24 mmol/L,
PEEP 5 cm H2O, tigger 2, PaO2 90 mmHg, SaO2
RR set total 12x/m, VT 500 94%
ml, I:E rasio 1:2 - Hb 9,4 g/dl, leokosit
- Terpasang ETT 13.000/mm3, trombosit
3
- RR 28X, TD 90/60 mmHg, 376.000/mm , Ht 29%
MAP 70 mmHg, N 102 x,
SaO2 94%, CTR 4 d, Sh
37,8℃, reflex pupil 2/2,
kesadaran somnolen,nafas
ronki, perkusi paru
sonor,akral dingin,
- Irama monitor EKG Holter,
BJ 1 & 2 murmur
- Urin output 1500 cc, intake
1600 cc

Ventilator mekanik

Definisi Askep

Indikasi Mekanisme

Tujuan Cara Pemasangan

Kompikasi Mode-Mode

Setting Ventilator

13
E. Step V: Learning Objektif
1. Definisi ventilasi mekanik?
2. Indikasi ventilasi mekanik?
3. Tujuan ventilasi mekanik?
4. Jenis-jenis ventilasi mekanik?
5. Setting ventilasi mekanik?
6. Mode-mode ventilasi mekanik?
7. Pengaturan pernafasan pasien terpasang ventilasi mekanik?
8. Komplikasi ventilasi mekanik?
9. Prosedur tetap pemasangan ventilasi mekanik?
10. Mekanisme ventilasi mekanik?
11. Penyapihan ventilasi mekanik?
12. Asuhan keperawatan ventilasi mekanik?

F. Step VI: Mandiri


1. Definisi Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk
memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan
alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru (Urden, Stacy,
Lough, 2010). Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau
positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk
periodewaktu yang lama (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).

2. Indikasi Ventilasi Mekanik


Ventilasi mekanik diindikasikan untuk alasan fisiologis dan klinis
(Urden, dkk, 2010). Ventilasi mekanik diindikasikan ketika modalitas
manajemen noninvasif gagal untuk memberikan bantuan oksigenasi atau
ventilasi yang adekuat. Keputusan untuk memulai ventilasi mekanik

14
berdasarkan pada kemampuan pasien memenuhi kebutuhan oksigenasi atau
ventilasinya. Ketidakmampuan pasien untuk secara klinis mempertahankan
CO2 dan status asam-basa pada tingkat yang dapat diterima yang
menunjukkan terjadinya kegagalan pernafasan dan hal tersebut merupakan
indikasi yang umum untuk intervensi ventilasi mekanik (Chulay & Burns,
2006).

3. Tujuan Ventilasi Mekanik


Tujuan ventilasi mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi
alveolar yang tepat untuk kebutuhan metabolik pasien dan untuk memperbaiki
hipoksemia dan memaksimalkan transpor oksigen (Hudak & Gallo, 2010).
Bila fungsi paru untuk melaksanakan pembebasan CO2 atau pengambilan O2
dari atmosfir tidak cukup, maka dapat dipertimbangkan pemakaian ventilator
(Rab, 2007). Tujuan fisiologis meliputi membantu pertukaran gas
kardiopulmonal (ventilasi alveolar dan oksigenasi arteri), meningkatkan
volume paru-paru (inflasi paru akhir ekspirasidan kapasitas residu fungsional),
dan mengurangi kerja pernafasan. Tujuan klinis meliputi mengatasi
hipoksemia dan asidosis respiratori akut, mengurangi distress pernafasan,
mencegah atau mengatasi atelektasis dan kelelahan otot pernafasan,
memberikan sedasi dan blokade neuromuskular, menurunkan konsumsi
oksigen, mengurangi tekanan intrakranial, dan menstabilkan dinding dada
(Urden, Stacy, Lough, 2010)

4. Jenis-jenis Ventilasi Mekanik


a. Ventilator tekanan negative
Ventilator tekanan negatif pada awalnya diketahui sebagai “paru-paru
besi”. Tubuh pasien diambil alih oleh silinder besi dan tekanan negatif
didapat untuk memperbesar rongga toraks. Saat ini, ventilasi tekanan
negatif jangka-pendek intermiten (VTNI) telah digunakan pada penyakit

15
paru obstruktif menahun (PPOM) untuk memperbaiki gagal nafas
hiperkapnik berat dengan memperbaiki fungsi diafragma (Hudak & Gallo,
2010).Ventilator ini kebanyakan digunakan pada gagal nafas kronik yang
berhubungan dengan kondisi neuromuskular seperti poliomielitis,
muscular dystrophy, amyotrophic lateral sclerosis, dan miastenia
gravis(Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).Ventilator tekanan negatif
menggunakan tekanan negatif pada dada luar. Penurunan tekanan
intrathorakselama inspirasi menyebabkan udara mengalir ke dalam paru-
paru. Secara fisiologis, tipe assisted ventilatorini sama dengan ventilasi
spontan. Ventilator tekanan negatif mudah digunakan dan tidak
memerlukan intubasi jalan nafas (Smeltzer, dkk, 2008). Ventilator ini
dapat digerakkan dan dipasang seperti rumah kura-kura, bentuk kubah
diatas dada dengan menghubungkan kubah ke generator tekanan negatif.
Rongga toraks secara harfiah “menghisap” untuk mengawali inspirasi
yang disusun secara manual dengan “trigger”. Ventilator tekanan negatif
menguntungkan karena ia bekerja seperti pernafasan normal. Namun, alat
ini digunakan terbatas karena keterbatasannya pada posisi dan gerakan
seperti juga rumah kura-kura (Hudak & Gallo, 2010).
b. Ventilator tekanan positif
1) Pressure-Cycle
Ventilator pressure-cycled bekerja pada prinsip dasar bahwa bila
tekanan praset dicapai, inspirasi diakhiri (Hudak & Gallo, 2010). Pada
titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekshalasi terjadi dengan
pasif. Ini berarti bahwa bila komplain atau tahanan paru pasien
terhadap perubahan aliran, volume udara yang diberikan berubah,
Secara klinis saat paru pasien menjadi lebih kaku (kurang komplain)
volume udara yang diberikan ke pasien menurun-kadang secara drastis
(Hudak & Gallo, 2010). Volume udara atau oksigen bisa bervariasi
karena dipengaruhi resistansi jalan nafas dan perubahan komplain

16
paru, sehingga volume tidal yang dihantarkan tidak konsisten
(Smeltzer dkk, 2008). Perawat harus sering memonitor tekanan
inspirasi, kecepatan, dan volume tidal (VT) ekshalasi untuk
meyakinkan ventilasi menit yang adekuat dan untuk mendeteksi
berbagai perubahan pada komplain dan tahanan paru. Pada pasien
yang status parunya tak stabil, penggunaan ventilator tekanan tidak
dianjurkan. Namun pada pasien komplain parunya sangat stabil,
ventilator tekanan adekuat dan dapat digunakan sebagai alat
penyapihan pada pasien terpilih (Hudak & Gallo, 2010).
2) Ventilator time-cycled
Bekerja pada prinsip dasar bahwa bila pada waktu praset
selesai, inspirasi diakhiri (Hudak & Gallo, 2010). Waktu ekspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah nafas per
menit). Normal rasio I:E (inspirasi:ekspirasi) 1:2 (Hudak & Gallo,
2010). Kebanyakan ventilator memiliki suatu kontrol kecepatan yang
menentukan kecepatan respirasi, tetapi siklus waktu yang murni jarang
digunakan pada pasien dewasa. Ventilator tersebut digunakan pada
bayi baru lahir dan infant (Smeltzer,dkk 2008).
3) Volume-Cycled
Ventilator volume yang paling sering digunakan pada unit
kritis saat ini (Hudak & Gallo, 2010). Prinsip dasar ventilator ini
adalah bila volume udara yang ditujukan diberikan pada pasien,
inspirasi diakhiri. Ini mendorong volume sebelum penetapan (VT) ke
paru pasien pada kecepatan pengesetan. Keuntungan ventilator volume
adalah perubahan pada komplain paru pasien, memberikan VT
konsisten (Hudak & Gallo, 2010).Volume udara yang dihantarkan oleh
ventilator dari satu pernafasan ke pernafasan berikutnya relatif
konstan, sehingga pernafasan adekuat walaupun tekanan jalan nafas

17
bervariasi (Ignatavicius & Workman, 2006; Smeltzer, Bare, Hinkle,
Cheever, 2008).

5. Setting Ventilator Mekanik


Setting diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle
ventilator, yaitu :
a. Frekuensi pernafasan permenit: adalah jumlah pernapasan yang dilakukan
ventilator dalam satu menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-
20 x/mnt. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang
diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya
diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi
terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.
b. Tidal volume: merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke
pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB,
tergantung dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru.
c. Konsentrasi oksigen (FiO2): adalah jumlah kandungan oksigen dalam
udara inspirasi yang diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya
berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal pemasangan ventilator
direkomendasikan sebesar 100%.
d. Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi
Keterangan :
a. Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk
memberikan volume tidal atau mempertahankan tekanan.
b. Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi
dengan ekspirasi

18
c. Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan udara pernapasan
d. Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan
nilai normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi
terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih lama
dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
e. Limit pressure / inspiration pressure: mengatur jumlah pressure/tekanan
dari volume cycled ventilator, sebab pressure yg tinggi dapat
menyebabkan barotrauma. Pressure yg direkomendasi adalah plateau
pressure tidak boleh melebihi 35 cmH2O. Jika limit ini dicapai maka
secara otomatis ventilator menghentikan hantarannya, dan alarm berbunyi
f. Flow rate/peak flow: merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan
volume tidal pernapasan yang telah disetting permenitnya, Biasanya
setting antara 40-100 L/menit.
g. Sensitifity/trigger: berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang
diperlukan pasien dalam memulai inspirasi dari ventilator. Pressure
sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O,
sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin
tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah seseorang melakukan
pernapasan.
h. Alarm: Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya
masalah. Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari
pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi
menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing
tertekuk, terjadi fighting,dll
i. Positive end respiratory pressure (PEEP): bekerja dengan cara
mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP
meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk

19
meningkatkan PaO2 yg refrakter. Nilai PEEP selalu dimulai dari 5
cmH2O.

6. Mode-mode Ventilasi Mekanik


a. Control mode ventilation
Ventilasi mode control menjamin bahwa pasien menerima suatu
antisipasi jumlah dan volume pernafasan setiap menit (Chulay & Burns,
2006). Padamode control, ventilator mengontrol pasien. Pernafasan
diberikan ke pasien pada frekuensi dan volume yang telah ditentukan
pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali
inspirasi. Bila pasien sadar atau paralise, mode ini dapat menimbulkan
ansietas tinggi dan ketidaknyamanan (Hudak & Gallo, 2010). Biasanya
pasien tersedasi berat dan/atau mengalami paralisis dengan blocking
agents neuromuskuler untuk mencapai tujuan (Chulay & Burns, 2006).
Indikasi untuk pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnea,
intoksikasi obat-obatan, trauma medula spinalis, disfungsi susunan saraf
pusat, frail chest, paralisa karena obat-obatan, penyakit neuromuskular
(Rab, 2007).
b. Assist Mode
Pada mode assist, hanya picuan pernafasan oleh pasien diberikan pada
VT yang telah diatur. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali
untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu pernafasan, udara
tak diberikan (Hudak & Gallo, 2010). Kesulitannya buruknya faktor
pendukung “lack of back-up” bila pasien menjadi apnea model ini
kemudian dirubah menjadi assit/control, A/C (Rab, 2007).
c. Model ACV (Assist Control Ventilation)
Assist control ventilation merupakan gabungan assist dan control
mode yang dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila
pasien gagal untuk inspirasi maka ventilator akan secara otomatik

20
mengambil alih (control mode) dan mempreset kepada volume tidal (Rab,
2007). Ini menjamin bahwa pasien tidak pernah berhenti bernafas selama
terpasang ventilator. Pada mode assist control, semua pernafasan apakah
dipicu oleh pasien atau diberikan pada frekuensi yang ditentukan pada VT
yang sama (Hudak & Gallo, 2010). Assist control ventilation sering
digunakan saat awal pasien diintubasi (karena menit ventilasi yang
diperlukan bisa ditentukan oleh pasien), untuk dukungan ventilasi jangka
pendek misalnya setelah anastesi, dan sebagai dukungan ventilasi ketika
dukungan ventilasi tingkat tinggi diperlukan (Chulay & Burns, 2006).
Secara klinis banyak digunakan pada sindroma Guillain Barre,
postcardiac, edema pulmonari, Acute Respiratory Distress
Syndrome(ARDS) dan ansietas (Rab, 2007).
d. Intermittent Mandatory Ventilation (IMV)
IMV dirancang untuk menyediakan bantuan ventilator tapi hanya
sebagian, merupakan kombinasi periode assist control dengan periode
ketika pasien bernafas spontan (Marino, 2007). Mode IMV
memungkinkan ventilasi mandatori intermiten. Seperti pada mode kontrol
frekuensi dan VT praset. Bila pasien mengharapkan untuk bernafas diatas
frekuensi ini, pasien dapat melakukannya. Namun tidak seperti pada
mode assist control, berapapun pernafasan dapat diambil melalui sirkuit
ventilator (Hudak & Gallo, 2010).
e. Pressure Controlled Ventilation (PCV)
Pressure Controlled Ventilation (PCV) menggunakan suatu tekanan
konstan untuk mengembangkan paru-paru. Mode ventilator ini kurang
disukai karena volume inflasi bisa bervariasi. Akan tetapi, ada
ketertarikan kepada PCV karena risiko injuri paru-paruyang disebabkan
oleh pemasangan ventilasi mekanik lebih rendah (Marino, 2006).

21
f. Pressure Support Ventilation (PSV)
Pernafasan yang membantu tekanan yang memberikan kesempatan
kepada pasien untuk menentukan volume inflasi dan durasi siklus
respirasi dinamakan PSV. PSV bisa digunakan untuk menambah volume
inflasi selama pernafasan spontan atau untuk mengatasi resistensi
pernafasan melalui sirkuit ventilator. Belakangan ini PSV digunakan
untuk membatasi kerja pernafasan selama penyapihan dari ventilasi
mekanik (Marino, 2007).
g. Positive End-Expiratory Pressure (PEEP)
Kolaps pada jalan nafas bagian distal pada akhir ekspirasi sering
terjadi pada pasien dengan ventilasi mekanik dan menimbulkan
ateletaksis ganguan pertukaran gas dan menambah berat kegagalan
pernafasan. Suatu tekanan posistif diberikan pada jalan nafas di akhir
ekspirasi untuk mengimbangi kecenderungan kolaps alveolar pada akhir
ekspirasi (Marino, 2007). PEEP digunakan untuk mempertahankan
alveolus tetap terbuka. PEEP meningkatkan kapasitas residu fungsional
dengan cara melakukan reinflasi alveolus yang kolaps, mempertahankan
alveolus pada posisi terbuka, dan memperbaiki komplain paru (Morton &
Fontaine, 2009).
h. Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
Pernafasan spontan dimana tekanan positif dipertahankan sepanjang
siklus respirasi dinamakan CPAP (Marino, 2007). CPAP merupakan
mode pernafasan spontan digunakan pada pasien untuk meningkatkan
kapasitas residu fungsional dan memperbaiki oksigenasi dengan cara
membuka alveolus yang kolaps pada akhir ekspirasi. Mode ini juga
digunakan untuk penyapihan ventilasi mekanik (Urden,dkk, 2010).

22
7. Pengaturan Pernafasan pada Pasien Terpasang Ventilasi Mekanik
Jumlah dan tekanan udara yang diberian kepada klien diatur oleh
ventilator (Smith-Temple & Johnson, 2011)
a. Volume tidal (VT) : jumlah udara dalam mililiter dalam satu kali nafas,
yang diberikan selama inspirasi. Pengaturan awal adalah 7-10 ml/kg;
dapat ditingkatkan sampai15 ml/kg.
b. Frekuensi: jumlah nafas yang diberikan per menit. Pengaturan awal
biasanya10 kali dalam 1 menit tetapi akan bervariasi sesuai dengan
kondisi klien.
c. Fraksi oksigen terinspirasi oksigen (fraction of inspired oxygen, FiO2):
persentase oksigen dalam udara yang diberikan. Udara kamar memiliki
FiO221%. Pengaturan awal berdasarkan pada kondisi klien dan biasanya
dalam rentang 50% sampai 65%. Dapat diberikan sampai 100%, tetapi
FiO2lebih dari 50% dihubungkan dengan toksisitas oksigen.
d. PEEP: tekanan positif yang konstan dalam alveolus yang membantu
alveoli tetap terbuka dan mencegahnya menguncup dan atelektasis.
Pengaturan PEEP awal biasanya adalah 5 cmH2O. Tetapi dapat juga
mencapai hingga 40 cmH2O untuk kondisi seperti sindrom gawat nafas
pada orang dewasa (ARDS). Setiap perubahan yang dilakukan pada
pengaturan ventilator harus dievaluasi setelah 20 sampai 30 menit melalui
analisis gas darah arteri, hasil pengukuran SaO2, atau hasil pembacaan
karbon dioksida tidal-akhir untuk melihat keefektivitasan ventilator

8. Komplikasi Ventilasi mekanik


Komplikasi penggunaan ventilasi mekanik antara lain:
a. Komplikasi jalan nafas
Jalur mekanisme pertahanan normal, sering terhenti ketika terpasang
ventilator, penurunan mobilitas dan juga gangguan reflek batuk dapat
menyebabkan infeksi pada paru-paru (Smeltzer, dkk, 2008). Aspirasi

23
dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Risiko aspirasi setelah
intubasi dapat diminimalkan dengan mengamankan selang,
mempertahankan manset mengembang, dan melakukan suksion oral dan
selang kontinyu secara adekuat (Hudak& Gallo, 2010).
b. Masalah selang endotrakeal
Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat
terjadi. Kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau telinga atau terjadi
demam dengan etiologi yang tak diketahui, sinus dan telingaharus
diperiksa untuk kemungkinan sumber infeksi (Hudak & Gallo, 2010).
Beberapa derajat kerusakan trakeal disebabkan oleh intubasi lama.
Stenosis trakeal dan malasia dapat diminimalkan bila tekanan manset
diminimalkan. Sirkulasi arteri dihambat oleh tekanan manset 30 mmHg.
Bila edema laring terjadi, maka ancaman kehidupan pasca ekstubasi dapat
terjadi (Hudak & Gallo, 2010).
c. Masalah mekanis
Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2
sampai 4 jam ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan.
VT tidak adekuat disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit atau manset,
selang, atau ventilator terlepas, atau obstruksi aliran. Selanjutnya
disebabkan oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme berat,
spasme batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal (Hudak & Gallo, 2010).
d. Barotrauma
Ventilasi mekanik melibatkan “pemompaan” udara ke dalam dada,
menciptakan tekanan posistif selama inspirasi. Bila PEEP ditambahkan,
tekanan ditingkatkan dan dilanjutkan melalui ekspirasi. Tekanan positifini
dapat menyebabkan robekan alveolus atau emfisema. Udara kemudian
masuk ke area pleural, menimbulkan tekanan pneumothorak-situasi
darurat. Pasien dapat mengembangkan dispnea berat tiba-tiba dan keluhan
nyeri pada daerah yang sakit (Hudak & Gallo, 2010).

24
e. Penurunan curah jantung
Penurunan curah ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien pertama
kali dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan tonus simpatis
dan menurunnya aliran balik vena. Selain hipotensi, tanda dan gejala lain
meliputi gelisah yang dapat dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran,
penurunan halauan urin, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat,
pucat, lemah dan nyeri dada (Hudak & Gallo, 2010).
f. Keseimbangan cairan positif
Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan
reseptor vagal pada atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini merangsang
pengeluaran hormon antidiuretik dari hipofisis posterior. Penurunan curah
jantung menimbulkan penurunan haluaran urin melengkapi masalah
dengan merangsang respon aldosteron renin-angiotensin. Pasien yang
bernafas secara mekanis, hemodinamik tidak stabil, dan yang memellukan
resusitasi cairan dalam jumlah besar dapat mengalami edema luas,
meliputi edema sakral dan fasial (Hudak& Gallo, 2010).
g. Peningkatan IAP
Peningkatan PEEP bisa membatasi pengembangan rongga
abdomen ke atas. Perubahan tekanan pada kedua sisi diafragma bisa
menimbulkan gangguan dalam hubungan antara intra abdomen atas dan
bawah, tekanan intrathorak dan intravaskuler intra abdomen (Valenza,
2010). Hasil penelitian Morejon & Barbeito (2012), didapatkan bahwa
ventilasi mekanik diidentifikasi sebagai faktor predisposisi independen
untuk terjadinya IAH. Pasien-pasien dengan penyakit kritis, yang
terpasang ventilasi mekanik, menunjukkan nilai IAP yang tinggi ketika
dirawat dan harus dimonitor terus-menerus khususnya jika pasien
mendapatkan PEEP walaupun mereka tidak memiliki faktor risiko lain
yang jelas untuk terjadinya IAH.

25
Setting optimal ventilasi mekanik dan pengaruhnya terhadap
fungsi respirasi dan hemodinamik pada pasien dengan acute respiratory
distress syndrome (ARDS) berhubungan dengan IAH masih sangat jarang
dikaji. Manajement ventilator yang optimal pada pasien dengan ARDS
dan IAH meliputi: monitor IAP, tekanan esofagus, dan hemodinamik;
setting ventilasi dengan tidal volume yang protektif, dan PEEP diatur
berdasarkan komplain yang terbaik dari sistem respirasi atau paru-paru;
sedasi dalam dengan atau tanpa paralisis neuromuskular pada ARDS
berat; melakukan open abdomen secara selektif pada pasien dengan ACS
berat (Pelosi & Vargas, 2012).

9. Prosedur tetap pemasangan ventilator (merek servo 900)


1. Tahap persiapan
a. Persiapan alat: Main unit ventilator, Set tubing ventilator, Humidifier,
Test lung, Aquadest steril, Ambu bag, Emergency Trolley
1) Persiapan Pasien : Pasien sudah terintubasi.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pre check dan Pre setting
a) Cek apakah ventilator sudah dibersihkan dan sirkuit sudah
disterilkan.
b) Set mode ventilator yaitu : (1) mode : vol. Control. (2) lower
alarm expired minute vol. 0 upper alarm 40. (3) lower alarm
o2 : 20, upper alarm : 100. (4) trig. Sensitivity : -20. (5) upper
press limit : 80. (6) peep : 0. (7) insp. Press. Level : 0. (8) range
scale pada posisi adults.
c) Yakinkan expired minute volume dan airway pressure meter
pada posisi 0
2) Pemasangan
a) Pasang set tubing ventilator, humidifier, test lung.

26
b) Sambungkan ventilator ke sumber listrik
c) Set tombol utama di belakang ventilator dengan cara menarik
dulu baru menekan ke atas.
d) Yakinkan indicator lampu hijau menyala.
e) Yakinkan expired minute volume dan airway pressure pada
posisi 0
f) Yakinkan gas supply alarm aktif ( lampu merah menyala )
g) Yakinkan set. Min. Vol. Alarm & set o2 alarm lampu menyala
h) Hubungkan selang o2 ke konektor o2 sentral
i) Hubungkan selang pressure air ke konektor sentral.
(1) Set working pressure normal : 60 cm h2o
(2) Set preset insp. Min. Vol. Pada 7,5 l/menit, constant flow,
breaths/min 10, insp.time 25 % dan pause time 30%.
(3) Tutup y-piece/servo humidifier
(4) Yakinkan air pressure meter menunjukkan nilai yang sama
selama inspirasi dan saat berhenti dengan working
pressure, yaitu 60 cm h2o
j) Cek upper press. Limit alarm dengan cara :
(1) Set mode vol. Control
(2) Tutup y-piece/servo humidifier
(3) Putar tombol upper press limit ke 55 cmh2o, yakinkan
inspirasi berhenti dan alarm menyala.
(4) Kembalikan lagi tombol ke 80 cmh2o
k) Cek minute volume
(1) Set frekuensi nafas ( breaths/min )pada 20 x/menit
(2) Pasang test lung
(3) Set tombol parameter pada posisi exp. Min. Vol. L/min
(4) Lihat pada display, expired minute volume meter akan
terbaca 7,5 ± 0,5 l/menit setelah beberapa menit.

27
l) Cek minute volume alarm
(1) Pada lower alarm limit : putar tombol lower alarm limit
pada 7,5 l/menit, yakinkan alarm akan menyala pada
kisaran 7,5 ± 0,5 l/menit
(2) Pada upper alarm limit : putar tombol upper alarm limit
pada 7,5 l/menit, yakinkan alarm akan menyala pada
kisaran 7,5 ± 0,5 l/menit
m) O2 alarm
(1) Set tombol parameter pada o2 conc. %
(2) Set mixer o2 pada 40% sehingga terbaca pada display
(3) Putar tombol lower alarm limit searah jarum jam , yakinkan
alarm menyala pada kisaran 36 – 44 %, lalu putar kembali
ke 18%
(4) Putar tombol upper alarm limit berlawanan arah jarum jam,
yakinkan alarm akan menyala pada kisaran 36-40%, lalu
putar kembali ke 100%.
n) Apneu alarm
(1) Set mode cpap
(2) Alarm akan menyala setelah ± 15 detik setelah mode
diubah
o) Digital display
(1) Set tombol parameter pada breaths/min
(2) Nilai akan terbaca pada display sesuai dengan nilai yang di
set pada tombol breaths/min
p) Cek pressure level
(1) Set mode pada press. Contr.
(2) Set breaths/min pada nilai paling rendah
(3) Set peep pada + 10 cmh2o
(4) Set insp. Press. Level pada + 10 cmh2o

28
(5) Yakinkan nilai yang terbaca pada airway pressure meter
pada kisaran +20 ± 2 cmh2o.
(6) Kembalikan posisi peep dan insp.press. Level pada 0
(7) Kembalikan set mode ke vol. Contr,
q) Set mode sesuai kebutuhan dan kondisi pasien (sesuai indikasi)
r) Sambungkan ke pasien melalui ett

10. Mekanisme ventilasi mekanik


Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada
ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan
pengesetan awal adalah sebagai berikut:
a. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
b. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
c. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
d. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
e. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir
ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru
dan untuk mencegah atelektasis.
Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan
pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa
gas darah (Blood Gas)

11. Penyapihan Ventilasi Mekanik


Melepaskan ventilator ke pernafasan spontan (penyapihan) sering
menimbulkan kesulitan pada ICU yang disebabkan oleh karena faktor
fisiologis dan psikologis. Hal ini memerlukan kerja sama dari pasien, perawat,
ahli respirasi, dan dokter (Rab, 2007). Penyapihan merupakan pengurangan
secara bertahap penggunaan ventilasi mekanikdan mengembalikan ke nafas
spontan. Penyapihan dimulai hanya setelah proses-proses dasar yang dibantu

29
oleh ventilator sudah terkoreksidan kestabilan kondisi pasien sudah tercapai
(Smeltzer, dkk, 2008). Menyapih pasien dari ketergantungan pada ventilator
terjadi dalam tiga tahapan. Pasien disapih secara bertahap dari ventilator,
selang, dan oksigen. Penyapihan dari ventilasi mekanik dilakukan pada waktu
sedini mungkin, konsisten dengan keselamatan pasien. Penting artinya bahwa
keputusan dibuat atas dasar fisiologi ketimbang sudut pandang mekanis.
Pemahaman yang menyeluruh tentang status klinis pasien diperlukan dalam
membuat keputusan ini (Smeltzer, dkk, 2008).
Management pasien yang menggunakan ventilasi mekanikmemerlukan
kewaspadaan konstan terhadap tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa
bantuan ventilator sudah tidak diperlukan. Ketika pasien mulai menunjukkan
bukti perbaikan klinis, bisa digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang
akan dilakukan pelepasan bantuan ventilator. Secara umum, oksigenasi harus
adekuat ketika bernafas dengan jumlah oksigen yang dihirup berada pada
tingkat non-toksik, dan pasien harus memiliki hemodinamik yang stabil
dengan dukungan vasopressor yang minimal atau tanpa dukungan
vasopressor. Pasien harus sadar terhadap lingkungan sekitarnya ketika tidak
tersedasi dan harus bebas dari beberapa keadaan yang reversibel (misal: sepsis
atau elektrolit yang abnormal) (Marino, 2007).
Indikasi penyapihan sebagai berikut :
No Kriteria
1 Proses penyakit yang menyebabkan pasien membutuhkan ventilator
mekanik sudah tertangani
2 - PaO2/FiO2> 200
- PEEP < 5
- FiO2< 0,5
- pH > 7,25
- Hb > 8 g%
3 Pasien sadar, dan afebril (suhu tubuh normal)

4 Fungsi jantung stabil:


- HR < 140/min

30
- Tidak terdapat iskemi otot jantung (myokardial Ischemia)
- Bebas dari obat-obatan vasopresor atau hanya menggunakan obat-
obatan inotropik dosis rendah
5 Fungsi paru stabil:
- Kapasitas vital 10-15 cc/kg
- Volume tidal 4-5 cc/kg
- Ventilasi menit 6-10l
- Frekuensi < 20 permenit
Kondisi selang ET/TT:
- Posisi diatas karina pada foto Rontgen
- Ukuran : diameter 8,5 mm
Terbebas dari asidosis respiratorik

Nutrisi :
- Kalori perhari 2000-2500 kal
- Waktu : 1 jam sebelum makan
Jalan Nafas :
- Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan
(suction)
- Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau
Steroid
- Posisi : duduk, semifowler
Obat-obatan :
- Agen sedatif : dihentikan lebih dari 24 jam
- Agen paralisis: dihentikan lebih dari 24 jam
Psikologi pasien
- Mempersiapkan kondisi emosi/psikologi pasien untuk tindakan
penyapihan

31
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN VENTILASI MEKANIK

1. PENGKAJIAN
a. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Raut muka
- Bentuk muka : bulat,lonjong,dan lain-lain
- Ekspresi muka : tampak sesak,gelisah,kesakitan
- Tes syaraf : menyeringai,mengerutkan dahi, untuk memeriksa
nervus V,VII.
2) Bibir
- Biru ( sianosis)
- Pucat (anemnia)
3) Mata
- Konjungtiva : pucat ( anemnia),ptechiae (pendarahan bawah
kulit)pada endokarditis bacterial.
- Skela : kuning (ikterus) pada gagal jantung kanan,penyakit hati, dan
lain-lain.
- Kornea : arkus senilis (garis melingkar putih/abu-abu di tepi kornea)
- Eksopthalmus : berhubungan dengan tirotoksikosis.
- Gerakan bola mata : lateral (N,VII) media (N,III), bawah nasal
(N,IV), atas (N,III) , dan lain-lain
- Reflek kornea : menilai fungsi N.V
- Funduskopi : pemeriksaan fundus mata dengan opthalmoskop untuk
menilai kondisi pembuluh darah retina pada penderita hipertendi.
4. Tekanan vena jugularis : untuk menilai gagal jantung tingkat moderate-
severe
5. Arteri karotis

32
 Palpasi (berdenyut keras seperti berdansa/ pada infusiensi aoerta)
Bandingkan antara kiri dan kanan untuk mengetahu penyempitan
pembuluh darah di daerah itu)
 Auskultasi ( bising/bruit pada penyempitan karotis,penyempitan
katub aoerta.
6. Kelenjar Tiroid (inspeksi,palpasi,auskultasi)
b. Sistem pernafasan
1) Setting ventilator meliputi:
a) Mode ventilator
 CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled
Mandatory Ventilation/Intermitten Positive Pressure
Ventilation)
 SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
 ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
 CPAP (Continous Possitive Air Presure)
 A FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
 A PEEP: Positive End Expiratory Pressure
b) Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
c) Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
d) Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
e) Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu
tambahan
f) Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
g) Humidifier: kehangatan dan batas aqua
h) Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
i) Hasil foto thorax terakhir

33
c. Sistem kardiovaskuler
Penkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui adanmya gangguan
hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator (PEEP terlalu tinggi) atau
disebabkan karena hipoksia. Pengkajian meliputi tekanan darah, nadi, irama
jantung, perfusi, adakah sianosis dan banyak mengeluarkan keringat.
d. Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa ngantuk,
gelisah dan kekacauan mental.
e. Sistem Urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal)
f. Status cairan dan nutrisi
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status
nutrisi dn cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang berlebihan
dan albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.
g. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami
depresi mental lyang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan
orientasi, merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
jumlah sputum
3) Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic
4) Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama

34
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 . Gangguan Setelah dilakukan NIC Airway management
pertukaran gas
asuhan keperawatan Airway a. Mengoptimalkan
berhubungan
dengan selama klien dirawat management ventilasi dan
ketidakseimban
di ICU, diharapkan : a. Pastikan pemenuhan
gan ventilasi
perfusi NOC kepatenan oksigenasi klien
Respiratory status : selang b. Alat ventilasi
gas exchange ventilator dan mekanis
Kriteria hasil: ETT digunakan untuk
1) Klien bebas b. Monitor membantu
dari tanda status sebagian atau
dan gejala pernafasan seluruh proses
distres dengan ventilasi untuk
pernafasan ventilator mempertahankan
(sianosis, (FiO2, PEEP, oksigenasi
takipneu) RR c. Posisi klien semi
2) PCO2 dalam Ventilator) fowler membantu
batas normal c. Posisikan memaksimalkan
(30 - 50) pasien untuk ventilasi
3) PO2 dalam memaksimal d. Mengeluarkan
batas normal ka Ventilasi hambatan/obstru
(70-100) d. Keluarkan ksi pada saluran
4) pH darah sekret dengan nafas karena
dalam batas Suction sekret dalam
normal (7.20 e. Auskultasi jumlah yang
- 7.60) suara nafas, berlebih
5) Saturasi catat e. Suara nafas

35
oksigen adanyasuara ronchi
adekuat tambahan mengindikasikan
(>95-100%) f. Monitor bahwa terdapat
a. Vital sign status respirasi dan secret dalam
Kriteria Hasil: status O2 organ pernafasan
a. Tekanan darah Vital sign klien
dalam batas monitoring f. Mengetahui
normal g. Ukur tanda- respirasi klien
b. Heart rate dalam tanda dan saturasi O2
batas normal vital/jam g. Memonitor
Status neurologis Monitor tekanan darah,
dalam batas normal tingkat kesadaran
respirasi, dan
heart rate apakah
terjadi takikardi,
hipertensi, atau
takipneu
Kesadaran klien yang
menurun
mengindikasikan
kurang adekuatnya
oksigenasi klien

2. Ketidakefektifa Setelah dilakukan NIC Airway Suction


n bersihan jalan
asuhan keperawatan Airway Suction a. Menentukan
nafas
berhubungan selama klien dirawat a. Pastikan apakah klien
dengan
di ICU, diharapkan : kebutuhan perlu dilakukan
peningkatan
jumlah sputum NOC oral / tracheal suction atau tidak
Respiratory status : suctioning b. Suara nafas
Airway patency b. Auskultasi ronchi
Kriteria hasil : suara nafas mengindikasikan

36
a. Suara nafas yang c. Posisikan bahwa terdapat
bersih, tidak ada pasien untuk secret dalam
sianosis dan memaksimal organ pernafasan
klien mampu kan ventilasi klien
mengeluarkan d. Monitor c. Posisi klien semi
sputum status fowler membantu
b. Menunjukkan oksigenasi memaksimalkan
jalan nafas yang pasien ventilasi
paten ( irama e. Hentikan d. Mengetahui
nafas, frekuensi suction respirasi klien
pernafasan dalam apabila klien dan saturasi O2
rentang normal, menunjukkan e. Bradikardi,
tidak ada suara bradikardi, penurunan
nafas abnormal) penurunan saturasi O2
Saturasi O2 dalam saturasi O2. menunjukkan
batas normal
Kelola pemberian efek dari suction
bronchodilator
karena
kekurangan
oksigen
Bronchodilator untuk
dilatasi bronkus
sehingga ventilasi
pernafasan optimal
3. Ketidakseimban Setelah dilakukan NIC
gan kebutuhan asuhan keperawatan Airway Suction
Nutrition
nutrisi kurang selama klien dirawat f. Pastikan
Management
dari kebutuhan di ICU, diharapkan : kebutuhan
a. Menentukan
tubuh NOC oral / tracheal
apakah klien
berhubungan Nutrional status: suctioning
mampu
dengan food and fluid intake g. Auskultasi

37
peningkatan Kriteria Hasil: suara nafas mencerna makan
kebutuhan a. Tidak ada tands- h. Posisikan peroral atau
metabolic tanda mal nutrisi pasien untuk perNGT
b. Klien memaksimal b. Jumlah nutrisi
menghabiskan kan ventilasi dan kalori
diet yang telah i. Monitor disesuaikan
ditentukan status dengan
c. Menunjukan oksigenasi kebutuhan klien
peningkatan pasien c. Diet tinggi
fungsi j. Hentikan protein untuk
pengecapan dan suction mencukupi
menelan apabila klien kebutuhan klien
Tidak terjadi menunjukkan terhadap proses
penurunan berat
bradikardi, penyembuhan
badan yang berarti
penurunan d. Mengelola
saturasi O2. pemberian diet
k. Kelola cair peptamen
pemberian sesuai dengan
bronchodilato kalorinya
r e. Kulit kering dan
turgor yang
kurang baik
menandakan
bahwa status gizi
klien kurang
f. Mual dan muntah
mempengaruhi
intake nutrisi dan

38
status gizi klien

NIC:
Nutrition
Management
a. Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
b. Monitor
jumlah
nutrisi dan
kandungan
kalori
c. Berikan diet
peptamen/N
GT sesuai
order
d. Kelola
pemberian
diit sesuai
advice ahli
gizi
e. Monitor
status gizi ;
kulit kering,
turgor kulit

39
f. Monitor mual
dan muntah
4. Risiko infeksi Setelah dilakukan NIC Infection control
berhubungan asuhan keperawatan Infection control a. Memutus rantai
dengan selama klien dirawat a. Pertahankan penyebaran
ketidakadekuata di ICU, diharapkan : teknik aseptif kuman penyakit
n pertahanan NOC selama melalui port de
utama Risk control tindakan entry
Kriteria hasil: b. Batasi b. Mengurangi
a. Klien bebas dari pengunjung paparan dari
tanda dan gejala bila perlu lingkungan luar
infeksi c. Cuci tangan c. Menjaga prinsip
b. Jumlah leukosit setiap aseptif dalam
dalam batas sebelum dan setiap tindakan
normal sesudah d. Mencegah
tindakan terjadinya
keperawatan plebitis
d. Ganti letak e. Nutrisi adekuat
IV perifer mampu
dan dressing meningkatkan
sesuai imunitas tubuh
dengan f. Antibiotik untuk
petunjuk terapi
umum pencegahan
e. Tingkatkan infeksi
intake nutrisi Tanda gejala infeksi
meliputi tumor,
f. Berikan
rubor, dolor, kalor,
terapi dan functio laesa
antibiotik

40
Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan local

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

41
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau
positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama
waktu yang lama (Brunner and Suddarth, 2001).
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum
adalah ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.Sampai sekarang
kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif.  Jika
pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan kadar
karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan pH), maka
ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti pascaoperatif
bedah toraks atau abdomen, takar lajak obat, penyakit neuromuskular, cedera
inhalasi, PPOM, trauma multipel, syok, kegagalan multisistem, dan koma
semuanya dapat mengarah pada gagal nafas dan perlunya ventilasi mekanis
B. Saran
Perawat yang bekerja di ruang kritis hendaknya adalah perawat yang
berpengalaman atau perawat yang mau belajar untuk meningkatkan
pengetahuannya mengenai teknologi di ruang kritis terkait penggunaan mesin-
mesin penunjang kehidupan yang digunakan oleh pasien-pasiennya.
Perawat diharapkan harus mampu untuk menganalisa
manfaat transfer dan transform teknologi dari teknologi medis menjadi
teknologi keperawatan, tidak hanya di area keperawatan kritis tapi juga di
area-area keperawatan lainnya. Hal ini sebenarnya akan meningkatkan
kualitas praktek dan profesi keperawatan.

Daftar Pustaka
Basic Course On Mechanical Ventilation. (2013)"Topic 13 Trouble
Shooting"Continnuing Education Program Perdici. Bandung.

Chulay, M. and S. M. Burns (2006). Essensial Of Critical Care Nursing. United


States of America, The McGraw-Hill Companies.

42
Departemen Kesehatan RI, (2006). Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Fink, M.
P., Abraham, E., Vincent, J., Kochanek, P.M. (2005). Textbook of Critical
Care. Philadelphia, Elsevier Saunder.
Dzulfikar DLH, Ismawaty N. Karakteristik Penderita yang Mendapatkan
Tindakan
Ventilasi Mekanik yang Dirawat di Ruang Perawatan Intensif Anak Rumah
Sakit Hasan Sadikin Bandung. Diunduh dari:
http://isid.pdii/lipi.go.id/admin/jurnal/392077579.pdf.

Herdman, T. Heather. 2012. Buku NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan.


EGC:Jakarta.

Wirjoatmodjo K. Anestesiologi dan Reanimasi: Modul Dasar untuk Pendidikan


S1 Kedokteran. Jakarta: DIKTI; 2000

43

Anda mungkin juga menyukai