Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendahuluan
Sebagai konsekwensi desentralisasi pendidikan, saat ini sejumlah pembaharuan pendidikan terus dilaksanakan
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu fokus pembaharuan pendidikan pada tingkat
sekolah adalah digunakan dan dikembangkannya kurikulum yang berorientasi pada kompetensi yang akan dicapai
dan harus dimiliki oleh peserta didik. Pembaharuan tersebut tentu saja membawa perubahan pada strategi
pembelajaran yang digunakan yang juga akan diiringi dengan perubahan kegiatan penilaian yang dilakukan.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam Standar Nasional Pendidikan telah diungkapkan bahwa standar penilaian
pendidikan terdiri atas: penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Khusus penilaian hasil belajar oleh pendidik sebagaimana diungkapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar. Untuk itu, penilaian berbasis kelas atau evaluasi berbasis kelas
(classroom-based assessment), yang memiliki prinsip dasar berkelanjutan dan komprehensif, dalam arti dilakukan
secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh informasi yang lengkap tentang keberhasilan
belajar peserta didik sangat relevan untuk digunakan.
Saat ini, telah dicanangkan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah. Penerapan KTSP
di sekolah, khususnya pada mata pelajaran Matematika tentu saja membawa perubahan terhadap kegiatan belajar
mengajar yang selama ini dilakukan guru di sekolah. Berdasarkan rambu-rambu dalam kurikulum tersebut telah
disebutkan bahwa mengingat strategi pembelajaran, metode, teknik penilaian, penyediaan sumber belajar, organisasi
kelas, dan waktu yang digunakan tidak tercantum secara ekspisit dalam standar kompetensi, maka guru dapat
mengelola kurikulum secara optimal sesuai dengan sumber daya dan kebutuhan sekolah. Berbagai perubahan pada
strategi pembelajaran yang digunakan juga akan diiringi dengan perubahan kegiatan penilaian yang dilakukan.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam makalah ini akan dikemukakan tentang penilaian berbasis kelas dalam
pembelajaran matematika yang relevan dengan penerapan kurikulum tersebut.
2.Domain Psikomotor
Meliputi hal-hal berikut ini:
a. Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan gerakan awal beirisi kemampuan peserta
didik dalam menggrakakan sebagian anggota badan.
b. Tingkatan gerakan semirutin meliputi kemampuan melakukan atau menirukan gerakan yang
melibatkan seluruh anggota badan
c. Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara menyeluruh dengan
sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis.
Alat penilaian yang digunakan untuk mengukur domain psikomotor adalah tes penampilan atau kinerja yang telah
dikuasai peserta didik, seperti:
a. Tes paper and pencil. Walaupun bentuknya seperti tes tertulis, tetapi sasarannya adalah
kemampuan peserta didik dalam menampilkan karya, misalnya berupa desain alat, desain grafis, dan
sebagainya.
b. Tes identifikasi. Tes ini ditunjukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
mengidentifikasi sesuatu. Misalnya, menemukan bagian yang rusak atau yang tidak berfungsi dari suatu
alat
c. Tes simulasi. Tes ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk
memperagakan penampilan peserta didik.
d. Tes petik kerja. Tes ini dilakukan dengan alat yang sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai atau termpil menggunakan alat tersebut.
3.Domain Afektif
Berkenaan dengan ranah afektif, ada dua hal yang harus dinilai. Pertama, kompetensi afektif yang ingin dicapai
dalam pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi. Kedua, sikap dan
minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Adapun tingkatan domain afektif yang dinilai
adlah kemampuan peserta didik dalam:
a) Memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya.
b) Menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika.
c) Menilai (valuating) dijintau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil, indah-tidak indah terhadap objek
studi.
d) Menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam perilaku kehidupan
sehari-hari.
2) Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur penilaian dan pencatatan secara tepat. Implikasi
dari prinsip ini adalah:
Prosedur penilaian harus dapat diterima dan dipahami secara gelas oleh guru
Prosedur penilaian dan catatan harian hasil belajar siswa hendaknya mudah dilaksanakan sebagai
bagian dari kegiatan pembelajaran dan tidak menggunakan waktu yang berlebihan
Catatan harian harus mudah dibuat, mudah dipahami, dan bermanfaat untuk perencanaan
pembelajaran
Informasi yang diperoleh untuk menilai semua pencapaian belajar siswa dengan berbagai cara
harus digunakan sebagaimana mestinya
Penilaian pencapaian hasil belajar yang bersifat positif untuk pembelajaran selanjutnya perlu
direncanakan oleh guru dan siswa
Klasifikasi dan kesulitan belajar harus ditentukan sehingga siswa mendapatkan bimbingan dan
bantuan belajar yang sewajarnya
Hasil penilaian hendaknya menunjukkan kemajuan dan keberlanjutan pencapaian hasil belajar
siswa
Penilaian semua aspek yang berkaitan dengan pembelajaran, misalnya efektivitas pembelajaran
dan kurikulum perlu dilaksanakan
Peningkatan keahlian guru sebagai konsekuensi dari diskusi pengalaman dan membandingkan
metode dan hasil penilaian perlu dipertimbangkan
Pelaporan penampilan siswa kepada orang tua atau wali dan atasannya (kepala sekolah, pengawas)
dan instansi lain yang terkait seharusnya dilaksanakan.