I. Sejarah Perusahaan
V. Strategi Perusahaan
Pada tahun 1956, untuk pertama kalinya Garuda Indonesia melayani jamaah haji
Indonesia ke tanah suci Mekkah di Saudi Arabia, dengan menggunakan armada
Convair 340.
Periode 1960-an adalah masa dimana Garuda Indonesia tumbuh dengan pesat.
Pada tahun 1961, armada Lockheed Electra didatangkan ke Bandara Kemayoran,
Jakarta. Lima tahun kemudian, Garuda Indonesia memperkuat armadanya dengan
jet empat mesin, yaitu Douglas DC-8. Di samping itu, armada lain seperti DC-
3/C-47 Dakota, Convair 340, Convair 440, Lockheed Electra, Convair 990A,
Fokker F-27 and DC-8 juga melengkapi kekuatan maskapai Garuda Indonesia.
Perkembangan armada yang terus melesat pada tahun 1980, membuat Garuda
Indonesia mendatangkan pesawat berbadan lebar Boeing 747-200. Dua tahun
kemudian, maskapai membeli pesawat berbadan lebar lainnya, yaitu Airbus
A300B4 FFCC (Forward Facing Crew Cockpit). Pesawat dengan kokpit yang
berisi dua orang ini adalah ide dari Wiweko Soepono, mantan Presiden Direktur
Garuda Indonesia. Pada tahun 1984, barisan armada Garuda Indonesia secara
lengkap adalah Boeing 747-200, DC-10, Airbus A300B4, DC-9 and F-28. Dengan
36 unit pesawat F-28, pada saat itu Garuda Indonesia adalah operator F-28
terbesar di dunia.
Berbagai penghargaan pun telah diterima oleh Garuda Indonesia sebagai bukti
dari keunggulannya. Pada tahun 2010, Skytrax menobatkan Garuda Indonesia
sebagai “Four Star Airline” dan sebagai “The World's Most Best Improved
Airline”. Selanjutnya pada Juli 2012, Garuda Indonesia mendapatkan penghargaan
sebagai “World's Best Regional Airline” dan “Maskapai Regional Terbaik di
Dunia”. Sebuah lembaga konsultasi penerbangan bernama Centre for Asia
Aviation (CAPA), yang berpusat di Sydney, juga memberikan penghargaan
kepada Garuda Indonesia sebagai "Maskapai yang Paling Mengubah Haluan
Tahun Ini", pada tahun 2010. Sedangkan Roy Morgan, lembaga peneliti
independen di Australia, juga memberikan penghargaan kepada Garuda Indonesia
sebagai “The Best International Airline” pada bulan Januari, Februari dan Juli
2012.
Garuda Indonesia memang telah berhasil mengubah haluannya, sehingga terhindar
dari kegagalan di masa krisis dan meraih kesuksesan pada era 2006 hingga 2010.
Setelah melalui masa-masa sulit, kini Garuda Indonesia melanjutkan kesuksesan
dengan menjalankan program 5 tahun ekspansi secara agresif. Program ini dikenal
dengan nama „Quantum Leap‟. Program ini diharapkan akan membawa
perusahaan menjadi lebih besar lagi, dengan jaringan yang lebih luas dan diiringi
dengan kualitas pelayanan yang semakin baik.
Saat ini Garuda Indonesia memiliki tiga hub di Indonesia. Pertama adalah hub
bisnis yang berada di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kedua adalah hub di
daerah pariwisata yang berada di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Kemudian
untuk meningkatkan frekuensi penerbangan ke bagian timur Indonesia, Garuda
Indonesia juga memiliki hub di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi
Selatan.
Pada bulan Februari 2011, Garuda Indonesia telah menjadi Perusahaan Publik dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
III. Visi dan Misi Perusahaan
Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang
berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.
Misi Perusahaan
Sebagai perusahan penerbangan pembawa bendera bangsa Indonesia yang
mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi
nasional dengan memberikan pelayanan yang profesional.
IV. Produk yang di Hasilkan
Pada tahun 2010, Garuda dalam rencana Quantum Leap yang salah satunya bertujuan untuk
melakukan re-branding, mulai melakukan perbaikan layanan dalam kursi pesawat selama
penerbangan jarak jauh maupun dekat dengan mendatangkan pesawat baru berkursikan
nyaman nan empuk dan di lengkapi fasilitas AVOD serta colokan listrik dalam memberikan
kenyamanan dalam penerbangan untuk menyamakan kualitas fasilitas kursi dalam
penerbangan dengan maskapai internasional kelas dunia seperti KLM, Air France dan
Singapore Airlines. Garuda juga memperkenalkan kursi baru dalam memberi kenyamanan
penumpang dalam pesawat.
Pada pesawat Boeing 777-300ER, tersedia 8 kursi kelas utama dengan konfigurasi 1-2-1.
Kabin kelas utama memiliki fasilitas yang mewah seperti:
Sliding door disetiap suite.
Kursi ergonomis yang dirancang secara optimal , dengan luas 82 inci dan lebar 22 inci
yang dapat diubah menjadi tempat tidur datar (180°) dan dilengkapi dengan matras,
selimut, bantal, dan lengkap dengan ottoman.
Meja yang bisa digunakan untuk menikmati hidangan menu yang disajikan.
Seat control dengan panel layar sentuh untuk kemudahan penggunaan.
Pembatas untuk suite pada lini tengah yang dapat disesuaikan untuk mempermudah
percakapan dengan penumpang suite yang berada di sebelahnya.
In-flight entertainment dengan 23.5 inci touch screen LCD, dilengkapi dengan remote
control dan headphone kedap suara.
Lemari penyimpanan pribadi.
Lampu baca pribadi.
Executive Class/ Kelas Bisnis Boeing 777-300ER Garuda Indonesia.
Pesawat Airbus A330 (seri -200 dan -300) memiliki produk kelas eksekutif baru yaitu:
Flat-Bed seats yang memiliki ruang kaki 74" dan dapat disandarkan hingga 180 derajat
dan dilengkapi dengan sandaran tangan 11 inci.
Layar sentuh LCD dengan AVOD di setiap kursi,
Colokan listrik di setiap kursi dan lampu baca pribadi.
Pesawat Boeing 747-400 dan Boeing 737 masih menggunakan kursi eksekutif lama. Boeing
747–400 memiliki ruang kaki 46"-48" dengan panjang kursi 16". Sementara di Boeing 737,
termasuk seri -300, -400, -500, dan seri -800 terbaru memiliki ruang kaki 41" hingga 44"
dengan panjang 19". Di beberapa pesawat, tersedia TV di setiap kursi.
Tersedia di semua pesawat. Ruang kaki terdiri dari 30" hingga 35" tergantung jenis pesawat,
dengan panjang kursi 17". Pesawat Airbus A330-200, Airbus A330-300 dan Boeing 737-800
NG memiliki kursi kelas ekonomi yang lebih baru yang menawarkan layar sentuh LCD 9-inci
dengan AVOD.
Makanan dan minuman ditawarkan tergantung lamanya penerbangan. Anggur dan bir juga
ditawarkan dalam penerbangan internasional.
V. Strategi Bisnis
Unit Bisnis Strategis atau Strategic Business Unit (SBU) adalah unit bisnis independen di
bawah perusahaan yang bertujuan untuk mengoptimalisasi sumber daya dan memaksimalkan
nilai perusahaan. SBU menyediakan produk dan pelayanan kepada pelanggan internal
maupun pihak ketiga. SBU yang berada di bawah Garuda Indonesia tersebut adalah Unit
Bisnis Garuda Sentra Medika (GSM) dan Unit Bisnis Garuda Cargo. Kedua unit bisnis ini
bertanggung jawab pada Dewan Direksi.
Corporate Level
Berbicara mengenai di dalam bisnis apa perusahaan akan berpartisipasi dan pembagian
sumber daya ke masing-masing bisnis unit. Berdasarkan corporate level strateginya, maka
Garuda Indonesia diklasifikasikan ke dalam perusahaan related diversified firm yaitu
perusahaan yang beroperasi di bidang industri yang mirip dan mereka berhubungan satu sama
lain melalui operating synergies. Operating synergies ini dapat berupa :
- kemampuan untuk membagi sumber daya
- kemampuan untuk membagi core competency (sesuatu yang membuat suatu
perusahaan sukses dan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi customer).
Analisis SWOT
Skor
Opportunity Bobot Peringkat
Bobot
Telah dikeluarkannya Garuda Indonesia dari daftar
perusahaan penerbangan yang dilarang terbang di
kawasan Eropa, yang menyebabkan semakin terbukanya 0.08 3 0.24
kesempatan untuk mewujudkan pengembangan jaringan
penerbangan internasional jarak jauh.
Indonesia merupakan salah satu pasar penerbangan
0.10 4 0.40
udara yang memiliki pertumbuhan yang pesat.
Berkembangnya secara cepat industri penerbangan Asia
0.15 4 0.60
Pasifik.
Pertumbuhan penumpang transportasi udara di
0.10 4 0.40
Indonesia tahun 2010 mencapai 22,39%
Bergabungnya Garuda sebagai anggota aliansi global
maskapai penerbangan yang bernama 0.06 3 0.18
SkyTeamGlobal Airline Alliance
Threats
Adanya faktor fasilitas bandara merupakan faktor yang
tidak dapat dikontrol yang menghambat ketepatan
0.05 4 0.20
waktu penerbangan (OnTimePerformance/OTP), seperti
landasan pacu/runway yang terbatas
Sumber utama pasokan bahan bakar pesawat Garuda
Indonesia berasal dari Pertamina, sehingga harga bahan
0.05 4 0.20
bakar pesawat, persediaan bahan bakar sangat
tergantung dengan Pertamina
Adanya krisis global 0.07 4 0.28
Maskapai asing yang melakukan penetrasi pasar ke
0.04 2 0.08
Indonesia
TOTAL 1 3.30
Weakness
Adanya faktor teknis dan flight operations seperti
keterbatasan jumlah cockpit dan cabin crew sehingga
menyebabkan keterlambatan penerbangan
Tingginya tingkat hutang lancar yang diakibatkan
adanya peningkatan dalam jumlah kewajiban pada
akun-akun lancar seperti hutang usaha dan biaya yang
masih harus dibayar
Garuda sangat bergantung kepada sistem otomatisasi
dalam menjalankan bisnis apabila terjadi kesalahan
sistem, proses bisnis perusahaan akan terganggu
Perseroan memiliki atau tetap memiliki defisit pada
modal kerja pada masa yang akan datang
Biaya operasional yang tinggi menyebabkan harga tiket
pesawat lebih tinggi dibandingkan dengan maskapai
penerbangan lainnya
TOTAL
Internal Factors
(IFAS)
STRENGTH WEAKNESS
External
Factors (EFAS)
4. Dikembangkannya konsep
“Human Capital
Managenment System”
yang memandang seluruh
karyawan sebagai aset yang
memiliki daya saing tinggi
yang dilakukan mulai dari
dilakukan dari mulai tahap
perencanaan,
pengembangan, pembuatan
sistem dan prosedur, serta
pengelolaan karir
5. Melakukan pemetaan
karyawan sesuai dengan
kompetensi dan minatnya
guna memudahkan
pengembangan karyawan.
Selanjutnya karyawan
terpilih ini dibekali dengan
pelatihan dan
pengembangan
“Management
Development Program”
atau “Professional
Development Program”
sehingga mereka dapat
terus berkembang dan
memberikan kemampuan
terbaiknya bagi organisasi
6. Sistem pembelajaran
elektronis “learning
content management
system” dan pusat
pembelajaran bagi
karyawan Garuda
7. Mengintensifkan proses
internalisasi budaya
perusahaan “FLY-HI” di
seluruh jajaran karyawan
Garuda
8. Menerapkan sistem reward
and punishment yang telah
meningkatkan motivasi dan
produktivitas karyawan
9. Membentuk komite
nominasi dan remunerasi,
penelaahan dan
penyempurnaan GCG,
menerapkan
whistleblowing system serta
memasukkan laporan
pelaksanaan Corporate
Governance pada website
Perusahaan agar dapat
diakses oleh publik
6. Memberikan layanan
“immigration on board”
yang memungkinkan
penumpang untuk
mengurus dokumen
keimigrasian di dalam
pesawat
7. Mengadakan corporate
safety committee meeting
secara berkala, melakukan
update terhadap safety
policy, quality policy,
security policy dan
environment policy
demikeselamatan dan
keamanan penerbangan
Service
Merketing and sales
Infrastruktur
Finance
HRD
Flight Operation
Penerbangan Jasa Kargo Penjualan Tiket(outlet Pendapatan diluar usaha
internasional dan Udara tiket)
domestik
Primary Activities
e-tecketing
perangkat Audio
& Video on
Demand (AVOD
Priority
Marketing & Network
sales management
Pemasaran
Advertising
Brand awarness
Infrastruktur Armada pesawat - -
Terminal
Cabang(outlet)
Bus -
Waiting Lounge -
Finance Stuktur - - -
permodalan
Obligasi - -
HRD Produktivitas
Rekrutment
Training
Reward system
Jenjang karir
Penilaian kinerja
Budaya
perusahaan
Flight Operation Perawatan
pesawat
Tabel Kerangka Analisis VRIO
Pemasaran Yes Yes No Yes Temp Comp Adv Normal Str & dist comp
Advertising
Yes No Yes Yes Comp Parity Normal Strength
Brand awarness Yes Yes Yes Yes Sus Comp Adv Above Normal Str & dist comp