Anda di halaman 1dari 4

Kontak kami

Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin go to url:

Jl. Mayjend Sutoyo S. No. 1134 Banjarmasin


Kajian Kross Seksional Seroprevalensi Antibodi Salmonella pullorum dari
Ayam yang Dilalulintasakan di BKP Kelas I Banjarmasin
A Cross Sectional Seroprevalensi Survey of present antibody against Salmonella pullorum
from chicken in Banjarmasin Agricultural Quarantine Agency

oleh: drh. Rima Hasmi Firdiati - 21 November 2017 Halaman 1/4

Pendahuluan
Ayam merupakan ternak unggas yang banyak dipelihara di masyarakat Indonesia. Dari pedesaan bahkan sampai sebagian kecil
penduduk kota. Ayam Petelur dipelihara dengan menggunakan kandang batere. Ayam Ras dipelihara menggunakan kandang.
Ayam kampung dipelihara dengan sistem diumbar. Manfaat yang diperoleh dari ayam antara lain untuk memanfaatkan sisa
rumah tangga, diambil telur, daging dan sebagai tabungan untuk keperluan lainnya. Pemeliharaan ayam banyak dipengaruhi
oleh budaya adat dan kegiatan keagamaan. Membawa ayam peliharaan sebagai buah tangan (oleh oleh) kepada sanak saudara
adalah satu contoh budaya di masyarakat kita yang masih sering dilakukan baik antar daerah maupun antar pulau. Hal tersebut
menyebabkan lalulintas ayam atau unggas sangat tinggi di Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin. Sebelum dilalulintaskan
ayam atau unggas tersebut harus sehat dari berbagai penyakit. Pullorum merupakan salah satu penyakit yang penting pada
ayam. Pullorum merupakan Hama penyakit Hewan Karantina (HPHK) Golongan II berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
No.3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis-jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi
Media Pembawa.

Penyebab Pullorum
Pullorum merupakan penyakit pada ayam yang disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Bentuk bakteri S. pullorum berupa
batang pendek, gram negatif, tidak berspora dan ayam atau unggas sebagai hospes spesifiknya. Penularan pullorum dapat terjadi
scara vertikal melalui telur dan induk kepada anaknya atau secara horisontal dengan cara kontak langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat melalui air minum, pakan, peralatan kandang dan secara tidak langsung melalaui vektor atau hewan
perantara seperti serangga dan tikus (OIE, 2012)
Penyebab penyakit Pullorum sangat luas dan hampir di seluruh dunia pernah terserang. Pertama kali penyakit pullorum ditemukan
pada tahun 1999. S. pullorum pertama kali diisolasi pada tahun 1971 oleh Sri Poernomo (Widodo dkk., 2010). Secara ekonomi
penyakit pullorum menyebabkan penurunan produksi telur , daya tetas menurun dan angka morbiditas serta mortalitas yang
tinggi mendekati 100 % pada anak ayam umur 2-3 minggu (Davidson, 2013).

Spesies Rentan
Anak ayam, ayam dewasa, burung merak, burung kenari, kalkun dan burung onta. Infeksi pullorum pada hewan mamalia sangat
jarang walaupun ada laporan penelitian atau infeksi alami pada kelinci, babi, kucing, sapi dan tikus (Davidson, 2013).

Gejala Klinis
Gejala penyakit pullorum antara lain berak putih dan pada ayam atau unggas yang masih muda menyebabkan kematian yang
sangat tinggi, sedangkan pada ayam dewasa bertindak sebagai karier (OIE, 2012).

Dokumentasi Kegiatan
Berita Lainnya

Bersama Anda Melindungi Negeri


Kontak kami
Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin go to url:

Jl. Mayjend Sutoyo S. No. 1134 Banjarmasin


Kajian Kross Seksional Seroprevalensi Antibodi Salmonella pullorum dari
Ayam yang Dilalulintasakan di BKP Kelas I Banjarmasin
A Cross Sectional Seroprevalensi Survey of present antibody against Salmonella pullorum
from chicken in Banjarmasin Agricultural Quarantine Agency

oleh: drh. Rima Hasmi Firdiati - 21 November 2017 Halaman 2/4

Tujuan penulisan ini untuk mengetahui seroprevalensi penyakit pullorum serta faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian
S. pullorum pada ayam yang dilalulintaskan di BKP Kelas I Banjarmasin.

Materi dan Metode


1. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dari bulan Maret s.d Oktober 2017 pada ayam yang dilalulintaskan di BKP Kelas I Banjarmasin.

2. Sampel Serum
Darah ayam diambil menggunakak spuit 3ml melalui vena brachialis di daerah sayap sebanyak 1,5 ml. Kemudian didiamkan
pada suhu kamar sampai keluar serumnya. Serum dipisahkan dan dimasukkan dalam tabung eppendorf 1,5 ml steril untuk uji
aglutinasi pullorum.

3. Uji Aglutinasi Pullorum


Menggunakan metode Rapid Plate Agar (RPA), uji aglutinasi pullorum dilakukan dengan cara mereaksikan antigen polivalent
pullorum pada plate WHO dengan perbandingan 1:1, kemudian diaduk menggunakan stick aglutinasi. Jika dalam waktu kurang
lebih 3 menit setelah diaduk terjadi reaksi aglutinasi, maka serum tersebut dikatakan positif terhadap pullorum dan bila tidak
terjadi reaksi aglutinasi maka serum tersebut negatif pullorum.

4. Analisa Statistika
Menurut Gonzalez et al (2005), untuk melihat hubungan antara seroprevalensi dengan ketiga variabel kelompok ayam tersebut,
diestimasi menggunakan rasio prevalensi (PR).

Hasil dan Pembahasan


Kajian terhadap seroprevalensi pullorum pada ayam yang dilalulintaskan di BKP Kelas I Banjarmasin terkumpul sebanyak 70
dengan perincian seperti pada tabel 1. Seroprevalensi S. pullorum secara keseluruhan dari Jawa Timur 92,86%, dari Kalimantan
selatan sebanyak 7,14%. Pada ayam dewasa seroprevalensi S. pullorum lebih tinggi dibandingkan pada ayam anakan. Hal tersebut
disebabkan pada ayam dewasa antibodi terhadap Salmonella sudah terbentuk sehingga bertindak sebagai karier. Serum dari
ayam karier salmonella apabila dilakukan pullorum test akan menunjukkan reaksi positif.

Dokumentasi Kegiatan
Berita Lainnya

Bersama Anda Melindungi Negeri


Kontak kami
Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin go to url:

Jl. Mayjend Sutoyo S. No. 1134 Banjarmasin


Kajian Kross Seksional Seroprevalensi Antibodi Salmonella pullorum dari
Ayam yang Dilalulintasakan di BKP Kelas I Banjarmasin
A Cross Sectional Seroprevalensi Survey of present antibody against Salmonella pullorum
from chicken in Banjarmasin Agricultural Quarantine Agency

oleh: drh. Rima Hasmi Firdiati - 21 November 2017 Halaman 3/4

Tabel 1. Seroprevalensi Salmonella pullorum pada ayam yang dilalulintaskan di BKP Kelas I Banjarmasin.

Pada ayam anakan seroprevalensinya nol (Tabel 1), hal tersebut disebabkan karena anak ayam terinfeksi salmonella biasanya akan
mati dan antibodi terhadap salmonella saat itu belum terbentuk. Gejala pullorum pada anak ayam antara lain berak putih dan
pada ayam atau ayam yang masih muda menyebabkan kematian yang tinggi, sedangkan pada ayam dewasa bertindak sebagai
karier (OIE, 2012).

Seroprevalensi pullorum pada ayam betina lebih tinggi dibandingkan dengan ayam jantan, hal ini disebabkan bakteri salmonella
berkolonisasi dalam saluran reproduksi ayam betina sehingga akan menghasilkan telur yang terkontaminasi dengan salmonella.
Secara vertikal penularan pullorum melalui telur. Penularan salmonella juga terjadi secara horisontal melalui makanan, air
minum, kotoran ayam, kontak dengan leleran yang keluar dari tubuh ayam dan kotoran dari burung-burung liar (Widodo dkk.,
2010). Ayam betina yang karier Salmonella anak ayam sudah mati oleh infeksi S. pullorum. Infeksi S. pullorum pada anak ayam
menyebabkan tingkat kematian tinggi (OIE, 2012).

Gejala yang nampak dari serangan S. pullorum pada anak ayam biasanya menggerombol dibawah sumber panas, nafsu makan
turun, mengantuk, bulu kusam dan ditemuinya feses keputihan yang menempel pada dubur ayam (Widodo dkk., 2010).
Perubahan anatomi pasca mati pada anak ayam adalah kantong kuning telur tidak terabsorbsi, fokal nekropsi pada hati dan limfa,

Dokumentasi Kegiatan
Berita Lainnya

Bersama Anda Melindungi Negeri


Kontak kami
Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin go to url:

Jl. Mayjend Sutoyo S. No. 1134 Banjarmasin


Kajian Kross Seksional Seroprevalensi Antibodi Salmonella pullorum dari
Ayam yang Dilalulintasakan di BKP Kelas I Banjarmasin
A Cross Sectional Seroprevalensi Survey of present antibody against Salmonella pullorum
from chicken in Banjarmasin Agricultural Quarantine Agency

oleh: drh. Rima Hasmi Firdiati - 21 November 2017 Halaman 4/4

terdapat nodul- nodul berwarna abu-abu pada paru dan jantung, ovarium tidak normal, kadang hemoragi atau folikel telur pucat
dan atrofi (OIE, 2012). S. pullorum tahan berbulan bulan bahkan bertahun tahun pada suhu sedang, tetapi mudah dimusnahkan
dengan menggunakan desinfektan atau formalim yang biasa dipakai untuk fumigasi pada mesin penetasan. Beberapa alternatif
tindakan untuk mengurangi kejadian pullorum antara lain: mengeliminasi atau tidak mencampur antara ayam bebas dengan
karier salmonella, melakukan pullorum tes pada peternakan ayam dan menjaga sanitasi kandang dan lingkungan terutama dari
tikus dan serangga lain sebagai pembawa Salmonella.

Pada usaha pembibitan ayam, pullorum tes wajib dilakukan dan jika terdapat ayam positif pullorum harus dilakukan culling
atau dimusnahkan sehingga siklus S. pullorum terputus. Seroprevalensi pullorum pada ayam petelur berkisar antara 1-2%. Tipe
kandang juga berpengaruh terhadap seroprevalensi pullorum. Kandang dengan tipe litter seroprevalensi pullorum lebih tinggi
dibandingkan dengan kandang individual (Widodo dkk., 2010). Seroprevalensi pullorum dari dua wilayah di Indonesia yaitu
Jawa Timur dan Kalimantan Selatan tidak sama walaupun cara hidup atau pemeliharaannya sama. Hal ini menunjukkan kondisi
geografis tidak memepengaruhi besar kecilnya seroprevalensi pullorum. Seroprevalensi S.pullorum dan S. gallinarum dari daerah
asal yang berbeda tidak ada perbedaan (Widodo dkk., 2010).

Kesimpulan
Seroprevalensi S. pullorum pada ayam yang dilalulintaskan di BKP Kelas I Banjarmasin sebesar 10% dengan perincian pada anak
ayam 0%, dewasa 21,21%, betina 12,07%, dan jantan 0%. Jenis kelamin dan umur ayam berpengaruh terhadap seroprevalensi.
Sedangkan daerah asal serum tidak berpengaruh. Pemeriksaan pullorum penting dilkukan dan ayam yang karier harus disingkirkan
dari lingkungan peternakan untuk menghindari berkembangnya S. pullorum lebih lanjut.

Daftar Pustaka
1. OIE (Office International des Epizooties). 2012. Chapter 2 . 3 . 1 1 .Fowl Typhoid And Pullorum Disease. OIE Terrestrial
Manual, Office International des Epizooties, Paris, France.
2. Peraturan Menteri Pertanian No.3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis-jenis Hama Penyakit Hewan
Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa.
3. Davidson, S. 2013, Pullorum Disease in Poultry: Salmonellosis. http//www.Merck Veterinary Manual. Diunduh Juli 2016.
4. Widodo, S., Supriadi dan Winarti, E. 2010. Seroprevalensi antibodi Salmonella pullorum dari Peternakan Ayam di Yogyakarta.
Sumber Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Yogyakarta.

Dokumentasi Kegiatan
Berita Lainnya

Bersama Anda Melindungi Negeri

Anda mungkin juga menyukai