Anda di halaman 1dari 17

SPESIFIKASI TEKNIS

PROGRAM : PENGEMBANGAN WILAYAH STRATEGIS DAN CEPAT TUMBUH


KEGIATAN : PEMBANGUNAN/PENINGKATAN INFRASTRUKTUR
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN/ PENINGKATAN JALAN LINGKUNGAN MENUJU TPS 3R
SELAT DALAM (DUKUNGAN NUSP-2)
LOKASI : KECAMATAN SELAT
KABUPATEN : KAPUAS
T.A. : 2018

I. SYARAT-SYARAT UMUM
A. Untuk Pekerjaan Sipil
1. Untuk pelaksanaan pekerjaan sipil umumnya dipakai peraturan umum yang lazim disebut A.V.
/ SU 41 ( Syarat – syarat umum untuk pelaksanaan bangunan umum yang dilelangkan )

2. Peraturan bangunan yang dipakai adalah peraturan dinyatakan berlaku dan mengikat kecuali
dinyatakan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat ini; peraturan tersebut adalah :
 PBI 1971 / NI – 2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)
 PUBI 1982 (Peraturan Umum untuk Bangunan di Indonesia)
 PMI 1970 / NI – 5 (Peraturan Perancangan Konstruksi Baja Indonesia)
 PUBI 1970 / NI – 3 (Peraturan Perancangan Konstruksi Baja Indonesia)
 Peraturan Bangunan Tahan Gempa 1984
 Persyaratan Dewan Teknik Pembangunan Indonesia 1970
 Peratuaran Cat Indonesia
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1980

3. Peraturan – peraturan lain yang dipenuhi adalah peraturan – peraturan setempat

B. Pelaksanaan dan Gambar Pelaksanaan


1. Pemborong diwajibkan meneliti semua gambar peraturan peraturan dan syarat – syarat
sebelum pekerjaan dilaksanakan, baik pekerjaan sipil maupun pekerjaan listrik.

2. Apabila ada persyaratan yang tidak lazim dilaksanakan atau bila dilaksanakan akan
menimbulkan bahaya, maka pemborong diwajibkan untuk mengadakan perubahan
seperlunya dengan terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan
/ Pengawasan Pekerjaan.

3. Apabila ada perbedaan pada gambar atau ukuran antara gambar ukuran kecil dan gambar detil
atau ada perbedaan antara Bestek ( RKS ) dengan gambar, maka yang berlaku adalahaturan –
aturan yang lebih menentukan seperti di bawah ini :
a. Bestek ( RKS )
b. Gambar dengan skala yang lebih besar
c. Berita acara Aanwijzing dan lampiran – lampirannya

4. Pelaksanaan pembangunan proyek diselenggarakan secara lengkap termasuk mendatangkan,


mengangkut dan mengerjakan semua bahan – bahan yang diperlukan, menyediakan tenaga
kerja berikut pengawasan dan hal – hal yang dianggap perlu lainnya.

5. Pemborong diwajibkan menangani semua keperluan yang dibutuhkan untuk menuju


penyelesaian pelaksanaan secara cepat, baik dan lengkap.

1
6. Didalam pelaksanaan pekerjaan, misalnya pekerjaan beton bertulang, konstruksi baja,
konstruksi kayu dan pekerjaan struktur lainnya disamping pekerjaan pengolahan tanah, baik
menurut perhitungan dan gambar – gambar konstruksi yang disediakan oleh Direksi
Pekerjaan / Pemberi Tugas sebelum pekerjaan dilaksanakan.

7. Pihak pemborong dianggap telah mempertimbangkan semua resiko yang mungkin akibat letak
daerah proyek dan memperhitungkan didalam harga yang termuat pada surat penawaran,
termasuk kehilangan dan kerusakan bahan dan alat.

8. Tanah dan halaman untuk pembangunan ini diserahkan kepada pemborong dalam keadaan
pada saat seperti penjelasan / peninjauan lapangan.

9. Pemborong harus menjaga ketertiban selama pekerjaan dilaksanakan, sedemikian rupa


sehingga lingkungan sekitarnya menjadi tertib, misalnya pelaksanaan pekerjaan pada malam
hari, pemborong harus minta persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas terlebih dahulu.

10. Pekerjaan harus diserahkan dengan lengkap ( As Build Drawing ) sesuai dengan sempurna
pada pemberi tugas / Direksi Pekerjaan termasuk perbaikan – perbaikan yang timbul akibat
pelaksanaan pada lingkungan pembangunan termasuk pembersihan.

C. Rencana Kerja
1. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyusun rencana terperinci
termasuk jadual pelaksanaan ( Time Schedule ) dan diajukan kepada pemberi tugas / Direksi
pekerjaan selambat – lambatnya selama 1 ( satu ) minggu setelah menunjukan pemenang
untuk disetujui.

2. Setelah disetujui, maka harus dicetak dan hasilnya diserajkan kepada Pemberi Tugas / Direksi
Pekerjaan sebanyak 3 ( tiga ) lembar. Sedangkan cetakan lainnya harus terpampang di
tempat pekerjaan dengan dilampirkan Dokumen kontrak.

3. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan, mendatangkan alat – alat bantu dan material
sesuai dengan rencana kerja, kecuali jika terpaksa menyimpang karena sesuatu hal, yang
harus dipertimbangkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

4. Rencana kerja ini akan dipakai Pemberi Tugas / Direksi Pekerjaan sebagai dasar untuk
menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan, kelambatan dan
penyimpangan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pemborong.

D. Bangsal Untuk Pekerja,Gudang.


1. Bangsal untuk Direksi, Site Manager, Pekerja, Gudang dan Ruang Rapat di lapangan dibuat di
tempat sekitar bangunan yang akan dikerjakan, letak ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

2. Bahan-bahan utama atau bahan-bahan tambahan yang seharusnya mendapat perlindungan,


harus disimpan di dalam gudang yang cukup menjamin perlindungan terhadapnya.

3. Pemborong wajib mengikuti rapat- rapat lapangan yang diselenggarakan setiap Minggu oleh
Direksi Pekerjaan bersama-sama Pemberi Tugas untuk membicarakan segala sesuatu
mengenai pembangunan proyek tersebut.

2
E. Ketentuan – Ketentuan lain
Selain rencana kerja dan syarat – syarat ini, ketentuan ketentuan lain yang mengikat di dalam
pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

1. Gambar
a. Gambar – gambar yang dilampirkan pada rencana kerja dan syarat – syarat pekerjaan ini
b. Gambar detail yang diserahkan oleh Direksi Pekerjaan

2. Petunjuk
a. Petunjuk ataupun keterangan yang diberikan dalam rapat penjelasan
( aanwijzing ) yang tercantum dalam berita acara rapat penjelasan
b. Petunjuk, syarat – syarat yang diberikan dalam masa pelaksanaan oleh Pemberi Tugas /
Direksi Pekerjaan, petugas dari Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota maupun

3. Peraturan
a. Semua undang – undang dan
Peraturan Pemerintah yang berlaku untuk semua pelaksanaan pemborongan.
b. Syarat – syarat untuk pelaksanaan
pemborongan dari Pekerjaan Umum di Indonesia yang disyahkan dengan Standar dan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi, Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor :
43/PRT/M/2007

PASAL 1 : PEKERJAAN PENDAHULUAN


1.1 Pengukuran Lokasi
Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus mengadakan pengukuran dengan teliti
elevasi dasar permukaan tanah dan jalan atau elevasi lainnya sesuai permintaan
Direksi.Cara pengukuran ketepatan hasil pengukuran, toleransi, dan pembuatan serta
pemasangan patok bantu akan ditentukan oleh Direksi. Ukuran – ukuran pokok dari
pekerjaan adalah sesuai dengan yang tercantum dalam gambar. Ukuran – ukuran yang
tidak tercantum, tidak jelas atau saling berbeda, harus segera dilaporkan kepada
Pengawas Lapangan. Apabila timbul keragu–raguan dari pihak Kontraktor dalam
menginterpretasi angka – angka elevasi dalam gambar maka hal ini harus
dilaporkan kepada Direksi untuk dimintakan penjelasannya. Apabila terdapat
kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
1.2 Pembuatan Papan Nama Kegiatan
Memasang papan nama kegiatan dari plywood atau bahan spanduk baliho ukuran 120
x 150 cm dipasang pada patok kayu yang kuat, ditanam dalam tanah dengan
ketinggian 150 cm.Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat oleh umum. Papan
nama proyek/Kegiatan memuat identitas:
1. Nama Proyek/Kegiatan
2. Pemilik Proyek/Kegiatan
3. Lokasi Proyek/Kegiatan
4. Jumlah biaya (kontrak)
5. Nama Konsultan Pengawas

3
6. Nama Pelaksana (Kontraktor)
7. Pekerjaan dimulai, tanggal, bulan, tahun
1.3 Uji Quality Kontrol
1. Testing Mutu Beton
Testing mutu beton harus dilakukan Kontraktor dengan diawasi Pengawas.
Kontraktor harus menyiapkan segalanya agar semua proses pengawasan dan
pengambilan sample dapat diawasi Pengawas selama periode proyek.
Pengambilan sample harus sesuai dan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam SNI
03-6898-2002. Benda uji yang dipergunakan dapat berupa kubus 15 X 15 X 15 cm3
atau slinder Ø 15 cm dimana cetakan untuk benda uji ini harus terbuat dari besi
sehingga bisa didapat benda uji yang sempurna.
Evaluasi dari kualitas beton akan dilakukan oleh Pengawas untuk dapat
dinyatakan suatu pekerjaan beton mutunya dapat memenuhi Spesifikasi, dan juga
untuk menolak pekerjaan beton yang sudah dilakukan, dan termasuk menentukan
perlu atau tidaknya merubah komposisi adukan beton Penggujian beton yang
dilakukan adalah meliputi test kekuatan (crushing test) dan slump test. Kesemua
test ini dapat mengikuti ketentuan dalam SNI 03-6898-2002.
Tentang jumlah dan waktu pelaksanaan pengambilan kubus test, selain
mengikuti ketentuan-ketentuan dalam SNI 03-6898-2002, juga dapat dilakukan
bila dianggap perlu oleh Pengawas demi pertimbangan kondisi pelaksanaan.
Semua hasil pemeriksaan kubus (crushing test) harus sesegera mungkin
disampaikan kepada Pengawas.
Slump test harus dilakukan pada setiap akan memulai pekerjaan pengecoran, dan
dilakukan sebagaimana ditentukan dalam SNI 03-6898-2002. Toleransi dalam
kekentalan adukan harus dalam batas-batas sbb :
10 mm dari batas-batas nilai slump yang diijinkan Nilai Slump yang disebutkan
dalam bagian terdahulu harus dicapai dalam pelaksanaan sesungguhnya
dipelaksanaan pengecoran.
a) Bila ternyata hasil test kubus beton menunjukkan tidak tercapainya mutu
yang disyaratkan, maka Pengawas berhak untuk memerintahkan hal-hal
sbb. : Mengganti komposisi adukan untuk pekerjaan yang tersisa.
Memperlama proses penjagaan dalam masa pengerasan beton.Non-
destructive testing.Core drilling.Test-test lain yang dianggap relevan dengan
masalahnya.
Perlu diperhatikan bahwa semua prosedur dan ketentuan-ketentuan dalam
SNI 03-6898-2002 harus tetap diikuti.
Apabila setelah dilakukan langkah-langkah sebagaimana disebutkan diatas,
dan ternyata mutu beton memang tetap tidak dapat memenuhi Spesifikasi,
maka Pengawas berhak memerintahkan pembongkaran beton yang
dinyatakan tidak memenuhi syarat tadi sesegera mungkin.

4
b) Semua biaya pengambilans ample, pemeriksaan, pembongkaran, pekerjaan
perbaikan dan pekerjaan pembuatan kembali konstruksi beton yang
dibongkar tadi, sepenuhnya menjadi beban Kontraktor.
2. Mutu beton yang dilaksanakan harus mempunyai kokoh kubus pada umur 28 hari
sebesar 175kg/cm2.
3. Hal tersebut diatas harus dibuktikan dengan contoh-contoh kubus beton sesuai
menurut SNI 03-6898-2002.
4. Ukuran Kubus Beton sesuai dengan SNI 03-6898-2002 ditetapkan memakai
ukuran 15x15x 15 cm atau slinder 15 x 30 cm.
5. Jika dianggap perlu Direksi bisa meminta pemeriksaan kubus untuk suatu
pekerjaan.
6. Untuk uji Material lain harus melalui persetujuan / petunjuk dari Direksi Teknis.
1.4 Laporan, Asbuiltdrawing, Back Up Data dan Dokumentasi
Kontraktor/Penyedia Jasa diwajibkan Membuat laporan harian, mingguan dan
bulanan, membuat gambar kerja pelaksanaan (Asbuiltdrawing) serta mengadakan
Dokumentasi, back up data mulai dari bobot pekerjaan 0 %, 50% sampai dengan 100
%.

PASAL 2 : PEKERJAAN TANAH


2.1 Pembersihan Lapangan dan Perataan
 Sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, lokasi proyek harus dibersihkan dari
segala sesuatu yang tidak diperlukan atau dapat mengganggu jalannya pekerjaan.
 Semua benda yang dapat mengganggu jalannya pekerjaan harus dikeluarkan dari
lokasi proyek ke tempat yang telah disetujui Direksi atau Konsultan Pengawas,
selambat-lambatnya sebelum pekerjaan dimulai.
2.2 Timbunan Pilhan Tanah Sirtu (padat)
Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan
tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk
penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang
diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan
elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.
a) Timbunan Pilihan (Selected material)
 Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai “Timbunan pilihan” bila
digunakan pada lokasi dan telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh
Direksi Pekerjaan.
 Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari
bahan tanah, tanah berbatu atau batu berpasir yang memenuhi semua
ketentuan untuk timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-
sifat tertentu yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti
diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal,
seluruh timbunan pilihan bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989,

5
memiliki CBR paling sedikit 10% setelah 4 (empat) hari perendaman bila
dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-
1742-1989, atau 95% kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-1743-1989.
Timbunan pilihan untuk lapis 20 cm di bawah dasar perkerasan (subgrade)
ukuran butir maksimum tidak boleh lebih dari 7,5 cm.
 Timbunan terdiri dari bahan tanah/batu yang memenuhi semua ketentuan
Seluruh timbunan pilhan.
 Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan pada timbunan lereng atau
pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat
geser yang cukup, apabila dilaksanakan dengan pemadatan kering normal,
maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan
bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah.
Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui oleh Direksi Teknis tergantung pada
kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan
yang akan dipikul.
b) Pemadatan
 Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis
harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui
Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
 Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air
bahan berada dalam rentang 3% di bawah kadar air optimum sampai 1% di
atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai
kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh apabila tanah
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
 Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Teknis sebelum
lapisan berikutnya dihampar.
 Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi terendah dan bergerak menuju
ke arah elevasi tertinggi sumbu jalan sehingga setiap titik akan menerima
jumlah energi pemadatan yang sama.
 Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal
gembur tidak lebih dari 10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat
mekanis dengan berat kurang lebih 70 kg atau timbris (tamper) manual
dengan berat minimum 10 kg.
2.3 Pemasangan Filter Plastik Cor
 Plastik cor memiliki kegunaan yang penting untuk aplikasi pelat lantai di atas tanah
/slab onground. Plastik cor dapat dibeli di toko bangunan, upayakan plastik
memiliki ketebalan yang cukup, sekitar 0.04 – 0.1 mm agar tidak mudah robek bila
terinjak-injak pada saat memasang tulangan pelat. Fungsi plastik adalah untuk
menjaga agar permukaan dasar beton tidak langsung berhubungan dengan tanah
6
yang memiliki kelembaban.Sehingga kemungkinan air / uap air masuk ke dalam
pori-pori beton menjadi lebih kecil, dan tulangan terhindar dari karat /korosi.
Korosi selain merusak tulangan juga akan memberikan warna karat pada
permukaan beton. Pada cor beton di atas tanah, biasanya tulangan hanya
diletakkan dibagian atas dengan tebal selimut beton atas sekitar 30 mm. Plastik
cor diletakkan di atas permukaan tanah yang telah siap (telah dipadatkan) dan
lapisan pasir 50 mm (atau bisa juga beton K0 /lean concrete/ beton mutu rendah)
sebagai dasar.
 Fungsi plastik yang kedua adalah melepaskan gesekan antara permukaan bawah
pelat beton dengan permukaan tanah. Sehingga pada saat beton mengalami susut
tidak tertahan, dan retak dapat terjadi pada daerah joint yang telah direncanakan.
Untuk fungsi ini, plastik akan lebih baik apabila dipasang double (2 lembar)
sehingga gesekan yang terjadi akan lebih sedikit.

PASAL 4 : PEKERJAAN STRUKTUR


4.1 Pekerjaan Cerucuk Kayu Galam ø 8-10 cm
- Standard yang digunakan harus memenuhi syrat seperti mutu kayu adalah mutu I
sesuai dengan PBBI NI -3, bebas dari getah cacat cacat dan harus mengalami
proses pengeringan udara minimum 3 bulan.
- Bahan Kayu galam harus berkualitas baik tidak lapuk / busuk dan memiliki ukuran
sesuai dengan ketentuan yang ditentukan oleh Direksi.
- Pemancangan kayu galam yang telah dilancipkan terlebih dan dipancang kedalam
tanah menggunakan alat bantu (manual)
- Panjang Cerucuk galam yang akan dipancang harus sesuai dengan gambar kerja
yang telah disetujui oleh Direksi Teknis.
- Hal lain yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan oleh
Direksi.
4.2 Pasangan Papan Bakisting / Cetakan
- Material untuk bekisting dapat dibuat dari kayu, besi, atau material lain yang
disetujui Pengawas. Kesemua tipe material tadi bila digunakan tetap harus
memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kwalitas dan kekuatan, sehingga
didapat hasil beton yang halus, rata, dan sesuai dimensi yang direncanakan.
- Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam
adukan beton tidak hilang atau berkurang. Pengerjakan bekisting harus
sedemikian rupa sehingga hubungan papan bekisting terjamin rapat dan tidak
akan menimbulkan kebocoran.Konstruksi bekisting harus cukup kaku, dengan
pengaku-pengaku (bracing) dan pengikat (ties) untuk mencegah terjadinya
pergeseran ataupun perubahan bentuk yang diakibatkan gaya-gaya yang mungkin

7
bekerja pada bekisting tadi. Hubungan-hubungan antara bagian bekisting harus
menggunakan alat-alat yang memadai agar didapat bentuk dan kekakuan yang
baik. Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan horizontal dan vertikal. Semua
bekisting harus direncanakan agar dalam proses pembukaan tanpa memukul
atau merusak beton. Untuk pengikatan dalam beton harus menggunakan batang
besi dan murnya.
- Bila diperkirakan akan terendam air, Pemborong harus membuat bekisting kedap
air dengan melapisinya menggunakan bahan yang tidak tembus air sesuai
petunjuk Pengawas.
- Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan
dengan teliti sebelum digunakan kembali, dan bekisting yang telah digunakan
berulang kali dan kondisinya sudah tidak dapat diterima Pengawas, harus segera
disingkirkan untuk tidak dapat dipergunakan lagi atau bilamana mungkin
diperbaiki agar kembali sempurna kondisinya.
- Konstruksi dari bekisting, seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain yang
memerlukan perhitungan harus diajukan dan disetujui Pengawas.
- Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekisting harus bersih dari
kotoran dan kering dari air.
- Pembersihan dan pengeringan harus sedemikian rupa hingga terjamin mutu
beton yang diharapkan dan untuk jaminan bahwa bagian dalam bekisting
betul-betul kering. Finishing beton bertulang sejauh mungkin dihindari dan
perataan permukaan beton harus dilakukan sesuai petunjuk Pengawas.
- Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam
bekisting belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Pengawas.
- Walaupun ditentukan lain oleh Pengawas bekisting beton tetap tidak boleh
dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 21 hari.
- Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari karena alas an
adanya pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan beton
harus disetujui oleh Pengawas.

4.3 Pekerjaan Pas. Wire Mesh ø 6 mm (210 cm x 54 m; 3,07 Kg/M2)


1. Besi Wiremesh adalah besi yang bentuknya seperti kawat dan dianyam menjadi
lembaran, oleh karena itu di Indonesia besi ini disebut besi atau kawat anyam.
Bentuk dari anyaman ini ada yang kotak-kotak atau adapula yang seperti jajaran
genjang.
2. Besi Wiremesh ada dua jenis. Pertama yang berupa lembaran. Ukuran standar
yang ada adalah 2,1 meter x 5,4 meter. Sedangkan jenis yang kedua berupa
gulungan atau rol yang punya ukuran lebar 2,1 meter dan panjangnya mencapai
54 meter. Untuk diameter kawatnya tersedia ukuran yang paling kecil yaitu empat

8
hingga yang terbesar adalah sepuluh. Sebutannya adalah M4,M5,M6,M7,M8 dan
seterusnya.
3. Wiremesh sangat bagus digunakan pada plat beton baik yang diletakkan secara
langsung di tanah atau yang menggantung. Untuk yang berada dipermukaan
tanah, biasanya diaplikasikan untuk mengeraskan tanah sehingga menjadi kuat
menahan beban yang mempunyai bobot sangat berat.
4. Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut : Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak/minyak, karat, dan tidak
bercacat seperti retak dll.
5. Pemasangan besi tulangan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBI
1971. Besi beton harus dipasang sebagaimana pada gambar rencana atau seperti
yang diinstruksikan Pengawas. Terkecuali sebagaimana yang dinyatakan pada
gambar atau diinstruksikan Pengawas, pengukuran pada pemasangan besi
tulangan harus dilakukan terhadap as dari besi tulangan. Besi tulangan yang
terpasang harus sesuai ukuran, bentuk, panjang, posisi, dan banyaknya, dan akan
diperiksa setelah kondisi terpasang.
6. Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat,
kotoran, lemak, atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada besi beton
tadi dan dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara beton dan besi
beton. Dan kebersihan ini harus tetap dijaga sampai proses pengecoran beton.
7. Bilamana dirasa perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain dari
posisi pada gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh Pengawas.
Sambungan ini tidak diperkenankan diletakkan pada lokasi tegangan yang
maximum, dan penyambungan pada besi beton yang letaknya bersebelahan agar
dilaksanakan dengan bergeser posisinya (staggered). Bilamana dikehendaki suatu
panjang yang tanpa sambungan, panjang dari batang tadi harus dibuat sepanjang
yang bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan panjang sambungan lewatan
sebagaimana ditentukan dalam PBI 71, terkecuali ditentukan lain.
8. Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya
sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang
dari yang diisyaratkan. Toleransi yang diperkenankan untuk penyimpangan
terhadap bidang horizontalnya adalah 4 mm.
Kawat pengikat tulangan harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum
1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.

4.4 Pekerjaan Cor Beton Mutu fc’14,5 Mpa (Camp. 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr)


a. Standart

9
Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan juga
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam Peraturan
Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971 - NI 8), terkecuali bila dinyatakan atau
diinstruksikan lain oleh Pengawas. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercakup dalam
Peraturan tadi, maka ketentuan ketentuan berikut ini dapat dipakai dengan
terlebih dahulu memberitahu dan memintakan ijin dari Pengawas.
b. Semen
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah fc’14,5 Mpa
dengan perbandingan 1 PC : 2 PS : 3 KR dan harus memenuhi persyaratan yang
ditentukan dalam PBI 1971. Semen yang digunakan harus merupakan produk dari
satu pabrik yang telah mendapat persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas
terlebih dahulu.
Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari Produsen untuk setiap pengiriman
semen, yang menunjukkan bahwa produk tadi telah memenuhi sesuatu test
standard yang lazim digunakan untuk material itu.
Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada
setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau
menolak semen-semen tersebut.
Kontraktor harus menyediakan tempat/gudang penyimpanan semen pada
tempat- tempat yang baik sehingga semen-semen tersebut senantiasa terlindung
dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak, teutama sekali lantai
tempat penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan
tanah.
Dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter.
Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat
dibedakan dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen
harus diatur secara kronologis sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung
semen yang kosong harus segera dikeluarkan dari lapangan.
Bila terdapat keraguan kwalitas semen maka dapat dilakukan pengujian, bila
ternyata hasil test dari semen-semen yang sudah berada dilapangan menunjukkan
hasil yang tidak memenuhi syarat, Kontraktor harus dengan segera menyingkirkan
semen-semen yang ditolak tadi keluar areal kerja dan areal penyimpanan dengan
biayanya sendiri.
c. Air untuk Adukan
1. Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan dan
grouting, bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, harus air tawar yang
bersih dari bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak,
alkali, sulfat, bahan organis, garam, silt (lanau). Kadar Silt (lanau) yang
terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam perbandingan beratnya.
Kadar sulfat maximum yang diperkenankan adalah 0.5 % atau 5 gr/lt,
sedangkan kadar chloor maximum 1.5 % atau 15 gr/lt.

10
2. Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang
berlumpur, ataupun air laut. Tempat pengambilan harus dapat menjaga.
kemungkinan terbawanya material-material yang tidak diinginkan tadi.
Sedikitnya harus ada jarak vertikal 0.5 meter dari dari permukaan atas air kesisi
tempat pengambilan tadi.
3. Penggunaan air kerja harus mendapat persetujuan pengawas.
4. Bila akan dipakai air bukan berasal dari air minum dan mutunya meragukan,
maka Direksi/Konsultan Pengawas dapat minta kepada Pemborong untuk
mengadakan penyelidikan air secara laboratoris dan biaya penyelidikan
tersebut atas tanggungan Pemborong.
d. Agregat Halus (Pasir)
1. Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam, pasir
hasil pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat
gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang
merata dan stabil, dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak
terselaput oleh material lain.
2. Pasir yang ditolak oleh Pengawas, harus segera disingkirkan dari lapangan
kerja. Dalam membuat adukan baik untuk beton, plesteran ataupun grouting,
pasir tidak dapat digunakan sebelum mendapat persetujuan Pengawas menge-
nai mutu dan jumlahnya.
3. Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkalis,
bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat
substansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5%.
4. Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan
persyaratan pada PBI 71.
e. Agregat Kasar (Koral)
1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah, atau
campuran dari keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air yang
merata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, koral keras, padat, tidak
porous, dan tidak terselaput material lain. Dalam penggunaannya koral harus
dicuci terlebih dahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai yang dikehen-
daki, dan material yang halus yaitu yang lebih kecil dari 5 mm harus
disingkirkan.
2. Koral yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat
persetujuan dari Pengawas baik mengenai mutu ataupun jumlahnya.
3. Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk
adukan, baik dengan menimbang ataupun volume, agar dapat dicapai mutu
beton yang direncanakan, memberikan kepadatan maximum, baik workability-
nya, dan memberikan kondisi water-cement ratio yang minimum.
f. Bahan Pencampur (Admixtures)

11
1. Penggunaan bahan admixture harus dengan ijin tertulis dari Direksi/Konsultan
Pengawas, dan admixtures ini harus merupakan bagian yang integral dari
adukan beton yang dibuat.
2. Biaya tambahan akibat penggunaan bahan-bahan pencampur (admixture)
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
g. Perbandingan Adukan
1. Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya,
dan harus merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan hasil sesuai
yang diminta dalam Spesifikasi.
2. Adukan percobaan harus dimodifikasi dan diulangi sampai pihak
Direksi/Konsultan Pengawas puas dengan kenyataan bahwa material dan
prosedur yang digunakan akan menghasilkan beton dengan kekuatan dan
kondisi sesuai dengan Spesifikasi yang diminta. Kekuatan dari beton yang
disyaratkan harus dibuktikan dengan mengambil kubus test untuk ditest di
laboratorium, yang kesemuanya harus memenuhi ketentuan ketentuan dalam
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
Tidak satupun komposisi adukan beton yang dapat digunakan dalam pekerjaan
sebelum mendapat persetujuan dari Pengawas. Untuk selanjutnya komposisi
adukan beton yang digunakan harus berdasar pada hasil adukan percobaan
yang telah disetujui.
3. Penggunaan material dan komposisi adukan yang konsisten, harus diterapkan
agar tercapai hal-hal sbb : Kekuatan beton rencana. Beton yang padat, kedap
air, dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan lingkungan.Pengaruh Kembang
Susut yang kecil.
h. Pengadukan
- Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk
mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi baik; sehingga
dapat dihasilkan mutu adukan yang homogen. Jumlah tiap bagian dari
komposisi adukan beton harus diukur dengan teliti sebelum dimasukkan
kedalam alat pengaduk, dan diukur dapat berdasarkan berat atau volume.
- Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk yang mempunyai
kapasitas minimum 0.2 m3 dengan waktu tidak kurang dari 1½ menit setelah
semua bahan adukan beton dimasukkan dengan segera, kecuali air yang dapat
dimasukkan sebagian lebih dahulu. Pengawas berhak untuk memerintahkan
memperpanjang proses pengadukan bila ternyata hasil adukan yang ada
gagal menunjukkan beton yang homogen seluruhnya, dan kekentalannya tidak
merata.
- Adukan beton yang dihasilkan dari proses pengadukan tadi harus
mempunyai komposisi dan kekentalan yang merata untuk keseluruhannya.
- Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum dan sewaktu
pengadukan dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses

12
pengeluaran dari adukan yang dapat dilakukan berangsur-angsur. Penambahan
air yang berlebihan yang dimaksudkan untuk menjaga kekentalan yang
disyaratkan, tidak dapat dibenarkan. Mesin pengaduk yang menunjukkan hasil
yang tidak memuaskan, harus segera diperbaiki atau diganti dengan yang baik
lainnya. Pada alat pengaduk yang ditempatkan secara sentral, atau pada
mixing plants, Kontraktor harus menyediakan sarana agar proses pengadukan
dapat diawasi dengan baik dari tempat yang tidak menggangu
pelaksanaan pekerjaan pengadukan. Alat pengaduk tidak boleh digunakan
untuk mengaduk adukan dengan volume yang melebihi kapasitasnya, kecuali
diinstruksikan Pengawas.
- Alat pengaduk yang digunakan harus menunjukkan dengan jelas data-data dari
pabriknya. Gross volume dari ruang pengaduk, Maximum kecepatan
pengadukan, Minimum dan maximum kecepatan pengadukan dengan disertai
data-data tentang ruang pengaduk, sirip pengaduk dll.
- Alat pengaduk (beton mollen) harus benar-benar kosong dan bersih sebelum
diisi bahan-bahan untuk mengaduk beton, dan harus segera dicuci bersih
setelah selesai mengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai adukan
yang pertama pada suatu pengecoran dengan beton mollen yang sudah bersih,
pengadukan yang pertama harus mengandung koral dengan jumlah
perbandingan separuh dari jumlah perbandingan normalnya untuk menjaga
adanya material halus dan semen yang tertinggal melekat pada bagian dalam
beton mollen.
Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama ini harus dilakukan dengan
sedikitnya satu menit lebih lama dari waktu pengadukan normal. Untuk
mendapatkan campuran beton yang baik dan merata Pemborong harus
memakai mesin pengaduk yang baik. Mesin pengaduk harus cukup untuk
melayani volume pekerjaan yang direncanakan. Mesin pengaduk harus
dibersihkan dengan air dan dihindarkan dari pengotoran minyak, sebelum
dipakai. Setiap campuran beton harus diaduk dalam pengaduk sehingga
merata/homogen dan waktu pengadukan minimum adalah 2 menit untuk
setiap kali mencampur.
- Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenankan, terkecuali
untuk suatu jumlah yang kecil sekali dan hal inipun diperkenankan setelah
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Pengadukan dengan manual
ini (hand mixing) ini harus dilakukan pada suatu platform yang mempunyai
tepi-tepi penghalang.
- Pada proses pengadukan ini, bahan-bahan yang akan diaduk harus diaduk
dulu secara kering dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan, untuk
kemudian air pencampurnya disemprotkan dengan selang air, dan setelah itu
dilakukan pengadukan kembali dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan
sampai didapat suatu adukan yang benar-benar merata.Dalam

13
pengadukankembali ini kekentalannya dapat dinaikkan dengan 10 persen,
serta tidak diperkenankan melakukan pengadukan dengan cara ini untuk
suatu jumlah yang lebih dari 1/2 m3 diaduk sekaligus.
i. Pengecoran
 Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam
dari bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari segala
macam kotoran. Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan
dan bagian dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
 Juga air yang tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan
dicorkan harus segera dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat
beton dicor, harus dicegah dengan mengadakan drainage yang baik atau
dengan metoda lain yang disetujui Pengawas, untuk mencegah jangan sampai
beton yang baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah proses
pengecoran.
 Pengecoran tidak dapat dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton
dicorkan, kondisi permukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan
dicor, dan juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh
Direksi/Konsultan Pengawas. Setelah diperiksa dan disetujui Pengawas, maka
pekerjaan yang dapat dilakukan hanyalah pekerjaan dalam atau terhadap
bekisting sampai selesainya pengecoran beton pada daerah yang telah
disetujui, terkecuali dengan seijin Pengawas.
 Bilamana perlu, Pemborong dapat menggunakan concrete pump, gerobak-
gerobak dorong untuk mengangkut adukan ketempat yang akan dicor.
Pengangkutan beton tidak diperkenankan dengan ember-ember.
 Pada tiap pengecoran, Kontraktor diwajibkan menempatkan seorang tenaga
pelaksananya yang berpengalaman baik dalam pekerjaan beton, dan pelaksana
ini harus hadir, mengawasi, dan bertanggung jawab atas pekerjaan
pengecoran. Sedang semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh
tenaga-tenaga pekerja yang terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk
menangani pekerjaan pengecoran yang dilakukan. Sebelum pengecoran
dimulai, semua peralatan, material serta tenaga yang diperlukan sudah harus
siap dan cukup untuk suatu tahap pengecoran sesuai dengan rencana yang
sebelumnya disetujui Pengawas. Tulangan, jarak, bekisting dan lain-lain, harus
dijaga dengan baik sebelum dan selama pelaksanaan pengecoran.
 Segera setelah beton dituangkan kedalam bekisting, adukan harus dipadatkan
dengan concrete vibrator yang jumlahnya harus mencukupi. Penggetaran
dengan concrete vibrator dapat dibantu dengan metode lain yang sebelumnya
harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas terlebih dahulu.
 Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari
pekerjaan beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Pengawas atau wakil
dari Pengawas (Inspector). Pada bagian struktur yang akan terkena air laut

14
pada saat muka air laut tinggi (HWS), maka pengecoran bagian tersebut harus
dilakukan pada saat muka air laut rendah (LWS).
 Kontraktor harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton
agar didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan, dan
memadatkan adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus.
 Mengencerkan adukan beton yang sudah diangkut sama sekali tidak
diperkenankan. Adukan beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum
dicorkan, harus segera dibuang.
 Seluruh pekerjaan pengecoran beton harus diselesaikan segera sebelum
adukan betonnya mulai mengeras. Dan segala langkah perlindungan harus
segera dilakukan terhadap beton yang baru dicor, dimulai saat-saat beton
belum mengeras.
 Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal
pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus,
Kontraktor harus segera memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai
suatu batas tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton
masih dalam keadaan plastis.
Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar
berada dalam keadaan lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk
construction joint, sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila
terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu
jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana beton
sudah dinyatakan mulai mengeras yang ditentukan oleh pihak Pengawas.
 Pengecoran harus menerus dan hanya boleh berhenti ditempat-tempat yang
diperhitungkan aman dan telah direncanakan terlebih dahulu dan sebelumnya
mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
Penghentian maksimum 2 jam.Untuk menyambung suatu pengecoran,
pengecoran sebelumnya harus dibersihkan permukaannya dan dibuat kasar
dengan sikat baja agar sempurna sambungannya dan sebelum adukan beton
dituangkan, permukaan yang akan disambung harus disiram dengan air semen
dengan campuran 1 pc : 0,5 air.
 Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu
akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu
beton yang sudah dicor harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang
disetujui Pengawas terhitung mulai pengecorannya. Tidak sekalipun
diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca yang tidak
baik untuk proses pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan
terhadap adukan beton, hal ini bisa dalam terjadi baik dalam keadaan
cuaca yang panas sekali, atau dalam keadaan hujan. Perlindungan yang
dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus mendapat persetujuan
Pengawas. Selama waktu pengerasan, beton harus dilindungi dengan air

15
bersih atau ditutup dengan karung-karung yang seniantiasa dibasahi dengan
air, terus menerus selama paling tidak 10 hari setelah pengecoran.
 Apabila cuaca meragukan, sedangkan Pengawas tetap menghendaki agar
pengecoran tetap harus berlangsung, maka pihak Pemborong harus
menyediakan alat pelindung/terpal yang cukup untuk melindungi tempat yang
sudah/akan dicor.Pengecoran tidak diijinkan selama hujan lebat atau ketika
suhu udara naik diatas 32° C.
 Untuk setiap jumlah 5 m3 pengecoran, Pemborong diwajibkan membuat
minimal 1 (satu) buah sample kubus/silinder untuk pemeriksaan kekuatan
tekan beton, pemeriksaan slump test, dengan prosedur sebagaimana
ditentukan dalam PBI1971/PB 89 (SK-SNI .,91).
 Slump yang diperkenankan dalam pelaksanaan adalah antara 10-12 cm dan
faktor air semen maksimum 0,4. Pengambilan-pengambilan contoh diatas
dilakukan atas petunjuk Pengawas. Kubus-kubus/silinder yang telah diambil
harus dijaga dapat mengeras dengan baik. Demikian pula kubus/silinder beton
yang diambil selama pengecoran harus diuji kuat tekannya di laboratorium
yang telah disetujui Pengawas dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada
Pengawas untuk dievaluasi. Bilamana hasil pengujian menunjukkan mutu
beton kurang dari fc’14,5 Mpa untuk beton pondasi dan untuk bagian
struktur lainnya sesuai yang direncanakan, Pemborong diwajibkan untuk
mengajukan rencana perbaikan/penanggulangan kepada Pengawas dan
mengadakan perkuatan/penyempurnaan konstruksi dengan biaya Pemborong
apabila hal tersebut dipandang perlu oleh Pengawas.
 Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari nilai K
(kuat tekan karakteristik) yang diisyaratkan, Pemborong harus mengambil
cube- sample dari bagian-bagian konstruksi yang diragukan. Jumlah cube-
sample untuk tiap pemeriksaan adalah 3 buah, dan selanjutnya akan diperiksa
di Laboratorium dengan petunjuk Pengawas. Hasilnya akan dievaluasi
Pengawas dan apabila ternyata nilai yang diperoleh membahayakan
konstruksi, Pemborong harus melakukan perbaikan bagian konstruksi tersebut
atas biaya Pemborong.
 Bila dirasa perlu untuk mengurangi kadar air beton, Pemborong dapat
menambahkan bahan-bahan kimia sebagai additive, seperti penggunaan
Puzzilith R-300 misalnya dengan jumlah 125-150 cc tiap zak semen @ 40 kg.
Sebelum pelaksanaan, Pemborong harus mengajukan terlebih dahulu
kepada Pengawas buku petunjuk pemakaiannya dari pabrik pembuat.
Additive lain dapat pula dipergunakan sepanjang tidak menyebabkan kelainan
- kelainan pada beton dan untuk itu harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Pengawas. Semua biaya yang timbul akibat penggunaan
bahan-bahan tambahan (additive) menjadi tanggung jawab Kontraktor.

16
PASAL 5 : PENUTUP
5.1 Meskipun dalam Spesifikasi Teknis ini tidak dinyatakan dalam kata-kata yang harus
disediakan oleh pemborong yang tidak disebutkan dalam penjelasan pekerjaan ini,
maka kata-kata tersebut dianggap ada peraturan pelaksanaan ini.
5.2 Pekerjaan yang nyatakan menjadi bagian dari pekerjaan ini tetap diselenggarakan dan
disediakan oleh kontraktor harus dianggap pekerjaan ini diuraikan dan dimuat dalam
uraian kerja ini.
5.3 Hal-hal yang belum tercantum dalam pasal-pasal diatas diatur dan ditentukan
kemudian oleh Pengelola Kegiatan.
5.4 Pada pelaksanaan pekerjaan agar disesuaikan dengan RKS dan ketentuan yang berlaku,
serta tetap mempertahankan kualitas, kuantitas, estetika dan kelengkapan
administrasi.

17

Anda mungkin juga menyukai