Anda di halaman 1dari 4

Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 1

14
DIVISI
GIZI DAN PENYAKIT
METABOLIK
Dr. Renny Bagus, SpA, Dr. Abdul Rohim,SpA,
Dr. Retno HMA, SpA, Dr. Marito Logor, SpA

1. Perkembangan Terlambat
2. Sindroma Down
3. Gagal Tumbuh
4. Perawakan Pendek

Divisi Tumbuh Kembang


Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 2

1. KEKURANGAN ENERGI DAN PROTEIN (KEP)


BATASAN
KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta
sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain.

PATOFISIOLOGI
KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari
yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya
kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat
kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi,
pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi.Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah
nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan,
infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan
nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi.Makanan
yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk
menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan
karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau
terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat
menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih
diatas -3 SD (-2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/” decompensated
malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres
katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-
kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka
akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik/compensated malnutrition). Dengan demikian pada
KEP dapat terjadi : gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum,
penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim.

GEJALA KLINIS
Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu :
1. Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab
dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut
dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak
merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai
penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia.
2. Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang
tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada, perut
cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare.
3. Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.

DIAGNOSIS
1. Klinik : anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang, serta penyakit yang
pernah diderita) dan pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi dan berbagai defisiensi vitamin)
2. Laboratorik : terutama Hb, albumin, serum ferritin
3. Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut umur),
LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), LLA/TB
(lingkar lengan atas menurut tinggi badan)
4. Analisis diet

Klasifikasi :
1. KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CD
2. KEP sedang : > 70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
Divisi Tumbuh Kembang
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 3

3. KEP berat : 70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

DIAGNOSA BANDING
Adanya edema serta ascites pada bentuk kwashiorkor maupun marasmik-kwashiorkor perlu
dibedakan dengan :
- Sindroma nefrotik
- Sirosis hepatis
- Payah jantung kongestif
- Pellagra infantil

PENATALAKSANAAN
Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :
1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)
1.1. Penanganan hipoglikemi
1.2. Penanganan hipotermi
1.3. Penanganan dehidrasi
1.4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
1.5. Pengobatan infeksi
1.6. Pemberian makanan
1.7. Fasilitasi tumbuh kejar
1.8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro
1.9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
1.10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
2. Pengobatan penyakit penyerta
1. Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau sebelum keluar
rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan vit. A dengan dosis :
* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kali
* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan :
Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari
Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
2. Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas), lesi
ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara lain oleh
Candida.
Tatalaksana :
1. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1% selama 10
menit
2. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
3. usahakan agar daerah perineum tetap kering
4. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral
3. Parasit/cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik lain.
4. Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan formula
bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain
dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri :
Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.
5. Tuberkulosis

Divisi Tumbuh Kembang


Demam Dengue Demam Berdarah Dengue
Pedoman Gejala Klinis
Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan
(DD) (DBD)Anak RSUD Jayapura 4
++ Nyeri kepala +
+++ Muntah ++
+ Pada setiap kasus
Mual gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux
+ (seringkali alergi) dan Ro-foto
++ toraks. Bila Nyeri
positipotot
atau sangat mungkin TB, diobati
+ sesuai pedoman pengobatan TB.
++ 3. TindakanRuamkegawatan
kulit +
1. Syok (renjatan)
++ Diare +
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit membedakan keduanya
+ Batuk
secara klinis saja. +
+ Syok karena Pilek dehidrasi akan membaik dengan + cepat pada pemberian cairan intravena,
++ sedangkan pada sepsis
Limfadenopati tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati
+ terhadap terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
+ Kejang +
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar dekstrosa
0 Kesadaran
5% sebanyak menurundalam satu jam pertama.
15 ml/KgBB ++
0 Evaluasi setelah 1 jam :
Obstipasi +
+ Bila
Ujiada perbaikan
tourniquet klinis (kesadaran, frekuensi
positif ++ nadi dan pernapasan) dan status hidrasi
syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya,
++++ Petekie +++
kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10
0 Perdarahan
ml/kgBB/jam saluran
selama 10 cerna
jam, selanjutnya mulai + berikan formula khusus (F-75/pengganti).
++ Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita
Hematomegali +++ syok septik. Dalam hal ini, berikan cairan
+ rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam
Nyeri perut dan berikan
+++ transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara
++ perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah
Trombositopenia ++++ pemberian formula (F-75/pengganti)
2. Anemia berat
0 Transfusi darah Syok
diperlukan bila : +++
Keterangan : +Hb
: 25% ++ : 50% +++ : 75% ++++ : 100%
< 4 g/dl
Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah :
Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’ packed red cells’ untuk transfusi dengan jumlah yang
sama.
Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan
distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan diulangi
pemberian darah.

Divisi Tumbuh Kembang

Anda mungkin juga menyukai