PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
Kematian masa nifas 50% terjadi dalam 24 jam pertama secara nasional menurut
Purwanto (2001), angka kejadian infeksi pada kala nifas mencapai 2,7 % dan 0,7 %
diantaranya berkembang kearah infeksi akut. Dengan demikian asuhan masa nifas
diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu dan bayinya. 70%
profesional kesehatan Setelah penjahitan, 37% wanita mengeluhkan masalah yang terjadi
pada luka perineum, termasuk nyeri perineum, jahitan yang tidak nyaman dan luka yang
terbuka.
Luka Perineum adalah luka yang di akibatkan oleh episiotomy. Episiotomy adalah
insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis.
Tujuan episiotomi adalah untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat
tepi luka rata agar mudah dilakukan heacting, mencegah penyakit atau tahanan pada
kepala dan infeksi, tetapi itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup.
Episiotomy tidak diperbolehkan karena ada indikasi tertentu untuk tetap dilakukan
tindakan episiotomy. Perlukaan ini pastinya menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada ibu
Nyeri yang dirasakan oleh ibu nifas pada bagian perineum disebabkan oleh luka
jahitan pada waktu melahirkan karena adanya jaringan yang terputus. Respon nyeri pada
setiap individu adalah unik dan relatif berbeda. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh
pengalaman, persepsi, maupun sosial kultural individu. Setiap ibu nifas memiliki persepsi
dan dugaan yang unik tentang nyeri pada masa nifas, yaitu tentang nyeri dan bagaimana
kemampuan mengatasi nyeri. Nyeri yang dirasakan oleh ibu nifas akan berpengaruh
terhadap mobilisasi yang dilakukan oleh ibu, pola istirahat, pola makan, pola tidur,
suasana hati ibu, kemampuan untuk buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK),
aktivitas sehari-hari, antara lain dalam hal mengurus bayi, mengerjakan pekerjaan rumah
tangga, sosialisasi dengan lingkungan dan masyarakat, dan menghambat ketika ibu akan
mulai bekerja
Penatalaksanaan nyeri selama ini diberikan terapi farmakologi, sedangkan terapi non
farmakologi telah diberikan penyuluhan tentang relaksasi dengan pernafasan dan istirahat,
namun hasilnya belum maksimal dikarenakan berbagai hal salah satunya adalah tidak ada
demonstrasi yang dilaksanakan untuk pasien sehingga pasien sulit untuk menerapkan apa
yang sudah diberikan oleh bidan. Melalui terapi relaksasi, seperti kompres dingin pada
meredakan rasa nyeri. Upaya yang bisa dilakukan terapi non farmakologi pada nyeri
antara lain pengaturan lingkungan yang tenang, pengaturan nutrisi yang baik dan relaksasi.
Berdasarkan uraian diatas penulis mengambil judul” Asuhan Kebidanan Keluarga Tn.M
Dengan Masalah Umum Nyeri Luka Perineum pada Ibu Nifas di DESA Pabelan Kec
1. Identitas Umum
Keterangan:
: Perempuan
: Laki-Laki
: Anggota Keluarga yang Mengalami Masalah Kesehatan
: Garis Perkawinan
d. Tipe Keluarga
Jika ada anggota keluarga yang memiliki penyakit menular maka anggota
Di daerah lingkungan masih kental dengan nilai etnis jawa misalnya selametan.
Busana yang dipakai yaitu busana moderen dan menganut nilai modern
Bahasa sehari-hari yaitu bahasa jawa dan tidak ada kesulitan dalam
berkomunikasi
mereka
sama
b) Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau
organisasi keagamaan
Ibu dalam keadaan nifas dan ibu mengeluh nyeri pada luka perineum.
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu tidak ada riwayat penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis, HIV/AIDS
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu tidak penah ada riwayat penyakit keturunan
Jika ada anggota keluarga yang sakit makan akan diperiksakan ke bidan desa.
4. Pengkajian Lingkungan
Rumah terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, ruang TV dan
kamar mandi. Penataan prabotan rumah rapi lantai kayu, tempok semi
Saat malam kumpul, untuk interaksi dengan tetangga hanya sebatas tanya
5. Struktur keluarga
adalah bahasa jawa dan intensitas komunikasi sering dilakukan serta tidak
keluarga harmonis
3. Struktur peran
Peran formal
Peran Informal
Kepala keluarga merupakan norma keluarga yang sangat baik untuk selalu
berbuat baik kepada sesama orang, berbicara yang santun dan sopan.
6. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Rasa saking melindungi satu sama lain, sehingga keluarga merasa aman
dan harmonis
b. Fungsi sosialisasi
Perineum
d. Fungsi reproduksi
e. Fungsi ekonomi
dimusyawarahkan
Ibu bila ada masalah berat sering sakit kepala dan kadang kadangmenangis
8. Harapan Keluarga
Ibu berharap dengan masalah nyeri pada luka perineum dapat teratasi dan
Ny P
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Keluarga dapat mengerti dan mengetahui penatalaksanaan pada ibu nifas yang
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
1. Keluarga
Keluarga dapat memperoleh pengetahuan tentang cara mengatasi Nyeri Luka Perineum
pada ibu nifas serta penatalakasanaannya setelah diberikan penyuluhan dan melakukan
2. Tenaga Kesehatan
dingin pada perineum untuk mengatasi nyeri pada Nyeri Luka Perineum.
dingin pada perineum dalam menangani Nyeri Luka Perineum pada ibu nifas di desa
Pabelan, serta dapat dijadikan referensi laporan selanjutnya dan dapat mengembangkan
4. Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai terapi yang dapat mengatasi nyeri
akibat Nyeri Luka Perineum pada ibu nifas, selanjutnya dapat dijadikan referensi untuk