Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian ini dilakukan sebagai kegiatan untuk pelaksanaan skripsi, yang

berlokasi di Desa Srikandang dan sekitarnya, Kecamatan Kembang Kabupaten

Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Secara fisiografis daerah penelitian termasuk dalam

fisiografi Jawa Tengah (Bemmelen, 1949).

Daerah penelitian termasuk ke dalam Gunungapi Kuarter bagian utara

yang masuk kompleks Gunungapi Muria, terletak di Semenanjung Muria yang

merupakan suatu kompleks kegiatan vulkanik. Komplek ini terdiri dari Gunung

Muria yang sudah tidak aktif atau padam, dan dua gunung yang lebih kecil (flank

eruption) yaitu Gunung Genuk dan Gunung Patiayam. Gunung Muria menempati

sebagian besar Semenanjung Muria, berdiameter ± 50 km dengan puncak tertinggi

mencapai ± 1.602 m. Berdasarkan interpretasi analisis foto udara terlihat topografi

daerah puncak Gunung Muria sangat kasar dan terdapat 4 daerah depresi yang

mencerminkan adanya bentuk kawah-kawah gunungapi, yang diduga merupakan

sisa-sisa kawah gunungapi masa lalu dari aktivitas Gunung Muria (NEWJEC,

1996). Selain itu, daerah sekitar Gunung Muria terdapat gunungapi monogenetik

yang lain seperti Gunung Patiayam dan Gunung Genuk yang sangat baik untuk

diteliti.

Berdasarkan hasil pengamatan pada daerah penelitian, hampir secara

keseluruhan didominasi oleh litologi penyusun berupa batuan beku, kenampakan

geomorfologi menunjukkan adanya kenampakan morfologi kubah gunungapi.

1
2

Dengan dilakukan penelitian pemetaan ini, diharapkan dapat memberikan

gambaran tentang kondisi geologi daerah penelitian baik secara geomorfologi,

stratigrafi, struktur geologi, geologi lingkungan dan aspek-aspek geologi lainnya.

Aktivitas dari vulkanisme juga menimbulkan ancaman serius bagi kehidupan

lingkungan di sekitarnya. Gunungapi merupakan unit geomorfologi yang memainkan

peranan penting dalam deformasi permukaan bumi. Bentuk ancaman letusan gunungapi

meliputi lava pijar, awan panas, gas beracun, bom gunungapi, abu gunungapi, pasir dan

(material piroklastik), serta bahaya lahar dingin. Untuk meminimalkan dampak yang

ditimbulkan akibat ancaman ini diperlukan upaya mitigasi.

Upaya mitigasi meliputi monitoring, pemetaan daerah rawan bahaya,

pemetaan zona berisiko untuk berpergian dan penyuluhan mengenai kawasan-

kawasan berbahaya. Dalam hal ini implementasi teknologi sangat penting dalam

mendukung upaya mitigasi, seperti teknologi penginderaan jauh, Sistem Informasi

Geografi (SIG), komputerisasi dan komunikasi. Penelitian ini mencoba

mengaplikasikan teknologi penginderaan jauh dan SIG untuk analisis arah aliran

lava pijar dan piroklastik dengan pendekatan geomorfologi dalam rangka

mendukung upaya mitigasi bencana alam.

Faktor lereng juga sangat mempengaruhi erosi yang terjadi. Pengaruh

lereng pada proses terjadinya erosi yaitu mempengaruhi besarnya energi penyebab

erosi. Kemiringan lereng mempengaruhi kecepatan dan volume pada permukaan.

Makin curam suatu lereng maka kecepatan aliran pada permukaan akan semakin

besar, dengan demikian maka semakin singkat pula kesempatan air untuk

melakukan infiltrasi sehingga volume aliran permukaan besar.


3

Kondisi kelerengan pada umumnya memiliki stabilitas yang berbeda,

parameternya yang bisa digunakan adalah litologi dan kemiringan lereng.

Pembuatan peta kelerengan akan menunjukkan kira-kira daerah mana yang

berpotensi mengalami gerakan massa dan bencana lainnya.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah yang dibahas penyusun dalam studi kasus kali ini hanya

membatasi masalah berdasarkan sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan geologi secara umum pada daerah penelitian?

2. Bagaimana potensi kerentanan gerakan massa daerah penelitian berdasarkan

analisis kemiringan lereng, data di lapangan dan interpretasi kontur?

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian geologi di daerah Desa Srikandang dan sekitarnya,

Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah adalah untuk

memenuhi persyaratan kurikulum tingkat Sarjana pada Jurusan Teknik Geologi,

Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi

permukaan yang mencakup aspek geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi

yang pada akhirnya digunakan untuk menentukan sejarah geologi dan aspek-aspek

geologi lingkungan daerah penelitian, serta mengetahui potensi kerentanan

gerakan massa di daerah penelitian.


4

1.4 Letak, Luas dan Kesampaian Daerah

Secara administratif, daerah penelitian terletak di utara dari Kota

Yogyakarta, terletak pada Desa Srikandang, Kecamatan Bangsri, Kabupaten

Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Secara astronomis daerah penelitian terletak pada

posisi 060 30’00’’ LS - 060 35’00’’ LS dan 1100 45’ 00’ BT - 1100 50’00’’ BT,

dengan luas daerah penelitian adalah 9 km x 9 km atau sama dengan 81 km² yang

dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1. 1 Lokasi daerah penelitian pada Lembar RBI Bangsri


(Bakorsutanal, 2000, Modifikasi dari Google Maps, 2019)

Daerah penelitian mempunyai skala peta 1:25.000, yang terletak pada 4/9

Lembar Peta RBI No. 1409-343 (Bangsri), perjalanan menuju ke daerah penelitian

dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua,

selama ± 5 jam yang ditempuh dari kota Yogyakarta-Salatiga-Semarang-Demak-

Jepara dengan jarak tempuh ± 209 km.


5

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu pengambilan data lapangan

dengan cara pemetaan geologi permukaan, dengan pengamatan secara langsung

unsur-unsur geologi, seperti litologi, geomorfologi, struktur geologi, dan geologi

lingkungan, dan disertai dengan analisis laboratorium. Dalam penelitian ada

beberapa tahapan penelitian yaitu: pra pemetaan geologi permukaan, pemetaan

geologi permukaan (pengamatan dan pencatatan data geologi serta pengambilan

contoh batuan), pengolahan data geologi, penyusunan laporan dan presentasi

(Gambar 1.2).

Gambar 1. 2 Bagan alur penelitian


6

1.5.1 Tahap pendahuluan

Pada tahap pendahuluan dilakukan 3 kegiatan yaitu studi pustaka,

pembuatan proposal dan perizinan.

1. Studi pustaka

Sebelum melakukan pemetaan geologi, perlu mempelajari segala sesuatu

yang berhubungan dengan daerah penelitian. Pencarian data sekunder dapat

diperoleh dari interpretasi peta topografi, pembuatan peta geologi tentatif, dan

pembuatan peta geomorfologi tentatif. Penelitian ini tetap memperhatikan hasil

dari peneliti-peneliti terdahulu yang telah melaksanakan penelitian di daerah

penelitian untuk mempermudah dalam pelaksanaan pemetaan geologi secara cepat

dan tepat.

2. Pembuatan proposal

Dalam penyusunan proposal dilakukan analisis peta topografi daerah

penelitian yang digunakan untuk mengetahui gambaran umum tentang keadaan

geologi daerah penelitian, keadaan atau aspek geologi yang ditafsirkan antara lain

geomorfologi, jenis dan penyebaran satuan batuan dan struktur geologi.

3. Perizinan

Tahap perizinan ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik atau disingkat

KESBANGPOL Daerah Istimewa Yogyakarta, kemudian dilanjutkan dengan

perizinan ke Provinsi Jawa Tengah, untuk mendapatkan izin dalam melakukan

penelitian di daerah penelitian, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan

recognize.
7

1.5.2 Tahap penelitian lapangan

Tahap penelitian lapangan dibagi menjadi 3 urutan pelaksanaan, yaitu (1)

perencanaan lintasan, (2) pemetaan detil, (3) pengambilan sampel batuan dan

penentuan potensi kerentanan gerakan massa.

1. Perencanaan lintasan

Perencanaan lintasan dilakukan untuk mengenal medan (recognize) sambil

mencari singkapan yang dapat digunakan dalam penelitian lebih lanjut. Lintasan

yang direncanakan tersebut dapat melalui jalan yang telah tersedia dan apabila

memungkinkan melalui sungai, maka hal itu akan lebih baik bila dilakukan,

karena singkapan yang terdapat di sungai merupakan singkapan hasil dari

pengelupasan soil oleh air dan relatif lebih fresh.

2. Pemetaan detil

Pelaksanaan pemetaan dengan pengamatan geomorfologi, pencarian data

litologi, mataair, struktur geologi, pengeplotan lokasi pengamatan pada peta dasar,

pengambilan sampel untuk analisis petrografi. Pencarian data di lapangan disertai

dengan pengeplotan data litologi, dan pengambilan sampel yang akan dianalisis di

laboratorium, pengambilan foto struktur geologi, bentang alam, bahan galian,

sesumber, bencana alam, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian.

3. Pengambilan sampel batuan dan penentuan gerakan massa

Pengambilan sampel batuan, diambil pada daerah-daerah tertentu yang

sekiranya mewakili seluruh satuan batuan pada lokasi penelitian, yang kemudian

dianalisis secara petrografi untuk mengetahui tekstur batuan, struktur batuan, dan

mineral penyusunnya, serta guna menentukan penamaan batuan tersebut.


8

Pengamatan dan potensi gerakan massa yang ada pada daerah tersebut untuk

dianalisis jenis-jenis gerakan massanya.

1.5.3 Tahap penelitian laboratorium

Tahap penelitian laboratorium dilakukan setelah penelitian lapangan

selesai. Penelitian di laboratorium meliputi penarikan batas satuan batuan,

pembuatan peta, pembuatan penampang geologi dan geomorfologi, serta analisis

petrografi. Analisis petrografi dilakukan menggunakan mikroskop polarisasi

untuk mengidentifikasi karakteristik batuan untuk mengetahui tekstur batuan,

struktur batuan, dan mineral-mineral penyusunnya. Penggunaan perangkat lunak

geologi sebagai alat bantu analisis dalam melakukan interpretasi kemiringan

lereng, pada daerah Desa Srikandang dan sekitarnya.

1. Penarikan batas satuan batuan

Dari hasil pemetaan detail di lapangan, dengan pengeplotan data pada

setiap lokasi pengamatan, selanjutnya dibuat penarikan batas satuan batuan

dengan menghubungkan setiap titik yang mempunyai ciri-ciri satuan batuan yang

sama, dengan berpedoman pada stratigrafi terukur yang telah dibuat. Selain

pembuatan peta geologi, dibuat juga peta geomorfologi berdasarkan data

bentangalam yang digabungkan dengan data yang terdapat pada peta geologi.

2. Pembuatan penampang geologi dan geomorfologi

Pembuatan penampang geologi bertujuan untuk membuat interpretasi

lapisan batuan serta struktur geologi yang terdapat pada permukaan dan bawah

permukaan. Selain itu, penampang juga bertujuan untuk mengetahui urutan batuan

dari tua ke muda dan ketebalan tiap satuan batuan, sehingga dapat dibuat legenda
9

pada peta geologi. Pembuatan penampang geomorfologi bertujuan untuk

mengetahui kenampakan morfologi dan bentuk lahan pada peta topografi berupa

garis dan warna berdasarkan klasifikasi bentang alam Van Zuidam.

3. Analisis studi khusus

Data yang telah diperoleh untuk analisis studi khusus di lapangan berupa

data litologi, geomorfologi, dan kemiringan lereng, untuk selanjutnya dilakukan

analisis studi khusus dengan cara overlay peta-peta yang telah dibuat dengan peta

kelerengan yang diolah menggunakan perangkat lunak. Analisis ini bertujuan

untuk mengetahui kestabilan lereng pada daerah penilitian yaitu daerah

Srikandang dan sekitarnya.

1.5.4 Tahap akhir

Tahap akhir ini dilakukan penyusunan draf laporan yang dibuat

berdasarkan data lapangan dan data laboratorium. Draf laporan dilengkapi dengan

peta lintasan dan lokasi pengamatan, peta geologi, peta geomorfologi, peta daerah

kerentanan daerah dan peta kelerengan serta dalam bentuk uraian, disertai dengan

hasil pembahasan studi khusus yang diambil. Tahap penelitian geologi dan studi

khusus tentang potensi kerentanan gerakan massa yang kemudian dipertanggung

jawabkan pada presentasi kolokium dan ujian skripsi.

1.6 Peralatan dan Bahan Penelitian

Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mendukung penelitian dibagi

menjadi 2, yaitu peralatan dan bahan yang digunakan di lapangan, serta peralatan

dan bahan yang digunakan di laboratorium.


10

1.6.1 Peralatan dan bahan di lapangan

Peralatan dan bahan yang digunakan selama di lakukannya penelitian di

lapangan berupa:

1. Peta topografi skala 1:25.000, digunakan sebagai acuan interpretasi kondisi

geologi berdasarkan kenampakan pola dan kerapatan kontur, serta menjadi

peta dasar dalam pembuatan peta lintasan dan lokasi pengamatan, peta

geomorfologi, dan peta geologi.

2. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Bangsri no. 1409-343 untuk mengetahui

data kontur, data tutupan lahan, data sungai, batas administrasi, topomini

pada daerah penelitian.

3. Peta geologi regional, digunakan untuk observasi dan analisis awal pada saat

recognized.

4. Kompas geologi tipe Brunton sistem azimut 00-3600, digunakan untuk

mengetahui arah mata angin (azimuth), mengukur kedudukan litologi (strike-

dip), dan untuk mengukur kemiringan lereng (slope).

5. Global Posisioning System (GPS) Garmin tipe 62s, digunakan sebagai alat

penentu titik koordinat dari lokasi pengamatan.

6. Palu geologi batuan beku dan sedimen merk Estwing, sebagai alat bantu

pengambilan sampel dan pembanding pada foto singkapan.

7. Loupe pembesaran 10x, untuk melihat mineral kecil yang tidak kasat mata.

8. Kamera digital merk Samsung, digunakan untuk mengambil gambar di

lapangan, seperti singkapan batuan, bentangalam dan sesumber.


11

9. Larutan HCL 0,1 N untuk mengetahui kandungan unsur karbonat pada

batuan.

10. Meteran 5-10 m, untuk mengukur panjang tubuh singkapan batuan di

lapangan.

11. Kantong sampel batuan, digunakan sebagai tempat penyimpanan sampel.

12. Alat tulis dan buku lapangan, digunakan untuk mencatat dan mensketsa data

yang diperoleh di lapangan.

13. Obat-obatan, merupakan persediaan jika terjadi kecelakaan kerja di lapangan

atau sistem tubuh mengalami penurunan akibat kelelahan di lapangan.

1.6.2 Peralatan dan bahan di laboratorium

Peralatan dan bahan yang digunakan untuk analisis laboratorium dan studio,

antara lain:

1. Seperangkat komputer dan software Ms.Word, Ms. Exel, Arcgis, Map Source

Global Mapper, CorelDraw2017 dan Dips untuk membantu pekerjaan

laboratorium dan studio.

2. Mikroskop polarisasi merk Olympus dengan pembesaran 40x, digunakan untuk

pengamatan sayatan tipis petrografi.

3. Data citra SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) digunakan untuk

identifikasi pola pelamparan bentang alam, identifikasi bentuk 3D daerah

penelitian dan identifikasi kelurusan-kelurusan struktur geologi.


12

1.7 Peneliti Terdahulu

Geologi daerah penelitian dan sekitarnya telah diteliti oleh penliti

pendahulu. Bentang alam Semenanjung Muria dibangun oleh hasil kegiatan

vulkanik. Aktivitas vulkanisme tersebut kemudian diikuti oleh proses eksogen,

mulai dari pelapukan, erosi, dan transportasi, sehingga membentuk endapan

rombakan.

Geologi daerah penelitian dan daerah sekitarnya telah banyak diteliti oleh

penyusun-penyusun terdahulu, antara lain:

1. Bemmelen (1949), berkebangsaan Belanda yang pertama kali membuat uraian

fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur secara lengkap dalam bukunya The

Geology of Indonesia. Dalam penelitiannya Bemmelen banyak

menggambarkan fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur secara umum.

2. Van Zuidam 1985, Kelas lereng yang menunjukkan kesamaan lahan disertai

dengan proses geologi yang dominan.

3. Suwarti dan Wikarno (1992), membuat geologi regional Lembar Kudus, Skala

1:100.00

4. Bakosurtanal, 2000, membuat Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar

Bangsri Skala 1:25.000, Bakosutarnal, Bogor.

5. Sutikno Bronto 2006, Fasies gunungapi dan aplikasinya

6. Bronto dan Mulyaningsih (2007), penelitiannya Gunungapi Maar di

Semenanjung Muria hasil dari penelitian ini adalah tiga Gunungapi Maar telah

diketahui dengan baik di Semenanjung Muria, yaitu Maar Bambang, Maar

Gunungrowo, dan Maar Gembong.

Anda mungkin juga menyukai