Anda di halaman 1dari 39

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL


INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MINERAL ENDAPAN


PRAKTIKUM MINERAL ENDAPAN

Disusun Oleh :
NAMA LENGKAP : FEBRYANTO
NOMOR MAHASISWA : 4100190022
KELAS : 01

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikumMineral Endapan


Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR MIKROPALEONTOLOGI

Disusun Oleh :

Nama : FEBRYANTO

NIM : 4100190022

Program Studi : Teknik Geologi

Menyetujui

Praktikan Mengetahui Yogyakarta 25Desember

FEBRYANTO Oky Sugarbo,S.T.,M.Eng. ASISTENDOSEN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah
memberikan kita berbagai nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini
akan selalu akan membawa keberkahan, baik dikehidupan di alam dunia ini, lebih-
lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan
yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Tak lupa pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
kepada Dosen-dosen dan para asisten serta teman-teman yang telah banyak
membantu dan mengarahkan kami, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
praktikum yang berjudul “Laporan Praktikum Endapan Mineral ” dengan
tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Walaupun telah berusaha semaksimal mungkin namun penyusun sebagai
manusia biasa yang tidak lepas dari dan kehilafan, maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
laporan selanjutnya. Harapan yang paling besar dari penulis yaitu semoga laporan
lengkap ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya kepada penyusun.

Yogyakarta,29 Desember

Penyusun

FEBRYANTO
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud Dan Tujuan
BAB II ISI
2.1 Alterasi Hidrotermal
2,1,1 Potasik
2.1.2 Filik
2.1.3 Propilitik
2.1.4 Argilik
2.1.5 Advance Argilik ( Argilik Lanjut)
2.2 Tektur, Vein Dan Struktur
2.2.1 Tekstur Dan Struktur
2.2.2 Pengenalan Mineral Bijih (Mineral Sulfida)
2.3 Tipe Endapan
2.3.1 Tipe Endapan Porfiri
2.3.2 Tipe Endapan Epitermal High Sulfidation
2.3.3 Tipe Endapan Epitermal Intermediate Sulfidation
2.3.4 Tipe Endapan Epitermal Low Sulfidation
2.3.5 Tipe Endapan Skarn
BAB III PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (berupa tugas mingguan dan laporan fieldtrip virtual)
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mineralogi Alterasi di Dalam Sistem Hidrotermal (Corbett dan


Leach,1996)

Gambar 2.2 alterasi Propilitk

Gambar.2.3 Enapan Profiri

Gambar 2.4 Keberadaan sistem sulfidasi tinggi

Gambar 2.5 Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah


(Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008).
Gambar 2.6 Tahapan 1 dan 2 dalam pembentukan endapan skarn

Gambar 2.7 Tahapan 3 dalam pembentukan endapan skarn


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan
alamnya, baik yang bisa diperbaharui diperbaharui maupun tidak diperbaharui.
diperbaharui. Indonesia Indonesia dipengaruhi dipengaruhi oleh kontrol tektonik
yang bermacam-macam sehingga disetiap daerahnya memiliki keanekaragaman
mineralisasi yang banyak. Dari Sabang sampai Merauke memiliki masing-masing
mineralisasi setiap daerahnya. Bagaimana proses perkembangan yang berlangsung
pada setiap batuan. Dimana kata Geologi berasal dari bahasa Yunani yang
memiliki dua suku kata yaitu “
ilmu. Geolog yang berarti ilmu. Geologi !uga dapat diartikan sebagai suatu ilmu
yang mempela!ari tentang bumi " baik komposisinya, struktur, si#at-si#at #isik,
se!arah, dan proses pembentukannya $. %ata &Geologi& pertama kali digunakan
oleh Jean-Andre Deluc pada tahun 1778 dan diperkenalkan sebagai istilah yang
baku oleh Horace-Bened Horace- pada tahun
177!. Dimana dasar-dasar pembentuk bumi ini adalah batuan-batuan, batuan-
batuan, dimana batuan itu sendiri sendiri adalah kumpulan kumpulan dari mineral-
mineral, mineral-mineral, dan mineral terbentuk dari kristal-kristal. 'ada intinya
untuk dapat mempela!ari ilmu Geologi, kita harus menguasai ilmu tentang kristal.
Ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan untuk mempela!ari tentang
perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk-bentuk, struktur, si#at-
si#at #isikanya dan gambar-gambar dari kristal disebut %ristalogra#i. Bumi
terdiri dari batuan-batuan yang uan yang disusun oleh mineral. Di bumi
ini banyak banyak terdapat terdapat berbagai berbagai !enis mineral, mineral,
sehingga sehingga mineral mineral sangat berpengaruh berpengaruh terhadap
batuan dan bumi. Sebagai seorang geologist, harus dapat mengenal lebih dalam
tentang mineral, karena ilmu ini sangat membantu kita
dalam pendeskripsian pendeskripsian suatu mineral mineral yang akan diteliti.
diteliti. (leh sebab itu, mineral mineral perlu dipela!ari guna mengetahui
pengaruhnya terhadap unsur-unsur si#at-si#at ataupun karakteristik batuan di
bumi. Dalam 'etrologi kita mempela!ari ela!ari ilmu tentang geologi dari
bagaimana a)al mula batuan sampai terbentuknya satu batuan maka dengan
demikian dapat

1.2 Maksud Dan Tujuan


adapun maksud dalam melakukan praktikum endapan mineral pada adalah.

• ntuk mempela!ari deskripsi dari berbagai mineral secara kimia maupun #isika
serta genesa mineral-mineral tersebut.

• Mempela!ari mineral-mineral alterasi beserta prosesnya. • Mengenali


ore mineral pada batuan beserta prosesnya.

• Mengenal mineral-mineral alterasi pada setiap batuan pemba)a.

dapun tu!uan dalam melakukan praktikum endapan mineral pada adalah.

• Dapat mengetah Dapat mengetahui endapan-endapan mineral apan mineral


yang ada yang ada pada indonesia, pada indonesia, khususnya Sumatra utara.

• ntuk memberikan pemahaman kepada praktikan mengenai konsentrasi ilmu


endapan mineral yang mana ilmu endapan mineral yang mana nantinya akan nya
akan ter!un langsun ter!un langsung ke dunia ke dunia tambang.

• gar dapat mengetahui !enis-!enis endapan mineral dan proses pembentukan atau
genesa untuk m pembentukan atau genesa untuk masing-masing !enis asing-
masing !enis endapan.
BAB II
ISI
2.1 Alterasi Hidrotermal
Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang sangat kompleks yang
melibatkan perubahan mineralogi, kimiawi, dan tekstur yang disebabkan oleh
interaksi fluida panas dengan batuan yang dilaluinya, di bawah kondisi evolusi
fisio-kimia. Proses alterasi merupakan suatu bentuk metasomatisme, yaitu
pertukaran komponen kimiawi antara cairan-cairan dengan batuan dinding
(Pirajno, 1992). Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang
dilewatinya (batuan dinding), akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral
primer menjadi mineral ubahan (mineral alterasi), maupun fluida itu sendiri
(Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004). Alterasi hidrotermal akan bergantung pada :
1. Karakter batuan dinding. 2. Karakter fluida (Eh, pH). 3. Kondisi tekanan dan
temperatur pada saat reaksi berlangsung (Guilbert dan Park, 1986, dalam Sutarto,
2004). 4. Konsentrasi. 5. Lama aktivitas hidrotermal (Browne, 1991, dalam
Sutarto, 2004).
Walaupun faktor-faktor di atas saling terkait, tetapi temperatur dan kimia
fluida kemungkinan merupakan faktor yang paling berpengaruh pada proses
alterasi hidrotermal (Corbett dan Leach, 1996, dalam Sutarto, 2004 ). Henley dan
Ellis (1983, dalam Sutarto, 2004), mempercayai bahwa alterasi hidrotermal pada
sistem epitermal tidak banyak bergantung pada komposisi batuan dinding, akan
tetapi lebih dikontrol oleh kelulusan batuan, tempertatur, dan komposisi fluida.
Batuan dinding (wall rock/country rock) adalah batuan di sekitar intrusi yang
melingkupi urat, umumnya mengalami alterasi hidrotermal. Derajat dan lamanya
proses alterasi akan menyebabkan perbedaan intensitas alterasi dan derajat alterasi
(terkait dengan stabilitas pembentukan). Stabilitas mineral primer yang
mengalami alterasi sering membentuk pola alterasi (style of alteration) pada
batuan (Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004). Pada kesetimbangan tertentu, proses
hidrotermal akan menghasilkan kumpulan mineral tertentu yang dikenal sebagai
himpunan mineral (mineral assemblage) (Guilbert dan Park, 1986, dalam Sutarto,
2004). Setiap himpunan mineral akan mencerminkan tipe alterasi (type of
alteration). Satu mineral dengan mineral tertentu seringkali dijumpai bersama
(asosiasi mineral), walaupun mempunyai tingkat stabilitas pembentukan yang
berbeda, sebagai contoh klorit sering berasosiasi dengan piroksen atau biotit. Area
yang memperlihatkan penyebaran kesamaan himpunan mineral yang hadir dapat
disatukan sebagai satu zona alterasi. Host rock adalah batuan yang mengandung
endapan bijih atau suatu batuan yang dapat dilewati larutan, dimana suatu
endapan bijih terbentuk. Intrusi maupun batuan dinding dapat bertindak sebagai
host rock.
Gambar2.1 Mineralogi Alterasi di Dalam Sistem Hidrotermal (Corbett dan
Leach,1996)
2,1,1 Potasik

Potasik Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian
dalam suatu sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya
lebih dari beberapa ratus meter. Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan
berupa biotit sekunder, K Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetite. Pembentukkan
biotit sekunder ini dapat terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama
hornblende dengan larutan hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit,
feldspar maupun piroksen. Dicirikan oleh melimpahnya himpunan muskovit-
biotit-alkali felspar-magnetit. Anhidrit sering hadir sebagai asesoris, serta
sejumlah kecil albit, dan titanit (sphene) atau rutil kadang terbentuk. Alterasi
potasik terbentuk pada daerah yang dekat batuan

beku intrusif yang terkait, fluida yang panas (>300°C), salinitas tinggi, dan
dengan karakter magmatik yang kuat. Selain biotisasi tersebut mineral klorit
muncul sebagai penciri zona ubahan potasik ini. Klorit merupakan mineral ubahan
dari mineral mafik terutama piroksin, hornblende maupun biotit, hal ini dapat
dilihat bentuk awal dari mineral piroksin terlihat jelas mineral piroksin tersebut
telah mengalami ubahan menjadi klorit. Pembentukkan mineral klorit ini karena
reaksi antara mineral piroksin dengan larutan hidrotermal yang kemudian
membentuk klorit, feldspar, serta mineral logam berupa magnetit dan hematit.
Alterasi ini di akibat oleh penambahan unsur potasium pada proses metasomatis
dan disertai dengan banyak atau sedikitnya unsur kalsium dan sodium didalam
batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat. Sedangkan klorit, aktinolite, dan

garnet kadang dijumpai dalam jumlah yang sedikit. Mineralisasi yang


umumnya dijumpai pada zona ubahan potasik ini berbentuk menyebar dimana
mineral tersebut merupakan mineral – mineral sulfida yang terdiri atas pirit
maupun kalkopirit dengan pertimbangan yang relatif sama. Bentuk endapan
berupa hamburan dan veinlet yang dijumpai pada zona potasik ini disebabkan oleh
pengaruh matasomatik atau rekristalisasi yang terjadi pada batuan induk ataupun
adanya intervensi daripada larutan magma sisa (larutan hidrotermal) melalui pori-
pori batuan dan seterusnya berdifusi dan mengkristal pada rekahan batuan.
Berikut ini ciri – ciri salah satu contoh mineral ubahan pada zona potasik yaitu
Aktinolit.

2.1.2 Filik
Merupakan bagian luar dari zona potasik terutama pada system endapan
tembaga

porfiri dengan batas yang berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik.

Kelimpahan Mineral Sekunder : Serisit, kuarsa, clay group ( illite )

Kelimpahan mineral sulfida/mineral bijih : anhidrit, kalkopirit, tembaga, native


element (gold), pirit

❑ Didominasi oleh mineral serisit filosilikat, berasosiasi dengan muscovite

❑ Memiliki mineral asesoris : rutil, sphene, leukoksen

❑ Hostrock berupa andesit – mafik

❑ Terbentuk pada suhu 230oC - 400oC

❑ Fluida asam – netral

❑ Salinitas beragam
2.1.3 Propilitik

Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot,


illit/serisit, kalsit, albit, dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200°-300°C pada
pH mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah yang
mempunyai permeabilitas rendah. Menurut Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004),
terdapat empat

kecenderungan himpunan mineral yang hadir pada tipe propilitik, yaitu :

-kalsit-kaolinit.

-kalsit-talk.

Klorit-epidot-kalsit.

-epidot.

2.2 Gambar alterasi Propilitk

2.1.4 Argilik

Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu


muskovotkaolinit-monmorilonit dan muskovit-klorit-monmorilonit. Himpunan
mineral pada tipe argilik terbentuk pada temperatur 100°-300°C (Pirajno, 1992,
dalam Sutarto, 2004), fluida asam-netral, dan salinitas rendah

2.1.5 Advance Argilik ( Argilik Lanjut)

Sedangkan untuk sistem epitermasl sulfidasi tinggi (fluida kaya asam


sulfat), ditambahkan istilah advanced argilic yang dicirikan oleh kehadiran
himpunan mineral pirofilit+diaspor±andalusit±kuarsa±turmalin±enargit-luzonit
(untuk temperatur tinggi, 250°-350°C), atau himpunan mineral
kaolinit+alunit±kalsedon±kuarsa±pirit (untuk temperatur rendah, < 180 °C).

2.2 Tektur, Vein Dan Struktur

2.2.1 Tekstur Dan Struktur

2.2.2 Pengenalan Mineral Bijih (Mineral Sulfida)

Mineral sulfida berupa ikatan antara sulfur dan logam dijumpai tersebar di
alam dalam kadar dan dimensi kecil sampai besar. Cebakan sulfida dalam jumlah
besar dapat menjadi bahan galian ekonomis yang layak ditambang.

Dispersi logam berat beracun berbahaya dapat terjadi secara alami, berasal
dari tubuh bijih sulfida yang tersingkap atau berada dekat permukaan. Unsur
logam dari bijih sulfida terbawa bersama aliran air tanah da air permukaan
menyebar ke lingkungan sekitarnya membentuk rona awal dengan sebaran
kandungan logam yang tinggi.

Proses penambangan dengan membongkar dan memindahkan bahan galian


mengandung sulfida menyebabkan terbukanya sulfida terhadap udara bebas. Pada
kondisi terpapar pada udara bebas mineral sulfida akan teroksidasi dan terlarutkan
membentuk air asam tambang. Air asam tambang berpotensi melarutkan logam
yang terlewati sehingga membentuk aliran mengandung bahan beracun berbahaya
yang akan menurunkan kualitas lingkungan.

Pembentukan air asam cenderung lebih intensif terjadi pada daerah


penambangan. Hal ini dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan
mengandung sulfida pada udara bebas. Penanganan air asam tambang dapat
dilakukan dengan menetralisir menggunakan bahan penetral atau mengolahnya
agar memenuhi batas baku mutu.

2.3 Tipe Endapan

2.3.1 Tipe Endapan Porfiri


Endapan Porfiri adalah endapan mineral yang terjadi akibat suatu intrusi
yang bersifat intermedier-asam, yang kemudian terjadi kontak dengan batuan
samping yang mengakibatkan terjadinya mineralisasi. Porfiri bersifat epigenetik.
Produk utama dari Porfiri adalah Cu-Au atau Cu-Mo.

Porfiri terbentuk dari beberapa aktifitas intrusi, terdiri dari kumpulan dike dan
breksi intrusi. Mineralisasi terjadi akibat alterasi batuan samping, disseminated
dan stockwork mineralization. Alterasi yang terjadi pada host rock intensif dan
ektensif akibat dari fluida hidrotermal yang terbentuk. Pada dasarnya endapan
porfiri mempunyai tonnase yang besar dan grade yang kecil.

Gambar.2.3 Enapan Profiri

Endapan Porfiri adalah endapan penghasil tembaga (Cu) terbesar, lebih


dari 50 %. Endapan porfiri umumnya terbentuk pada jalur orogenik, contohnya
pada lingkar Pasifik. Contoh endapan ini di Indonesia, terdapat di Grassberg,
Selogiri-Wonosari

2.3.2 Tipe Endapan Epitermal High Sulfidation

Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa


batuan vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa
sesar secara regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar
500-2000 meter dan temperatur 1000C-3200C. Endapan Epitermal High
Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi
magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan horizontal
menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan suhu yang relatif tinggi (200-
3000C), fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan
kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).

Gambar 2.4 Keberadaan sistem sulfidasi tinggi

2.3.3 Tipe Endapan Epitermal Intermediate Sulfidation


Pada lingkungan epitermal terdapat 2 (dua) kondisi sistem hidrotermal
(Gambar 2.4) yang dapat dibedakan berdasarkan reaksi yang terjadi dan
keterdapatan mineral-mineral alterasi dan mineral bijihnya yaitu epitermal low
sulfidasi dan high sulfidasi (Hedenquist et al .,1996; 2000 dalam Sibarani,
2008). Pengklasifikasian endapan epitermal masih merupakan perdebatan hingga
saat ini, akan tetapi sebagian besar mengacu kepada aspek mineralogi
dan gangue mineral, dimana aspek tersebut merefleksikan aspek kimia fluida
maupun aspek perbandingan karakteristik mineralogi, alterasi (ubahan) dan
bentuk endapan pada lingkungan epitermal. Aspek kimia dari fluida yang
termineralisasi adalah salah satu faktor yang terpenting dalam penentuan kapan
mineralisasi tersebut terjadi dalam sistem hidrotermal.

1. Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah / Tipe Adularia-Serisit


(Epithermal Low Sulfidation )
a. Tinjauan Umum
Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang
bersifat netral dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi
kuarsa-adularia, karbonat, serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya
perbandingan perak dan emas relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh
terbentuknya elektrum, perak sulfida, garam sulfat, dan logam dasar sulfida.
Batuan induk pada deposit logam mulia sulfidasi rendah adalah andesit alkali,
dasit, riodasit atau riolit. Secara genesa sistem epitermal sulfidasi rendah
berasosiasi dengan vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur
pergeseran (dilatational jog).

b. Genesa dan Karakteristik


Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan
sisa magma yang berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air
meteorik di dekat permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah,
dipengaruhi oleh sistem boiling sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral
bijih. Proses boiling disertai pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk
pengendapan emas sebagai respon atas turunnya tekanan. Perulangan
proses boilingakan tercermin dari tekstur “crusstiform banding” dari silika dalam
urat kuarsa. Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan
pelepasan tekanan secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk memungkinkan
proses boiling. Sistem ini terbentuk pada tektonik lempeng subduksi, kolisi dan
pemekaran (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan
dan salinitas. Proses boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan
kenaikan pH, sehingga terjadi perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke
adularia. Terlepasnya CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya
dijumpai adularia dan bladed calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals)
pada urat bijih sistem sulfidasi rendah
Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi
kuarsa–adularia, karbonat dan serisit pada lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih
dari sistem sulfidasi rendah variasinya bersifat alkali hingga netral (pH 7) dengan
kadar garam rendah (0-6 wt)% NaCl, mengandung CO2 dan CH4 yang bervariasi.
Mineral-mineral sulfur biasanya dalam bentuk H2S dan sulfida kompleks dengan
temperatur sedang (150°-300° C) dan didominasi oleh air permukaan
Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah
andesit alkali, riodasit, dasit, riolit ataupun batuan – batuan alkali. Riolit sering
hadir pada sistem sulfidasi rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai
tinggi. Bentuk endapan didominasi oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang
terbuka (open space), tersebar (disseminated), dan umumnya terdiri dari
urat-urat breksi (Hedenquist dkk., 1996). Struktur yang berkembang pada sistem
sulfidasi rendah berupa urat, cavity filling, urat breksi, tekstur colloform, dan
sedikit vuggy (Corbett dan Leach, 1996)

Gambar 2.5 Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah


(Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008).

2.3.4 Tipe Endapan Epitermal Low Sulfidation

Endapan epitermal low sulfidation dicirikan oleh larutan hidrotermal yg


bersifat netral yg mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi
kuarsa- adularia,karbonat,serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya
perbandingan perak dan emas relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh
terbentuknya ,perak sulfida,garam sulfat dan logam dasar sulfida

2.3.5 Tipe Endapan Skarn

Skarn adalah sebuah terminology pada dunia pertambangan untuk


mengidentifikasikan suatu lapisan seperti seam yang berwarna gelap (kehitaman)
akibat dari adanya intrusi (terobosan) oleh fluida pembawa bijih.

Endapan skarn juga dikenal dengan beberapa terminology lain, yaitu :


hydrothermal metamorphic, igneous metamorphic, dan contact metamorphic.

Umumnya terbentuk (namun tidak selalu) pada kontak antara intrusi


plutonik dengan batuan induk (country rock) karbonat.
Temperatur pembentukan endapan skarn ini berkisar sekitar 650-440 °C.

Beberapa mineral bijih (oksida ataupun sulfide) dan fluorite biasanya


muncul (terbentuk) pada lingkungan skarn ini.

Umumnya dijumpai fluorite (CaF2) mendukung pendapat bahwa silika dan


beberapa logam bereaksi dengan batuan gamping.

Gambar 2.6 Tahapan 1 dan 2 dalam pembentukan endapan skarn

Gambar 2.7 Tahapan 3 dalam pembentukan endapan skarn


BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil pembahasan tersebut adalah bijih (ore) adalah suatu batuan atau
kumpulan mineral, yang mengandung mineral-mineral yang bernilai ekonomis,
dan dapat diekstrak. Bijih terdiri dari mineral-mineral yang bernilai ekonomis
(biasanya mengandung logam) yang disebut sebagai mineral bijih (ore mineral,
mengandung logam) serta termasuk mineral industri (industrial mineral, non-
logam) dan mineral yang tidak bernilai ekonomis yang disebut sebagai mineral
penyerta (gangue mineral).

Seiring berkembangnya zaman, pembangunan di beberapa daerah juga


mengalami peningkatan. Tidak heran kebutuhan akan bahan baku yang berasal
dari alam terutama hasil tambang juga mengalami peningkatan. Hasil tambang
sendiri tidak hanya berupa logam namun juga menghasilkan produk non logam.
Tidak heran jika kita berbicara mengenai hasil tambang pasti memiliki hubungan
erat dengan mineral bijih. Dapat dikatakan bahwa mineral bijih atau ore minerals
merupakan suatu mineral yang mengandung logam atau unsur logam dan
memiliki nilai ekonomis.

Di kerak bumi terbukti banyak mengandung unsur – unsur logam akan tetapi
dalam konsentrasi kecil. Akan tetapi jika sudah melewati beberapa proses, kadar
suatu logam akan mengalami peningkatan hingga beberapa kali lipat sehingga
nilai ekonomisnya juga mengalami peningkatan. Dan untuk mempermudahnya,
maka endapan bijih hasil tambang yang sudah melewati tahapan tertentu
diklasifikasikan untuk mempermudah pembagian seperti yang telah dijelaskan
diatas tadi. Yang berupa endapan Berdasarkan Komoditi Endapan, Tipe Endapan
Bijih Magmatik, Tipe Endapan Metamorfik dan Metamorfisme Kontak, Endapan
Bijih Sedimenter, Endapan Residual, Endapan Placer
DAFTAR PUSTAKA
NUGRAHA, O. R. (2015). GEOLOGI, ALTERASI HIDROTERMAL DAN
MINERALISASI BIJIH DI DAERAH SANGON DAN PLAMPANG, KECAMATAN
KOKAP, KABUPATEN KULONPROGO, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Noor, J., & Tugo, L. J. (2016, August). ANALISIS SAYATAN MINERAGRAFI
DALAM PENENTUAN MINERALISASI EMAS DI DAERAH OSU
WOTUILA, KECAMATAN ULUIWOI, KABUPATEN KOLAKA TIMUR,
PROPINSI SULAWESI TENGGARA. In PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL
KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6-7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA
PRAMANA. DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FT UGM.
Arifin, A. (2013). Tipe Endapan Epitermal Daerah Prospek Bakan, Kecamatan
Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Propinsi Sulawesi Utara. J. Ilm.
MTG, 6(1).
Haqqi, M. T. (2018). GEOLOGI DAN STUDI ALTERASI-MINERALISASI TIPE
ENDAPAN SKARN Cu PADA DAERAH SULIT AIR DAN SEKITARNYA,
KABUPATEN SOLOK, PROVINSI SUMATERA BARAT (Doctoral dissertation,
Universitas Pembangunan Nasional" Veteran" Yogyakarta).
Arifin, A. (2013). Tipe Endapan Epitermal Daerah Prospek Bakan, Kecamatan
Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Propinsi Sulawesi Utara. J. Ilm.
MTG, 6(1).
LAMPIRAN

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

TUGAS 4
NAMA MINERAL DAN RUMUS KIMIA PADA TABEL CORBET AND
LEACH
PRAKTIKUM ENDAPAN MINERAL

Disusun Oleh :
NAMA LENGKAP : FEBRYANTO
NOMOR MAHASISWA : 4100190022
KELAS : 01

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikum Endapan Mineral
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

YOGYAKARTA
2020
1.Mordenite ( Ca , Na 2 , K 2 ) Al 2 Si 10 O 24 · 7 H 2 O)

2.Natrolite (Na2Al2Si3O10·2H2O)

3.Opline Silica (SiO2 · nH2O)


4.Pyrophyllite (Al 2 Si 4 O 10 (OH) 2)

5.Quartz (Sio2)

6.Sericite (KAl 2 (AlSi 3 O 10 )(F,OH) 2)


7.Sidirite (FeCO3)

8.Smectite (Na, Ca) 0,33 (Al, Mg) 2 (Si 4 O 10 ) (OH) 2 · n H 2 O

9.Stilbite ( NaCa4(Si 27Al 9) O 72


10.Tremloite Ca₂Si₈O₂₂ (OH) ₂

11.Trdymite SiO 2
12.Vesuvianite Ca10(Mg, Fe)2Al4(SiO4)5(Si2O7)2(OH,F)4

13.Wairakite Ca 8 (Al 16 Si 32 O 96 ) • 16H 2 O.

14.Wollastonit CaSiO3
15.Zeolite M2/nO Al2O3 a SiO2 b H2O

12.Albite Na Al Si 3 O 8
13.Actinolite Ca2(Mg4.5-2.5Fe2+0.5-2.5)Si8O22(OH)2.

14. Adularia KAlSi3O8

15.Alunite K Al 3 ( S O 4 ) 2 (O H ) 6
16.Andalusite Al 2 SiO 5

17.Biotit K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(F,OH)2
18. Calcium Carbonate (Aragonit CaCO3)

19.Mg Carbonate (Magnesite MgCO3)

20.Fe Carbonate (Siderite FeCO3)


21.Chlorite (Mg,Fe) 3(Si,Al)4O10(OH)2·(Mg,Fe)3(OH)6

22.Chabazite (Ca, K2 , Na 2 , Mg) Al 2 Si 4 O 12 • 6H 2 O


23.Chalcedony (silikon dioksida, SiO2)

24.chlorite-smectite / clay mineral (magnesium, alkali metals, alkaline


earths,(Mg,Al))

25.Corundum , aluminium oksida, Al2 O3


26. mineral clinopyroxene

27.Cristobalite ,SiO2
27. Ct-calcite, CaCO3

28. Dolomite CaMg(CO3)2

29. Dickite Al2Si2O5(OH)4

30. Diaspora α-AlO (OH)

31. Ep-Epidote {Ca2}{Al2Fe3+}[O|OH|SiO4|Si2O7]


32.Felspar KAlSi3O8 – NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8

33. Garnet , X 3 Y 2 (SiO 4 ) 3


34.Halloysite Al2(Si2O5)(OH)4

35.Heulandite,(Ca,Na)2-3Al3(Al,Si)2Si13O36·12H2O

36. Smectite,A0.3D2-3[T4O10]Z2 · nH2O

37.Kaolinite Al2(Si2O5)(OH)4
38.Limonit,FeO(OH)·nH2O

39.Magnetite, Fe2+Fe3+2O4

Anda mungkin juga menyukai