Disusun Oleh :
NAMA LENGKAP : FEBRYANTO
NOMOR MAHASISWA : 4100190022
KELAS : 01
Disusun Oleh :
Nama : FEBRYANTO
NIM : 4100190022
Menyetujui
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah
memberikan kita berbagai nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini
akan selalu akan membawa keberkahan, baik dikehidupan di alam dunia ini, lebih-
lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan
yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Tak lupa pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
kepada Dosen-dosen dan para asisten serta teman-teman yang telah banyak
membantu dan mengarahkan kami, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
praktikum yang berjudul “Laporan Praktikum Endapan Mineral ” dengan
tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Walaupun telah berusaha semaksimal mungkin namun penyusun sebagai
manusia biasa yang tidak lepas dari dan kehilafan, maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
laporan selanjutnya. Harapan yang paling besar dari penulis yaitu semoga laporan
lengkap ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya kepada penyusun.
Yogyakarta,29 Desember
Penyusun
FEBRYANTO
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud Dan Tujuan
BAB II ISI
2.1 Alterasi Hidrotermal
2,1,1 Potasik
2.1.2 Filik
2.1.3 Propilitik
2.1.4 Argilik
2.1.5 Advance Argilik ( Argilik Lanjut)
2.2 Tektur, Vein Dan Struktur
2.2.1 Tekstur Dan Struktur
2.2.2 Pengenalan Mineral Bijih (Mineral Sulfida)
2.3 Tipe Endapan
2.3.1 Tipe Endapan Porfiri
2.3.2 Tipe Endapan Epitermal High Sulfidation
2.3.3 Tipe Endapan Epitermal Intermediate Sulfidation
2.3.4 Tipe Endapan Epitermal Low Sulfidation
2.3.5 Tipe Endapan Skarn
BAB III PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (berupa tugas mingguan dan laporan fieldtrip virtual)
DAFTAR GAMBAR
• ntuk mempela!ari deskripsi dari berbagai mineral secara kimia maupun #isika
serta genesa mineral-mineral tersebut.
• gar dapat mengetahui !enis-!enis endapan mineral dan proses pembentukan atau
genesa untuk m pembentukan atau genesa untuk masing-masing !enis asing-
masing !enis endapan.
BAB II
ISI
2.1 Alterasi Hidrotermal
Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang sangat kompleks yang
melibatkan perubahan mineralogi, kimiawi, dan tekstur yang disebabkan oleh
interaksi fluida panas dengan batuan yang dilaluinya, di bawah kondisi evolusi
fisio-kimia. Proses alterasi merupakan suatu bentuk metasomatisme, yaitu
pertukaran komponen kimiawi antara cairan-cairan dengan batuan dinding
(Pirajno, 1992). Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang
dilewatinya (batuan dinding), akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral
primer menjadi mineral ubahan (mineral alterasi), maupun fluida itu sendiri
(Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004). Alterasi hidrotermal akan bergantung pada :
1. Karakter batuan dinding. 2. Karakter fluida (Eh, pH). 3. Kondisi tekanan dan
temperatur pada saat reaksi berlangsung (Guilbert dan Park, 1986, dalam Sutarto,
2004). 4. Konsentrasi. 5. Lama aktivitas hidrotermal (Browne, 1991, dalam
Sutarto, 2004).
Walaupun faktor-faktor di atas saling terkait, tetapi temperatur dan kimia
fluida kemungkinan merupakan faktor yang paling berpengaruh pada proses
alterasi hidrotermal (Corbett dan Leach, 1996, dalam Sutarto, 2004 ). Henley dan
Ellis (1983, dalam Sutarto, 2004), mempercayai bahwa alterasi hidrotermal pada
sistem epitermal tidak banyak bergantung pada komposisi batuan dinding, akan
tetapi lebih dikontrol oleh kelulusan batuan, tempertatur, dan komposisi fluida.
Batuan dinding (wall rock/country rock) adalah batuan di sekitar intrusi yang
melingkupi urat, umumnya mengalami alterasi hidrotermal. Derajat dan lamanya
proses alterasi akan menyebabkan perbedaan intensitas alterasi dan derajat alterasi
(terkait dengan stabilitas pembentukan). Stabilitas mineral primer yang
mengalami alterasi sering membentuk pola alterasi (style of alteration) pada
batuan (Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004). Pada kesetimbangan tertentu, proses
hidrotermal akan menghasilkan kumpulan mineral tertentu yang dikenal sebagai
himpunan mineral (mineral assemblage) (Guilbert dan Park, 1986, dalam Sutarto,
2004). Setiap himpunan mineral akan mencerminkan tipe alterasi (type of
alteration). Satu mineral dengan mineral tertentu seringkali dijumpai bersama
(asosiasi mineral), walaupun mempunyai tingkat stabilitas pembentukan yang
berbeda, sebagai contoh klorit sering berasosiasi dengan piroksen atau biotit. Area
yang memperlihatkan penyebaran kesamaan himpunan mineral yang hadir dapat
disatukan sebagai satu zona alterasi. Host rock adalah batuan yang mengandung
endapan bijih atau suatu batuan yang dapat dilewati larutan, dimana suatu
endapan bijih terbentuk. Intrusi maupun batuan dinding dapat bertindak sebagai
host rock.
Gambar2.1 Mineralogi Alterasi di Dalam Sistem Hidrotermal (Corbett dan
Leach,1996)
2,1,1 Potasik
Potasik Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian
dalam suatu sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya
lebih dari beberapa ratus meter. Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan
berupa biotit sekunder, K Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetite. Pembentukkan
biotit sekunder ini dapat terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama
hornblende dengan larutan hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit,
feldspar maupun piroksen. Dicirikan oleh melimpahnya himpunan muskovit-
biotit-alkali felspar-magnetit. Anhidrit sering hadir sebagai asesoris, serta
sejumlah kecil albit, dan titanit (sphene) atau rutil kadang terbentuk. Alterasi
potasik terbentuk pada daerah yang dekat batuan
beku intrusif yang terkait, fluida yang panas (>300°C), salinitas tinggi, dan
dengan karakter magmatik yang kuat. Selain biotisasi tersebut mineral klorit
muncul sebagai penciri zona ubahan potasik ini. Klorit merupakan mineral ubahan
dari mineral mafik terutama piroksin, hornblende maupun biotit, hal ini dapat
dilihat bentuk awal dari mineral piroksin terlihat jelas mineral piroksin tersebut
telah mengalami ubahan menjadi klorit. Pembentukkan mineral klorit ini karena
reaksi antara mineral piroksin dengan larutan hidrotermal yang kemudian
membentuk klorit, feldspar, serta mineral logam berupa magnetit dan hematit.
Alterasi ini di akibat oleh penambahan unsur potasium pada proses metasomatis
dan disertai dengan banyak atau sedikitnya unsur kalsium dan sodium didalam
batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat. Sedangkan klorit, aktinolite, dan
2.1.2 Filik
Merupakan bagian luar dari zona potasik terutama pada system endapan
tembaga
porfiri dengan batas yang berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik.
❑ Salinitas beragam
2.1.3 Propilitik
-kalsit-kaolinit.
-kalsit-talk.
Klorit-epidot-kalsit.
-epidot.
2.1.4 Argilik
Mineral sulfida berupa ikatan antara sulfur dan logam dijumpai tersebar di
alam dalam kadar dan dimensi kecil sampai besar. Cebakan sulfida dalam jumlah
besar dapat menjadi bahan galian ekonomis yang layak ditambang.
Dispersi logam berat beracun berbahaya dapat terjadi secara alami, berasal
dari tubuh bijih sulfida yang tersingkap atau berada dekat permukaan. Unsur
logam dari bijih sulfida terbawa bersama aliran air tanah da air permukaan
menyebar ke lingkungan sekitarnya membentuk rona awal dengan sebaran
kandungan logam yang tinggi.
Porfiri terbentuk dari beberapa aktifitas intrusi, terdiri dari kumpulan dike dan
breksi intrusi. Mineralisasi terjadi akibat alterasi batuan samping, disseminated
dan stockwork mineralization. Alterasi yang terjadi pada host rock intensif dan
ektensif akibat dari fluida hidrotermal yang terbentuk. Pada dasarnya endapan
porfiri mempunyai tonnase yang besar dan grade yang kecil.
Di kerak bumi terbukti banyak mengandung unsur – unsur logam akan tetapi
dalam konsentrasi kecil. Akan tetapi jika sudah melewati beberapa proses, kadar
suatu logam akan mengalami peningkatan hingga beberapa kali lipat sehingga
nilai ekonomisnya juga mengalami peningkatan. Dan untuk mempermudahnya,
maka endapan bijih hasil tambang yang sudah melewati tahapan tertentu
diklasifikasikan untuk mempermudah pembagian seperti yang telah dijelaskan
diatas tadi. Yang berupa endapan Berdasarkan Komoditi Endapan, Tipe Endapan
Bijih Magmatik, Tipe Endapan Metamorfik dan Metamorfisme Kontak, Endapan
Bijih Sedimenter, Endapan Residual, Endapan Placer
DAFTAR PUSTAKA
NUGRAHA, O. R. (2015). GEOLOGI, ALTERASI HIDROTERMAL DAN
MINERALISASI BIJIH DI DAERAH SANGON DAN PLAMPANG, KECAMATAN
KOKAP, KABUPATEN KULONPROGO, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Noor, J., & Tugo, L. J. (2016, August). ANALISIS SAYATAN MINERAGRAFI
DALAM PENENTUAN MINERALISASI EMAS DI DAERAH OSU
WOTUILA, KECAMATAN ULUIWOI, KABUPATEN KOLAKA TIMUR,
PROPINSI SULAWESI TENGGARA. In PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL
KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6-7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA
PRAMANA. DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FT UGM.
Arifin, A. (2013). Tipe Endapan Epitermal Daerah Prospek Bakan, Kecamatan
Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Propinsi Sulawesi Utara. J. Ilm.
MTG, 6(1).
Haqqi, M. T. (2018). GEOLOGI DAN STUDI ALTERASI-MINERALISASI TIPE
ENDAPAN SKARN Cu PADA DAERAH SULIT AIR DAN SEKITARNYA,
KABUPATEN SOLOK, PROVINSI SUMATERA BARAT (Doctoral dissertation,
Universitas Pembangunan Nasional" Veteran" Yogyakarta).
Arifin, A. (2013). Tipe Endapan Epitermal Daerah Prospek Bakan, Kecamatan
Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Propinsi Sulawesi Utara. J. Ilm.
MTG, 6(1).
LAMPIRAN
TUGAS 4
NAMA MINERAL DAN RUMUS KIMIA PADA TABEL CORBET AND
LEACH
PRAKTIKUM ENDAPAN MINERAL
Disusun Oleh :
NAMA LENGKAP : FEBRYANTO
NOMOR MAHASISWA : 4100190022
KELAS : 01
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikum Endapan Mineral
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
YOGYAKARTA
2020
1.Mordenite ( Ca , Na 2 , K 2 ) Al 2 Si 10 O 24 · 7 H 2 O)
2.Natrolite (Na2Al2Si3O10·2H2O)
5.Quartz (Sio2)
11.Trdymite SiO 2
12.Vesuvianite Ca10(Mg, Fe)2Al4(SiO4)5(Si2O7)2(OH,F)4
14.Wollastonit CaSiO3
15.Zeolite M2/nO Al2O3 a SiO2 b H2O
12.Albite Na Al Si 3 O 8
13.Actinolite Ca2(Mg4.5-2.5Fe2+0.5-2.5)Si8O22(OH)2.
15.Alunite K Al 3 ( S O 4 ) 2 (O H ) 6
16.Andalusite Al 2 SiO 5
17.Biotit K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(F,OH)2
18. Calcium Carbonate (Aragonit CaCO3)
27.Cristobalite ,SiO2
27. Ct-calcite, CaCO3
35.Heulandite,(Ca,Na)2-3Al3(Al,Si)2Si13O36·12H2O
37.Kaolinite Al2(Si2O5)(OH)4
38.Limonit,FeO(OH)·nH2O
39.Magnetite, Fe2+Fe3+2O4