Anda di halaman 1dari 8

B.

Melakukan Pemeriksaan Gangguan Komunikasi


1.Pemeriksaan Pendengaran
Tes pendengaran adalah prosedur pemeriksaan untuk mengetahui kemampuan mendengar
seseorang. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur seberapa baik suara terhantar ke otak.
Suara yang didengar berasal dari getaran pada udara di sekeliling kita, yang kemudian
membentuk gelombang suara yang merambat dalam frekuensi tertentu. Proses mendengar terjadi
saat gelombang suara masuk melalui telinga dan dihantarkan oleh saraf ke otak. Proses
mendengar ini akan terganggu jika ada bagian telinga yang rusak, sehingga terjadi gangguan
pendengaran.

a. Tes audiometri nada murni


Tes ini menggunakan audiometer, suatu alat yang menghasilkan nada-nada murni, dan
diperdengarkan pada pasien melalui headphone. Nada-nada tersebut bervariasi dalam frekuensi
dan intensitas suaranya, mulai dari 250Hz, hingga 8000Hz. Tes akan dimulai dengan intensitas
suara yang masih terdengar, lalu dikurangi secara bertahap hingga tidak lagi terdengar oleh
pasien. Kemudian, intensitas suara akan ditingkatkan kembali hingga pasien bisa mendengarnya.
Pasien akan diminta untuk memberi tanda dengan menekan tombol yang sudah disediakan, jika
masih bisa mendengar suara meski sangat samar.
Tes audiometri dilakukan di ruangan khusus. Pada tes ini, masing-masing telinga akan dites
secara terpisah, dimulai terlebih dulu pada telinga dengan kondisi baik. Pasien akan menjalani
beberapa kali tes, di mana dalam setiap tes, nada yang diperdengarkan pada pasien akan semakin
tinggi. Setelah itu, headphone akan dilepas, dan alat penggetar akan dipasang pada bagian
belakang telinga. Pasien akan kembali diminta memberi respons jika mendengar nada.
b. Tes audiometri tutur
Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa baik pasien mendengar dan memahami
percakapan sederhana. Dalam tes ini, pasien akan diminta mengulangi kata-kata yang diucapkan
dokter, mulai dari suara lembut hingga nyaring.
Pada tes tahap pertama, dokter akan mengucapkan kata-kata yang terdiri dari dua suku kata
dalam suara yang lembut, lalu pasien diminta untuk mengulang dengan akurasi minimal 50%.
Kemudian pada tes tahap dua, dokter akan mengucapkan 50 kata yang terdengar mirip dengan
suara nyaring (40 desibel), dan pasien kembali diminta mengulangi kata-kata yang diucapkan.
Hasil tes audiometri tutur bisa digunakan untuk menentukan apakah alat bantu dengar
dibutuhkan oleh pasien, dan untuk mengetahui letak kerusakan organ pendengaran. Pendengaran
pasien dianggap normal jika bisa mengulangi 90 hingga 95% kata-kata yang diucapkan dokter
saat tes.
2.Pemeriksaan Gangguan Bicara

Diagnosis Gangguan Bicara

Ada banyak pemeriksaan yang tersedia untuk mendiagnosis gangguan bicara, di antaranya:

Tes skrining artikulasi Denver

Pemeriksaan skrining artikulasi Denver merupakan sistem pemeriksaan yang umum digunakan

untuk mendiagnosis gangguan artikulasi atau gangguan bicara. Tes ini dilakukan dengan cara

mengevaluasi kejernihan pengucapan pada anak-anak antara usia 2-7 tahun. Tes yang dilakukan

selama 5 menit ini menggunakan berbagai macam latihan untuk menilai bicara anak.

Language milestones scale 2

Tes ini dibuat oleh dokter spesialis perkembangan saraf anak oleh James Coplan, tes Language

milestones scale 2 dilakukan untuk menentukan perkembangan bahasa anak. Tes ini dapat dengan

cepat mengidentifikasi keterlambatan bicara atau gangguan bahasa pada anak-anak.

Tes kosakata dengan gambar Peabody

Tes ini dilakukan dengan cara mengukur kosakata dan kemampuan seseorang untuk berbicara.

Seseorang akan mendengarkan berbagai kata dan memilih gambar yang menggambarkan kata-kata

tersebut.Seseorang yang memiliki cacat intelektual dan seseorang yang buta tidak dapat

menggunakan tes ini. Tes kosakata gambar Peabody telah direvisi berkali-kali sejak versi

pertamanya tahun 1959.


Pengobatan Gangguan Bicara

Gangguan bicara ringan mungkin tidak memerlukan pengobatan yang khusus karena beberapa

gangguan bicara mungkin dapat hilang dengan sendirinya. Namun pada beberapa orang, gangguan

bicara dapat membaik dengan terapi wicara.

Pengobatan gangguan bicara bervariasi dan tergantung pada jenis gangguannya. Dalam terapi

wicara, terapis profesional akan memberikan latihan yang berfungsi untuk memperkuat otot-otot

di wajah dan tenggorokan.

Selain itu, Anda mungkin diberikan pengajaran untuk mengendalikan pernapasan saat berbicara.

Latihan penguatan otot dan pernapasan dapat membantu memperbaiki gangguan bicara dan

berlatih untuk berbicara lebih fasih dan lancar.

Beberapa orang dengan gangguan bicara biasanya merasa gugup, malu, atau depresi sehingga

dengan terapi bicara dapat membantu Anda mengatasi situasi ini. Seorang terapis akan

mengajarkan Anda cara untuk mengatasi kondisi serta cara meningkatkan kepercayaan diri Anda.

Jika Anda mengalami depresi parah, penggunaan obat antidepresandapat membantu mengatasi

masalah tersebut.
Komplikasi Gangguan Bicara

Komplikasi yang terjadi akibat gangguan bicara tidak diobati dapat menyebabkan seseorang

mengalami rasa cemas yang berlebihan. Seiring waktu, rasa cemas ini dapat memicu gangguan

atau fobia dalam berbicara di depan umum.

Pengobatan dini dalam mengatasi masalah kecemasan dapat

membantu mencegah berkembangnya gangguan kecemasan atau fobia. Pilihan pengobatan

seperti terapi bicara dan obat anti kecemasan umumnya dapat membantu meringankan gejala

ataupun kondisi pasien.

Gangguan bicara yang cepat ditangani dapat membantu mencegah gangguan bicara berkembang

ke kondisi yang lebih buruk seperti terjadinya depresi, termasuk dengan prospek kecacatan yang

mungkin terjadi, tetapi hal tersebut akan tetap bergantung pada tingkat keparahan gangguan

bicara yang dialami.

A.Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah proses medis yang harus dijalani saat diagnosis penyakit. Hasilnya
dicatat dalam rekam medis yang digunakan untuk menegakkan diagnosis dan merencanakan
perawatan lanjutan.

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala hingga kaki (head to toe)
yang dilakukan dengan empat cara (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).

Ruang lingkup pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan tanda vital (suhu, denyut nadi, kecepatan
pernapasan, dan tekanan darah), pemeriksaan fisik head to toe, dan pemeriksaan fisik per sistem
tubuh (seperti sistem kardiovaskuler, pencernaan, muskuloskeletal, pernapasan, endokrin,
integumen, neurologi, reproduksi, dan perkemihan).
Kenapa Pemeriksaan Fisik Dilakukan?

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk pengecekan kondisi tubuh dan diagnosis penyakit. Berikut
empat cara yang dilakukan pada tiap pemeriksaan fisik yang dilakukan:

1. Inspeksi

Tujuannya melihat bagian tubuh dan menentukan apakah seseorang mengalami kondisi tubuh
normal atau abnormal. Itu sebabnya pemeriksa perlu mengetahui karakteristik normal dan
abnormal tiap usia. Kondisi tubuh abnormal pada orang dewasa muda adalah kulit keriput dan
tidak elastis karena kondisi ini umumnya dimiliki orang lanjut usia.

Inspeksi bisa dilakukan secara langsung (seperti penglihatan, pendengaran, dan penciuman) dan
tidak langsung (dengan alat bantu). Saat palpasi dilakukan, tubuh akan diperiksa secara mendetail
dan masing-masing sisi tubuh dibandingkan guna mendeteksi potensi kelainan. Ikuti instruksi
dokter untuk memudahkan proses inspeksi.

2. Palpasi

Pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan dilakukan bersamaan dengan inspeksi.
Palpasi dilakukan menggunakan telapak tangan, jari, dan ujung jari. Tujuannya untuk mengecek
kelembutan, kekakuan, massa, suhu, posisi, ukuran, kecepatan, dan kualitas nadi perifer pada
tubuh.

Saat palpasi dilakukan, posisi harus rileks dan nyaman untuk mencegah ketegangan otot. Dokter
menjelaskan apa yang akan dilakukan, alasan, dan apa yang dirasakan. Kamu juga diminta
menghela napas agar lebih rileks dan berhenti jika merasakan nyeri saat pemeriksaan berlangsung.

3. Auskultasi

Proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk membedakan suara normal dan abnormal
menggunakan alat bantu stetoskop. Suara yang didengarkan berasal dari sistem kardiovaskuler,
respirasi, dan gastrointestinal.

4. Perkusi

Bertujuan mengetahui bentuk, lokasi, dan struktur di bawa kulit. Perkusi bisa dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Perkusi secara langsung dilakukan dengan mengetukkan jari tangan
langsung pada permukaan tubuh.

Sementara perkusi secara tidak langsung dilakukan dengan menempatkan jari tengah tangan non-
dominan (biasanya tangan kiri) di permukaan tubuh yang akan diperkusi, kemudian jaringan
tengah tangan dominan (biasanya tangan kanan) diketuk-ketuk di atas jari tengah tangan non-
dominan untuk menghasilkan suara.Terdapat lima jenis suara yang dihasilkan (pekak, redup,
sonor, hipersonor, dan timpani) dan keseluruhannya menggambarkan kondisi organ tubuh bagian
dalam.
1.BERA (Brains evoked Response Audiomentry)

Deteksi dini gangguan pendengaran pada anak secara konvensional sulit dan biasanya tidak bisa
dilakukan sampai anak berumur 2 sampai 3 tahun. Namun sekarang dengan adanya pemeriksaan
Brainstem Evoked Response Auditory (BERA), deteksi dini gangguan pendengaran sudah dapat
dilakukan sejak bayi. Pemeriksaan BERA adalah suatu pemeriksaan elektrofisiologik yang
obyektif, non invasif untuk menilai respons sistim auditorik termasuk batang otak terhadap bunyi,
sehingga dapat diketahui ambang pendengaran maupun letak lesi pada sistim auditorik tersebut.
BERA telah terbukti berguna dalam menentukan status pendengaran bahkan pada pasien yang
tidak kooperatif atau pasien yang masih sangat muda. Respon terhadap stimulus auditorik berupa
respon auditory evoked potential yang sinkron direkam melalui elektroda permukaaan (surface
lectrode) yang ditempel pada kulit kepala. Respon auditory evoked potential yang berhasil direkam
kemudian diproses melalui program komputer dan ditampilkan sebagai 5 gelombang defleksi
positif (gelombang I sampai V) yang terjadi sekitar 2-12 ms setelah stimulus diberikan.

2.Pemeriksaan Audiomentri (tingkah laku, bermain, dan bicara).

1).Tingkah Laku

Selama ini masih ada yang beranggapan bahwa tes pendengaran secara pengamatan perilaku
(behavioral observation audiometry/ BOA) harus menunggu sampai anak usia mampu berbicara
sehingga dapat mengikuti prosedur tes, yang sebenarnya tidak demikian. Tes BOA sudah dapat
dilakukan pada semua usia mulai bayi baru lahir dengan mempertimbangkan usia dan status
perkembangan anak secara umum. Tes behaviour cukup dapat memberikan nilai ketepatan,
efisiensi dan cukup obyektif apabila dilakukan oleh klinikus yang berpengalaman. Selain itu tes
BOA cukup relibel, cukup menyenangkan bagi anak-anak, cukup efisien dari segi waktu dan biaya.
Tes BOA sederhana yang sering dilakukan di rumah sakit adalah dengan menggunakan benda atau
mainan yang berbunyi seperti bel, terompet.

2).Bermain

Audiometri bermain/play audiometry Anak yang cukup kooperatif, mau pakai headphone dan
bisa diajarkan bagaimana memberikan respons apabila mendengar suara dapat dilakukan metode
audiometri nada murni seperti tes pada orang dewasa. Hanya metode respons apabila mendengar
suara dilakukan dengan mainan, seperti memasukkan kelereng ke dalam kotak setiap mendengar
suara.

3).Tutur Atau Bicara

Disebut audiometri tutur/bicara karena yang di bunyikan pada alat bukanlah sebuah nada murni,
namun sebuah kata-kata (tutur) yang sudah dibakukan. Alat audiometri yang digunakan untuk
pemeriksaan ini harus sudah terkalibrasi. Prinsipnya hamper sama dengan pemriksaan nada murni
namun yang diperdengarkan kepada pasien adalah sebuah kata-kata. Kemudian pasien
diperintahkan untuk menirukan hingga intensitas suara yang terkecil, dan dicatat hasilnya.
3.CT. Scan

CT Scan adalah pemeriksaan yang non-invasif dan sederhana. Pasien diminta berbaring di atas
meja periksa yang akan masuk ke dalam mesin CT Scan, berbentuk seperti terowongan. Sebelum
melakukan CT Scan, dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk konsultasi dan
persiapan. Biasanya pasien diminta untuk puasa selama beberapa jam jika pasien melakukan CT
Scan dengan disuntik cairan kontras. Sebelum melakukan CT Scan, sebaiknya pasien mengabari
dokter mengenai alergi yang dimiliki, pengobatan yang sedang dilakukan, atau kondisi khusus
lainnya seperti kehamilan.

CT Scan adalah alat bantu pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi banyak hal.
Misalnya untuk menilai kondisi pembuluh darah pada pasien Penyakit Jantung Koroner, emboli
paru, pembesaran pembuluh darah aorta, dan kelainan pembuluh darah lainnya. CT Scan juga
dapat digunakan untuk mengamati metastasis (penyebaran) tumor atau kanker, letak, serta
jenisnya.

Tidak semua orang dapat menjalani pemeriksaan CT Scan, sebab paparan sinar X yang diberikan
saat proses pemeriksaan dapat menyebabkan gangguan pada system tubuh tertentu. Oleh sebab itu,
sebaiknya pasien anak-anak atau ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan ini. Pasien anak
cenderung rentan dengan sinar X sebab tubuh mereka masih dalam proses pertumbuhan. Begitu
pun pada ibu hamil yang perlu menjaga pertumbuhan janin. Pemeriksaan CT Scan sebaiknya
didiskusikan terlebih dahulu pada dokter Anda dan harus melalui persetujuan dokter.

4.Denver Developmental Screening Test (DDST)


Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah upaya melakukan penilaian yang
umum digunakanuntuk memeriksa anak-anak usia 0-6 tahun dalam mendeteksi kemajuan
perkembangan mereka.
Nama “Denver”
diambil, karena tes pemeriksaan ini diciptakan di University of Colorado Medical Center di
Denver.Keterlambatan perkembangan ataupun masalah-masalah dalam dalam perkembangan,
diperkirakan mencapaihingga 15% dari jumlah anak-anak dibawah diantara usia 0 hingga 5
tahun. (survey di denver) Ini termasukketerlambatan dalam bicara dan perkembangan bahasa,
perkembangan motorik, perkembangan sosial-emosionaldan perkembangan kognitif. Dan
hanya setengahnya yang dapat terdeteksi. Kebanyakan, pada awalnya, justruorang tuanya sendiri
yang melihat adanya ketidak sempurnaan perkembangan dalam tubuh putra/inya. Sayangnyadari
sekian banyak orang tua yang telah menyadari, hanya sedikit dari mereka yang mengambil
langkahpenanganan secara serius.
Oleh karena itu DDSC merupakan sebuah “alat pendeteksi” yang sang
at tepat dan rinci untuk mengetahui perubahanhal yang paling kecil dalam perkembangan anak.
Melibatkan orang tua dalam proses pengamatannya, dapat bersifatfleksibel dan secara
berkesinambungan.DDST.

Anda mungkin juga menyukai