Pengenalan
Ada dua teori utama untuk gelombang stabil yang mampu diperhalus. pertama
adalah teori Stokes, paling cocok untuk gelombang yang relatif tidak terlalu
panjang terhadap kedalaman air. Kedua adalah teori Cnoidal, cocok untuk
batasan lain dimana gelombangnya panjang. Kedua teori tersebut disajikan
pada bagian selanjutnya. Perlu dicatat bahwa dalam teks artikel ini tidak ada
istilah "gelombang Stokes" atau "gelombang Cnoidal" yang digunakan. Dari
kedua teori tersebut, gelombang yang dijelaskan adalah perkembangan
gelombang stabil, dan tidak ada perbedaan mendasar antara gelombang itu
sendiri.
Versi baru teori Cnoidal akan disajikan di sini, yang mana lebih sederhana
untuk diterapkan dan memberikan hasil yang jauh lebih baik pada kecepatan
fluida daripada teori cnoidal sebelumnya. Baik teori Stokes dan cnoidal
disajikan ke urutan kelima, yang merupakan kompromi yang masuk akal;
keakuratannya terbukti tepat, namun jumlah data yang disajikan dalam bentuk
koefisien numerik bukannya tidak masuk akal. ini direkomendasikan bahwa
teori golongan kelima lengkap digunakan dalam berbagai kasus, karena
setelah pengorganisasian kalkulasi orde pertama secara sistematis telah
diselesaikan, perluasan ke orde kelima melibatkan sedikit lebih banyak usaha.
Bagian pada dua teori gelombang utama diikuti dengan deskripsi metode
numerik yang akurat berdasarkan pendekatan Fourier. Metode ini mampu
menghasilkan akurasi yang tinggi pada hampir seluruh rentang tinggi dan
panjang gelombang. Akurasi dari masing-masing teori perkiraan kemudian
diperiksa, di mana beberapa hasil baru diperoleh. Disarankan supaya dua teori
golongan kelima secara bersama-sama mampu memiliki akurasi yang dapat
diterima pada sebagian besar rentang gelombang yang tepat. Rumus empiris
untuk ketinggian gelombang tertinggi disajikan dan batas antara wilayah
validitas pada teori diusulkan. Akhirnya serangkaian rumus disajikan untuk
properti integral dari deretan gelombang. Ini berisi tentang hasil kerja terbaru
yang mana mengoreksi teori sebelumnya.
Dengan adanya arus memiliki dua implikasi utama dalam penerapan teori
gelombang stabil. Pertama, periode yang jelas di ukur oleh pengamat
bergantung pada kecepatan gelombang aktual dan arus yang disebabkan, yaitu
periode yang jelas adalah Doppler- shifted. Ini berarti bahwa tanpa
penyisihan eksplisit pada arus dalam perhitungan itu tidak mungkin
memecahkan suatu permasalahan secara unik, jika, seperti pada kebanyakan
penerapan, periode lebih dikenal daripada Panjang gelombang.
¾ λ -
- c
6
H
6 v
6
d h
z Z
6 6- c
-x v - X v
Efek utama kedua arus yaitu efek adiktif yang memiliki kecepatan fluida
horizontal.
Untuk menentukan kecepatannya perlu di ketahui arusya. Jika arus tidak di
ketahui, maka masalah kurang di tentukan.
Pada rangkaian ( X,Y) seluruh pergerakan fluida stabil dan terdiri dari aliran
pada arah X negative, kira-kira besarnya kecepatan gelombang, dibawah
profile gelombang stationary. Kecepatan rata-rata fluida horizontal pada
rangkaian ini, untuk nilai konstan Y ada satu panjang gelombang λdi
lambangkan dengan − ¯U . ini negavif di sebabkan oleh aliran yang jelas pada
arah X. kecepatan pada kerangka acuan biasanya tidak penting, digunakan
untuk mendapatkan solusi yang lebih sederhana.
u1 = c-U…………………………………………………… u¯……………(1)
u¯2 = c- Q/d………………………………………………………………………….(2)
jika tidak ada transport massa, u2=0 , maka perkiraan Stoke kedua pada
kecepatan gelombang di peroleh c= Q/d. kebanyakan presentasi teoritis
memberikan Q sebagai fungsi parameter gelombang.
Saat ini kita perhatikan aturan persamaan pada ( X,Y) dalam system
koordinat. U = ∂ψ/∂Y dan U = ∂ψ/∂. Sebagai tambahan jika Gerakan fluida
tidak berotasi, memenuhi persamaan Laplace dalam seluruh fluida :
………………………………………………………(3)
…………………………………
(6)
3. Teori Stokes
Stokes mengasumsikan bahwa semua variasi pada arah X dapat diwakili oleh deretan
Fourier dan koefisien ini dapat ditulis sebagai perluasan gangguan dalam parameter
yang meningkat dengan ketinggian gelombang. Substitusi perluasan gangguan
timgkat tinggi kemdalam aturan persamaan (3)-(6) dan manipulasi data. Presentasi
terbaru teori Stokes, mempertahankan istilah pada urutan kelima, yaitu Fenton
(1985). Uraian berikut mengikuti makalah, dengan perbedaan notasi yang dijelaskan
diatas, bahwa ¯u1 diganti dengan cE dan u¯2 diganti dengan cS.
Pada parameter ketinggian gelombang akan lebih mudah digunakan tinggi gelombang
yang tidak berdimesi sehubungan dengan panjang gelombang dengan istilah ε =
kH/2, dimana K adalah bilangan gelombang K = 2π/λ. Teori tersebut dapat disajikan
sepenuhnya dalam hal ini jumlah dan kedalaman tak berdimensi kd. Rumus untuk
koefisien digunakan dalam teori yang disajikan pada persamaan di table 3-1.
Jika tiga dimensi yaitu kedalaman air d , tinggi gelombang H, panjang gelombang
λdiketahui, maka semua koefisien dapat di hitung. Namun jika kecepatan fluida tidak
stabil akan dihitung, kecepatan gelombang C masih perlu untuk di ketahui atau
kecepatan rata-rata baik u¯1atau u¯2
Biasanya kasus ini terjadi pada periode gelombang τ yang diketahui disebagai
pengganti panjang gelombang. Maka ini perlu juga mengetahui c atau salah satu
penentu arus u1 atau ¯u2. Langkah awal untuk menentukan panjang gelombang.
Teori Stoke memberikan persamaan untuk U sebagai fungsi pada H, d , dan λ.
U¯ (k/g)1/2 = C0 + ε2 C2 + ε4 C4 + . . . , ……………………………………………………………………….(7)
Dimana fungsinya tergantung pada koefisien C0, C2 dan C4 pada kd yang diberikan
pada table 3-1. Mengganti dari persamaan (7) dan definisi dari kecepatan gelombang
c = λ/. Ke dalam persamaan (1). Menulis Kembali persamaan ke dalam angka
gelombang. Maka kita dapatkan
A11 = 1/ sinhkd
A22 = 3S2/(2(1 − S)2)
2 3 3
A31 = (−4 − 20S + 10S − 13S )/(8 sinhkd (1 − S) )
2 3 3
A33 = (−2S + 11S )/(8 sinhkd (1 − S) )
2 3 4 5 5
A42 = (12S − 14S − 264S − 45S − 13S )/(24(1 − S) )
A44 )5)= (10S3 − 174S4 + 291S5 + 278S6)/(48(3 + 2S)(1 − S
2 8 3 4
A51 554S
= 5 (−1184
− 500S+6
3341S
−32S 7
− 670S+
+ 13232S )21712S + 20940S +
12
6
/(64 sinhkd (3 + 2S)(4 + S)(1 3− S) ) 4
A53 = (4S + 105S + 198S − 1376S − 1302S5 − 117S6 + 58S7)/(32 sinhkd (3 + 2S)(1 − S)6)
2
3 4 5 6 7 8 6
A55 = (−6S + 272S − 1552S + 852S + 2029S + 430S )/(64 sinhkd (3 + 2S)(4 + S)(1 − S) )
B11 = 1
B22 = cothkd (1 + 2S)/(2(1 − S))
2 3 3
B31 = −3(1 + 3S + 3S + 2S )/(8(1 − S) )
B33 = −B31
2 3 4 5 4
B42 = cothkd (6 − 26S − 182S − 204S − 25S + 26S )/(6(3 + 2S)(1 − S) )
B44 = cothkd (24 + 92S + 122S2 + 66S3 + 67S4 + 34S5)/(24(3 + 2S)(1 − S)4)
B51 = −(B53 + B55)
2 3 4 5 6 7 8
B53 = 9(132 + 17S − 2216S − 5897S − 6292S − 2687S + 194S + 467S + 82S )
/(128(3 + 2S)(4 + S)(1 − S)6)
2 3 4 5 6 7 8
B55 = 5(300 + 1579S + 3176S + 2949S + 1188S + 675S + 1326S + 827S + 130S )
/(384(3 + 2S)(4 + S)(1 − S)6)
1/2
C0 = (tanhkd)
1/2 2 2
C2 = (tanhkd) (2 + 7S )/(4(1 − S) )
C4 = (tanhkd)1/2 (4 + 32S − 116S2 − 400S3 − 71S4 + 146S5)/(32(1 − S)5)
D2 = 1/2−(cothkd) /2
1/2 2 3 3
D4 = (cothkd) (2 + 4S + S + 2S )/(8(1 − S) )
E2 = tanhkd (2 + 2S + 5S2)/(4(1 − S)2)
E4 = tanhkd (8 +2 12S − 152S
3 4
− 308S −5 42S + 77S 5)/(32(1 − S)
Table 3-1 koefisien yang digunakan pada teori Stoke di sebut dengan fungsi hiperbola
kd termasuk S = sech2kd
Jika u2 di ketahui daripada ¯u1 menjadi persaman
………………………………………………………………….
(9)
Angka gekombang k dapat ditemukan secara numerik dalam persamaan (8) atau (11)
dengan metode numerik untuk memecahkan persamaan transedental, seperti coba-
coba, metode garis potong atau dua bagian. Metode dua bagian yang paling mudah di
program, hanya membutuhkan batas atas dan batas bawah. Metode lainnya, namun
membutuhkan perkiraan awal yang besar. Fenton dan McKee (1989), telah
memberikan pendekatan yang sesuai yang dengan versi linear sudah dikenal pada
persamaan (8), dimana efek dari arus diabaikan :
pernyataan ini adalah solusi yang tepat pada persamaan (12) pada batas panjang dan
pendeknya gelombang, dan di antara batas itu kesalahan terbesar ialah 1,5%. Akurasi
tersebut cukup jika salah satu memecahkan persamaan (12), dimana efek dari kedua
arus di abaikan dan nonlinear.
Setelah menghitung angka gelombang k , dan karenannya tinggi gelombang tak
berdimesi ε = kH/2 dan kedalaman kd tak berdimensi. Saat ini teorinya dapat
diterapkan. Jika kecepatan gelombang c tidak diketahui, ini dapat dihitung
menggunakan persamaan (1) atau (2). Tergantung apakah u1 atau u2 diketahui.
Kecepatan fluida pada keranga (x,y) diberikan oleh u = ∂φ/∂x dan v = ∂φ/∂y, dimana
φ kecepatan potensial diberikan oleh
4. Teori Cnoidal
Teori Cnoidal untuk masalah pada gelombang air stabil mengikuti perkiraan perairan
dangkal dimana diasumsikan bahwa gelombang lebih Panjang daripada kedalaman
air. Dalam turunannya, teori Cnoidal tidak membuat perkiraan berdasarkan pada
ketinggian gelombang. Namun. Sebagian dari pemaparan teori Cnoidal Menyusun
Kembali rangkaian ekspansi diperoleh dalam ketinggian gelombang tak berdimesi
H/h dimana h merupakan kedalaman air di bawah palung. Solusi urutan pertama
menunjukan bahwa tinggi permukaan sebanding dengan cn2(z|m), dimana cn2(z|m)
adalah fungsi elips jacobian dari argument z dan modulus m yang memberikan nama
pada teori tesebut. Solusi ini menunjukan palung datar yang Panjang dan karakteristik
puncak sempit pada gelombang di perairan dangkal. Pada limitnya sebagai m → 1
solusinya sesuai dengan gelombang solitary yang sangat Panjang.
Berbagai versi teori Cnoidal telah di paparkan. Fenton (1979) memberikan urutan
kelima teori dan memunjukan bahwa teori sebelumnya parameter muai efektif bukan
H/h, tetapi H/mh, dimana m merupakan parameter yang ditentukan di atas. Ini dapat
ditunjukan bahwa dalam batas gelombang pendek didekati atau sebagai gelombang
yang dianggap sangat kecil, Parameter ekspansi ini bervariasi seperti ( d/λ)2. Supaya
kuantitas ini menjadi kecil dan hasil seri menjadi valid, maka batas gelombang
pendek dikecualikan. Berdasarkan cara ini, teori Cnoidal rusak pada perairan dalam
( gelombang pendek) dengan cara tertentu untuk melengkapi teori Stoke yang rusak
pada perairan dangkal ( gelombang Panjang).
Teori Cnoidal belum diterapkan secara luas, kemungkinan salah satu alasan bahwa
teori ini membuat penggunaan ekstensif fungsi elips jacobian dan intergral jacobian
yang dianggap sulit untuk dihitung. Kesulitannya dikarenakan oleh fakta bahwa
rumus konvensional sangat tidak konvergen, jika seluruhnya konvergen, pada batas m
→ 1, tepatnya batas pada teori Cnoidal paling tepat. Namun, rumus yang lebih tepat
dapat diperoleh dimana lebih akurat dan convergen yang sangat cepat pada batas m
→ 1. Ini telah dilakukan oleh Fenton dan Gardiner-Garden (1982). Rumusnya sangat
konvergen , bahkan nilai pada m bukan merupakan batas. Perkiraan yang tepat pada
rumus ini dapat diperoleh dan disajikan pada table t2. Sungguh luar biasa jika m ≥ ½,
perkiraan yang sederhana di sajikan dalam table merupakan kelima urutan penting.
Pada kasus m < ½, ketika teori Cnoidal menjadi kurang valid, pendekatan
konvensional dapat digunakan, sehingganya dapat dibuat pada Fenton dan Gardiner-
Garden atau referensi standar untuk rumus biasa. Namun, teori Cnoidal kemungkinan
harus dihindari dalam kasus ini.
Table 4-1. perkiraan untuk fungsi elips dan integral dalam kasus yang lebih tepat
pada teori Cnoidal m ≥ ½
(rumus)
Disintatif lain untuk penggunaan teoiri Cnoidal diberikan pada beberapa hasil dalam
Fenton (1979) ( merupakan kasus khusus untuk aurs nol ¯u1 = 0). Dalam hasil
makalah ini, disajikan pada urutan kelima, dibutuhkan penyajian dengan banyak
koefisiein yang membuat pengaplikasian agak menakutkan. Lebih disintetif, namun
disediakan oleh perbandingan dengan menggunakan percobaan pengukuran
kecepatan fluida dibawah punvak gelombang. Pada gelombang yang lebih kecil,
ketinggian H/d ≈ 0.4, teori memberikan kesesuaian yang cukup baik, tetapi untuk
gelombang yang lebih tinggi, H/d ≈ 0.5, profile kecepatan menunjukan osilasi yang
buruk, dan sesuai dengan percobaan yang dilakukan, parah. ditemukan bahwa pada
tingkat yang lebih tinggi hasilnya bahkan lebih buruk.
Saat mempersiapkan artikel ini, penulis tidak puas terhadap hasil yang sangat buruk,
penulis menemukan bahwa dua modifikasi dapat dilakukan pada teori Cnoidal,
pertama yang membuatnya agak mudah untuk di aplikasikan, dan yang kedua
memberikan hasil yan lebih baik pada kecepatan fluida dibawah gelombang.
Penyederhanaan pertama yang dapat dibuat di tunjukan oleh fakta bahwa pada
gelombang yang tidak rendah dan/atau pendek, nilai dari parameter m digunakan
dalam praktek memang sangat dekat satu dengan yang lainnya. Ini menunjukan
penyerdahanaan bahwa, pada seluruh rumus, dimanapun m muncul secara eksplisit,
itu digantikan dengan m = 1, yang menghasilkan rumus yang jauh lebih pendek. Pada
penyajian dibawah, ini telah dilakukan, meskipun muncul secara explisit pada fungsi
elips cn(), sn() and dn(), dan integral elips K(m), E(m) dan rasionya e(m)
dipertahankan, karena jumlah menunjukan variasi yang kuat, bahkan secara tunggal
pada batas m = 1.
pengunaan pendekatan m=1 pada tipikal nilai m sedikit lebih akurat dibandingkan
pendekatan konvensional yang menjadi dasar dari teori ini, yaitu pengabaian
perpangkatan yang lebih tinggi pada ketinggian gelombang atau kedangkalan.
Contohnya, m = 0.9997 untuk gelombang dengan ketinggian 40% dari kedalaman
dan panjannya 15 kali dari kedalaman; dalam hal ini, kesalahan yang diperkenalkan
dengan mengabaikan perbedaan antara m6 dan 16 (0.0020) dengan istilah tingkat
pertama kurang dari pengabaian tingkat keenam istilah termasuk dalam teori (0,46 =
0,004). Pada berbagai rumus berikutnya, tingkat istilah yang diabaikan tidak
ditampilkan. Kebanyakan daripadanya ialah bertingkat (H/d)6 dan 1-m6.
Jika tinggi gelombang dan Panjang dan kedalaman air diketahui, sehingga parameter
m bisa ditemukan dengan tentukan dengan menyelesaikan persamaan transcendental :
(rumus)
Dimana e = e(m) = E(m)/K(m), ungkapan yang sesuai diberikan dalam table 4-1.
Variasi pada sisi kiri dengan m sangat cepat pada batas sebagai m → 1, dan metode
gradien seperti metode garis potong yang kemungkinan rusak. Penulis memilih untuk
menggunakan metode dua pembagian, menggunakan rentang awal m = 10 −12 pada m
= 1-10−12.
Jika bukan Panjang gelombang, periode gelombang dan arus diketahui, maka
berdasarkan rumus persamaan (1) atau (2) dapat digunakan. Pada kasus ini, lebih
sederhana untuk menyajikan ekspansi terpisah pada kuantitas yang muncul dalam
persamaan. Beberapa ungkapan harus di evaluasi.
Persamaan (1) dapat diperoleh
(rumus)
Dimana h/d adalah rasio kedalaman dibawah palung h merupakan kedalaman rata-
rata seperti yang telah diberikan Fenton(1979) ( dari persamaan 4.8 dan tabel A.3)
(rumus)
Setelah menghitung kedalaman palung, kuantitas ekspansi H/h digunakan pada
presentasi konvensional dalam teori cnoidal dapat di hitung :
(rumus)
Kuantitas α diberikan oleh
(rumus)
Teori perairan dangkal digunakan untuk mengembangkan teori Cnoidal yang tidak
menggunakan ketinggian gelombang sebagai parameter ekspansi. Melainkan
diungkapkan dengan istilah α, parameter peregangan atau pendangkalan diberikan
persamaan (23). Teori Cnoidal tradisional menyusun kembali deretan yang diperoleh
untuk memberikan deret pada ketinggian gelombang. Saat mempersiapkan artikel ini
penulis mempertimbangkan ungakapan untuk kecepatan fluida dalam formulasi α
asli (sebenarnya α2) dan membandingkan dengan mereka yang berekperimen. Ini
ditemukan bahwa hasilnya sangat lebih baik dibandingkan penyajian sebelumnnya,
bahkan dengan penambahan pendekatan m=1. Disini, rumus untuk komponen
kecepatan disajikan ; hasil dari perbandingannya akan disajikan pada bagian s5.
direkomendasikan bahwa ungkapan Ini
Digunakan pada praktik. Hasil lebih mudah untuk disajika dengan istilah δ, daripada
dengan istilah α dimana
(rumus)
Dan dimana α diberikan oleh persamaan (h3). Kecepatan fluida dalam kerangkan
(x,y) diberikan oleh
(rumus)
(tabel)
(rumus)
Dimana koefisien Φijl dalam ekspansi untuk kecepada fluida diberikan pada table 4-
2. Jika kecepatan gelombang c tidak diketahui hal ini dapat dihitung menggunakan
perdamman (1) atau (2) tergantung dari apakah ¯u1 atau ¯u2 diketahui.
(rumus)
Dimana ¯U dan Q diberikan oleh persamaan (24) dan (26) secara berturut-turut.
Ini akan terlihat pada bagian 5 bahwa teori ni memprediksikan kecepatan dibawah
puncak gelombang secara akurat dalam rentang yang luas. Pada kondisi gelombang.
Metode dan program komputer yang lebih sederhana diberikan oleh fenton (1988).
Penyederhanaan utama yaitu seluruh turunan parsial yang perlu didapatkan secara
numerik. Dalam penerapan metode pada gelombang yang tinggi, kesamaan dengan
versi dari lain metode pendekatan Fourier, ini ditemukan bahwa sewaktu-waktu perlu
untuk menyelesaikan tangka gelombang yang lebih rendah, melakukan extrapolasi ke
depan dengan Langkah-langkah yang tinggi hingga mencapai ketinggian yang di
inginkan. Pada gelombang yang sangat Panjang metode ini dapat bertemu dengan
penyelesaian yang salah, yaitu 1/3 gelombang dari panjangnya., yang jelas dari
koefisien fourier yang dihasilkan, sehingga sepertiganya bukan nol. Masalah ini dapat
di atasi dengan menggunakan urutan Langkah ketinggian.
Hasil dari metode numerik ini menampilkan bahwa solusi yang akurat dapat
diperoleh dengan deret Fourier pada istilah 10-20, bahkan pada gelombang yang
mendekati tertinggi, dan mereka tampaknya menjadi yang terbaik dalam
menyelesikan permasalahan gelombang air stabil apapun dimana tingkat akurasinya
penting. Sobey dkk. (1987) membuat perbandingan antara versi kontemporer pafa
metode numerik. Masuk dalam rangkumannya bahwa hanya sedikit yang bisa di pilih
anatara mereka.
Meskipun gelombang-gelombang ini agak lebih rendah dari yang tertinggi secara
teoritis, ada bukti yang menyatakan bahwa sebenarnya gelombang-gelombang itu
mungkin saja mendekati realisasi tertinggi pada prakteknya. Nelson (1987) telah
menunjukan dari sejumlah percobaan pada kemiringan yang landai, bahwa pada batas
kemiringan mendekati nol ketinggian gelombang maksimum yang diamati hanya H /
d = 0,55. Bukti selanjutnya dalam kesimpulan ini diberikan oleh Le Méhauté dkk.
Dimana ketinggian gelombang yang diuji adalah H/d = 0,548 dijelaskan sebagai “
pecah tepat dibawah”. Ini tampaknya cukup banyak ketidakstabilan pada area kerja
bahwa gelombang nyata yang merambat di atas alas datar tidak dapat mendekati batas
teoritis yang diberikan oleh persamaan (32). Hal Ini sangat fundamental untuk
penerapan teori terbaru, jika memang gelombang tertinggi memiliki ketinggian
terhadap rasio kedalaman hanya 0,55, tampaknya kedua teori tinggkat kelima pada
bagian 2 dan 3 mampu memberikan hasil yang akurat atas seluruh kemungkinan
gelombang.
Disini akurasi teori gelombang pada rentang yang lebih luas akan diperiksa. Untuk
melakukan hal ini, sejumlah penyelesaian dalam gelombang diperoleh, pada
sebagian besar domain yang secara teoritis mungkin ditunjukan pada gambar 6-1.
Ditemukan bahwa penyelesaian pada 40 tinggi gelombang yang meningkat dalam
setia Panjang gelombang, metode Fourier biasanya gagal untuk di terakhir, sehingga
pemecahan Fourier diperoleh hingga 2,5% dari gelombang teoritis tertinggi yang
ditentukan dalam persamaan (32). Ukuran untuk keakuratan dalam menguji teori-
teori teersebut dipilih sebagai integral dari dasar sampai ke puncak pada kecepatan
fluida horizontal dibawah puncak (debit sesaat dibawah puncak). Metode fourier
dipilih sebagai standar perbandingan. Hasilnya ditunjukan pada gambar 6-1, berupa
kesalahan kontur pada debit puncak dan cukup menggembirakan. Ini bisa terlihat
bahwa kebanyakan dari diagram, sesuai teori, Stokes pada gelombang pendek,
Cnoidal untuk Panjang memberikan hasil hingga 1%, dengan pita yang sempit
dimana kesalahanya mecapai lebih dari 5%. Ini hampir cukup baik untuk penerapan
praktis. Hal Ini patut diperhatikan menggingat perbedaan sifat dari kedua teori
tersebut, masing-masing kehilangan akurasi paad wilayah yang sama dengan cara
yang sama, tepat dimana yang lainnya memulai untuk mendapatkan akurasi, dan
kesalahan kontur masing-masing sejajar dengan yang lainnya. Demikianlah kedua
teori itu menjadi pelengkap yang lebih kebetulan daripada yang telah disadari. Ada
daerah di tengah gambar 6-1, namun, dengan akurasi terbaik yang dapat diperoleh
yaitu hanya antara 5% dan 10%. Kondisi percobaan pada gambar 6-2(a) tepatnya di
tengah-tengah wilayah ini, sehingga memberikan kasus terburuk pada gelombang
setinggi ini.
Perlu dicatat bahwa pada sebagian besar domain, kesalahan kontur hampir tidak
horizontal seperti yang mungkin terjadi diharapkan dari teori dimana parameter muai
dasarnya ialah tinggi gelombang. Ini dikenal dengan teori Stokes dan Cnoidal yang
rusak dalam batas gelombang dimana tidak sesuai, dan diagram menunjukan denga
tepat dimana hal in terjadi. Tidak banyak diapresiasi meski sudah dikemukakan oleh
Fenton (1979), bahwa pada batas gelombang amplitudo kecil, teori cnoidal berhenti
Bersatu. Diagram menunjukan, misalnya untuk menyelesaikan masalah pada
gelombang pendek dan gelombang Panjang dengan H/d = 0.1 yang panjangnya λ / d
= 15, sebaiknya menggunakan teori Stokes. Ini melanggar pembatasan naïve pada λ /
d = 10 seperti yang sudah disarankan oleh Fenton ( 1979 & 1985) untuk membatasi
area validitas pada ke dua teori.
Mempertimbangkan hasil dari teori Cnoidal, bisa dilihat bahwa hasil yang tepat pada
gambar 6-2 untuk gelombang H/d sekitar 0.55 tidak lagi diperoleh, dan untuk
gelombang 6-3 ketinggiannya sekitar 0.68, deviasi terbatas dari hasil Fourier yang
akurat terlihat jelas. Namun, hasil dari Cnoidal tidak terlalu salah, seperti yang
terlihat dari gambar 6-3(b) dan (c), dan integral pada u dengan y diperoleh dari teori
Cnoidal untuk gelombang yang lebih Panjang selalu lebih akurat hingga 3%. Ketika
penyelesaian pada gelombang yang lebih Panjang diperoleh, hasil dari gelombang
tertinggi semuanya akan terlihat seperti gambar f4(c) dan seperti yang diharapkan,
pada batas m → 1 teori tidak lagi kehilangan akurasi untuk gelombang yang lebih
Panjang. Untuk H/d < 0.55, seperti yang ditunjukan pada gambar 6-2, hasilnya selalu
tepat, namun terlihat bahwa untuk penyelesaian dengan akurasi tinggi pada
gelombang yang paling dekat dengan teoritis tertinggi, ini perlu digunakan metode
pendekatan Fourier.
Terdapat beberapa sifat penting lainnya dari rangkaian gelombang stabil yang
karakteristiknya dari rangkaian gelombang secara keseluruhan. Selain debit Q,
konstanta Bernoulli R, dan ¯U kecepatan fluida rata-rata pada sebuah level
konstanta, semua digunakan diatas. Sifat tambahanya mencangkup momentum rata-
rata gelombang, energi kinetic dan energi potensial, tegangan radiasi, flux energi
dan kuadrat rata-rata kecepatan pada alas dan umumnya diberikan sebagai nilai rata-
rata per satuan luas.
Klopman (1990), telah menyajikan rumus umum untuk besaran integral ini dalam
kerangka yang dilalui oleh gelombang lewat kecapatan. Pernyataannya mengoreksi
beberapa pernyataan yang di sajikan sebelumnya. Jumlah dari integral extra ini
dapat dihitung dalam kuantitas yang telah ditentukan diatas dan pernyataan dari
stokes, Teori Cnoidal telah diberikan diatas, dengan pengecualian energi potensial
V:
(Rumus)
Disini, pernyataan yang diberikan pada V dari teori Stokes dan Cnoidal. Mengganti
persamaa (16) menjadi persamaan ( 34) dan melakukan manipulasi dan memberi
integrasi
Tingkat kelima teori pendekatan Stokes pada V:
(rumus)
Fenton (1979) menyajikan rumus untuk V menggunakan Teori Cnoidal. Hal ini sesuai
dengan pendekatan m = 1 pada bagian 3 untuk menyediakan pendekatan disini, maka