Anda di halaman 1dari 19

Prosedur dan Langkah langkah Tutup Buku

dengan Jurnal Penutup Perusahaan


Manufaktur
15 Juni 2021 oleh Wadiyo, SE

Jurnal penutup perusahaan manufaktur adalah jurnal akuntansi yang digunakan


untuk melakukan proses TUTUP BUKU pada perusahaan manufaktur atau industri
pengolahan.

Tutup buku perusahaan manufaktur adalah akhir dari siklus akuntansi (accounting


cycle) pada perusahaan manufaktur.
Bagaimanakah konsep, prosedur standar dan langkah-langkah membuat jurnal
penutup pada perusahaan manufaktur untuk melakukan tahap-tahap tutup buku?
Mari ikuti pembahasan materi dan cara membuat jurnal penutup perusahaan
manufaktur beserta contohnya berikut ini.

Daftar Isi Artikel [Buka]

01: Tutup Buku Akhir Periode Akuntansi


A: Pengertian Tutup Buku (Closing the Books)
Apa yang dimaksud dengan tutup buku (tutup buku dalam bahan Inggris = Closing
the Books)?
Menurut pandangan para ahli accounting, pengertian tutup buku adalah proses
posting atau memindahkan pos-pos nominal dan pembagian keuntungan ke dalam
pos laba ditahan (retained earning) sehingga akan diperoleh ekuitas di akhir periode
akuntansi, misalnya laporan tutup buku akhir.
Apa yang disebut rekening nominal?

Pengertian rekening nominal adalah pos-pos atau akun-akun yang perlu ditutup
pada akhir periode akuntansi ke akun laba ditahan, antara lain: pos biaya dan
beban, pajak penghasilan, dan penerimaan.

Jadi, aktivitas tutup buku dilakukan di akhir siklus akuntansi perusahaan manufaktur
atau industri pengolahan, dagang, jasa, ataupun institusi yang lain.

Tutup buku adalah suatu aktivitas untuk menutup akhir accounting cycle dan
sekaligus mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk memulai tahap awal siklus
akuntansi.

B: Pengertian Perusahaan Manufaktur


Karena kita akan membahas tentang tutup buku perusahaan manufaktur, maka
sekilas saya akan menyinggung mengenai perusahaan manufaktur.
Apa itu perusahaan manufaktur?

Pengertian perusahaan manufaktur adalah suatu perusahaan yang mengolah


barang berdasarkan suatu pesanan dari customer maupun produk massal, di mana
produk tersebut diolah dari bahan baku (raw material) ditambah dengan bahan
pendukung lain, tenaga kerja langsung serta biaya overhead lainnya.
Penjelasan yang lebih lengkap tentang perusahaan manufaktur atau industri
pengolahan beserta komponen biaya-biaya bisa baca dan pelajari di Akuntansi
Perusahaan Manufaktur.
 

02: Proses Tutup Buku Perusahaan Manufaktur

Langkah-langkah Tutup Buku dengan Jurnal Penutup

Bagaimana cara dan proses tutup buku akhir bulan atau tahun? bagaimanakah
langkah membuat jurnal penutup pada perusahaan manufaktur saat melakukan
tutup buku?

Secara umum, proses tutup buku akhir bulan atau akhir tahun adalah sebagai
berikut:

1. Memisahkan akun nominal dengan akun real.


2. Membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun
nominal ke laba rugi.
3. Menyusun Laporan Laba Rugi (Statements of Profit Loss)
4. Menghitung Pajak Penghasilan
5. Mencatat Jurnal Transaksi Pembayaran Pajak Penghasilan
6. Membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun
pajak penghasilan ke laba rugi
7. Mencatat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun
laba rugi ke laba ditahan
8. Membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun
dividen ke akun laba ditahan.
9. Membuat Neraca Lajur atau kertas kerja akuntansi
10. Menyusun Laporan Posisi Keuangan atau neraca.
Demikian 10 tahap yang perlu dilakukan dalam proses tutup buku perusahaan
manufaktur.

Selanjutnya mari diuraikan masing-masing tahap tutup buku di atas, lengkap beserta
contohnya berikut ini…

03: Contoh Jurnal Penutup Perusahaan Manufaktur

A: Case Study Proses Tutup Buku Perusahaan Manufaktur


Agar semakin jelas gambaran tentang proses tutup buku perusahaan manufaktur
dengan memanfaatkan jurnal penutup, maka kami sajikan case study berikut ini:
PT Xbening Plastic Manufacturer memiliki saldo rekening tahun 2019 sebagai
berikut:
(a). Kas = Rp 1.750.000

(b). Piutang = Rp 2.350.000

(c). Persediaan = Rp 2.500.000

(d). Aktiva Tetap Mesin = Rp 8.000.000

(e). Akumulasi penyusutan Mesin = Rp 500.000

(f). Total Aset :


= (a)+(b)+(c)+(d)-(e)
= 1.750.000+2.350.000+2.500.000+8.000.000–500.000
= Rp 14.100.000
(g). Hutang = Rp 500.000

(h). Modal Disetor = Rp 7.000.000

(i). Laba Ditahan = Rp 6.600.000

(j). Jumlah Kewajiban dan Modal :


= (g)+(h)+(i)
=  500.000+7.000.000+6.600.000
= Rp 14.100.000
***

Neraca Saldo Setelah Penyesuaian adalah sebagai berikut:


Daftar Saldo
Setelah Penyesuaian
Pada akhir periode akuntansi perusahaan melakukan stock opname dengan hasil
saldo akhir persediaan adalah senilai Rp 2.500.000.

B: Prosedur dan Langkah-langkah Tutup Buku


Dengan contoh data seperti di atas, maka tahap-tahap proses tutup buku PT
Xbening Plastic Manufacturer adalah sebagai berikut:

Langkah #1: Memisahkan akun nominal dengan akun real.

Akun nominal adalah rekening yang sebenarnya bersifat sementara, sehingga


disebut juga dengan temporary account. Akun nominal digunakan sebagai
penampungan yang sementara dan pada akhir periode akan ditutup ke rekening
laba ditahan (retained earning).
Bagaimana cara memisahkan akun nominal dan akun real?

Perhatikan proses pemisahaan akun nominal dan real berikut ini:

Transaksi-transaksi perusahaan yang termasuk dalam jenis akun atau rekening


nominal adalah seperti berikut ini:

1. Dividen = Rp 1.200.000
2. Alat Tulis Kantor (ATK) = Rp 800.000
3. Pembelian Bahan Baku (Raw Material) = Rp 20.100.000
4. Beban Administrasi = Rp 1.000.000
5. Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp 5.000.000
6. Pemeliharaan Aset Tetap (Fixed Asset) = Rp 250.000
7. Penyusutan Aset Tetap = Rp 1.150.000
8. Penjualan = Rp 57.000.000 (Kredit)
9. Beban Gaji = Rp 600.000
10. Pemeliharaan = Rp 1.500.000
11. Beban Lain-lain = Rp 500.000
12. Biaya Utilitas = Rp 750.000
13. Beban Angkut Pembelian = Rp 400.000
Sedangkan yang termasuk dalam rekening real adalah pos-pos sebagai berikut :

1. Kas = Rp 4.200.000
2. Piutang Usaha = Rp 8.700.000
3. Aset Tetap = Rp 9.200.000
4. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap = Rp 1.150.000
5. Hutang Usaha = Rp 200.000
Demikian akun-akun yang termasuk jenis nominal account dan real account,
selanjutnya kita akan membuat jurnal penutup untuk menutup saldo rekening
nominal.

Langkah #2: Membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup


akun nominal ke laba rugi.

Bagaimana cara membuat jurnal penyesuaian dan jurnal penutup perusahaan


manufaktur untuk komponen biaya dan pendapatan?

Cara membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur adalah untuk komponen


biaya-biaya diletakkan pada kolom kredit dengan men-debit akun laba rugi.
Sedangkan jurnal penutup untuk komponen pendapatan diletakkan di kolom debit
dengan meng-kredit akun laba rugi.

Perhatikan pencatatan jurnal penutup akun nominal berikut ini:

A: Membuat jurnal penutup untuk menutup rekening beban dan biaya


Berikut ini jurnal penutup yang digunakan untuk menutup rekening beban dan biaya:

Laba Rugi ………………. Rp 35.050.000 [Debit]      


Office Supplies ……………………………… Rp      800.000 [Kredit]
Pembelian Bahan Baku ……………….. Rp 20.100.000 [Kredit]
Beban Administrasi ………………………. Rp    1.000.000 [Kredit]
Biaya Tenaga Kerja Langsung …….. Rp    5.000.000 [Kredit]
Pemeliharaan Aset ……………………….. Rp       250.000 [Kredit]
Penyusutan ……………………………………. Rp    1.150.000 [Kredit]
Beban Gaji …………………………………….. Rp    3.600.000 [Kredit]
Pemeliharaan ……………………………….. Rp    1.500.000 [Kredit]
Beban Lain-lain ……………………………. Rp       500.000 [Kredit]
Beban Utilitas ………………………………. Rp       750.000 [Kredit]
Beban Angkut Pembelian ………….. Rp       400.000 [Kredit]
Penjelasan:

Dari pencatatan jurnal penutup di atas kita memahami bahwa rekening beban dan
biaya ditutup dengan men-debit akun laba rugi. Setelah kita membuat jurnal di atas
maka saldo akun biaya-biaya akan menjadi 0.

B: Membuat jurnal penutup untuk menutup rekening pendapatan

Penjualan ………….. Rp 57.000.000 [Debit]          


Laba (Rugi) ……………………. Rp 57.000.000 [Kredit]
Penjelasan:

Dari pencatatan jurnal penutup di atas kita bisa membaca bahwa rekening
pendapatan (penjualan) ditutup dengan cara meng-kredit rekening laba rugi.

Dengan membuat dua jurnal penutup di atas, maka saldo akhir semua rekening
biaya dan pendapatan menjadi 0 (nol), dan membentuk akun buku besar laba rugi.

3: Menyusun Laporan Laba Rugi (Statements of Profit Loss)

Apa itu Laporan Laba Rugi atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai statements of
profit loss?

Salah satu komponen yang harus diperhitungkan dan disajikan dalam laporan laba
rugi adalah harga pokok penjualan atau dikenal dengan HPP.

Bagaimana cara menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP)?

Perhatikan langkah dan proses perhitungan HPP berikut ini:


Persediaan:

(a). Saldo Awal  = Rp  2.500.000

(b). Pembelian = Rp 20.100.000

(c). Ongkos Angkut Pembelian = Rp 400.000

(d). Saldo Akhir = Rp 2.500.000

(e). Persediaan yang digunakan :


= (a) + (b) + (c) – (d)
= (Rp 2.500.000 + Rp 20.100.000 + Rp 400.000) – Rp 2.500.000
= Rp 20.500.000
(f). Biaya Tenaga Kerja Langsung  = Rp 5.000.000
(g). Biaya Overhead :
1. Penyusutan = Rp 1.150.000
2. Pemeliharaan Pabrik = Rp 1.500.000
3. Total Biaya Overhead = Rp Rp 1.150.000 + Rp 1.500.000 = Rp 2.650.000
Total Harga Pokok Penjualan (HPP) :
= (e) + (f) +(g)
= Rp 20.500.000 + Rp 5.000.000 + Rp 2.650.000
= Rp 28.150.000
Dari perhitungan di atas diperoleh nilai Harga Pokok Penjualan atau HPP adalah
sebesar Rp 28.150.000.

***

Sampai di tahap ini, kita sudah bisa membuat laporan laba rugi (statements of profit
loss) seperti berikut ini:
Statem
ents of Profit Loss Before Income Tax.
Perhatikan hasil akhir dari laporan laba rugi di atas. Dari laporan tersebut kita bisa
membaca bahwa jenis laba rugi yang dihasilkan adalah laba rugi sebelum
pajak (earning before tax) sebesar Rp 21.950.000
 

4: Menghitung Pajak Penghasilan

Dari hasil perhitungan laba rugi di atas yang menunjukkan hasil akhir sebagai laba
rugi sebelum pajak, maka kita bisa menghitung pajak penghasilan badan (PPh
Badan) seperti berikut ini:

Dengan asumsi rate pajak penghasilan 10%, maka kita bisa menghitung pajak


penghasilan sebagai berikut :
= Rp 21.950.000 x 10%
= Rp 2.195.000
 

5: Mencatat Jurnal Transaksi Pembayaran Pajak Penghasilan

Setelah kita menghitung nilai pajak penghasilan, selanjutnya kita akan membuat
jurnal pencatatan utang pajak penghasilan atau Income Tax Payable sebagai
berikut:

Pajak Penghasilan Perusahaan ……………… Rp 2.195.000 [Debit]


Utang Pajak Penghasilan (Income Tax Payable) …..Rp 2.195.000 [Kredit]
Penjelasan:
Dengan membuat pencatatan jurnal di atas, maka perusahaan akan membentuk 2
(dua) akun buku besar baru, yaitu: buku besar pajak penghasilan dan utang pajak
penghasilan dengan nilai nominal Rp 2.195.000
 

6: Membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun pajak


penghasilan ke laba rugi

Bagaimanakah langkah membuat jurnal penutup pada perusahaan manufaktur untuk


menutup pajak penghasilan?

Perhatikan kelanjutan pencatatan dari contoh case study di atas berikut ini:

Pajak penghasilan termasuk dalam klasifikasi akun nominal, oleh karena itu agar
saldo akhirnya adalah 0 (nol) maka kita harus membuat jurnal penutup seperti di
bawah ini:

Laba Rugi ……………… Rp 2.195.000 [Debit]


Pajak Penghasilan ……… Rp 2.195.000 [Kredit]
Setelah pajak penghasilan dicatat secara baik dan benar, maka laporan laba rugi
sudah bisa dibuat dengan lengkap. Dan setelah pajak penghasilan disajikan dalam
laporan laba rugi, maka hasilnya adalah seperti berikut ini:
Lapora
n Laba Rugi Setelah Pajak
Setelah akun-akun biaya, beban, dan pendapatan serta pajak penghasilan badan
ditutup ke akun Laba Rugi, maka akun laba rugi tersebut akan mempunyai saldo
buku besar yang baru sebesar Rp 19.755.000. Untuk lebih jelasnya perhatikan buku
besar rekening laba rugi berikut ini:
Buku
Besar Rekening Laba Rugi
 

7: Mencatat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun laba


rugi ke laba ditahan

Pada langkah ketujuh, kita akan melakukan tutup buku akun buku besar laba rugi
ke retained earning dengan jurnal penutup sebagai berikut:
Laba Rugi ………………….. Rp 19.755.000 [Debit]
Laba Ditahan (Retained Earning) ………… Rp 19.755.000 [Kredit]
Setelah dilakukan tutup buku dengan membuat jurnal penutup seperti di atas, maka
saldo akun buku besar laba rugi akan menjadi 0 (nol).

8: Membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun


dividen ke akun laba ditahan.

Sampai di langkah ke-7 semua account nominal sudah ditutup dengan jurnal
penutup. Dan masih ada satu account yang masih terbuka, yaitu Dividen yang
dibayarkan kepada para pemegang saham perusahaan senilai Rp 1.200.000

Apakah akun dividen juga perlu ditutup pada akhir periode akuntansi?

Jawabannya “iya”. Akun dividen juga harus ditutup pada saat tutup buku.

Bagaimana cara membuat jurnal penutup untuk menutup akun dividen?

Akun dividen ditutup dengan men-debit rekening laba ditahan atau retained earning.
Perhatikan bentuk jurnalnya sebagai berikut :
Laba Ditahan (Retained Earning) ……… Rp 1.200.000 [Debit]
Dividen ……………………….  Rp 1.200.000 [Kredit]
Setelah dibuatkan jurnal penutup seperti atas, maka saldo akun dividen menjadi 0
(nol).

Rekening nominal sesungguhnya digunakan sebagai penampung yang sifatnya


sementara dan pada akhir siklus akuntansi ditutup ke rekening Laba
Ditahan (Retained Earning). Oleh karena itu rekening nominal disebut juga
sebagai temporary account.
 

9: Membuat Neraca Lajur atau kertas kerja akuntansi

Setelah semua rekening nominal ditutup dengan jurnal penutup perusahaan


manufaktur, maka semua akun nominal sudah memiliki saldo 0 (nol)

Neraca lajur atau kertas kerja dibuat setelah semua proses posting jurnal penutup
dilakukan sehingga hanya tersisa saldo-saldo dari rekening real (real account) yang
akan dipindahkan ke periode berikutnya.
Bagaimana bentuk neraca lajur setelah proses tutup buku?

Neraca lajur disusun dari beberapa lajur atau kolom spreadsheet dengan tujuan


sebagai alat bantu tools untuk menyusun laporan keuangan. Jumlah lajur atau kolom
disesuaikan dengan kebutuhan, bisa menggunakan 4, 6,8, 10,12, atau 14 lajur.
***

Untuk keperluan contoh aktivitas proses tutup buku ini, saya menggunakan kertas
kerja 5 (lima) kolom dengan rincian sebagai berikut :

Kolom #1: Berisi nama-nama akun yang digunakan oleh perusahaan

Kolom #2: Saldo akhir periode sebelumnya dan dijadikan sebagai saldo awal tahun
berjalan.

Lajur #3 dan #4: Berisi aktivitas periode berjalan

Kolom #5:  Saldo akhir masing-masing akun

Untuk lebih jelasnya, perhatikan penampakannya berikut ini:


Neraca Lajur Tutup Buku
Perhatikan angka-angka di kolom #5. Angka-angka tersebut adalah saldo tiap akun
pada akhir periode tahun 2020. Angka-angka inilah yang selanjutnya akan
dipindahkan dan disajikan dalam laporan posisi keuangan atau neraca.

10: Menyusun Laporan Posisi Keuangan atau neraca.

Apa yang dimaksud dengan laporan posisi keuangan?

Laporan Posisi Keuangan atau Neraca adalah jenis financial statements yang
menyajikan 3 komponen utama yaitu aset, likuiditas, dan ekuitas.

Format laporan posisi keuangan ada dua, yaitu:

A: Staffel

Staffel adalah format penyajian laporan posisi keuangan melajur ke bawah dengan


meletakkan saldo masing-masing komponen laporan berada di bagian bawah.
Perhatikan gambar berikut ini:
Neraca
Bentuk Staffel
 

B: Skontro

Skontro adalah laporan posisi keuangan yang disajikan dengan membagi bagian


kiri sebagai aset dan bagian kanan sebagai likuiditas dan ekuitas.
Dan bila digambarkan bentuk skontro adalah sebagai berikut:
Neraca
format skontro
Apapun format neraca yang digunakan harus menunjukkan jumlah saldo aset sama
dengan jumlah likuiditas dan ekuitas, atau bila dituliskan dalam bentuk rumus
akuntansi sederhana adalah sebagai berikut:

Aset = Likuiditas + Ekuitas

***

Dan untuk kali ini saya akan menggunakan format staffel untuk menyusun laporan
posisi keuangan atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai Statements of Financial
Position.

Laporan Posisi Keuangan ini disusun dengan meindahkan saldo rekening-rekening


di kertas kerja yang telah dibuat pada langkah ke-9.

Perhatikan bentuk laporan posisi keuangan setelah proses tutup buku berikut ini:
Laporan Posisi Keuangan Perusahaan Manufaktur
Perhatikan jumlah aset, likuiditas dan ekuitas laporan posisi keuangan setelah tutup
buku, harus sama sebagaimana persamaan akuntansi.

Total aset adalah Rp 35.050.000 sedangkan total liabilitas dan ekuitas juga nilainya
sama, yaitu Rp 35.050.000, berarti sudah sama. Jika kondisinya belum sama, maka
kita harus memeriksa lagi tahap-tahap sebelumnya proses tutup buku dan
penyusunan laporan keuangan.

04: Kesimpulan
Proses tutup buku adalah akhir dari siklus akuntansi perusahaan jasa, dagang, dan
manufaktur. Jurnal penutup adalah jurnal pencatatan transaksi yang digunakan
untuk melakukan proses tutup buku.
Lalu, apa yang dimaksud dengan jurnal penutup perusahaan manufaktur?

Secara umum dapat didefinisikan bahwa pengertian jurnal penutup perusahaan


manufaktur adalah jurnal akuntansi yang digunakan untuk melakukan proses closing
the books perusahaan manufaktur atau industri pengolahan.

Dan mengenai bagaimanakah langkah dan cara membuat jurnal penutup pada
perusahaan manufaktur sudah saya bahas secara rinci di atas beserta contoh-
contohnya. Pembahasan mulai dari konsep, pengertian, prosedur dan langkah-
langkah tutup buku dengan jurnal penutup perusahaan manufaktur.

Melalui pembahasan tersebut semoga bisa menjadi referensi pembelaj

Anda mungkin juga menyukai