Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi saluran kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adala suatu keadaan
adanya infeksi mikroorganisme pada saluran kemih (Agus Tessy, 2001)
Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih
(Enggram, Barbara, 1998).
ISK adalah infeksi yang paling umum dialami oleh manusia setelah infeksi pernapasan
dan infeksi gastrointestinal dan juga merupakan penyebab paling umum kedua pada
infeksi nasokomial pada pasien yang dirawat dirumah sakit. Untuk managemen yang
lebih baik wajib untuk mnegetahui kemungkinan terjadinya infeksi, apakah infeksi
termasuk infeksi dengan komplikasi atau tanpa komplikasi (Najar, 2009)
Bakteri yang menyebabkan ISK biasanya berasal dari floura usus. Penyebab paling
umum dari ISK tanpa komplikasi adalah Escherichia coli yang mewakili 85% dari infeksi
yang didapat di masyarakat. Mikroorganisme penyebab infeksi lain termasuk
staphylococcus saprohyticus 5-15%, Klebsiella pneumonia, Proteus sp, Pseudomonas
aeruginosa, dan Enterococcus sp 5-10% (coiled an prince, 2008)
Pemberian Antibiotika diperlukan untuk pasien yang sudah positif dinyatakan mengalami
ISK. Pemilihan terapi Antibiotika yang tepat sangatberpengaruh pada keberhasilan terapi
yang dilakukan. Disamping itu, ketepatan terapi antibiotika sangat diperlukan untuk
meminimalkan resiko terjadinya resistensi yang merupakan masalah besar dalam terapi
antibiotika. Pemilihan antibiotika seharusnya mempertimbangkan kejadian resistensi
yang sudah terjadi dirumah sakit dan juga mempertimbangkan kejadian resistensi yang
kemungkinan selanjutnya akan terjadi (saipudin et al, 2006)
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi Infeksi Saluran Kemih
b. Untuk mengetahui anataomi dan patofisiologis
c. Untuk mengetahui Manifestasi klinik
d. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dan penatalaksaan

1
e. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Infeksi Saluran Kemih
1. Pengkajian keperawatan
2. Masalah keperawatan
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adala suatu
keadaan adanya infeksi mikroorganisme pada saluran kemih (Agus Tessy, 2001)
Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih
(Enggram, Barbara, 1998).
Infeksi Saluran Kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua
umur baik pada anak-anak, remaja, dewasa, maupun umur lanjut akan tetapi dari dua
jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka
populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih dari bagian tertentu dari
saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : resiko dan
berat nya meningkat dengan kondi si seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran
perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrument uretral baru, septicemia. Infeksi
Tractus Urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari
uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara
uretra dari rectum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatic melindungi
pria dari infeksi Tractus Urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi namun ketika
gangguan ini terjadi menunjukan adanya abnormalis fungsi dan struktur dari Tractus
Urinarius.
2.2 Etiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan adanya mikroorganisme patogenik dalam
Tractus Urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui kontak langsung pada tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan
hematogen. Secara asending yaitu :
a. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain : factor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat kedalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya decubitus yang terinfeksi

3
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu : sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen
yaitu : adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih,
bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
2.2 Patofisiologi
Patogen biasanya masuk kesaluran kemih dengan cara naik dari membrane mukosa
daerah perineum menuju saluraan kemih bawah. Bakteri yang telah berkolonisasi
dijaringan uretra, vagina, atau perineum adalah sumber infeksi biasanya (Porth dan
Matfin,2009). Dari kandung kemih bakteri dapat naik terus kesaluran kemih, akhirnya
menginfeksi parenkim ginjal (jaringan fungsional). Penyebaran hematogen kesaluran
kemih jarang terjadi, infeksi yang masuk dengan cara ini biasanya disebabkan oleh
kerusakan sebelumnya atau jaringan parut pada saluran kemih. Bakteri yang masuk
kedalam saluran kemih dapat menyebabkan bakteriuria asimtomatik atau respon
inflamatorik disertai manifestasi ISK. Bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan
pada wanita hamil, lansia, dan pasien diabetes mellitus atau pasien yang terpasang kateter
urin menetap (Lind dan Fajardo, 2008)

2.3 Anatomi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri dari atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria
(kandung kemih), dan uretra.

4
1. Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk dua buncis yang terletak dibagian posterior abdomen, satu
buah pada setiap sisi kolum vertebralis torakal ke 12 sampai vertebra lumbal ke 3,
dimana ginjal kanan biasanya terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena hubungannya
dengan hati. (Watson, 2002, hlm.384). Pada orang dewasa ginjal panjang nya 12-13 cm,
lebarnya 6 cm, dan beratnya antara 120-150 gram.
fungsi vital ginjal :
 Sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia
 Sebagai homeostatis
 Pengeluaran zat-zat toksin atau racun
 Memperlakukan suasana keseimbangan air
 Mempertahankan keseimbangan asam basa cairan tubuh
 Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh

Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian internal yang
dikenal sebagai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari kurang lebih 1 juta
nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan
sebuah tubulus. Seperti berbicara kapal kapiler, dinding kapiler glomerulus tersususn dari
lapisan endotel dan membrane basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi selaput
baslis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk
tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus
distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul. Duktus ini berjalan
lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.
5
2. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal kekandung kemih
(Vesica Urinaria) panjang nya kurang lebih 25-30 cm dan penampang kurang lebih 0,5
cm. Saluran kencing sebagian terletak dalam rongga perut dan sebagian terletak dalam
rongga panggul.
Lapisan dinding saluran kencing terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding saluran kencing menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic setiap 5 menit
sekali yang akan mendorong udara kemih masuk kedalam kandung kemih (Vesica
Urinaria).
Saluran kencing berjalan hampir vertical kebawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
persiapan oleh pedtodinium. Penyempitan saluran kencing terjadi pasa tempat ureter
meninggalkan panggul renalis, kapal darah, saraf dan kapal sekitarnya mempunyai saraf
sensorik.
3. Kandung Kemih (Vesica Urinaria)
Vesika urinarria bekerja sebagai penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir
(kendi). Letaknya dibelakang simfisis pubis didalam ronngga panggul. Veika urinaria
dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari :
a. Lapisan sebelah luar (peritoneum)
b. Tunika muskularis (lapisan berotot)
c. Tunika submukosa
d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)

4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
sebagai menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki-laki terdiri dari :
a. Uretra prostaria

6
b. Uretra membranosa
c. Uretra kapernosa
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa. Selain saluran ekskresi uretra laki-laki berfungsi sebagai saluran reproduksi
(tempat keluarnya sperma)
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis, berjalan miring sedikit kearah atas,
panjangnya kurang lebih 3-4cm. lapisan uretra terdiri dari tunika muskularis (sebelah
luar), lapisan spongeosa merupakan fleksus dari vena-vena dan lapisan mukosa (sebelah
dalam). Muara uretra pada wanita terletak disebelah atas vagina (antara klitoris dan
vagina) dan uretra disini sebagai saluran ekskresi.

2.4 Manifestasi klinis


 Manifestasi klinis ISK pada bagian bawah adalah ;
a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
b. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis
c. Hematuria
d. Nyeri punggung
 Manifestasi klinis ISK bagian atas adalah ;
a. Demam
b. Menggil
c. Nyeri panggul
d. Nyeri ketika berkemih
e. Malaise
f. Pusing
g. Mual dan muntah

2.5 Pemeriksaan Penunjang


 Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria ; merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit atau lapang pandang besar
(LPB) sediment air kemih.

7
b. Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/ LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
 Bakteriologis
a. Mikrkoskopis
b. Biakan bakteri
 Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.
 Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliter urine dari urine
tamping aliran tengah atau dari spesimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria utama
adanya infeksi.
 Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (test griess untuk pengurangan nitrat ). Tes
esterase leukosit positif : maka pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat,
griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urine normal menjadi
nitrit.
2.6 Penatalaksanaan
Penanganan infeksi saluran kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinaris dengan efek minimal terhadap
flora fekal dan vagina.
Terapi infeksi saluran kemih pada usia lanjut dapat dibedakan atas :
1. Terapi antibiotika dosis tunggal.
2. Terapi antibiotika konpensional : 5-14 hari
3. Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu
4. Terapi dosis rendah untuk supresi.
Pemakaian anti microbial jangka panjang menurunkan risiko kekambuhan infeksi. Jika
kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten diawal infeksi, faktor kausatif ( misalnya :
batu,abses ), jika muncul salah satu, harus segera ditangani . setelah penanganan dan
sterilisasi urin, terapi prepentif dosis rendah . penggunaan medikasi yang umum
mencakup : sulfisoxazole ( gastrisin ) , trimethoprim / sulfamethoxzole ( TMP /SMZ,
Bactrim, septra ), kadang anpicilin atau amoxsisilin digunakan ,tetaapi E.coli telah

8
resisten terhadap bakteri ini. pyridium , suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan
untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkinan adanya :
1. Gangguan absobrsi dalam alat pencernaan.
2. Intransi obat.
3. Efek samping obat
4. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal.
resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal :
1. Efek netrotosik obat
2. Efek toksisitas obat

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
1. Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
2. Adakah riwayat obstruksi saluran kemih?
3. Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosocomial.
b. Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ?
1. Immobilisasi dalam waktu yang lama
2. Apakah terjadi inkontinensia urin
c. Pengkajian dari manifestasi klinik dari infeksi saluran kemih
1. Bagaimana pola berkemih pasien ? untuk mendeteksi faktor predisposisi
terjadinya ISK pasien ( dorongan,frekuensi dan jumlah)
2. Apakah dysuria?
3. Adakah urgensi?
4. Adakah hesitancy?
5. Apakah bau urine yang menyengat
6. Bagaimanakah haluaran volume urine, warna ( keabu-abuan) dan konsentrasi
urine
7. Adakah nyeri biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah

9
8. Adakah nyeri panggul atau pinggang biasanya pada infeksi saluran kemih bagian
atas
9. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas
d. Pengkajian psikologi pasien :
1. Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah
dilakukan?
2. Adakah perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.
e. Pemeriksaan fisik: dilakukan secara head to toe atau riview of sistem
1. Aktivitas / istirahat.
Adanya kelemahan atau malaise
2. Sirkulasi
Nadi dalam batas normal atau meningkat, tekanan darah normal atau meningkat.
3. Eliminasi
Dysuria, polakisuria (Anyang-anyangan) dan terdesak kencing.
4. Makanan / cairan
Adanya anoreksia dan kadang mual dan muntah
5. Pernafasan
Irama nafas dalam batas normal atau meningkat.
6. Nyeri atau kenyamanan
Nyeri pada saat berkemih, nyeri suprapubik, nyeri prostat, nyeri pinggang.

f. Pemeriksaan penunjang
 Urinalisis
c. Leukosuria atau piuria ; merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit atau lapang pandang besar
(LPB) sediment air kemih.
d. Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/ LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
 Bakteriologis
c. Mikrkoskopis

10
d. Biakan bakteri
 Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.
 Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliter urine dari urine
tamping aliran tengah atau dari spesimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria utama
adanya infeksi.
 Metode tes
b. Tes dipstick multistrip untuk WBC (test griess untuk pengurangan nitrat ). Tes
esterase leukosit positif : maka pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat,
griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urine normal menjadi
nitrit.

2. Masalah Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan ISK
2. Perubahan pola eliminasi (dysuria, urgency)
3. Defisit pengetahuan

3. Intervensi (perencanaan dan implementasi)

Masalah keperawatan Noc Nic Rasional


Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Rasa sakit
dengan ISK tindakan keperawatan intensitas,loka yang hebat
selama 2x24 jam si dan faktor menandakan
pasien merasa nyaman yang adanya infeksi
dan nyeri berkurang memberatkan
dengan kriteria hasil : atau
1. Pasien meringankan
mengatakan nyeri. .
atau tidak ada 2. Berikan waktu 2. Klien dapat
keluhan pada istirahat yang istirahat dan
saat berkemih cukup dan dapat

11
2. Kandung tingkat merileksasikan
kemih tidak aktifitas yang otot-otot.
tegang dapat
3. Pasien tampak ditoleran.
tenang 3. Anjurkan 3. Untuk
4. Ekspresi minum banyak membantu
wajah tenang 2-3 liter jika klien dalam
tidak ada berkemih
kontraindikasi
4. Berikan obat 4. Analgetik
analgetik memblok
sesuai dengan lintasan nyeri.
program terapi
Perubahan pola Setelah dilakukan 1. ukur dan catat 1. untuk
eliminasi tindakan keperawatan urine setiap mengetahui
selama 2x24 jam kali berkemih adanya
pasien merasa nyaman 2. anjurkan untuk perubahan
dan dapat berkemih warna untuk
mempertahankan pola setiap 2-3 jam. mengetahui
eliminasi secara 3. palpasi input dan
adekuat dengan kandung output
kriteria hasil : kemih setiap 4 2. untuk
1. klien dapat jam mencegah
berkemih 4. bantu klien ke terjadinya
setiap 3 jam kamar kecil penumpukan
2. klien tidak ,memakai urine dalam
kesulitan pada pispot atau kandung
saat berkemih urinal kemih
3. klien dapat 5. bantu klien 3. untuk
bak dan mendapatkan memudahkan
berkemih posisi klien dalam

12
berkemih yang berkemih
nyaman 4. untuk
memudahkan
klien dalam
berkemih
5. supaya klien
tidak sukar
untuk
berkemih
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Untuk
tindakan keperawatan kecemasan mengetahui
selama 2x24 jam 2. Beri berat
Klien tidak kesempatan ringannya
memperlihatkan klien untuk kecemasan
tanda-tanda gelisah mengungkapk klien
dengan kriteria hasil : an 2. Agar klien
1. Klien tidak perasaannya mempunyai
gelisah 3. Beri support semangat dan
2. Klien merasa pada klien mau empati
tenang 4. Beri dorongan terhadap
spiritual perawatan dan
5. Beri pengobatan
penjelasan 3. Agar klien
terhadap mempunyai
penyakitnya semangat dan
percaya diri
tinggi terhadap
perawatan atas
kesembuhanny
a
4. Agar klien

13
kembali
menyerahkan
sepenuhnya
kepada tuhan
yang maha esa
Beri support
pada klien
5. Agar klien
mengerti
sepenuhnya
tentang
penyakit yang
dialaminya.

5. Evaluasi Keperawatan
Masalah keperawatan : Nyeri akut
1. Klien dapat mengenal faktor penyebab, konsep nyeri, tindakan pencegahan dan
penanganan nyeri.
2. Klien dapat melaporkan nyeri, frekuensi.
3. Klien tidak gelisah, tidak ada perubahan respirasi, nadi dan tekanan darah.
Masalah keperawatan : perubahan pola eliminasi
1. Klien dapat melakukan eliminasi secara mandiri
2. Klien dapat mempertahankan pola berkemih yang adekuat
3. Klien menunjukan eliminasi urine tidak terganggu : bau, jumlah, dan warna urine
dalam batas normal, pengeluaran urine tanpa nyeri, tidak ada kesulitan diawal
berkemih atau urgency, BUN, kreatinin dan berat jenis urine dalam batas normal
Masalah keperawatan : Defisit pengetahuan
1. Klien dapat menjelaskan proses penyakit, faktor penyebab dan resiko.
2. Klien menjelaskan tanda dan gejala serta dapat melakukan tindakan untuk
meminimalkan progresi penyakit.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Contoh kasus
Pasien datang diantar suaminya dengan mengeluh nyeri saat buang air kecil, nyeri
dirasakan seperti panas dan perih, pasien mengatakan minum pada saat haus saja, TD:
110/70 N: 80x/menit RR: 20x/menit S : 36,5 derajat.

1. Identitas klien
Nama :    Ny. H
Umur :    35 thn
Jenis kelamin :    Perempuan
Agama :    Islam
Suku/bangsa :    Jawa /Indonesia
Pekerjaan :    Petani
Pendidikan :    SD
Alamat :    Desa Dahu
2. Identitas penangggung jawab
Nama :    Tn.A
Umur :    40 thn
Jenis kelamin :    Laki-Laki
Agama :    islam
Pendidikan :    SD
Pekerjaan :    Petani
Alamat :    Desa Dahu
Hub.dengan klien : Suami

Riwayat Kesehatan sekarang (RKS)


a. Keluhan Utama    :     Nyeri pada saat buang air kecil
b. Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST) :

15
Pasien mengatakan nyeri pada saat BAK, nyeri dirasakan panas dan perih , skala
nyeri 6, nyeri dirasakan pada saat BAK.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti yang diderita
saat ini
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien
Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
a. Keadaan Umum : Ringan
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tekanan darah : 110/70
d. Nadi : 80
e. Respirasi : 22
f. Suhu : 37,5
g. BB : 53
h. TB : 165
i. Flaping tremor : Tidak
j. Nilai MAP : sistol + diastole
3

110 + 70 = 180 = 80 mmHg

2 2
Jadi perfusi ginjal Memadai
2) Antropometri
BB : 53
TB : 165
IMT : BB (kg) =

TB (m)x TB (m)
53 = 53 = 53 = 19,4

16
165 1,65 x 1,65 2,7225

Kesimpulan : jadi indeks massa tubuh pasien normal

IMT < Pangan <17 sedangkan Normal <18-<21

Pemeriksaan Sistematika/Persistem
a) Sistem pernafasan
1. Inspeksi
 Bentuk hidung : Simetris
 Bentuk Dada : Ya
 Jalan nafas : Bersih
 Irama & kedalaman : Teratur
 PCH : Tidak ada
 Pergerakan Otot : Tidak ada
 Jenis Pernafasan : Spontan
 Batuk : Tidak ada
 Sputum : Tidak
 Darah : Tidak
2. Palpasi
 Nyeri : Tidak
 Adanya lesi : Tidak
 Vocal Premitus : Tidak
 Ekskusi Pernafasan : Tidak
 Ekskusi Diafragmatik : Tidak
 Krepitasi : Tidak
3. Perkusi
 Suara Perkusi : Resonan
4. Auskultasi
 Suara Nafas : Vesikuler

17
b) Sistem perkemihan
1. inspeksi
 Edema pada ekstremitas inferior : Tidak
 Edema periorbital : Tidak
 Keadaan meatus uretra: Normal
 Terpasang kateter urine: Tidak
2. Palpasi
 Keadaan kandung kemih: Penuh
 Nyeri tekan : Ya (area kandung kemih)
3. Perkusi
 Nyeri ketuk pada ginjal : Tidak
c) Sistem Muskuloskeletal
1. Look :
 Bentuk tubuh,/postur : Tegap
 Keadaan umum : lemah
 Bentuk Ekstermitas atas: Normal
 Edema : Tidak
 Kemampuan dalam bergerak : Terbatas
 Fraktur : Tidak
 Eosimosis/ hematum : Tidak
 Terpasang alat : Tidak
 Karakteristik cidera/luka: Tidak
2. Feel

Uji kekuatan otot :

L ka 5 L ki 5

T ka 5 L ki 5

3. ROM

18
Rentang gerak : Sedang

d) Sistem Integumen
1. Inspeksi
 Warna kulit : Coklat
 Kebersihan dan kelemahan: sedang dan lemah
 Temperatur : 36,5 C
 Warna rambut : Rambut hitam
 keutuhan kuku : Kuku lengkap
 lesi : Tidak ada
 verunka sensitivitas : Tidak ada
 Luka : Tidak
2. Palpasi
Turgor kulit, edema : Edema: tidak ada dan turgor kulit elastis

19
e) Pola Fungsi Kesehatan

No Pola Sebelum Sakit Saat sakit


1. Nutrisi    

  -Pola makan Nasi,sayur, ikan Bubur,sayur, ikan

  -frekuensi 3 x 1 sehari 2 x 1 sehari

  -nafsu makan Baik Baik

  -makanan kesukaan Nasi putih Nasi putih

  -makanan pantangan Tidak ada Tidak ada

2. Cairan ( minum )    

  Frekuensi  Setiap haus  Setiap haus

  volume 7 – 8 gelas/ hari 5 – 6 gelas/hari

  minuman yang disukai Air putih Air putih

3.  Eliminasi    

  1. BAB 2 x sehari 1x sehari

  Frekuensi Lunak lunak

  Konsisten Kuning kuning

  Warna Khas Khas

20
  bau  

  2. BAK

  Fekuensi  3 – 4 x sehari Sedikit tapi sering

  Warna  Kuning Kuning bercampur darah

   Bau  Pesing Pesing

       

4. Personal hygiene    

  Mandi 2 x sehari Hanya dilap

Cuci rambut 1 minggu 3x Tidak pernah

  Memotong kuku 1 kali seminggu Tidak pernah

  Penampilan Cukup bersih Kusut. Tidak rapi

       

5. Pola istrahat tidur    

  Tidur siang 2 jam 2 jam

  Tidur malam 8 jam  7jam 

f) Data penunjang

Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


WBC 8,3 H 103/ml 5,0 – 10,0
RBC 3,95 106/ml 4,00 – 5,50

21
HB 13,1 H g/dl 12,0 – 15,0
HCT 38,3 % 40,0 – 48,0
MCV 37,0 H Fl 80,0 – 95,0
MCH 33,2 H p/g 25,0 – 34,0
MCHC 34,2 g/dl 32,0 – 36,0
150 – 400%
PLT 2,2% 103/ml

Urinalisis

Jenis Hasil Nilai normal


Nitrit (-)
Glukosa (-)
Protein (+1)
Bilirubin (+1)
Urobilinogen (+1)
Leukosit (+6) < (+5)
Eritrosit (+4)

g) Obat-obatan yang diberikan

Nama obat Dosis Cara pemberian


RL 28 tts/menit Intra vena
Cotrimokcacol 2x2 gram Oral
Asam Mefenamat 3x1 Oral
Cefotaxim 3x1 Intravena

3.2 Masalah Keperawatan

a) Nyeri Akut
b) Perubahan Pola Eliminasi Urine
c) Defisit Pengetahuan

h) Analisa Data
22
Tgl/Jam Pengelompokan Data Etiologi Problem
1 2 3 4
25/02/2019 DS : Peradangan Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri pada
09.00
saat buang air kecil
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien lemah
- TD    = 110 / 70 mmHg
- ND   = 80 x/mnt
- RR   = 20 x/mnt
- S    = 36,5oc
- Skala nyeri = 6
- Dysuria (+)

25/02/2019 DS : Ureter Perubahan pola


- Pasien mengatakan buang air eliminasi urine
09.10 Iritasi ureteral
kecil sedikit tapi sering

Oliguria

23
DO :

- Skala nyeri = 6
- Pasien tampak gelisah

25/02/2019 DS : Kurangnya Defisit


- Pasien mengatakan tidak tahu Informasi Pengetahuan
tentang penyakitnya
 
- Pasien dan keluarga
menanyakan penyakit yang
diderita

DO :
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tegang

3.3 Intervensi Keperawatan

Masalah Tujuan Intervensi Rasional


Keperawata

24
n
1 2 3 4
Nyeri  Setelah dilakukan tindakan 1. Atur posisi semi 1. Penjelasan tentang
Akut keperawatan selama 1x24 jam fowler penyebab rasa nyeri
masalah nyeri akut berkurang 2. Ajarkan cara dapat memberikan
dengan Kriteria Hasil : mengurangi informasi positif
rasa nyeri kepada klien dan
1. Pasien tenang
(relaksasi) dan keluarga sehingga
2. Ekspresi wajah cerah
memberikan dapat menurunkan
3. Pasien dapat menyebutkan
kegiatan positif kecemasan dan turut
penyebab dan cara
3. Berikan aktif dalam tindakan
mengatasi nyeri
kompres hangat pengobatan
4. Nilai laboratorium normal
pada daerah 2. Akan mengurangi
yang terasa nyeri dan
nyeri dan meningkatkan
anjurkan untuk keinginan tidur
meminum air pasien.
hangat 3.  Kompres hangat
4. Berikan dapat meningkatkan
program terapi vasodilatasi
Analgetik dan pembuluh darah
antibiotic 4. Tehnik relaksasi
dapat megalihkan
perhatian pasien dari
perasaan nyeri
sehingga klien
merasa nyaman
5. Analgetik dapat
mengurangi nyeri
dan antibiotic
mengurangi dan
menghilangkan

25
factor penyebab

 
 
Perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keluhan 1. Untuk rehidrasi
pola eliminasi keperawatan selama 2x24 jam buang air kecil cairan dan untuk
urine Pola eliminasi urine kembali 2. Jelaskan penyebab pengeluaran
normal, dengan kriteria hasil : perubahan pola bakteri dan
 
eliminasi mikroorganisme
1. Disuria (-)
3. Anjurkan pasien lainnya
2. Frekuensi BAK 4 – 5 kali
untuk minum 2. Mencegah
sehari
cukup bila perkembangan
4. Kosongkan bakteri
 
kandung kemih 3. Untuk
tiap 2-3 jam mengetahui agen
5. Tampung urine 24 penyebab
jam untuk gangguan ISK
pemeriksaan dan
kaji pengeluaran
urine ( jumlah,
waran, bau)

Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan 1. Untuk


Pengetahuan  keperawatan 1x24 jam Defisit belajar pasien mengurangi
pengetahuan  teratasi dengan misalnya : tingkat kecemasan klien
Kriteria Hasil : kecemasan, & meningkatkan
perhatian, partisipasi klien
1. Menyatakan pemahaman
kelelahan, tingkat & keluarga dalam
tentang proses penyakit
partisipasi, tindakan

26
2. Melakukan lingkungan belajar, pengobatan
perilaku/perubahan pola tingkat
hidup untuk memperbaiki pengetahuan,
kesehatan umum media, orang yang
3. Menerima perawatan dipercaya.
kesehatan adekuat. 2. Jelaskan 2. Pengetahuan yang
penatalaksanaan cukup dapat
 
obat : dosis, membantu pasien
frekuensi, tindakan dalam tindakan
dan perlunya terapi pengobatan serta
dalam jangka meningkatkan
waktu lama. kesehatan klien
3. Anjurkan keluarga 3. Meningkatkan
untuk partisipasi
berpartisipasi aktif keluarga pasien
dalam proses mematuhi aturan
pemberian terapi dan 
informasi yang perawatan yang
actual bagi kien sedang dijalani
4. Review 4. Kemampuan
pengetahuan belajar berkaitan
pasien & keluarga dengan keadaan
tentang penyakit emosi dan
ISK. kesiapan fisik,
keberhasilan
tergantung pada
kemampuan
pasien.

27
3.4 Implementasi Keperawatan

No Masalah
Tgl/Jam Implementasi
Dx Keperawatan
1 2 3 4
1. Nyeri Akut 25/02/2019 1. Mengatur posisi tidur posisi semi fowler
2. Mengajarkan cara mengurangi rasa nyeri
(relaksasi ) dengan: Tarik nafas dalam 3
kali kemudian dihembuskan secara
langsung
3. Memberikan kompres hangat pada daerah
yang terasa nyeri dan menganjurkan untuk
meminum air hangat ( daerah pubis )
4. Memberikan obat asam mefenamat 1 tab
dan cotrimokcacol 2 tab.

2. Perubahan pola 25/02/2019 1. Menjelaskan penyebab perubahan pola


eliminasi urine eliminasi
2. Menganjurkan pasien untuk minum cukup
bila tidak ada kontra indikasi
3. Mengosongkan kandung kemih tiap 2-3
jam
4. Menampung urine 24 jam untuk
pemeriksaan dan kaji pengeluaran urine
( jmulah, warna, bau) : 250 cc urine
tampung

3. Defisit 25/02/2019 1. Mengkaji kemampuan belajar pasien


Pengetahuan misalnya : tingkat kecemasan : Kecemasan
ringan, perhatian : Klien perhatian terhadap
lingkungan & terhadap penyakitnya,

28
kelelahan (+), tingkat partisipasi : Klien &
keluarga bertnya kepada perawat tentang
penyakit yang di derita, lingkungan
belajar : tenang, tingkat pengetahuan :
Cukup, media : (-), orang yang dipercaya :
Keluarga/ anak & suami klien.
2. Menjelaskan  penatalaksanaan obat : dosis,
frekuensi, tindakan dan perlunya terapi
dalam jangka waktu lama.
3. Menganjurkan keluarga untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pemberian
informasi yang actual bagi kien
4. Mereview  pengetahuan pasien & keluarga
tentang penyakit ISK.

3.5 Evaluasi

No Masalah
Tgl/Jam Evaluasi
Dx Keperawatan
1 2 3 4
1. Nyeri Akut 26/02/2019 S:

  1. Klien mengatakan nyeri saat BAK


berkurang

O:

1. Klien meringis
2. Observasi vital sign : TD    = 120 / 80
mmHg, ND     = 75x/mnt, RR     =  20

29
x/mnt, S  = 36oc skala nyeri : 4

A:

Masalah Teratasi Sebagian

P:

Intervensi dilanjutkan :
 

1. Ciptakan lingkungan terapeutik yang


nyaman
2. Melaksanakn program terapi : Analgetik
dan antibiotic:Asam Mefenamat 3 x 1,
Antibiotik Kotrimoksasol 2×1

2. Perubahan pola 27/02/2019 S:


eliminasi urine
  1. Klien mengatakan nyeri berkurang jika
BAK

O:

1. Skala nyeri : 4
2. TD : 120/80 mmHg
3. N : 75x/menit
4. S : 36 derajat

A:

Masalah teratasi sebagian

30
P:

Intervensi dilanjutkan :

1. Anjurkan pasien untuk minum cukup


2. Kosongkan kandung kemih tiap 2-3 jam
3. Tampung urine 24 jam untuk
pemeriksaan dan kaji pengeluaran urine
( jumlah, warna, bau)
 

3. Defisit Pengetahuan 27/02/2019 S:

1. Pasien mengatakan sudah mengetahui


penyebab penyakit yang dideritanya
2. Pasien mengatakan akan hidup dengan
pola hidup sehat

O:

1. Klien tampak tenang


2. Observasi vital sign :
3. ND     =75 x/mnt, RR     =  20 x/mnt S 
= 36oc

A:

Masalah Keperawatan Teratasi

P:

Intervensi dihentikan

31
BAB IV
PENUTUP
3.4 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adala suatu keadaan
adanya infeksi mikroorganisme pada saluran kemih (Agus Tessy, 2001)
Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih
(Enggram, Barbara, 1998).
Infeksi Saluran Kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur
baik pada anak-anak, remaja, dewasa, maupun umur lanjut akan tetapi dari dua jenis kelamin
tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi umur
kurang lebih 5-15%.

32
Patogen biasanya masuk kesaluran kemih dengan cara naik dari membrane mukosa
daerah perineum menuju saluraan kemih bawah. Bakteri yang telah berkolonisasi dijaringan
uretra, vagina, atau perineum adalah sumber infeksi biasanya (Porth dan Matfin,2009). Dari
kandung kemih bakteri dapat naik terus kesaluran kemih, akhirnya menginfeksi parenkim
ginjal (jaringan fungsional). Penyebaran hematogen kesaluran kemih jarang terjadi, infeksi
yang masuk dengan cara ini biasanya disebabkan oleh kerusakan sebelumnya atau jaringan
parut pada saluran kemih

DAFTAR PUSTAKA

- Aspiani Yuli Reny, 2015, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. CV. Trans Info Media, Jakarta.
- LeMone Prescilla, Burke M Karen, Bauldoff Gerene, 2015, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Penerbit : Buku Kedokteran EGC Ed 5, Jakarta.

33
34

Anda mungkin juga menyukai