Anda di halaman 1dari 24

ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

PENDAHULUAN

Kulit merupakan organ yang istimewa pada manusia. Berbeda dengan organ lain,

kulit yang terletak pada sisi terluar manusia ini memudahkan pengamatan, baik dalam kondisi

normal maupun sakit. Manusia secara sadar terus – menerus mengamati organ ini, baik yang

dimiliki orang lain (misalnya ketika bertatapan mata) maupun diri sendiri (terkadang hingga

menjadi semacam obsesi).1

Dari kulit, muncul berbagai aksesori yang terindera manusia; rambut (kasar dan

halus), kuku, dan kelenjar (sekretnya terurai oleh mikroorganisme dan keluarlah bau). Dalam

kondisi sehat, kullit beserta aksesorinya ini menunjang rasa percaya diri seseorang; dalam

keadaan sakit, mereka mungkin menjadi sumber keresahan.1

Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia, dengan berat sekitar 5 kg dan luas 2

m2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg. Bila diamati lebih teliti, terdapat variasi kulit

sesuai dengan area tubuh. Kulit yang tidak berambut disebut kulit glabrosa, ditemukan pada

telapak tangan dan telapak kaki. Pada lokasi tersebut, kulit memiliki relief yang jelas di

permukaannya yang disebut dermatoglyphics.1

Kulit glabrosa kira – kira 10 kali lebih tebal dibandingkan dengan kulit yang paling

tipis, misalnya di daerah lipatan (fleksural). Secara histologik, kulit glabrosa kaya akan

kelenjar keringat tetapi miskin kelenjar sebasea. Kulit yang berambut selain memiliki banyak

folikel juga memiliki kelenjar sebasea. Kulit kepala memiliki folikel rambut yang besar dan

terletak dalam hingga ke lapisan lemak kulit (subkutis), sedangkan kulit dahi memiliki

rambut yang halus (velus) tetapi dengan kelenjar sebasea yang berukuran besar.1

Selain keberadaan rambut, warna kulit merupakan aspek yang paling mudah dilihat

pada kulit manusia. Dikenal pembagian warna kulit menurut Fitzpatrick berdasarkan pada

1
kemampuan kulit untuk berpigmentasi (tanning) dan kemungkinan terbakar (sunburn) pasca

pajanan sinar ultraviolet. Terdapat pula variasi regional pigmentasi kulit berdasarkan lokasi

tubuh.1

DESCRIPTION
TYPE I Always burns, never tans

TYPE II Usually burns, tans with difficulty

TYPE III Sometimes mild burns, tans gradually to light

brown
TYPE IV Rarely burns, tans easily to moderate brown

TYPE V Never burns, tans very easily, deeply pigmented

Kulit (dan adneksa) menjalankan berbagai tugas dalam memelihara kesehatan

manusia secara utuh yang meliputi fungsi, yaitu:1

1) Perlindungan fisik (terhadap gaya mekanik, sinar ultraviolet, bahan kimia)

2) Perlindungan imunologik

3) Ekskresi

4) Pengindera

5) Pengaturan suhu tubuh

6) Pembentukan vit. D

7) Kosmetis

Fungsi – fungsi tersebut lebih mudah dipahami dengan meninjau struktur mikroskopik

kulit yang terbagi menjadi 3 lapisan : epidermis, dermis dan subkutis.1

Dalam menjalankan berbagai fungsi diatas, ketiga lepisan tersebut bertindak sebagai

satu – kesatuan yang saling terkait satu dengan yang lain. Sebagai contoh, perlindungan

imunologik terhadap infeksi dikerjakan bersama oleh keratinosit dan sel penyaji antigen di

2
epidermis yang berkomunikasi dengan limfosit yang beredar di sekitar pembuluh darah

dermis.1

ANATOMI KULIT

3
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu1 :

1. Lapisan epidermis atau kutikel

2. Lapisan dermis ( korium, kutis vera, true skin )

3. Lapisan subkutis ( hipodermis)

Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai

dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.

4
1. Lapisan epidermis

Lapisan epidermis adalah lapisan dinamis, senantiasa beregenerasi, berespons

terhadap rangsangan di luar maupun dalam tubuh manusia. Tebalnya bervariasi antara

0,4 – 1,5 mm. Penyusun terbesar epidermis adalah keratinosit. Terselip dinatara

keratinosit adalah sel Langerhans dan melanosit, dan kadang-kadang juga sel Markel

dan limfosit.1

Keratinosit tersusun dalam beberapa lapisan. Lapisan paling bawah disebut

stratum basalis, diatasnya berturut-turut adalah stratum spinosum dan stratum

granulosum. Ketiga lapisan epidermis ini dikenal sebagai stratum Malpighi. Lapisan

teratas adalah stratum korneum yang tersusun oleh keratinosit yang telah mati

(koerneosit).1

5
Susunan epidermis yang berlapis - lapis ini menggambarkan proses

diferensiasi (keratinisasi) yang dinamis, yang tidak lain berfungsi menyediakan sawar

kulit pelindung tubuh dari ancaman di permukaan.1



Stratum korneum, (lapisan tanduk ) adalah lapisan kulit yang paling luar dan

terdiri atas beberapa lapis sel- sel gepeng yang mati, tidak berinti dan

protoplasmanya telah berubah menjadi keratin ( zat tanduk ).1



Stratum lusidum, terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan

lapisan sel- sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi

protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak

tangan dan kaki.1



Stratum granulosum, (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel- sel

gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-

butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai

lapisan ini. Stratum garnulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan

telapak kaki.1

Stratum spinosum, (stratum Malphigi ) atau disebut pula prickle cell layer

(lapisan akanta ) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang

besarnya berbeda- beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih

karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah- tengah. Sel-

sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di natara sel- sel

stratum spinosum terdapat jembatan- jembatan antar sel ( intercelluler bridges

) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar

jembatan- jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut

nodulus Bizzozero. Di antara sel- sel spinosum terdapat pula sel Langerhans.

Sel- sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen.1

6

Stratum basale terdiri atas sel- sel berbentuk kubus ( kolumnar ) yang tersusun

vertikal pada perbatasan dermo- epidermal berbaris seperti pagar (palisade).

Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel- sel basal ini

mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua

jenis sel yaitu :

a. Sel- sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong

dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel.

b. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel- sel

berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan

mengandung butir pigmen (melanosomes).1

7
2. Lapisan dermis

Dermis merupakan jaringan di bawah epidermis yang juga memberi ketahanan

pada kulit, termoregulasi, perlindungan imunologik, dan ekskresi. Fungsi-fungsi

tersebut mampu dilaksanakan dengan baik karena berbagai eleen yang berada pada

dermis, yakni struktur fibrosa dan filamentosa, ground substance, dan selular yang

terdiri atas endotel, fibroblas, sel radang, kelenjar, folikel ambut dan saraf.1

Serabut kolagen (collagen bundles) membentuk sebagian besar dermis,

bersama – sama serabut elastik memberikan kulit kekuatan dan elastisitasnya.

Keduanya tertanam dalam matriks yang disebut ground subtance yang terbentuk dari

proteoglikans (PG) dan glikosaminoglikans (GAG). PG dan GAG dapat menyerap

dan mempertahankan air dalam jumlah besar sehingga berperan dalam pengaturan

cairan dalam kulit dan mempertahankan growth factors dalam jumlah besar.1

Fibroblas, makrofag dan sel mast rutin ditemukan dalam dermis. Fibroblas

adalah sel yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut kolagen serta

elastik di dermis. Makrofag merupakan salah satu elemen pertahanan imunologik

pada kulit yang mampu bertindak sebagai fagosit, sel penyaji antigen, maupun

mikrobisidal dan tumorisidal.1

3. Lapisan subkutis

Subkutis yang terdiri atas jaringan lemak mampu mempertahankan suhu

tubuh, dan merupakan cadangan energi, juga menyediakan bantalan yang meredam

trauma melalui permukaan kulit. Deposisi lemak menyebabkan terbentuknya lekuk

tubuh yang memberikan efek kosmetis. Sel-sel lemak terbagi-bagi dalam lobus, satu

sama lain dipisahkan oleh septa.1

8
Sel- sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh

trabekula yang fibrosa. Lapisan sel- sel lemak disebut penikulus adiposa, berfungsi

sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung- ujung saraf tepi, pembuluh

darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada

lokalisasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata

dan penis sangat sedikit.1

Vaskularisasi di kulit di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di

bagian atas dermis ( pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis ( pleksus

profunda ). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anatomosis di papil

dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis,

di pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah

terdapat saluran getah bening.1

9
ADNEKSA KULIT

Adneksa kulit terdiri atas kelenjer- kelenjer kulit, rambut dan kuku.

1. Kelenjer kulit

Terdapat di lapisan dermis, terdiri atas :

a. Kelenjer keringat ( glandula sudirofera)

Ada dua macam kelenjer keringat, yaitu kelenjer ekrin yang kecil- kecil,

terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjer apokrin yang

lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental.1

Kelenjer ekrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan baru

berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Saluran kalenjer ini berbentuk spiral dan

bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan

terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi dan aksila. Sekresi bergantung pada

beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas dan stres

emosional.1

Kelenjer apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola

mammae, pubis, labia minora dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada

manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan

mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat dan

glukosa. Biasanya pH sekitar 4- 6, 8.1

b. Kelenjer palit ( glandula sebasea)

Terletak dis eluruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak tangan dan

kaki. Kelenjer palit disebut juga kelenjer holokrin karena tidak berlumen dan

sekret kelenjer ini berasal dari dekomposisi sel- sel kelenjer. Kelenjer palit

biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar

rambut ( folikel raambut ). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas,

10
skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen,

pada anak- anak jumlah kelenjer palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar

dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif.1

2. Kuku

Adalah bagian terminal lapisan tanduk ( stratum korneum ) yang menebal.

Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku ( nail root ), bagian

yang terbuka di atas dasar jaringan lunak pada ujung jari tersebut badan kuku ( nail

plate ) dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar

kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira- kira 1 mm perminggu.1

Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku (nail groove ). Kulit tipis

yang menutupi kuku di bagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang

ditutupi bagian kuku bebas disebut hiponikium.1

11
3. Rambut

Terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit ( akar rambut ) dan bagian yang

berada di luar kulit ( batang rambut ). Ada dua macam tipe rambut, yaitu lanugo yang

merupakan rambut halus, tidak mengandung pigmen dan terdapat pada bayi dan

rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai

medula dan terdapat pada orang dewasa.1

Pada manusia dewasa selain rambut di kepala juga terdapat bulu mata, kumis

dan janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi hormon seks ( androgen ). Rambut

halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.1

Rambut tumbuh secara siklik, dibagi menjadi 3 fase1 :

a. Fase anagen ( pertumbuhan)

12
Sel- sel matriks melalui mitosis membentuk sel- sel baru mendorong sel- sel lebih

tua ke atas. Aktivitas ini berlangsung selama 2- 6 tahun dengan kecepatan tumbuh

kira- kira 0, 35 mm perhari.

b. Fase katagen ( peralihan)

Masa peralihan dimulai dari penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut.

Bagian tengah akar rambut menyempit dan di bagian bawahnya melebar dan

mengalami pertandukan sehingga terbentuk gada ( club ). Fase ini berlangsung

selama 2- 3 minggu.

c. Fase telogen ( istirahat )

Berlangsung kurang lebih 4 bulan, rambut akan mengalami kerontokan. 50- 100

lembar rambut rontok perharinya.

FISIOLOGI KULIT

13
Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup, dan menjamin kelangsungan

hidup. Kulit pun menyokong penampilan dan kepribadian seseorang. Dengan demikian kulit

pada manusia mempunyai peranan yang sangat penting, selin fungsi utama yang menjamin

kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu estetik, ras, indikator sistemik, dan sarana

komunikasi non verbal antara individu satu dengan yang lain.

Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh,

pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi. 1

1. Fungsi Proteksi 1

Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat

melindungi tubuh dari gangguan :

a. Fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan

b. Kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat

c. Panas : radiasi, sengatan sinar UV

d. Infeksi luar : bakteri, jamur

Beberapa macam perlindungan :

a. Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning

(penggelapan kulit)

b. Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air

c. Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindunan kimiawo terhadap

infeksi bakteri maupun jamur

d. Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan

diri secara teratur.

2. Fungsi Absorpsi. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit

ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan

14
kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat melalui

celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar. 1

3. Fungsi Ekskresi. Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea,

asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari

ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu

lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa. 1

4. Fungsi Persepsi. Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf

sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik. 1

a. Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas

b. Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin

c. Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan

d. Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan

e. Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan

5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi) => dengan cara mengeluarkan keringat

dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah

sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis

(asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi

ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak

mengandung air dan Na). 1

6. Fungsi Pembentukan Pigmen => karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang

terdiri dari butiran pigmen (melanosomes). 1

7. Fungsi Keratinisasi => Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan,

sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum,

makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin

lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini

15
berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis

fisiologik. 1

8. Fungsi Pembentukan Vitamin D => kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan

pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vitamin D tubuh tidak hanya cukup dari hal

tersebut. Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. 1

MORFOLOGI KULIT

Efloresensi kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Proses tersebut

dapat merupakan akibat biasa dalam perjalanan proses patologik. Kadang-kadang perubahan

ini dapat dipengaruhi keadaan luar, misalnya trauma garukan, dan pengobatan yang diberikan

sehingga perubahan tersebut tidak biasa lagi. Dalam hal ini gambaran klinis morfologi

penyakit menyimpang dari biasanya dan sulit dikenali. Demi kepentingan diagnosis penting

sekali untuk mencari kelainan yang pertama (efloresensi primer) yang biasanya khas untuk

penyakit tersebut.2

Menurut Praken (1966) yang disebut efloresensi (ruam) primer adalah makula, papul,

plak, urtika, nodus, nodulus, vesikel, bula, pustule dan kista. Sedangkan efloresensi sekunder

adalah skuama, krusta, erosi, ulkus, dan sikatriks. 2

Untuk mempelajari macam-macam kelainan kulit lebih sistematis sebaiknya dibuat

pembagian menurut Siemens (1958) yang membaginya sebagai berikut2 :

Ciri khas Morfologi


Setinggi permukaan kulit Makula
Bentuk peralihan, tidak terbatas pada Eritema, telengektasis

16
permukaan kulit
Diatas permukaan kulit Urtika, vesikel, bula, kista, pustul, abses,
papul, nodus, tumor, vegetasi
Bentuk peralihan
1. Tidak terbatas pada suatu lapisan saja Sikatriks, atrofi, hipertrofi, hipotrofi,
anetoderma, erosi, ekskoriasi, ulkus (tukak),
fistel
2. Melekat diatas kulit Skuama, krusta, sel-sel asing dan hasil
metaboliknya, debris

Defenisi Berbagai Efloresensi Kulit/Kelainan Kulit dan Istilah-Istilah Yang

Berhubungan Dengan Kelainan Tersebut: 2

1. Makula adalah kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata-mata.

Contoh adalah melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis.

2. Eritema adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah

kapiler yang reversible.

Berikut adalah morologi yang berisi cairan: 2

1. Urtika adalah edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan.

2. Vesikel adalah gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari ½ cm

garis tengah dan mempunyai dasar ; vesikel berisi darah disebut vesikel hemoragik.

3. Pustule adalah vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah

vesikel disebut vesikel hipopion.

4. Bula adalah vesikel yang berukuran lebih besar. Dikenal juga istilah bula hemoragik,

bula purulen, dan bula hipopion.

5. Kista adalah ruangan berdinding berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista terbentuk

bukan akibat peradangan, walaupun dapat meradang. Kista terbentuk dari kelenjar

yang melebar dan tertutup, saluran kelenjar, pembuluh darah, saluran getah bening,

17
atau lapisan epidermis. Isi kista terdiri atas serum, getah bening, keringat, sebum, sel-

sel epitel, lapisan tanduk, dan rambut.

6. Abses adalah kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit berarti di dalam

kutis atau subkutis.

Berikut adalah morfologi yang berisi jaringan padat: 2

1. Papul adalah penonjolan di atas permukaan kulit, sikumskrip,berukuran diameter

lebih kecil dari ½ cm, berisikan zat padat. Warna papul dapat merah akibat

peradangan, pucat, hiperkrom, putih, atau seperti kulit di sekitarnya. Letak papul

dapat epidermal atau kutan.

2. Nodus adalah massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat

menonjol, jika diameternya lebih kecil dari 1 cm disebut nodulus.

3. Plak adalah peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi zat

padat (biasanya infiltrat), diameternya 2 cm atau lebih. Contohnya papul yang

melebar.

4. Tumor adalah istilah umum untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel

maupun jaringan.

5. Infiltrate adalah tumor terdiri atas kumpulan sel radang.

6. Vegetasi adalah pertumbuhan berupa penonjolan bulat atau runcing yang menjadi

satu. Vegetasi dapat dibawah permukaan kulit.

7. Sikatriks adalah terdiri atas jaringan tak utuh, relief kulit tdk normal, permukaan kulit

licindan tidak terdapat adneksa kulit. Sikatriks dapat atrofik, kulit mencekung dan

dapat hipertrofik yang secara klinis terlihat menonjol karena kelebihan jaringan ikat.

Bila sikatriks hipertrofik menjadi patologik, pertumbuhan melampaui batas luka

disebut keloid (sikatriks yang pertumbuhan selnya mengikuti pertumbuhan

tumor), dan ada kecenderungan terus membesar.

18
8. Anetoderma adalah bila kutis kehilangan elastisitas tanpa perubahan berarti pada

pada bagian kulit yang lain, dapat dilihat bagian-bagian yang bila ditekan dengan jari-

jari seakan-akan berlubang. Bagian yang jaringan elastiknya atrofi disebut

anetoderma.

9. Erosi adalah kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak

melampaui stratum basal.

10. Ekskoriasi adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan sampai

stratum papilare.

11. Ulkus adalah hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi.

12. Skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat halus

sebagai taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas sebagai lembaran kertas. Dapat

dibedakan misalnya pitirasiformis (halus), psoriasiformis(berlapis-lapis), iktiosiformis

(seperti ikan), kutikular (tipis), lamellar (berlapis), membranosa (lembaran-lembaran),

dan keratotik (terdiri atas zat tanduk).

13. Krusta adalah cairan badan yang mengering. Dapat bercampur dengan jaringan

nekrotik. Maupun benda asing (kotoran, obat dan sebagainya). Warnanya ada

beberapa macam adalah kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan berasal

dari pus, dan kehitaman berasal dari darah.

14. Likenifikasi adalah penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas.

15. Guma adalahinfiltrak sirkumskrip, menahun, destruktif, biasanya melunak.\

16. Eksentama adalah kelainan pada kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat dan

tidak berlangsung lama, umumnya didahului oleh demam.

17. Fagedenikum adalah proses yang menjurus ke dalam dan meluas.

18. Terebrans adalah proses yang menjurus ke dalam.

19
19. Monomof adalah kelainan pada kulit yang satu ketika terdii atas hanyan satu macam

ruam kulit.

20. Polimorf adalah kelainan kulit yang sedang berkembang, terdiri atas bermacam-maca

eflolesensi.

21. Telangiektasis adalah pelebaran kapiler yang menetap pada kulit.

22. Roseola adalah eksantema yang lentikular berwarna merah tembaga pada sifilis dan

frambusia.

23. Eksantema skariatiniformis adalah erupsi yang difus dapat generalisata atau

lokalisata, berbentuk eritema numular.

24. Eksantema morbiliformis adalah erupsi yang berbentukk eritema yang lentikular.

25. Galopans adalah  proses yang sangat cepat meluas.

Berbagai istilah ukuran, susunan kelainan/bentuk serta penyebaran dan

lokalisasi dijelaskan sebagai berikut: 2

1. Ukuran :2

- Miliar: sebesar kepala jarum pentul

- Lentikular: sebesar biji jagung

- Nummular: sebesar uang logam 100 rupiah

- Plakat: lebih besar dari numular

2. Susunan/Kelainan/Bentuk : 2

- Liniar: seperti garis lurus

- Sirsinar/anular: seperti lingkaran

- Polisiklik: bentuk pinggiran yang sambung menyambung

- Arsinar: berbentuk bulan sabit

20
- Korimbiformis: susuan seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya

Bentuk lesi : 2

- Teratur: misalnya bulat, lonjong, dsb

- Tidak teratur

3. Penyebaran dan lokalisasi : 2

- Sirkumskrip: berbatas tegas

- Difus: tidak berbatas tegas

- Generalisata: tersebar pada sebagian besar bagian tubuh

- Regional: mengenai daerah tertent badan

- Universalis: seluruh atau hampir seluruh tubuh (90 – 100%)

- Solitary: hanya satu lesi

- Herpetiformis: vesikel bekelompok seperti pada herpes zooster

- Konfluens: dua atau lebih lesi yang menjadi satu

- Diskret: terpisah satu dengan yang lain

- Serpiginosa: proses yang menjalar ke satu  jurusan diikuti oleh penyembuhan

pada bagian yang ditinggalkan

- Irisformis: eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel wana yang lebih gelap

ditengahnya

- Simetrik: mengenai kedua belah badan yang sama

- Bilateral: mengenai kedua belah badan

- Unilateral: mengenai sebelah badan

21
LAMPIRAN MORFOLOGI KELAINAN KULIT

Makula

Urtika

Papula
Nodul

Plaque

Vesikel

22
Pustula

Fisura

Krusta

Atropi

Erosi

Sikatriks

Ulkus

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Wasitaatmadja, Syarief M, editors. Dermatitis. In: Djuanda A, Mochtar H, Aisah S,


editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2013.p.3-8.
2. Boedirdja, Siti Aisah; Budimulja, Unandar. 2015. Morfologi Kulit dan Cara Membuat

Diagnosis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI: Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai