Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, dan bersama masyarakat agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan public yang berwawasan kesehatan”. Promosi kesehatan
adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi,
kebijakan dan peraturan perundang-undangan untuk perubahan
lingkungan.
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah. Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi pada paru
yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosa. Penularan kuman
dipindahkan melalui udara ketika seseorang sedang batuk, bersin, yang
kemudian terjadi droplet. Seseorang penderita TBC akan mengalami tanda
dan gejala seperti kelelahan, lesu, mual, anoreksia, penurunan berat-badan,
haid tidak teratur pada wanita, demam sub febris dari beberapa minggu
sampai beberapa bulan, malam batuk, produksi sputum mukuporolent atau
disertai darah, nafas bunyi crakles (gemercik), Wheezing (mengi), keringat
banyak malam hari, dan merasa kedinginan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi tuberkulosis
adalah adanya sumber infeksi (sering kontak dengan penderita), penurunan
daya tahan tubuh (pasien infeksi HIV, pengguna obat-obat terlarang atau
alkohol), faktor lingkungan (pemukiman yang penuh, kumuh), virulensi
tinggi dan jumlah basil banyak (perilaku buang dahak sembarangan),
faktor imunologis, faktor psikologis, dan kelompok sosio ekonomi rendah
(nutrisi dan sebagainya).
Penatalaksanaan TBC dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Penatalasanaan secara promotif yaitu peningkatan

1
kesehatan diberikan pada individu, keluarga maupun masyarakat baik yang
kontak dengan penderita TBC maupun tidak, adapun cara-cara untuk
meningkatkan kesehatan terkait dengan TBC meliputi hal-hal :
menghindari factor resiko, mengelola stress, menjaga kebersihan diri
(Personal higiene), nutrisi yang seimbang, imunisasi, pemeriksaan rutin
(laboratorium).
Pengetahuan penderita TBC dan keluarga pada tingkatan tahu adalah
mengingat penyebab kambuhnya batuk, tertarik menjadi tahu setelah
melihat iklan obat batuk dan dengan obat batuk tersebut gejala batuk bisa
reda. Contoh dari pengetahuan tingkat kedua (memahami) adalah mampu
menjelaskan tanda dan gejala penyakit TBC, ataupun penyakit lainya.
Pengetahuan yang terkait pada aplikasi misalnya adalah seorang penderita
atau keluarga yang mampu memilih berobat secara rutin ke puskesmas
atau Balai Paru untuk pengobatan sakit TBC.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga dapat
menginformasikan dan mengetahui  tentang penyakit TBC sehingga
dapat menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan mahasiswa dapat
menjelaskan kembali mengenai :
1. Promosi Kesehatan
2. Rancangan Acara Pembelajaran
3. Satuan Acara Pembelajaran

2
BAB II

KONSEP DASAR

A. Promosi Kesehatan
Sesuai dengan perkembangan promosi kesehatan, WHO memberikan
pengertian promosi kesehatan sebagai “The Process of Enabling
Individuals and Communtes to Increase Control Over the Determinants of
Health and Thereby Improve Their Health” (proses mengupayakan
individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka
mengendalikan faktor-faktor lyang mempengaruhi kesehatan seehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatannya).
Bertolak dari pengertian yang dirumuskan WHO tersebut, di Indonesia
pengertian Promosi Kesehatan dirumuskan sebagai berikut: “upaya untuk
meniingkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,
dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public berwawasan
kesehatan”.
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundang-undangan
untuk perubahan lingkungan.Tingginya resiko kejadian TB di
perkampungan Kali Asem berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang penyakit tersebut, perilaku` yang tidak sehat serta
adanya.

B. Tujuan dan Sasaran Promosi Kesehatan


Tujuan dari promosi kesehatan adalah meningkatnya kemampuan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk hidup sehat dan
mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat serta
terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya
kemampuan tersebut.

3
Sedangkan sasaran atau tujuan khususnya adalah:
1. Individu dan Keluarga
- Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik
langsung maupun media massa.
- Mempunyai pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
- Mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
menuju keluarga atau rumah tangga sehat.
- Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader
keehatan bagi keluarganya
- Berperan aktif dalam upaya/kegiatan kesehatan.
2. Tatanan Sarana Kesehatan, Institusi pendidikan, tempat kerja, dan
Tempat Umum
- Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader
kesehatan
- Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan
sehat.
3. Organisasi kemasyarakatan/organisasi profesi/LSM dan media
massa.
- Menggalang potensi untuk mengembangkan perilaku sehat
masyarakat.
- Bergotong-royong untuk mewujudkan lingkungan sehat
- Menciptakan suasana yang kondusif untuk mendukung
perubahan perilaku masyarakat.
4. Program/Petugas Kesehatan
- Melakukan integrasi promosi kesehatan dalam program dan
kegiatan kesehatan.
- Mendukung tumbuhnya perilaku hidup bersih dan sehat di
masyarakat khusunya melalui pemberdayaan individu,
keluarga, dan atau kelompok yang menjadi kliennya.

4
- Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang memberikan
kepuasaan kepada masyarakat.
5. Lembaga pemerintah Lintas sektor/Politisi/Swasta
- Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam
mengembangkan lingkungan dan perilaku sehat.
- Membuat kebijakan dan peraturan perundang-undangan
dengan memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan.

Sasaran Kesehatan menurut tatanan disajikan dalam tabel berikut:

Tatanan Sasaran Sasaran Sasaran tersier Program


PHBS Primer Sekunder Prioritas
Rumah  Ibu  Kepala  kader  KIA
tangga Anggota Keluarga PKK KB
Keluarga  Keluarga Tokoh Kesehata
yang masyarakat n
berpengaru Tokoh Agama Lingkunga
h LSM n
Gaya
Hidup
JPKM
Institusi Seluruh  Guru,  Kepala Sekolah, 
pendidika siswa dan dosen dekan Kesehatan
n mahasiswa Karyawan Pengelola lingkungan
OSIS, sekolah Gaya
Senat pemilik sekolah hidup
 BP3 Gizi
Pengelola JPKM
Kantin
Tempat Seluruh Pengurus/ pengelola 
Kerja karyawan serikat pemilik kesehatan
pekerja perusahaan lingkungan
Gaya
Hidup
JPKM
Tempat pengunjun  karyawan Kepala daerah kesehatan
umum g pengelola lingkungan
pengguna Gaya
jasa Hidup
Sarana Petugas organisasi pimpinan/direkt 
Kesehatan Kesehatan profesi ur Kesehatan
kesehatan  kepala daerah Lingkunga
kelompok BAPPEDA n
peduli DPRD Gaya

5
kesehatan Hidup

a. Strategi Promosi Kesehatan Diarahkan Untuk:


Membembangkan kebijaksanaan guna mewujudkan
masyarakat yang sehat membina suasana, iklim dan lingkungan yang
mendukung memperkuat dan mendorong kegiatan masyarakat
meningkatkan kemampuan dan keterampilan perorangan
Mengupayakan pembangunan kesehatan yang lebih
memberdayakan masyarakat. Berikut akan dibahas penjelasan dari
masing-masing strategi promosi kesehatan.

b. Media Pendidikan Kesehatan


Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada
hakekatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA). Disebut media
pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel)
untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan
untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi
masyarakat atau klien.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan
(media), media ini dibagi menjadi 3, yakni:
a. Media Cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan sangat bervariasi antara lain:
1. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
2. Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan melalui lembaran yang dilipat, isi informasi dapat
dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi.
3. Flyer (selebaran), ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam
bentuk lipatan.

6
4. Flip Chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau
informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
5. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah
mengenai bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan.
6. Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/ informasi
kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok,
ditempat tempat umum, atau di kendaraan umum.
b. Media Elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-
pesan atau informasi-informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda
antara lain:
1). Televisi
Penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan
melalui media televise dapat dalam bentuk sandiwara,
sinetron, forum diskusi atau Tanya jawab sekitar masalah
kesehatan, pidato (ceramah), TV Spot, quiz, atau cerdas
cermat, dan sebagainya.
2). Radio
Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui
radio juga dapat berbentuk macam-macam antara lain obrolan
(Tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dsb.
3). Video
Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat
melalui video
a). Slide
Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi-informasi kesehatan
b). Film Strip
Juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan.
C. Media Papan (Billboard)

7
Papan (Billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat
dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi
kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang
ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-
kendaraan umum (bus dan taksi).

c. Metode Pendidikan
1. Metode pendidikan individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu:
1). Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
2). Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan
dibantu penyelesaiannya.
3). Akhirnya klien tersevut akan dengan sukarela dan
berdasarkan kesadaran, penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut (mengubah perilaku)

b. Interview (wawancara)
1). Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
2). Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah
atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan
yang lebih mendalam lagi.

2. Metode pendidikan kelompok


Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah
kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain.
Efektivitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran
pendidikan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah; metode yang cocok untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah.

8
2) Seminar; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli
tentang suatu topic yang dianggap penting dan biasanya
hangat di masyarakat.
b. Kelompok Kecil
1). Diskusi Kelompok;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan,
pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak
ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan
mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan
pancingan, mengarahkan, dan mengatur diskusi.
2). Curah pendapat (Brain Storming)
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan
memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan
jawaban/tanggapan, tanggapan tersebut ditampung dan
ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya
mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa
pun, baru setelah semuanya mengemukakan pendapat, tiap
anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
3). Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi emnjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2
orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau
masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang
bergabung menjadi satu.
4). Kelompok kecil-kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil
kemudian suatu permasalahan sama/tidak sama dengan
kelompok lain, dan masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut.
5). Memainkan peranan (Role Play)

9
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peranan tertentu untuk memainkan peranan tertentu.
6). Permainan simulasi (simulation game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok.
Pesan-pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti
permainan monopoli.

3. Metode pendidikan massa


Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak
langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa.
Contoh:
a. Ceramah umum (Public Speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya hari kesehatan
nasional. Misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media
elektronik baik tv maupun radio
c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya yang membahas tentang kesehatan melalui
TV, atau radio
d. Tulisan di majalah atau Koran, baik dalam bentuk artikel
maupun Tanya jawab/konsultasi tentang kesehatan anatar
penyakit juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

10
BAB III
PEMBAHASAN

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri


berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis.
Penularan penyakit ini melalui dahak penderita yang mengandung basil
tuberkulosis paru tersebut. Pada waktu penderita batuk, butir-butir air ludah
beterbangan di udara yang mengandung basil TBC dan terhisap oleh orang yang
sehat dan masuk ke dalam paru yang kemudian menyebabkan penyakit
tuberkulosis paru. Kejadian kasus tuberkulosis paru ini paling banyak terjadi pada
kelompok masyarakat dengan sosial ekonomi lemah (diakses dari
http://library.usu.ac.id/download/fkmhiswani6.pdf 2009 pada hari Senin, pukul
16.00 WIB).

Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian Helper Manalu dkk,


penderita TB paru mempunyai kebiasaan sering tidak menutup mulut saat batuk,
hal ini tentunya dapat membuat penularan TB pada orang-orang yang sehat di
sekitarnya. Terjadinya peningkatan kasus TB dipengaruhi oleh daya tahan tubuh,
status gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunian lingkungan tempat
tinggal (diakses dari http://library.usu.ac.id/download/fkmhiswani6.pdf 2009 pada
hari Senin, pukul 16.00 WIB).

Menurut Tjandra Yoga (2007), TB juga mudah menular pada mereka


yang tinggal di perumahan padat, kurang sinar matahari dan sirkulasi udaranya
buruk/pengap, namun jika ada cukup cahaya dan sirkulasi, maka kuman TB hanya
bisa bertahan selama 1-2 jam. Tjandra Yoga juga menyatakan bahwa di Indonesia
setiap tahun ditemukan 582.000 penderita baru TB
dengan angka kematian 41 orang /100.000 sebagian besar penderita TB atau
sebesar 75 % adalah penduduk usia produktif antara 15-49 tahun (diakses dari
http://library.usu.ac.id/download/fkmhiswani6.pdf 2009 pada hari Senin, pukul
16.00 WIB).

Upaya penanganan dan pemberantasan TB paru telah dilakukan pada awal


tahun 1990-an WHO telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang

11
dikenal sebagai strategi DOTS. Focus utama DOTS adalah penemuan dan
penyembuhan pasien, dengan prioritas pasien TB tipe menular. Strategi ini akan
memutuskan penularan TB dan diharapkan menurunkan insidens TB di
masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik
dalam upaya pencegahan penularan TB (Depkes, 2007). Tjandra Yoga (2007),
mengemukakan bahwa seseorang yang sakit TB dapat disembuhkan dengan
minum obat secara lengkap dan teratur. Obat disediakan oleh pemerintah secara
gratis di sarana pelayanan kesehatan yang telah menerapkan strategi Dots
(Directly Observed Tretment Short course) seperti di Puskesmas, Balai
pengobatan Penyakit Paru dan beberapa rumah sakit (diakses dari
http://library.usu.ac.id/download/fkmhiswani6.pdf 2009 pada hari Senin, pukul
16.00 WIB).

Menurut Ahmad tahun (2008) perbaikan sosial ekonomi, peningkatan taraf


hidup dan lingkungan serta kemajuan teknologi banyak membawa perubahan. Di
Negara-negara maju, jauh sebelum ditemukan obat anti TB (tuberkulostatika dan
tuberkulosid) berkat perbaikan sosial ekonomi, jumlah penderita menurun 10-15
% per tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyakit TB sebenarnya
dapat hilang dengan sendirinya jika ada perbaikan sosial ekonomi tanpa "Obat"
(diakses dari http://library.usu.ac.id/download/fkmhiswani6.pdf 2009 pada hari
Senin, pukul 16.00 WIB).

Julianti Pradono berdasarkan hasil penelitiannya pada tahun 2007, bahwa


keluarga yang mempunyai pendapatan yang lebih tinggi akan lebih mampu untuk
menjaga kebersihan lingkungan rumah tangganya, menyediakan air minum yang
baik, membeli makanan yang jumlah dan kualitasnya memadai bagi keluarga
mereka, serta mampu membiayai pemeliharaan kesehatan yang mereka perlukan.
Program pemberantasan TB yang telah dilaksanakan melalui paket program,
namun di puskesmas belum secara efektif dapat menjangkau seluruh masyarakat
atau penderita. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Helper Manalu dkk
(2009), sampai saat ini masih ada anggota masyarakat yang belum mengetahui
ada program pelayanan kesehatan TB paru gratis di .Puskesmas. Demikian pula
hasil survei prevalensi tuberculosis (2004) menunjukkan bahwa lebih dari 80 %

12
responden ternyata tidak mengetahui adanya program obat anti TBC gratis. Dan
hanya 19 % yang mengetahui adanya pemberian obat anti TBC gratis. (Depkes.
2004). Rendahnya pengetahuan ini akan menghambat penderita TBC mencari
pengobatan gratis atau menjadi penyebab putus berobat (diakses dari
http://library.usu.ac.id/download/fkmhiswani6.pdf 2009 pada hari Senin, pukul
16.00 WIB).

13
RANCANGAN PEMBELAJARAN

A. GAMBARAN KASUS
Ibu-ibu PKK di Desa Wijayakusuma, berperan sebagai ibu rumah
tangga yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dengan pendidikan
terakhir tamat SMP. Desa Wijayakusuma RT. 05 RW. 003 Kecamatan
Jakarta Selatan. Salah satu dari ibu-ibu PKK ini mempunyai Suami yang
sudah meninggal sejak 1 tahun yang lalu akibat penyakit TBC, ibu PKK
itu mengatakan suami klien memiliki kebiasaan merokok sebelum
meninggal.
Ibu PKK inipun pernah mengalami TB paru selama 6 bulan yang lalu,
klien telah mendapatkan pengobatan selama 6 bulan dan sudah dinyatakan
oleh dokter sembuh total . Keluhan yang dirasakan yaitu batuk sejak 3
minggu terakhir dan terdapat dahak, demam pada malam hari dan
penurunan nafsu makan. Kondisi fisik klien dalam keadaan baik, TD:
140/100 mmHg, N: 101x/mnt, RR: 26x/mnt, S: 38 ͦ C, hidung bersih dan
tidak bersekret, tidak ada kesulitan menelan, pergerakan dada simetris,
terdengar nafas vasikuler, terdapat bunyi nafas tambahan ronchi
Ibu PKK ini tidak mengetahui riwayat kesehatan keluarga suaminya
sehingga sumia klien meninggal akibat sakit TBC. Pola komunikasi klien
dengan keluarganya baik dan terbuka, kondisi lingkungan rumah klien
kurang bersih, kumuh, kurang ventilasi dan cahaya matahari yang masuk
ke rumah kurang baik sehingga rumah terasa pengap. Kondisi sekitar
rumah padat penduduk, kurang bersih dan terlihat kumuh.

B. ASPEK YANG DIKAJI


1. PENGKAJIAN FAKTOR PREDISPOSISI
a. RIWAYAT KEPERAWATAN
Salah satu dari ibu-ibu PKK ini mempunyai Suami yang
sudah meninggal sejak 1 tahun yang lalu akibat penyakit TBC,
ibu PKK itu mengatakan suami klien memiliki kebiasaan
merokok sebelum meninggal.

14
Klien pernah mengalami TB paru selama 6 bulan yang lalu,
klien telah mendapatkan pengobatan selama 6 bulan dan sudah
dinyatakan oleh dokter sembuh total . Keluhan yang dirasakan
yaitu batuk sejak 3 minggu terakhir dan terdapat dahak, demam
pada malam hari dan penurunan nafsu makan.

b. KEADAAN FISIK
Kondisi fisik klien dalam keadaan baik, TD: 140/100
mmHg, N: 101x/mnt, RR: 26x/mnt, S: 38 ͦ C, hidung bersih dan
tidak bersekret, tidak ada kesulitan menelan, pergerakan dada
simetris, terdengar nafas vasikuler, terdapat bunyi nafas tambahan
ronchi.

c. KESIAPAN BELAJAR
Ibu-ibu PKK sangat antusias dan kooperatif dalam
menerima informasi tentang Penyakit TB Paru dan etika batuk
pencegahan penularan TB paru karena ibu-ibu PKK sangat ingin
keluarganya terhindar dari penyakit TB paru.

d. MOTIVASI
Ibu-ibu PKK sangat antusias dalam menerima informasi
tentang Penyakit TB Paru dan etika batuk pencegahan penularan
TB paru untuk kesehatan keluarganya.

e. KEMAMPUAN MEMBACA
Sekitar 85% ibu-ibu PKK mampu membaca dan mengerti bahasa Indonesia
dengan cukup baik sehingga diharapkan informasi dapat diterima dengan
baik dengan menggunakan metode ceramah, disertai visualisasi beberapa
leaflet, video dan tanya jawab.

f. PENGKAJIAN FAKTOR PEMUNGKIN


Salah satu dari Ibu PKK telah mengalami TB paru selama 6
bulan yang lalu, klien telah mendapatkan pengobatan selama 6
bulan. Suami klien sudah meninggal sejak 1 tahun yang lalu
akibat penyakit TB paru dan sebelumnya tidak mengetahui
penyebab pasti meninggalnya suami.

g. PENGKAJIAN FAKTOR PENGUAT


Salah satu dari Ibu PKK telah mengalami TB paru selama 6
bulan yang lalu, klien telah mendapatkan pengobatan selama 6

15
bulan. Suami klien sudah meninggal sejak 1 tahun yang lalu
akibat penyakit paru dan sebelumnya tidak mengetahui penyebab
pasti meninggalnya suami. Kondisi lingkungan rumah klien
kurang bersih, kumuh, kurang ventilasi dan cahaya matahari yang
masuk ke rumah kurang baik sehingga rumah terasa pengap.
Kondisi sekitar rumah padat penduduk, kurang bersih dan terlihat
kumuh.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data hasil pengkajian yang ditemukan, Mahasiswa
Keperawatan Poltekkes Jakarta 1 berusaha merumuskan diagnosa
keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan tersebut dirumuskan
sebagai berikut:
Defisit pengetahuan: tentang pencegahan penularan TB paru
berhubungan dengan menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

3. PERENCANAAN
Tindakan keperawatan di tetapkan untuk menyelesaikan
diagnosa keperawatan tersebut adalah berupa pendidikan kesehatan
tentang penyakit TB paru dan cara pencegahan penularan TB paru
yang ditujukan kepada Klien dan Ibu-ibu PKK. Sebelum
melaksanakan tindakan ini maka harus dibuat terlebih dahulu
satuan pembelajaran, berikut adalah satuan pembelajaran yang
dikembangkan oleh perawat.

16
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Diagnose : Defisit pengetahuan: tentang Pengobatan TB paru dan


pencegahan penularan TB paru

Topik : Mengetahui Penyakit TB Paru dan Mengenal Cara


Pencegahan Penularan TB Paru

Sub Topik : Etika Batuk cegah penularan TB Paru

Sasaran : Ibu-ibu PKK Desa Wijayakusuma

Tempat : Kelurahan Desa Wijayakusama

Hari/Tanggal : Rabu / 18 Oktober 2017

Waktu : 30 Menit

Penyuluh : Mahasiswa Poltekkes Jakarta 1

A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Klien dan Ibu-
ibu PKK mampu memahami tentang penyakit TB Paru dan etika batuk.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang etika batuk pencegahan
penularan TB paru, klien mampu :
1. Mampu Menjelaskan kembali pengertian TB paru
2. Mampu Menjelaskan kembali Tanda Dan Gejala TB paru
3. Mampu Menjelaskan kembali cara penularan virus TB paru.
4. Mampu Menjelaskan kembali cara mencegah penularan TB paru

17
5. Mampu Menjelaskan Kembali Pengobatan TB Paru
6. Mampu Menjelaskan kembali tujuan etika batuk sebagai salah satu cara
mencegah penularan TB paru
7. Menjelaskan tentang kebiasaan batuk yang salah
8. Menjelaskan tentang cara batuk yang baik dan benar.

C. SASARAN
Ibu-ibu PKK Desa Wijayakusuma

D. MATERI
1. Pengertian TB paru
2. Tanda Dan Gejala TB paru
3. Cara penularan virus TB paru
4. Cara mencegah penularan TB paru
5. Tujuan etika batuk sebagai salah satu cara mencegah penularan TB paru
6. Kebiasaan batuk yang salah
7. Cara batuk yang baik dan benar.

E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Peragaan Etika Batuk

F. MEDIA
1. Leaflet
2. Power Point
3. Video

18
G. Kegiatan Belajar Mengajar

19
Kegiatan
No. Tahapan Waktu
Penyuluhan Audience
1. Fase Pra 5 menit 1. Menyiapkan alat 1. Duduk dengan
Orientasi dan materi tenang
2. Persiapan peserta 2. Mengikuti
instruksi
2. Fase 5 menit 1. Mengucapkan 1. Menjawab salam.
Orientasi salam.
2. Memperkenalkan 2. Menyimak
diri
3. Menyampaikan 3. Menyimak.
kontrak waktu.
4. Menyampaikan 4. Menyimak.
tujuan.
5. Menya 5. Menyimak
mpaikan topik
pembelajaran :
Mengetahui
Penyakit TB Paru
dan Mengenal
Cara Pencegahan
Penularan TB Paru
3. Fase Kerja 10 menit Menyampaikan isi
pokok materi
penyuluhan :
1. Pengertian TB paru 1. Menyimak
2. Tanda Dan Gejala 2. Menyimak
TB paru
3. Cara penularan 3. Menyimak
virus TB paru
4. Cara mencegah 4. Menyimak

penularan TB paru
5. Pengobatan TB 5. Menyimak

Paru
6. Tujuan etika batuk 6. Menyimak

sebagai salah satu


cara mencegah
penularan TB paru
7. Menyimak
7. Kebiasaan batuk
yang salah 20
8. Menyimak
8. Cara batuk yang
baik dan benar.
H. Rancangan/ Setting tempat

Keterangan:
= Alat Peraga

= Mahasiswa/ Perawat

= Klien/ Sasaran

I. Evaluasi Belajar
Evaluasi belajar akan dilakukan selama proses belajar dan pada akhir
dari proses pendidikan kesehatan. Cara evaluasi akan dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan lisan dan peragaan tindakan.
1. Aspek Kognitif 
Berupa pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa pengertian TB paru ?
2. Apa saja tanda dan gejala TB paru ?
3. Bagaimana cara penularan virus TB paru ?
4. Bagaimana cara mencegah penularan TB paru ?
5. Bagaimana pengobatan TB Paru yang harus dilakukan?
6. Apa tujuan etika batuk sebagai salah satu cara mencegah
penularan TB paru ?
7. Bagaimana kebiasaan batuk yang salah ?

21
8. Bagaimana cara membedakan batuk yang baik dan benar ?.

9. Aspek Afektif 
Berupa pertanyaan sebagai berikut:
a. Jadi, dari penjelasan tentang Penyakit TB Paru dan
Pencegahannya bagaimana kesimpulan Anda?
b. Apa yang akan anda lakukan setelah mengetahui tentang
penyakit TB Paru dan Pencegahannya?

10. Aspek Psikomotorik


Berupa lembar observasi sebagai berikut:
N KETERANGAN YA TIDA
O K
1 Etiika Batuk

MATERI

a. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya (Dep Kes RI, 2001 : 7).

a. Etiologi
Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh Mycrobacterium tuberculocis,.

b. Cara Penularan
Penularan TB dikenal melalui udara, terutama pada udara tertutup
seperti udara dalam rumah yang pengap dan lembab. Prosesnya tentu
tidak secara langsung, menghirup udara bercampur bakteri TB lalu
terinfeksi, lalu menderita TB, tidak demikian. Masih banyak variabel

22
yang berperan dalam timbulnya kejadian TB pada seseorang, meski
orang tersebut menghirup udara yang mengandung kuman. Apabila
penderita TB batuk, berbicara atau bersin, maka bakteri TB akan
berhamburan bersama ”droplet” nafas penderita yang bersangkutan,
khususnya pada penderita TB aktif dan luka terbuka pada parunya.
Daya penularan dari seseorang ke orang lain ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan serta patogenesitas kuman yang
bersangkutan, serta lamanya seseorang menghirup udara yang
mengandung kuman tersebut. Kuman TB sangat sensitif terhadap cahaya
ultra violet. Cahaya matahari sangat berperan dalam membunuh kuman
di lingkungan. Oleh sebab itu, ventilasi rumah sangat penting dalam
manajemen TB berbasis keluarga atau lingkungan (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008)

c. Tanda dan Gejala Penyakit TBC


Tidak  terlalu  tinggi  yang  berlangsung  lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam.
a. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

a. Pecegahan Penyakit TBC


Sebenarnya seseorang bisa terhindar dari penyakit TBCdengan
berpola hidup yang sehat dan teratur. Dengan system pola hidup seperti itu
diharapkan daya tubuh seseorang akan cukup kuat untuk membersihkan
perlindungan terhadap berbagai macam penyakit. Orang yang benar-benar
sehat meskipun ia diserang kuman TBC, diperkirakan tidak akan mempan
dan tidak akan menimbulkan gejala TBC.

23
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi penyakit
tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi yang
cukup, minum susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada
analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian
imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh
basil tuberkulosis virulen (Muttaqin, 2008)
Adapun cara pencegahan penyakit TBC, antara lain:
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompok –
kelompok populasi tertentu misalnya : karyawan rumah sakit, siswa –
siswi pesantren.
3. Vaksinasi BCG
4. Kemofolaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6 –
12bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi
bakteriyang masih sedikit.
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis
kepada masyarakat.(Muttaqin, 2008)

b. Pengobatan Penyakit TBC


Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi
(agenantituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima
medikasi garisdepan digunakan adalah Isoniasid (INH), Rifampisin
(RIF), Streptomisin(SM), Etambutol (EMB), dan Pirazinamid (PZA).
Kapremiosin,kanamisin, etionamid, natrium para-aminosilat, amikasin,
dan siklisinmerupakan obat – obat baris kedua (Smeltzer & Bare, 2001).

24
BAB IV
SKENARIO ROLEPLAY

Mahasiswa Politekkes Kemenkes Jakarta 1 mendapat tugas promosi kesehatan


untuk memberikan penyuluhan tentang penyakit TBC. Kemudian mahasiswa
menbuat topik “Kenali TBC dan Pencegahannya” penyuluhan diberian untuk
warga RT 05/06 di Kelurahan Kali Asem, Jakarta Selatan yang kurang informasi
tentang penyakit TBC. Penyuluhan dilakukan di Balai Kelurahan Kali Asem dan
warga sangat berantusias untuk mengikuti penyuluhan tersebut.

Kelompok : Assalamualaikum Wr. Wb.

Audiens : Wa’aikumsalam Wr.Wb. (jawab serentak)

Kelompok : perkenalkan kami mahasiswa dari Polteknik Kesehatan Jakarta 1,


saya Ayu K, Aziza Y, Nabilla, dan Suci. Kami akan memberikan
informasi mengenai penyakit TBC dan pencegahannya dengan
topik “Kenali TBC dan pencegahannya”. Terima kasih kepada Ibu
Ii selaku ketua RT 05 Kelurahan Kali Asem dan warga yang telah
memberikan kesempatan kepada kami.

Ayu. K : Selamat pagi ibu-ibu dan bapak-bapak, sebelumnya saya ingin


menjelaskan penyakit TBC dulu nih. Ada yang tau tidak nih
mengenai penyakit TBC itu apa ? coba yang tahu silahkan tunjuk
tangan.

Audiens A : saya tau mba, itukan yang batuknya berdarah?

Ayu. K : nah iya ibu benar, tapi itu salah satu dari tanda gejalanya bu. Ada
yang tahu lagi yang lainnya?

Audiens : Tidak mbaaaa…. (jawab audiens serempah)

Ayu. K : baiklah kalau begitu saya akan menjelaskan pengertian apa itu
TBC, jadi Tuberkulosis atau yang biasa disingat TBC adalah

25
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini
lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain
tubuh manusia.

Audiens : ohhh begitu yaa… terus faktor yang mempengaruhi infeksi itu
sendiri apa ya mba?

Aziza. Y : jadi bu pak… yang mempengaruhi terjadinya infeksi antara


adanya sumber infeksi (sering kontak dengan penderita),
penurunan daya tahan tubuh (pasien terinfeksi bakteri, pengguna
obat-obat terlarang atau alkohol), faktor lingkungan (pemukiman
yang penuh, kotor), dan jumlah basil banyak (perilaku buang dahak
sembarangan), faktor imunologis, faktor psikologis, dan kelompok
sosio ekonomi rendah (nutrisi dan sebagainya)

Audiens : ternyata yang mempengaruhi infeksinya ada disekitar kita ya


mba? Saya baru tahu mba…

Aziza. Y : sumber penularan TBC sangat cepat sekali loh ibu-ibu dan bapak-
bapak, yaitu melalui dahak penderita TBC yang mengandung
kuman TBC. biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada
saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.

Audiens : tapi mba mengapa bakteri tersebut sangat cepat menular?

Nabilla : karena kalo bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam
paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada
orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab
itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar

26
getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang
paling sering terkena yaitu paru-paru.

Audiens : ihh serem juga ya ibu-ibu dengernya…

Nabilla : maka dari itu untuk warga RT 05 kelurahan Kali Asem harus
mengenali tanda-tanda gejala TBC seperti apa

Audiens : gejalanya apa aja ya mba?

Nabilla : Gejala penyakit TBC yang sering kita temukan yaitu demam tidak
terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat dingin. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu
makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu
(dapat disertai dengan darah), Perasaan tidak enak (malaise), lemah
dan gejala lainnya. Di RT 05 ini ada yang pernah merasakan gejala
seperti yang sebutkan barusan?

Audiens : mungkin ada mba, hanya kita saja tidak tahu siapa nya itu mba,,

Suci. W : ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian penyakit TBC di Indonesia


begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini &
mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC, Kita semua
bisa mencegah penularan dari penyakit ini. Pencegahan yang
pertama, adalah imunisasi aktif, yaitu dengan vaksinasi BCG,
kemudian dapat juga diberikan obat kemoprofilaksis untuk
mencegah terjadinya TBC, serta beberapa pola dan prilaku hidup
bersih dan sehat di rumah tangga

Audiens : vaksinasi BCG itu apa mba?

Suci. W : vaksinasi BCG yaitu vaksin yang mengandung Mycobacterium


dan merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh
seseorang secara aktif terhadap penyakit TBC

Audiens : ohh begitu ya mba… (jawab serempak)

27
Suci. W : selain itu beberapa anjuran yang dapat membantu kita untuk
mencegah dari penyakit ini di rumah tangga yaitu membuka
jendela pada pagi hari sampai sore hari, agar rumah mendapat sinar
matahari dan udara yang cukup, Menjemur kasur, bantal dan
guling secara teratur 1 kali seminggu, Kesesuaian luas lantai
dengan jumlah penghuni dalam satu kamar tidak lebih dari 3 orang,
Menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan disekitar rumah,
lantai disemen/diplester atau dipasang tegel/keramik.

Ayu. K : selanjutnya apabila batuk mulut sebaiknya ditutup, membiasakan


mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta setelah batuk
atau membuang dahak, tidak meludah disembarang.

Aziza. Y : kemudian apabila warga RT 05 tidur dengan menggunakan kipas


angin, sebaiknya jangan diarahkan langsung namun bisa
memantulkan arah angin ke dinding. Yang paling penting itu
istirahat yang cukup, tidak boleh terlalu capek dan tidak tidur larut
malam, serta selalu makan makanan bergizi seimbang, terutama
yang banyak mengandung protein.

Nabilla : jangan lupa juga untuk selalu rajin berolahraga dan lakukan
aktivitas fisik secara teratur. Hindari polusi udara dalam rumah
seperti asap dapur dan asap rokok. Bagaimana ibu-ibu bapak-bapak
warga RT 05 kelurahan Kali Asem sudah paham?

Audiens : iyaa mbaa kami mengerti dan jadi tahu apa itu penyakit TBC
(jawab serempak)

Suci. W : wah bagus sekali warga RT 05 kelurahan Kali Asem! Kalo


disekitar kita ada yang memiliki gejala seperti penyakit ini, segera
diajak untuk diperiksa ke puskesmas terdekat ya ibu-ibu dan
bapak-bapak…

Audiens : baik mba kami mengerti.. (jawab serempak)

28
Ayu. K : selalu jaga kebersihan kelurahan ini ya ibu-ibu dan bapak-bapak
sekalian.

Audiens : iyaa mbaa…

Kelompok : kalau begitu kami akhiri penyuluhan tentang penyakit TBC dan
pencegahannya. Terima kasih atas kesempatan yang telah
diberikan… kami berharap apa yang disampaikan bermanfaat dan
berguna untuk warga RT 05 kelurahan Kali Asem ini.

Audiens : terima kasih banyak juga mba atas informasinya, tentunya sangat
membantu kami warga kelurahan Kali Asem untu mencegah
penyakit TBC.

Kelompok : baiklah bu.. pak... kami permisi dulu mohon maaf apabila ada
kesalahan kata-kata. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Audiens : Walaikumsalam Wr. Wb.

29
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
TBC adalah suatu infeksi bakteri menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang utama menyerang organ paru manusia.
TBC merupakan salah satu problem utama epidemiologi kesehatan
didunia. Agent, Host dan Lingkungan merupakan faktor penentu yang
saling berinteraksi, terutama dalam perjalanan alamiah epidemi TBC baik
periode Prepatogenesis maupun Patogenesis. Interaksi tersebut dapat
digambarkan dalam Bagan “Segitiga Epidemiologi TBC”.
Meningkatnya angka penderita TBC disebabkan berbagai faktor
diantaranya karakteristik demografi keluarga, social ekonomi, sikap
keluarga itu sendiri, seperti ketidaktahuan akan akibat, komplikasi dan
cara merawat anggota keluarganya yang menderita TBC di rumah dan
sikap penderita TBC. Selain itu penularan dalam keluarga juga disebabkan
kebiasaan sehari-hari keluarga yang kurang memenuhi kesehatan seperti
kebiasaan membuka jendela, kebiasaan membuang dahak penderita.
Faktor lain yang berpengaruh adalah pengetahuan keluarga yang kurang
tentang penyakit TBC seperti penyebab, akibat dan komplikasinya,
sehingga menyebabkan keluarga dan penderita TBC kurang termotivasi
untuk berobat yang berakibat terjadinya penularan dalam keluarga. Akibat
lebih jauh dari hal tersebut adalah terjadinya penularan penderita TBC
dalam keluarga dan masyarakat yang kemudian akan berdampak pada
masalah pembangunan kesehatan kesehatan di Indonesia karena
meningkatnya angka penderita TBC.
Pencegahan terhadap infeksi TBC sebaiknya dilakukan sedini
mungkin, yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier
(rehabilitasi).

30
B. Saran
Bagi mahasiswa harus memahami penyuluhan yang telah disampaikan
mengenai penyakit TBC pada masyarakat agar masyarakat mengetahui apa
itu penyakit TBC, bagaimana penularannya dan Pencegahan yang dapat
dilakukannya. Demi mencapai tujuan.demikian makalah ini semoga
berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa namun manusia
tidaklah ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diperlukan guna memperbaiki makalah ini.

31

Anda mungkin juga menyukai