Disusun Oleh :
Kelompok 6 :
Alya Ariani (201102031112)
Farid Fadillah (201102030436)
Rasti Musdalifa (2011020321116)
Thoriq Ibnu A (201102031120)
Yuliza Perdana P (201102030840)
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah Bimbingan Konseling ini tepat
waktu. Tanpa pertolongannya tentunya Penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
Makalah Bimbingan Konseling ini. Dan juga Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Teori Trauma Healing.................................................................................................2
2.2 Definisi Trauma Healing.............................................................................................4
2.3 Jenis Trauma Healing..................................................................................................4
BAB III PENUTUP..................................................................................................................1
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................1
3.2 Saran............................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Siapapun didunia ini tidak pernah memiliki keinginan untuk tertimpa kesusahan
dalam hidupnya. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan yang ada akan
dianggap sebagai bentuk musibah./bencana.
Bencana dapat mengakibatkan kerusakan fisik (korban dan infrastruktur) dan
gangguan psikologis (Trauma, stress, depresi, kecemasan dan lainnya). Seringkali
setelah terjadi bencana, yang menjadi titik pusat perhatian hanya penanganan fisik
semata, namun penanganan psikis korban bencana yang selamat diabaikan.
Pendapat peneliti di atas didukung oleh Hawari (2011:85-86) yang
mengemukakan bahwa pada umumnya, masyarakat, pemerintah dalam menyikapi
korban berbagai macam peristiwa, lebih menitikberatkan pada aspek yang sikapnya
fisik; misalnya bantuan pengobatan, sandang, pangan, dan papan.
Aspek kejiwaan/mental/psikologik yang mengarah pada gangguan stress pasca
trauma kurang diperhatikan. Stress pasca trauma itu sendiri bila tidak ditangani
dengan sungguh-sungguh dan professional dapat berlanjut pada gangguan jiwa seperti
kecemasan, depresi psikosis (gangguan jiwa berat) bahkan sampai pada tindakan
bunuh diri.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dirinya sendiri, tentang tingkah lakunya dan tentang keadaan disekitarnya.
Kognisi adalah proses yang merubah, mereduksi, memperinci, menyimpan,
mengungkapkan dan memakai setiap masukan (input) yang datang dari alat
indera.
Menurut Baron & Byrne kognisi sosial adalah cara individu untuk
menganalisa, mengingat dan menggunakan informasi mengenai
kejadiankejadian atau peristiwa-peristiwa sosial. Dalam menganalisa peristiwa
terdapat tiga proses yaitu:
1) Attention
Proses pertama kali dimana individu memperhatikan gejalagejala sosial
yang ada di sekelilingnya
2) Enconding
Memasukkan apa yang diperhatikan ke dalam memori dan
menyimpannya
3) Retrieval
Apabila kita menemukan gejala yang mirip, kita akan mengeluarkan
ingatan kita dan membandingkan, apabila ternyata sama maka kita akan
mengatakan sesuatu mengenai gejala tersebut atau mengeluarkannya di
saat akan menceritakan peristiwa yang dialami.
Teori perilaku sosial menurut Max Weber Perilaku mempengaruhi aksi sosial
dalam masyarakat yang kemudian berdampak memengaruhi dan menimbulkan
masalah-masalah. Weber menyadari permasalahan permasalah dalam
masyarakat sebagai sebuah penafsiran. Teori ini dapat digunakan untuk
mengetahui perilaku anak dan dewasa ketika ada masalah otak.
3
2.2 Definisi Trauma Healing
Trauma merupakan setiap luka, sakit, atau shock yang sering kali berupa fisik
atau struktural maupun juga mental dalam bentuk shockemosi yang menghasilkan
gangguan lebih kurang tentang ketahanan fungsi-fungsi mental. (James Drever, 1988)
Trauma healing berhubungan erat dalam upaya mendamaikan, hal ini tentang
membangun atau memperbaiki hubungan manusia yang berkaitan dengan mengurangi
perasaan kesepian, memperbaiki kondisi kejiwaan, mengerti tentang arti kedamaian
mengurangi perasaan terisolasi, kebencian, dan bahaya yang terjadi dalam hubungan
antar pribadi. (Paula dan Gordon: 2003).
Judith Herman mengatakan bahwa menyembuhkan trauma (trauma healing)
adalah langkah untuk menggerakan tiga hal yaitu, dari perasaan bahaya pada perasaan
nyaman dan aman, dari perasaan menolak kondisi pada penerimaan kondisi, dan dari
perasaan terisolasi pada kemampuan membangun hubungan sosial (2003: 13).
4
Proses ini akan mengajarkan korban untuk belajar menerima apa yang terjadi
sehingga ia dapat melanjutkan hidupnya.
5
Stress inoculation training (SIT)
Trauma healing yang satu ini akan mengajarkan korban beberapa cara untuk
menghilangkan stres dan menjadi lebih rileks. Misalnya dengan belajar teknik
pernapasan, pijat, dan sebagainya.
Setelah mengikuti SIT atau stress inoculation training setelah sekitar tiga bulan,
korban diharapkan lebih mampu menghadapi stres di kemudian hari.
Selain beberapa metode trauma healing di atas, dokter mungkin juga akan
memberikan obat antidepresan kepada pasien PTSD dewasa. Obat dapat
membantu korban untuk lebih tenang dan berhenti memikirkan kejadian tersebut.
Meski begitu, obat hanya diberikan pada pasien dengan kondisi tertentu. Misalnya
saja, pasien tidak ingin melakukan perawatan psikologis yang berfokus pada
trauma, pasien memiliki kondisi medis seperti depresi berat.
Obat juga mungkin menjadi pilihan jika pasien tidak merasakan manfaat dari
perawatan atau proses tersebut dianggap tidak efektif karena adanya peristiwa
traumatis yang masih terjadi.
Kecelakaan, bencana alam, dan peristiwa traumatis lainnya tentu dapat
meninggalkan trauma mendalam bagi korban hingga mengakibatkan PTSD. Oleh
karena itu, penting untuk segera membantu korban melalui fase tersebut dengan
melakukan ragam trauma healing seperti di atas.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma healing adalah kejadian traumatik yang didefiniikan dalam keadaan jiwa atau tingkah laku
yang tidak normal. Secara umum juga trauma healing berarti yok.penyebab utamanya yang
mendalam sering terjadi tiba tiba.
Dengan begitu di harapkan dalam penelitian ini dengan kacamata teori positif youth development
(PYD).dan juga dapat di ketahui tindakan dan peran CBP IPNU sebagai organissi yang berperan aktif
dan memiliki jaringan nasional.
3.2 Saran
Dengan terselesaikan makalah ini semoga dapat menambah wawasan bagi para pembaca tentang “
teori, definisi ,jenis trauma healing “ . Kami kelompok 6 menyadari masih banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini karena keterbatasan materi yang kami miliki .Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan agar kami bisa menjadi lebih baik dalam menyusun makalah .
7
DAFTAR PUSTAKA
http://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/dar/article/view/1744/1115
https://slidetodoc.com/trauma-healling-definisi-trauma-merupakan-setiap-luka-sakit/
https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-ragam-trauma-healing-untuk-penderita-ptsd