Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH JENAZAH

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Fiqih

Dosen : Bpk. Ahmad Hifni, S.PI., M.Pd

Disusun oleh:

Fatimah Meitias Safitri : 19410033


Anwar Ma’ruf Saputra : 19410002
Kanaya Rizka Heldayani : 19410018

KELAS NON REGULER

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL-


BANJARY (UNISKA)

BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul JENAZAH ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bpk. Ahmad Hifni, S.PI., M.Pd. pada bidang studi Peternakan mata kuliah Fiqih. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Jenazah bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Ahmad Hifni, S.PI., M.Pd selaku dosen
bidang studi Peternakan mata kuliah Fiqih yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Banjarbaru, 22 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................

Daftar Isi...................................................................................................................................

Bab I Pendahuluan

a. Latar Belakang..............................................................................................................
b. Rumusan Masalah.........................................................................................................
c. Tujuan ..........................................................................................................................

Bab II Pembahasan

a. Definisi Jenazah............................................................................................................
b. Ayat Al-Quran dan Hadist yang Berkaitan dengan Mengingat Mati dan Tatacara
Pelaksanaan dan Penyelenggaraan Jenazah .................................................................
c. Tata Cara Pelaksanaan dan Penyelenggaraan Jenazah.................................................
d. Takziah dan Ziara Kubur..............................................................................................

Bab III Penutup

a. Kesimpulan...................................................................................................................

Daftar Pustaka...........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang yang bernafas pasti akan meninggal, dan setiap muslim memiliki kewajiban
terhadap saudaranya yang meninggal dunia menyolati, dan memandikannya. Seperti orang yang
hidup, jenazah pun harus dimandikan sebelum disholatkan dan dikuburkan. Memandikan jenazah
merupakan bagian dari fardhu kifayah dalam mengurus jenazah. Sebagaimana yang kita ketahui
bahwa fardhu kifayah merupkan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan, apabila tidak
seorang pun yang melakukan hal tersebut maka seluruh kampong dan penduduk di sekitar
kediaman jenazah tersebut akan berdosa. Oleh karena itu, memandikan jenazah merupakan
keharusan yang mesti dikerjakan. Dan apabila hal tersebut telah dilaksanakan, maka putuslah
kewajiban penduduk muslim setempat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jenazah?
2. Jelaskan ayat al-quran dan hadits tentang jenazah!
3. Bagaimana tatacara pelaksanaan dan penyelenggaraan jenzah?
4. Apa yang dimaksud dengan takziah dan ziarah kubur?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian jenazah
2. Mengetahui ayat al-quran dan hadits tentang jenazah
3. Mengetahui tatacara pelaksanaan dan penyelenggaraan jenazah
4. Mengetahui pengertian takziah dan ziarah kubur
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Jenazah

Kata jenazah bila ditinjau dari segi bahasa (etimologi) berasal dari bahasa arab dan
menjadi turunan dari isim masdar yang diambil dari fi’il madhi “janaza-yajnizu-janazatan”. Bila
huruf jim dari kata tersebut dibaca fathah (janazatan), kata ini berarti orang yang telah meninggal
dunia. Namun bila huruf jimnya dibaca kasroh, maka kata ini memiliki arti orang yang
mengantuk.

Lebih jauh kata jenazah menurut Hasan Sadiliy, memiliki makna “seseorang yang telah
meninggal dunia yang sudah terputus masa kehidupannya dengan alam dunia ini. Dalam kamus
Al-Munawwir, kata jenazah diartikan sebagai “seseorang yang telah meninggal dunia dan
diletakkan dalam usungan. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata jenazah
diartikan sebagai badan atau tubuh orang yang sudah mati.

B. Ayat Al-Quran dan Hadits yang berkaitan dengan Mengingat Mati dan Tatacara
Pelaksanaan dan Penyelenggaraan Jenazah
1. Ayat al-quran dan hadits tentang mengingat mati
 Surat al-a’raf ayat 34
َ‫َولِ ُك ِّل اُ َّم ٍة اَ َج ٌل ۚ فَا ِ َذا َجٓا َء اَ َجلُهُ ْم اَل يَ ْست َۡئ ِخرُوْ نَ َسا َعةً َّواَل يَ ْستَ ْق ِد ُموْ ن‬
Artinya: “Dan setiap umat mempunyai ajal. Maka apabila ajalnya telah tiba
mereka tidak bisa meminta penundaan atau di percepat sesaat pun.”
 Surat al-qaf ayat 19
‫ك َما ُك ْنتَ ِم ْنهُ تَ ِح ْي ُد‬ َ ِ‫ق  ٰۗ ذل‬
ِّ ‫ت بِا ْل َحـ‬ِ ْ‫ت َس ْك َرةُ ْال َمو‬ ْ ‫َو َجٓا َء‬
Artinya : “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang
dahulu pernah kamu hindari.”
 Surat al-an’am ayat 61
ۤ
َ‫ت تَ َوفَّ ْتهُ ُر ُسلُـنَا َوهُ ْم اَل يُفَرِّ طُوْ ن‬ ُ ْ‫ق ِعبَا ِد ٖه َويُرْ ِس ُل َعلَ ْي ُك ْم َحفَظَةً ۗ  َح ٰتّى اِ َذا َجٓا َء اَ َح َد ُك ُم ْال َمو‬
َ ْ‫َوه َُو ْالقَا ِه ُر فَو‬
Artinya: “Dialah penguasa mutlak atas semua hambanya, kemudian diutus
kepadamu malaikat-malaikat penjaga. Sehingga apabila kematian datang kepada
salah seorang di antara kamu, malaikat akan mencabut nyawanya, dan mereka
tidak melalaikan  tugasnya.”
 Hadist Dari Abu Hurairah
Artinya: “Apabila manusia meninggal maka terputus semua amal ibadahnya
kecuali tiga. Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh
yang mendoakannya.”
 Hadist Kedua
Artinya: “Kematan itu jembatan yang akan menghubungkan antara kekasih
kepada kekasih.”
 Hadist Ketiga
Artinya: “Sebaik-baiknya kematian adalah istirahatnya orang Muslim”

2. Hadits Tentang Tatacara Pelaksanaan Dan Penyelenggaraan Jenazah


 Berikut hadist yang menjadi dalil naqli tentang memandikan jenazah dan
mengkafani jenazah

ُّ ‫ فقــا َل النـ‬، ُ‫صـ ْته‬


‫ـبي‬ َ ‫ أو قــال فأ َ ْق َع‬، ُ‫صـ ْته‬
َ َ‫ ْإذ َوقَـ َع عن راحلتِـ ِه فَ َوق‬، َ‫واقف مع النب ِّي صلَّى هللاُ علي ِه وسلَّ َم ب َع َرفَـة‬
ٌ ‫بينَا رج ٌل‬
َّ ، ُ‫ وال تُ َخ ِّمروا رأ َسه‬، ُ‫ وال تُ َحنِّطوه‬، ‫ ثَوْ بَ ْي ِه‬: ‫ أو قا َل‬، ‫ و َكفِّنُوهُ في ثَوْ بَ ْي ِن‬، ‫ ا ْغ ِسلوهُ بما ٍء و ِس ْد ٍر‬: ‫صلَّى هللاُ علي ِه وسل َم‬
‫فإن‬ ُ َّ
‫هللاَ ي ْب َعثُهُ يو َم القيام ِة يُلَبِّي‬

Terjemahan hadist
“Ada seorang lelaki yang sedang wukuf di Arafah bersama Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam. Tiba-tiba ia terjatuh dari hewan tunggangannya lalu meninggal. Maka Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. Dan
kafanilah dia dengan dua lapis kain, jangan beri minyak wangi dan jangan tutup
kepalanya. Karena Allah akan membangkitkannya di hari Kiamat dalam keadaan
bertalbiyah”.
Hadist tersebut menjelaskan bahwa ketika ada sahabat yang meninggal maka nabi
menyuruh para sahabat untuk memandikan jenazah tersebut dan mengkafaninya. Hadist
ini juga menjadi dalil bahwa hukum mengkafani dan memandikan mayyit adalah fardhu
kifayah.

 Berikut hadist yang menjadi dalil naqli tentang menyalatakan jenazah

ِ ‫أن رسو َل هللاِ صلَّى هللاُ عليه وسلَّ َم كان يُؤتى بالرج ِل المي‬
‫ فيسأل ( هل تــرك لدَينــه من قضــا ٍء ؟ ) فــإن‬. ‫ عليه الدين‬، ‫ت‬ َّ
)‫ وإال قال ( صلُّوا على صاحبِكم‬. ‫حدث أنه ترك وفا ًء صلَّى عليه‬

Terjemahan hadist
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah didatangkan kepada beliau jenazah
seorang lelaki. Lelaki tersebut masih memiliki hutang. Maka beliau bertanya: “ Apakah ia
memiliki harta peninggalan untuk melunasi hutangnya? ”. Jika ada yang menyampaikan
bahwa orang tersebut memilikiharta peninggalan untuk melunasi hutangnya, maka Nabi
pun menyalatkannya. Jika tidak ada, maka beliau bersabda: “Shalatkanlah saudara
kalian”
Dalam hadist tersebut dapat kita ketahui bahwa rasulullah menyalatakan jenazah
muslim walaupun ia seorang yang memiliki hutang.

 Berikut hadist yang menjadi dalil naqli tentang menyegerkan untuk menguburkan
jenazah
‫ضعُونَهُ ع َْن ِرقَابِ ُك ْم‬ ُ َ‫صالِ َحةً فَ َخ ْي ٌر تُقَ ِّد ُمونَهَا إِلَ ْي ِه َوإِ ْن ي‬
َ ِ‫ك ِس َوى َذل‬
َ َ‫ك فَ َش ٌّر ت‬ ُ َ‫ْرعُوا بِ ْال ِجنَا َز ِة فَإ ِ ْن ت‬
َ ‫ك‬ ِ ‫أَس‬
Terjemahan
"Percepatlah kalian dalam membawa jenazah. Jika jenazah itu baik maka kalian telah
mendekatkanya pada kebaikan. Jika jenazah itu jelek, maka kalian telah melepaskan dari
pundak kalian."
Hadist ini menjelaskan bahwa kita harus segera menguburkan jenazah dan tidak
boleh menunda-nunda untuk menguburkan nejazah. Karena jika jenazah tersebut
merupakan jenazah yang banyak amal kebaikan, maka kita akan menunda ia mendapat
nikmat apabil kita menunda untuk menguburkan jenazah tersebut

C. Tata Cara Pelaksanaan Penyelenggaraan Jenazah

Kewajiban kaum muslimin terhadap jenazah ada empat yaitu: memandikan, mengkafani,
mensholatkan dan mengkuburkan. Adapun hukumnya adalah fardhu kifayah.
1. Memandikan mayat
Syarat jenazah yang harus dimandikan:
 Mayat itu orang Islam.
 Didapati tubuhnya walaupun sedikit.
 Jenazah itu bukan mati sahid.
Cara memandikan mayat:
 Mayat diletakkan pada tempat yang tinggi seperti balai-balai atau ranjang dan
ditempatkan yang sunyi, tidak banyak orang masuk atau keluar.
 Siapkan air secukupnya. Disunahkan air dicampur dengan daun bidara atau suatu
yang dapat menghilangkan daki seperti sabun. Sebagian air dicampur kapur barus
untuk digunakan pada siraman terakhir.
 Mayat diberi pakaian mandi yang tertutup auratnya sejauh tidak menyulitkan
orang yang memandikan.
 Mengeluarkan kotoran dari dalam perutnya serta kotoran-kotoran dibagian tubuh
yang lain dengan cara yang halus dan sopan.
 Membersikan mulut dan giginya,barulah dibasuh kepalanya seraya disisir rambut
dan jenggotnys jiks sds lslu di bsringksn ke sebelah kiri untuk dibasuh kanannya,
sesudah itu baringkan ke sebelah kanan untuk dibasuh sebelah kirinya.
Serangkaian pekerjaan tersebut dihitung satu kali basuhan dan dipandang cukup,
namun disunnahkan tiga kali atau lima kali.
 Meratakan air keseluruhan badan jenazah dari atas kepala sampai ke kaki.
 Mewujudkan jenazah.
 Dikeringkan dengan kain handuk.
Orang yang berhak memandikan mayat
 Suami atau istri mayat dan mahramnya.
 Bila mahramnya tidak ada, maka bisa diserahkan kepada orang yang mengerti dan
dipercaya.
 Jenis kelaminnya sejenis dan jika tidak ada mahramnya atau yang sejenisnya
dengan si mayat maka boleh ditayamumkan.
2. Mengkafani Mayat
Hukum mengkafani mayat adalah fardhu kifayah atas orang hidup.
Syarat mengkafani mayat
o Sekurang-kurangnya satu lapis yang menutup seluruh tubuhnya.
o Mengkafaninya sesudah dimandikan.
o Diutamakan berwarna putih. Bagi laki-laki disunahkan tiga lapis yang terdiri dari
kain sarung dan dua lapis yang menutup seluruh tubuhnya. Sedangkan bagi
perempuan disunahkan lima lapis yaitu: kain basahan (kain bawah), selembar
kerudung (tutup kepala), selembar baju kurung dan tiga lapis yang menutup
seluruh tubuh.
Cara mengkafani mayat
o Jika mayatnya laki-laki, dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan di atas tiap-
tiap lapis itu harum-haruman seperti kapur barus dan semacamnya, lalu mayat
diletakkan di atasnya, sesudah diberi kapur barus dan sebagainya kedua
tangannya disedekapkan seperti sholat, kemudian kain dibungkuskan lapis demi
lapis pada bagian kaki, perut dan kepala diberi ikat (tali) dari kain putih.
o Jika mayatnya perempuan, dilakukan seperti tersebut diatas hanya pada tubuh
mayat dipakaikan kain basahan (kain bawah), baju dan tutup kepala (kerudung).
Khusus bagi orang yang meninggal dalam keadaan ihrom haji atau umroh tidak
boleh diberi harum-haruman atau tutup kepala.
o Yang wajib menanggung kafan, diambil dari harta si mayat. Bila tidak
meninggalkan harta warisan maka dibebankan kepada orang yang memelihara
sewaktu hidup. Apabila mayat tidak ada yang menanggung maka diambilkan dari
baitul mal.
3. Mensholatkan mayat
Sholat jenazah ialah sholat yang dikerjakan sebanyak 4 takbir dalam rangka
mendo’akan orang muslim yang meninggal. Apabila jenazahnya laki-laki imam
hendaknya berdiri di depan kepalanya, dan apabila jenazahnya perempuan hendaknya
imam menghadap setengan perut stsu punggungnya.
Syarat sholat jenazah
o Semua yang menjadi syarat sholat seperti suci dari hadats besar/kecil, menutup
aurot dan lainnya.
o Setelah jenazah itu dimandikan.
o Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang sholat kecuali bila sholat diatas
kubur dan sholat ghoib.
Rukun sholat jenazah
o Niat.
o Berdiri jika mampu
o Takbir empat kali.
o Membaca surat al-Fatihah.
o - Membaca sholawat Nabi SAW.
o Mendo’akan mayat setelah takdir ketiga dan ke empat.
o Memberi salam.
4. Menguburkan mayat
Cara menguburkan mayat
 Membuat liang lahat yang tidak bisa di bongkar oleh binatang buas atau dapat
menimbulkan bau busuk.
 Jenazah dimasukkan kedalam liang lahat dengan posisi miring kekanan dan
menghadap kiblat.
 Tali-tali kain kafan dilepas, pipi kanan dan ujung kaki ditempatkan pada tanah.
 Setelah ditutup dengan bamboo atau papan kayu di atasnya ditimbun dengan
tanah sampai rata.
 Mendo’akan dan memohon ampun kepada jenazah.

D. Takziah dan ziarah kubur


Takziah berasal dari kata “azza-yu’azzi artinya berduka cita atau berbela sungkawa atas
musibah yang menimpa. Dalam konteks muamalah Islam, takziah adalah mendatangi keluarga
orang yang meninggal dunia dengan maksud menyabarkannya dengan ungkapan-ungkapan yang
dapat menenangkan perasaan dan menghilangkan kesedihan.
Orang yang melakukan takziah adalah orang yang mampu merasakan kesedihan atau
duka yang dialami saudaranya. Hal ini jelas termasuk dalam katagori amar ma’ruf nahi munkar
yang merupakan salah satu fundamen ajaran Islam. Lebih dari itu, takziah adalah aplikasi dari
sikap saling menolong dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan. Allah SWT berfirman:
“Dan saling menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan ketakwaan” (QS. Al-maidah: 2).
Dalam pandangan rasulullah SAW, takziah mempunyai nilai dan keutamaan tinggi bagi
yang melakukannya. Beliau bersabda, “Tidaklah seorang mukmin yang melakukan takziah atas
musibah yang menimpa saudaranya, kecuali Allah akan memakaikan untuknya permata
kemuliaan pada hari kiamat. (HR. Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).
Tak ada satupun manusia yang bisa menolak kematian. Singkatnya, selain sebagai wujud
hubungan baik antar manusia, takziah juga merupakan media untuk mengingatkan manusia
terhadap sesuatu yang pasti, yaitu kematian. Dengan sering melakukan takziah, seseorang
terdorong untuk bermuhasabah atas semua aktivitas yang telah dilakukannya.
Semakin sering takziah dilakukan, semakin kuat pula keyakinan akan datangnya
kematian. Jika demikian, akan semakin tumbuh semangat mengisi hidup dengan perbuatan baik
dan amal shaleh.
Sedangkan ziarah kubur ialah mengunjungi makam seseorang untuk memanjatkan do’a
dan memintakan ampun dari Allah SWT, ziarah kubur dengan maksud untuk mengambil
pelajaran dan ingat akan kehidupan akhirat, dengan syarat tidak mengucapkan kata-kata yang
mendatangkan murka Allah SWT.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata jenazah bila ditinjau dari segi bahasa (etimologi) berasal dari bahasa arab dan
menjadi turunan dari isim masdar yang diambil dari fi’il madhi “janaza-yajnizu-janazatan”. Bila
huruf jim dari kata tersebut dibaca fathah (janazatan), kata ini berarti orang yang telah meninggal
dunia. Namun bila huruf jimnya dibaca kasroh, maka kata ini memiliki arti orang yang
mengantuk.
Kewajiban kaum muslimin terhadap jenazah ada empat yaitu:
1. Memandikan mayat
2. Mengkafani Mayat
3. Mensholatkan mayat
4. Menguburkan mayat
Takziah adalah mendatangi keluarga orang yang meninggal dunia dengan maksud
menyabarkannya dengan ungkapan-ungkapan yang dapat menenangkan perasaan dan
menghilangkan kesedihan. Orang yang melakukan takziah adalah orang yang mampu merasakan
kesedihan atau duka yang dialami saudaranya.
Sedangkan ziarah kubur ialah mengunjungi makam seseorang untuk memanjatkan do’a
dan memintakan ampun dari Allah SWT, ziarah kubur dengan maksud untuk mengambil
pelajaran dan ingat akan kehidupan akhirat, dengan syarat tidak mengucapkan kata-kata yang
mendatangkan murka Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA
https://m.liputan6.com/hot/read/4156037/tata-cara-mengurus-jenazah-dari-memandikan-sampai-
menguburkan-dalam-islam

https://mutiaraislam.net/ayat-alquran-tentang-kematian/

https://brainly.co.id/tugas/4116727

Anda mungkin juga menyukai