Anda di halaman 1dari 17

LEARNING JOURNAL

Program : Pelatihan Dasar CPNS

Angkatan : IV

Nama Mata Pelatihan : Nasionalisme

Nama : Ema Eka Oktaviani, S.Pd

Nomor Daftar Hadir :7

Lembaga Penyelanggara Pelatihan : BPSDM Provinsi Kalimantan

Tengah

A. Latar Belakang

Nasionalisme berasal dari kata "Nasional" yang artinya bangsa, negara, dan

"Isme" yang artinya paham atau ajaran. Sehingga, secara harfiah Nasionalisme adalah

paham atau ajaran bagaimana kita mencintai bangsa dan negara kita

sendiri. Pandangan tentang rasa cinta tanah air dan sikap mencintai yang wajar

terhadap bangsa dan negara sekaligus menghormati bangsa lain. Sikap nasionalisme

tidak boleh terlalu berlebihan sampai menganggap bangsa atau negara lain itu lebih

rendah. Sebelum memiliki jiwa nasionalisme, seseorang harus terlebih dahulu

memiliki rasa kebangsaan yakni rasa yang lahir secara alamiah karena adanya

kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan

masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa


kini. Sikap nasionalisme juga sikap yang menghargai persamaan suku-suku bangsa

dan memiliki rasa senasip sepenanggungan diantara sesama bangsa.

Rasa Nasionalisme memberikan dorongan untuk mempertahankan negara dari

kemungkinan adanya ancaman, tantangan, hambatan maupun gangguan (ATHG)

sehingga bangsa kita harus berkarakter kuat. Secara khusus bagi kita Warga Negara

Indonesia, kita harus memiliki sikap Nasionalisme dengan cara mematuhi hukum dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku serta melestarikan budaya yang sangat

beragam. Dinamisasi rasa kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa

berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat

nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional yang

jelas. Berdasarkan rasa dan paham kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan atau

semangat patriotisme.

Nasionalisme pancasila merupakan implementasi rasa cinta kita sebagai rakyat

Indonesia terhadap tanah air, bangsa dan negara yang didasari pada nilai-nilai

Pancasila. Kecintaan terhadap tanah air dengan mengingat dan menghargai jasa para

pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan tumpah darahnya

maka tugas kita melanjutkan perjuangan dan mempertahankan kedaulatan

kemerdekaan dan mengisinya dengan pembangunan. Sebagai ASN kita harus memiliki

rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan yang kuat yang kemudian diaktualisasikan

ke dalam fungsi dan tugas kita yang didasari Pancasila dan UUD 1945. Selanjutnya

diharapkan Nasionalisme dapat menjadikan kita sebagai ASN yang berorientasi pada
kepentingan publik, bangsa, negara, dan menghindari pemikiran yang mementingkan

kepentingan pribadi atau golongan.

Nilai dasar nasionalisme sebagai ASN yang menerapkan Pancasila sebagai dasar

dalam menjalankan tugasnya dibagi menjadi lima sesuai dengan jumlah sila dari

Pancasila.

1. Sila ketuhanan yang maha esa memiliki nilai religious, toleran, transparan, etos

kerja, tanggung jawab, amanah, dan percaya diri.

2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab memiliki nilai humanis, tenggang rasa,

persamaan derajat, saling menghormati, tidak diskriminatif.

3. Sila persatuan Indonesia memiliki nilai cinta tanah air, rela berkorban, menjaga

ketertiban, mengutamakan kepentinngan public, dan gotong royong.

4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan memiliki nilai musyawarah mufakat, kekeluargaan, menghargai

pendapat, dan bijaksana.

5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki nilai bersikap adil, tidak

serakah, tolong menolong, kerja keras, dan sederhana.

ASN yang memiliki Nasionalisme kuat akan memahami dan memiliki kesadaran

unttuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam pelaksanaan tugas


jabatannya. Sebagai ASN, nasionalisme diaktualisasikan sesuai dengan fungsi dan tugas

antara lain pada ranah berikut:

1. Pelaksana Kebijakan Publik

Pelaksana kebijakan publik merupakan salah satu fungsi ASN (pasal 10 UU

No. 5 tahun 2010 tentang Aparatur Sipil Negara. ASN sebagai eksekutor yang

melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan

kebijakan publik di berbagai bidang dan sektor pemerintahan. Sebagai pelaksana

kebijakan publik ASN harus memiliki karakter dan orientasi kepublikan yang kuat

yaitu nilai kepublikan yang berorientasi pada kepentingan publik, menempatkan

kepentingan publik, bangsa dan negara di atas kepentingan lainnya, kepentingan

nasional diatas kepentingan sektoral atau golongan, dan berintegritas tinggi

(konsisten/istiqomah dalam tindakan, nilai, prinsip, dlsb menjadi pribadi yang jujur

dan memiliki karakter kuat) dan mampu mengaktualisasikannya dalam setiap

langkah-langkah pelaksanaan kebijakan publik.

2. Pelayanan Publik

Unsur-unsur dalam pelayanan publik adalah adanya organisasi penyelenggara,

penerima layanan, dan kepuasan pelanggan. ASN harus memiliki integritas tinggi

dalam melayani publik yang disesuaikan dengan kode etik dan kode perilaku

ASN. Sebagai pelayan publik kita harus bersikap adil dan tidak

diskriminatif; profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Selain itu, ASN harus menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan,
tidak korupsi, transparan, akuntabel, dan memiliki kinerja yang memuaskan

publik dengan motto “melayani dengan amanah memberikan yang terbaik”. Untuk

menjadi ASN Profesional tentunya memerlukan keahlian khusus. ASN menjadi

perhatian dan sorotan masyarakat maka harus diketahui diera keterbukaan informasi

ini adanya tuntutan masyarakat agar bebas KKN, adanya kritik

masyarakat untuk bekerja secara professional dan memahami situasi

krisis dengan memperhatikan aspirasi Masyarakat.

3. Sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa

Sebagai pemersatu bangsa ASN akan senantiasa setia dan taat sepenuhnya

kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan Pemerintah (UU No. 5 Tahun 2014 pasal

66 ayat 1-2). Adanya Potensi Perusak Persatuan harus diwaspadai ditanggulangi

seperti adanya kelompok yang tidak setuju dengan ideologi negara Pancasila,

penyalahgunaan kemajuan tekonologi informasi dan komunikasi, konflik pemekaran

wilayah, konflik pilkada, pilpres, daerah perbatasan dst. Sebagai ASN kita harus

memiliki jiwa nasionalisme dan wawasan kebangsaan yang kuat, memiliki kesadaran

yang tinggi untuk menjaga kedaulatan negara, menjadi perekat dan pemersatu bangsa

serta mengupayakan situasi yang damai di seluruh wilayah Indonesia dan terus

menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Peran ASN dalam

menciptakan kondisi damai adalah dengan bersikap netral dan adil, mengayomi

kepentingan kelompok minoritas dengan tidak membuat kebijakan diskriminatif, dan

menjadi figur teladan di lingkungan masyarakat. Pada akhirnya, rasa nasionalisme


yang kuat ini menjadikan ASN yang mampu mengaktualisasikan wawasan

kebangsaan dan jiwa nasionalisme dalam menjalankan profesinya sebagai pelayanan

publik yang berintegritas.

B. Penerapan

Nasionalisme adalah sebuah rasa yang ada didalam hati warga negara Indonesia

untuk selalu mencintai tanah air dan memengang teguh pancasila dimanapun dan

kapanpun yang ditunjukan melalui perilaku dan tindakan. Penerapan Nasionalisme

dapat dilakukan misalnya dalam pembelajaran di sekolah baik di luar kelas maupun di

luar kelas baik di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat. Sebagai guru

kelas, nilai-nilai nasionalisme secara utuh dapat diterapkan mulai dari sikap

nasionalisme yang didasari penerapan sila pertama sampai sila kelima. Siswa juga perlu

ditanamkan nilai-nilai nasionalisme agar memiliki jiwa nasionalisme.

Nilai-nilai nasionalisme selalu dikaitkan dengan dunia pendidikan, karena untuk

memaknai penanaman nilai-nilai tersebut diperlukan suatu upaya dari masyarakat

Indonesia sendiri untuk berperilaku yang mengarah pada nilai-nilai Pancasila.

Berdasarkan cita-cita luhur bangsa Indonesia, maka untuk mengisi dan meneruskan

kemerdekaan saat ini, sangat diperlukan jiwa-jiwa nasionalisme yang tinggi dari tiap-tiap

warga negara. Dalam rangka mewujudkan cita-cita tersebut, diperlukan usaha yang keras

dan serius, dan untuk mewujudkannya tidaklah harus selalu tampak dimata orang lain,

akan tetapi bisa dimulai dari hal-hal yang paling sederhana sampai pada hal-hal yang

kompleks.
Adapun pelaksanaan mengimplementasikan nilai nasionalisme dilaksanakan

sebagai berikut:

1. Pengamalan nilai Pancasila sila pertama yaitu setiap membuka pembelajaran

diawali dengan berdoa sebagai penenaman nilai-nilai religius. Selain itu,

guru transparan dalam melakukan penilaian sikap untuk siswa yang terdapat di

dalam nilai keterampilan 1 ( KI 1 ) yaitu siswa harus memiliki sikap yang religius.

2. Contoh sederhana penerapan nasionalisme dalam dunia pendidikan diantaranya

yaitu keikutsertaan para peserta didik dalam mengikuti upacara bendera, kesadaran

para peserta didik pada saat pengibaran penghormatan bendera merah putih sebagai

cinta tanah air, dan kesadaran para peserta didik untuk disiplin dalam mematuhi

aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku. Terkait dengan penanaman nilai

nasionalisme di era global sekarang ini, salah satu lembaga formal yang ikut

bertanggung jawab adalah satuan pendidikan, dan salah satunya sekolah dasar.

Sekolah dasar merupakan lembaga formal yang menjadi pondasi awal untuk

jenjang sekolah di atasnya. Oleh karena itu, pendidikan di sekolah dasar

mempunyai peranan yang sangat vital dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme.

Melakukan penerapan pentingnya nilai-nilai karakter dan moral di sekolah. Siswa

diberikan arahan bagaimana membangun percaya diri, etos kerja, amanah,

memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin dalam jam masuk dan keluar kelas

dan mengerjaka tugas. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan
dalam proses pembelajaran, karena jangan sampai siswa hanya “pintar” secara

keilmuan tetapi memliki attitude/sikap perilaku yang kurang baik.

3. Selama di sekolah siswa dibrainstormning harus menghormati dan menghargai

semua civitas akademika seperti kepala sekolah, guru- guru di sekolah, penjaga

sekolah, teman di sekolah, dan orang- orang yang ada di sekitar sekolah., sebagai

penanaman nilai sila kedua kemanusiaan khususnya persamaan derajat dan saling

menghormati.

4. Di sekolah siswa di kelas diberikan tugas piket membersihkan kelas sebagai

penanaman nilai gotong royong dan tolong menolong. Selain itu, sebagai guru kita

harus bersifat demokratis, menghindari sikap otoriter selama pelaksanaan

pembelajaran serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya berani

memberikan pendapat , musyawarah dan mufakat serta menghargai

pendapat siswa dan bijaksana sebagai bentuk mengalaman nilai sila ke-4

kerakyatan.

5. Melakukan proses penilaian terhadap sikap selain penilaian terhadap pengetahuan

dan keterampilan. Sebagai guru harus adil dalam menilai sikap siswa.

Pelaksanaan nilai nasionalisme melalui pembiasaan yang dilakukan di SD Negeri

4 Bapinang Hilir yang terletak di Jalan Handil Kalimantan Desa Bapinang Hilir

Kecamatan Pulau Hanaut Kabupaten Kotawaringin Timur sangat relevan karena dalam

kegiatan pembiasaan itu dapat menanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada siswa.


Pelaksanaan kegiatan pembiasaan ini dilakukan melalui beberapa pendekatan, strategi,

metode dan model. Pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan

nasionalisme melalui pembiasaan dapat dilakukan melalui kegiatan rutin, kegiatan

spontan, kegiatan pemberian keteladanan dan kegiatan terprogram. Nilai-nilai

nasionalisme yang ditanamkan kepada peserta didik dalam setiap kegiatan berbeda-beda.

Misalnya pada saat upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari Senin itu, nilai-nilai

yang terkandung dalam pelaksanaan upacara bendera diantaranya membiasakan siswa

untuk bersikap tertib dan disiplin, membiasakan siswa berpenampilan rapi,

meningkatkan kemampuan mempimpin, membuat siswa patuh pada aturan yang ada,

dan menanamkan rasa tanggungjawab. Sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan

rutin yang dilakukan di sekolah diharapkan kian mempertebal semangat kebangsaan,

cinta tanah air, patriotisme, semangat dan nilai-nilai kepahlawanan, idealisme serta

membangkitkan peran siswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kegiatan rutin

yang dilakukan diwujudkan sebagai bentuk keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, mengenal kebersihan dan kesehatan, berlatih untuk selalu tertib dan

patuh pada peraturan, bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan, menjaga

kebersihan lingkungan, dan melatih keberanian. Adapun bentuk kegiatan rutin yang

dilakukan pelaksanaan pendidikan nasionalisme melalui pembiasaan antara lain upacara

bendera yang dilaksanakan setiap hari Senin dan hari-hari besar nasional, senam pagi,

kerja bakti, jadwal piket harian, dan kegiataan sebelum proses belajar mengajar. Selama

kegiatan rutin itu dilakukan guru selalu berusaha mendampingi siswa. Seperti pada saat

kegiatan kerja bakti dan senam pagi, guru turut serta mendampingi siswa dengan
mengikuti kegiatan tersebut. Pada saat upacara bendera juga guru mengajarkan untuk

bersikap disiplin dan tertib. Semua siswa harus mengikuti kegiatan pembiasaan rutin di

sekolah. Apabila ada siswa yang tidak mengikuti kegiatan tersebut maka akan diberi

teguran atau sanksi dari guru. Pembiasaan dalam kegiatan spontan dilakukan dengan

cara spontanitas, misalnya saling menyapa antar teman maupun antar guru, membuang

sampah di tempatnya, memungut sampah yang berserakan, mengucapkan terima kasih.

Siswa diajarkan untuk saling menghormati dan menyayangi antar sesama. Sikap ini

terlihat pada saat masuk ke sekolah, siswa mengucapkan salam dan mencium tangan saat

bertemu dengan bapak/ibu guru. Selain itu, siswa diajarkan untuk mengantre. Karena

mengantre merupakan implementasi dari sikap tertib, disiplin, dan toleran. Di SD Negeri

4 Bapinang Hilir, pendidik berusaha untuk memberikan teladan yang baik kepada para

peserta didiknya. Keteladanan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan memberikan

contoh tentang pembelajaran pembiasaan yang baik, sehingga diharapkan akan menjadi

panutan bagi para siswa. Keteladanan para pendidik mempunyai kontribusi yang besar

dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme.

Kesadaran diri dari seorang siswa juga mempunyai peranan penting dalam

menunjang jiwa nasionalisme siswa. Karena kesadaran akan jiwa nasionalisme itu

tumbuh dari dalam diri seseorang. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di

lapangan menunjukkan bahwa ada sebagian dari siswa yang mempunyai kesadaran diri

yang cukup tinggi dibandingkan dengan teman yang lain. Kesadaran diri sendiri

merupakan tonggak utama yang memberikan kekuatan dan pembentukan jiwa


nasionalisme. Dengan pembentukan jiwa nasionalisme yang dimulai dari diri sendiri,

diharapkan nantinya dapat memberikan contoh atau teladan kepada yang lain.
LEARNING JOURNAL

Program : Pelatihan Dasar CPNS

Angkatan : IV

Nama Mata Pelatihan : Etika Publik

Nama : Ema Eka Oktaviani, S.Pd

Nomor Daftar Hadir :7

Lembaga Penyelanggara Pelatihan : BPSDM Provinsi Kalimantan

Tengah

A. Latar Belakang

Mata Diklat Etika Publik memfasilitasi pembentukan nilai-nilai dasar etika

publik pada peserta Diklat melalui pembelajaran kode etik dan perilaku pejabat

publik, bentuk-bentuk kode etik dan implikasinya, aktualisasi kode etik PNS.

Kompetensi dasar yang ingin dicapai melalui modul ini adalah: Setelah mengikuti

pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menanamkan nilai dan membentuk

sikap dan perilaku patuh kepada standar etika publik yang tinggi.

Perkataan etika sering dikaitkan dengan masalah prilaku, akhlak, moral dan

sebagainya. Etika erat kaitannya dengan prilaku seseorang dalam memperlakukan

orang lain orang lain. Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang

menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk

mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab


pelayanan publik. Salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik, dalam hal

ini seorang ASN akan terus berhadapan dengan masyarakat luas. Oleh karena itu

untuk menciptakan kenyamanan masyakat dalam menirima pelayan, maka seorang

ASN di tuntut untuk dapat memiliki etika yang baik.

Pelayanan Publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi

teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh karena itu, perlu

dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa memiliki kompetensi etika,

pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan bahkan seringkali

diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah yang tidak

beruntung. Menjadi ASN berarti telah menjadi bagian dari penyelenggara

pemerintahan dimana segala tindakan berimplikasi terhadap kepentingan

masyarakat secara luas. Masyarakat memiliki ekspektasi dan harapan yang tinggi

kepada ASN, sehingga ketika ada ASN yang melakukan perbuatan tidak terpuji

akan menjadi bulan-bulanan, sindiran, bahkan caci makian. Lebih jauh lagi

masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap aparat pemerintah. Oleh karena

itu, sebagai ASN harus memiliki etika yang berlandakan dengan kode etik dan

nilia-nilai dasar etika publik.

Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni:

Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan;

a. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam

menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi;

b. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.


c. Etika adalah refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau

bagaimana melakukan yang baik atau benar.

Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-

nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam

wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Etika

publik adalah refleksi tentang standar atau norma yang menentukan baik-buruk dan

benar-salah suatu perilaku, tindakan, dan keputusan yang mengarahkan kebijakan

publik dalam menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Kode

Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok

khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk

ketentuan-ketentuan tertulis. Dengan kata lain, kode etik merupakan aturan tertulis

yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada

dan pada saat yang dibutuhkan akan dapat difungsikan sebagai alat untuk

menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common

sense) dinilai menyimpang dari kode etik.

Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah

laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan

tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional

tertentu.

Tiga dimensi etika publik adalah:


1. Dimensi kualitas pelayanan publik, etika publik menekankan pada aspek nilai

dan norma, serta prinsip moral, sehingga etika publik membentuk integritas

pelayanan public;

2. Dimensi modalitas, unsur-Unsur modalitas dalam etika publik yakni akuntabilitas,

transparansi dan netralitas;

3. Dimensi tindakan integritas publik, tindakan yang sesuai dengan nilai, tujuan dan

kewajibannya untuk memecahkan dilema moral yang tercermin dalam

kesederhanaan hidup.

Kita sebagai calon ASN wajib mengaktualisasikan etika publik, karena pada

dasarnya fungsi ASN menurut UU No. 5 tahun 2014 adalah sebagai pelaksana

kebijakan publik, pelayan publik dan perekat pemersatu bangsa. Tugas seorang

ASN adalah melayani masyarakat sesuai etika publik yang ada. Etika publik

memberikan aturan atau standar pelayanan yang sesuai dengan norma yang berlaku.

Bagaimana ASN bertanggung jawab terhadap tugas dan jabatan yang diemban dalam

melayani masyarakat.

Adanya Kode Etik bagi ASN diharapkan dapat merubah pola

pikir/mindset dan perilaku pejabat publik dari ‘penguasa’ menjadi ‘pelayan’, dari

’wewenang’ menjadi ’peranan’, dan menyadari bahwa jabatan publik adalah

‘amanah’, yang harus dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia tapi juga


diakhirat. Kode etik dan kode perilaku ASN diatur dalam Undang-Undang ASN No. 5

tahun 2014 pasal 5.

Nilai-nilai etika harus selalu melekat baik sebagai ASN maupun sebagai anggota

masyarakat, Setiap aktifitas baik sebagai ASN maupun masyarakat biasa harus selalu

menerapkan nilai-nilai etika dan berhati-hati aktifitas tersebut tidak bertentangan

dengan nilai-nilai etika yang harus selalu dijunjung dan ditegakkan. Etika publik

menekankan akuntabilitas, transparansi, dan netralitas para ASN untuk mencapai

pelayanan publik yang berkualitas, relevan, dan berpihak pada kepentingan rakyat.

Seorang ASN diharapkan memiliki kekuatan integritas moral publik. Secara singkat,

pelayan publik itu dituntut memiliki karakter-karakter moral publik seperti kejujuran,

tanggung jawab, ketulusan dan melayani.

B. Penerapan

Etika publik diakui sebagai salah satu faktor kunci dalam menggapai

keberhasilan pembangunan di segala bidang. Tidak terkecuali pembangunan di bidang

pendidikan, Capaian pelayanan publik yang baik, unggul, berkualitas serta sesuai

dengan tuntutan kebutuhan zaman sangat ditentukan oleh kemampuan dan etika

pelayanan yang dilakukan oleh pelaku-pelaku pelayanan itu sendiri.

Guru adalah salah satu profesi yang langsung berhadapan dengan masyarakat,

yang mana dalam hal ini adalah siswa/murid. Oleh kareana itu seorang harus bisa

memiliki etika yang baik. Kunci sukses pendidikan itu ada di tangan guru dan sebagai

ujung tombak peningkatan mutu pendidikan bilamana seorang guru masih beramasalah
dengan etikanya bagaimana dengan peserta didiknya. Sebagaimana pepatah

menyebutkan guru digugu dan ditiru, bila guru kencing berdiri maka anak murid

kencing berlari.

Perilaku yang ditampilkan seorang guru harus mencerminkan nilai- nilai luhur

yang terkandung dalam kode etik sehingga makna kode etik itu menjelma dalam

perilakunya. Berikut ini adalah uraian penerapan kode etik di unit kerja ASN yakni

SDN 4 Bapinang Hilir:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia

yang berjiwa pancasila.

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik.

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya untuk menunjang berhasilnya

proses pembelajaran.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat.

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu

serta martabat profesinya.

7. Guru memelihara hubungan sejawat keprofesian, semangat kekeluargaan dan

kesetiakawanan sosial.

8. Guru secara bersama- sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi sebagai

sarana perjuangan.

9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

10. Guru terus berinovasi meningkatkan pembelajaran yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai