Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang Berdirinya

Muhammadiyah

Nama :
1. Anita Sari
2. Olifia Irka Maharani
3. Ikbal Darmawansyah
4. Afridho Rahman

Kelas : AIK-Reg.Pagi
Tujuan Didirikan Muhammadiyah

Seperti diketahui, Islam merupakan salah satu agama yang banyak dianut oleh masyarakat
Indonesia. Bahkan, Indonesia menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Banyaknya masyarakat muslim di Indonesia, tentu menjadi salah satu alasan berdirinya
organisasi Islam di negara ini.
Dalam hal ini, Indonesia mempunyai dua organisasi Islam terbesar yaitu Nahdatul Ulama (NU)
dan Muhammadiyah. Kedua organisasi ini tentu saja ada untuk membantu pengaturan berbagai
hal yang berkaitan dengan peribadahan di masyarakat. Misalnya seperti pelaksanaan ibadah
puasa dan salat tarawih di bulan Ramadan, berbagai perayaan ibadah seperti Idulfitri, Iduladha,
Isra miraj, dan lain sebagainya. Kedua organisasi islam ini juga membantu pengaturan berbagai
hal penting lainnya bagi masyarakat muslim yang ada di Indonesia.
Selain untuk memurnikan ajaran Islam, tujuan Muhammadiyah juga mencakup berbagai hal
untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dengan begitu, seluruh
masyarakat muslim di Indonesia dapat menjalankan ajaran Islam yang sesungguhnya sesuai
dengan syariat. Terutama syariat islam sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang
menjadi tauladan.
Faktor lain yang menjadi latar belakang berdirinya organisasi Islam ini tidak lain adalah
pengaruh paham moderen dari masa kolonial. Seperti diketahui, pengaruh negara penjajah yang
datang di Indonesia mulai menyebarkan paham moderenisasi Eropa. Mulai dari paham
individualisme, liberalisme, rasionalisme, hingga sekulerisme. Beberapa paham ini bertentangan
dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Sehingga jika tidak segera dihentikan, maka bisa melahirkan
generasi baru Islam yang liberal dan sekuler.
Dalam hal ini, KH Ahmad Dahlan menyadari banyaknya masyarakat Indonesia yang menganut
Islam dengan berbagai macam pengaruh mistik. Ketidakmurnian ajaran Islam ini memang
merupakan dampak dari adaptasi yang tidak tuntas di masyarakat, yaitu antara tradisi Islam
dengan tradisi lokal yang kental dengan paham animisme dan dinamisme.
Pemikiran kH.A.Dahlan Terhadap
Islam dan Umat di Indonesia

K.H. Ahmad Dahlan dengan nama kecil Darwis merupakan putra dari K.H. Abu Bakar bin Kiai
Sulaiman seorang khatib (penghulu yang ditugaskan Keraton untuk membawahi urusan agama)
tetap di masjid Agung Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sejak usia balita, kedua orang tua
Darwis sudah memberikan pendidikan agama bahkan ketika berusia 8 tahun, Darwis sudah bisa
membaca Al-Qur’an dengan lancar sampai khatam. Menjelang dewasa, Darwis mulai mengaji
dan menuntut ilmu fiqih kepada K.H. Muhammad Saleh. Selain itu, ia juga mengaji di Pesantren
menurut sistem lama. Darwis juga melanjutkan pelajarannya selama 1 tahun di tanah suci
Mekah.
Ahmad Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. Muhammadiyah secara
etimologis berarti pengikut nabi Muhammad, karena berasal dari kata Muhammad. kemudian
mendapatkan ya nisbiyah, sedangkan secara terminologi berarti gerakan Islam Muhammadiyah
adalah Gerakan Islam yang melaksanakan. dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid,
bersumber pada Al-Qur’an dan as-Sunnah dengan maksud dan tujuan menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Ahmad Dahlan ingin mendirikan organisasi yang dapat dijadikan sebagai alat perjuangnan dan
da’wah untuk menegakkan amar ma’ruf nahyi munkar yang bersumber pada Al-Qur’an dan
surat Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid.
Ketidak murnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam Indonesia, sebagai
bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara dalam awal
bermuatan paham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat Islam di
Indonesia memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran islam,
terutama yang berhubuaan dengan prinsip akidah islam yag menolak segala bentuk
kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak
bagi umat Islam Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai