Anda di halaman 1dari 1

Hal tersebut tentu jelas sebagai tindak korupsi mengingat Bahwa tindak pidana korupsi sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional,
sehingga harus diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang dalam perihal tersebut kaitannya perilaku yang
telah dilakukan oleh mantan menteri sosial tersebut yakni Juliana sangat merugikan perekonomian
negara tercatat juliara batubara telah mengambil uliari diduga menerima uang suap sebesar Rp
17 miliar dari perusahaan rekanan yang menggarap proyek pengadaan dan penyaluran bansos
Covid-19 yang pada hal tersebut diambilnya Rp. 10.000 dalam setiap bansos yang akan
disalurkan. Memang angka yang terbilang kecil akan tetapi bisa kita bayangkan berapa ribu
bansos yang tersalurkan hingga mencapai nominal Rp 17 miliar tersebut, tentu hal tersebut juga
mengahambat perekonomian negara apalagi kaitannya masalah tersebut dengan pandemic
yang dimana krisis ekonomi yang meningkat seperti apa yang kita ketahui semua butuh akan
bantuan yang akan diberikan. pada Pasal 12 huruf a disebutkan pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya. spesifikasi Alasan dalam kasus
ini Juliari Batubara menunjuk dua rekannya sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PKK) dalam
pengadaan dan penyaluran bansos untuk penanggulangan Covid-19 dari Kemensos,kedua
rekannya selaku PPK tersebut kemudian menunjuk langsung rekanan dalam program
pengadaan dan penyaluran Bansos Covid-19. Dalam penunjukan langsung tersebut diduga ada
fee yang dijanjikan untuk tiap paket pengerjaan program bansos yang harus disetorkan ke
Kemensos melalui salah satu rekannya. Besaran fee pada tiap paket ditentukan sebesar Rp
10.000 dari nilai Rp 300.000 per paket bansos sehingga sangat jelas bahwa hal tersebut sangat
bertentangan dengan jabatannya yang seharusnya mengayomi rakyatnya dengan baik dan
menjalankan tugasnya dengan amanah. Sebagai pejabat negara yang baik juga telah
dicantumkan pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 1999 tentang
penyelenggaran negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme Presiden
Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai