Anda di halaman 1dari 4

NAMA: KHUMAIRAH ZULQAIDAH

NIM : D101181008

1. Menurut saya, hukum sangat erat kaitannya dengan penataan ruang utamanya dalam
penentuan kebijakan perencanaan dan penataan ruang. Dalam merencanakan, membuat,
dan mengevaluasi penataan ruang sendiri perlu memperhatikan hukum-hukum yang
terkait baik pedoman yang digunakan, maupun produk perencanaan baik secara vertikal
maupun secara horizontal. Hukum digunakan sebagai landasan dalam penentuan setiap
kebijakan yang ditetapkan. Dan juga output dari penataan ruang itu sendiri nantinya
berupa hukum seperti RTRW maupun RDTR yang dibuat dan disahkan dalam bentuk
perda.

2. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan dan perubahannya, hirarki hukum di Indonesia sendiri dari yang
tertinggi sampai terendah yaitu:
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Peraturan perundang –undangan ini menjadi tolak ukur dan landasan dalam menyusun
hukum-hukum lain yang ada di Indonesia, dimana hukum ini meliputi jaminan hak asasi
manusia serta dasar dan prinsip-prinsip negara Indonesia.
- Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Peraturan perundang-undangan ini merupakan peraturan yang ditetapkan oleh MPR
dengan tetap berlandaskan pada UUD 1945
- Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
Undang-Undang ini mengatur beberapa aspek dan menjadi rujukan dalam penetapan
hukum di bawahnya yang berisi penggaturan lebih lanjut terhadap ketentuan yang ada di
dalam UUD 1945
- Peraturan Pemerintah
Peraturan ini membahas terkait materi ataupun hukum untuk menjalankan undang-
undang yang telah ditetapkan sebelumnya sebagaimana mestinya
- Peraturan Presiden
Peraturan ini ditetapkan oleh presiden yang berisi materi yang dimuat dalam undang-
undang terkait materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintah
- Peraturan Daerah Provinsi
Peraturan ini disetujui oleh DPRD provinsi dan gubernur yang berisi amteri. Pembahasan
terkait penyelenggaraan ootonomi daerahnya
- Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan yang membahas lebih detail terkait materi yang berkaitan dengna
penyelenggaraan otonomi daerahnya

3. Naskah akademik sangat penting dalam penyusunan suatu peraturan perundang-


undangan. Hal ini dikarenakan naskah akademik sebagai gambaran awal atau sebagai
kerangka awal dalam penyusunan peraturan perundang-undangan tersebut, dimana
naskah akademik ini meliputi beberapa hal yang menjadi landasan perumusan kebijakan
peraturan perundang-undangan tersebut, seperti latar belakang, indentifikasi masalah,
kajian teoritis, landasan, sasaran yang akan diwujudkan dan lainnya. Hal ini pun telah
diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011.

4. Ada tiga landasan yang digunakan dan menjadi pertimbangan dalam penyusunan
peraturan perundang-undangan, yaitu:
1. Landasan filosofis
Landasaran yang menggambarkan adanya pertimbangan atau alasan terkait
bagaimana pendangan hidup, kesadaranm dan cita hukum ini tertuang dalam
peraturan perudnang-undangan yang akan dibuat yang berlandaskan pada
pembukaan UUD 1945 juga pancasila.
2. Landasan Sosiologis
Landasan yang menggambarkan bahwa peraturan perundang-undangan yang
disusun telah mempertibangkan aspek-aspek kehidupan dan pemenuhan kebutuhan
masyarakat dan menjadi solusi dalam permasalahan yang tejadi dalam masayarakat
dan negara.
3. Landasan Yuridis
Landasan yang emnggambarkan bahwa peraturan perundang-undangan yang
disusun telah mempertibangkan hukum-hukum yang telah ada dan berlaku, juga
sebagai solusi dalam permasalahan hukum, baik terkait maslaah menyangkut
peraturan yang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini, peraturan yang saling
tumpang tindih, peraturan yang lebih lemaha dalam pemberlakuannya dan lainnya.

5. Penataan ruang selalu dilingkupi dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Terkhusus
peraturan yang membahas terkait penataan ruang itu sendiri telah di jelaskan dalam UU
Nomor 26 Tahun 2007 mulai dari teknis peencanaan tata ruang sampai pada bagain yang
lebih detail seperti pengaturan tentang sempadan sugai, KDB, KDH, persentase RTH,
dan lainnya. Meski demikian, dalam penataan ruang tidak hanya berlandaskan pada UU
tersebut saja, tapi perlu meninjau peraturan perundang-undangan terkait. Seperti hanya
dengan penataan suatu RDTR maka perlu meninjau terkait dokumen perencanaa yang
ada diatasnya, dan peraturan yang lebih spesifik, seperti dalam rencana struktur ruang,
maka untuk penetapan rencana jaringan pergerakan perlu memeprhatikan hukum terkiat
seperti peraturan dan NSPK tentang jaringan jalan, jalur pejalan kaki, jalur kereta api,
penetapan lokasi terminal, dan lainnya. Peraturan perundng-undangan bila ingin
dikaitkan dnegna penataan ruang memang sangatlah kompleks, bahkan mencakaup
banyak hal sampai hal yang paling detail.

6. Adapun beberapa perbedaan antara UU No.26 Tahun 2007 dan UU No. 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja secara garis besardiantaranya sebgai berikut:
- Dalam pasal 1 tentang pengertian, Izin Pemanfaatan Ruang diganti dengan istilah
ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
- Untuk Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten tidak lagi masuk dalam kategori
Rencana Rinci Tata Ruang
- Untuk aturan terkait dalam penetapan Kawasan Hutan minimal 30% dihapus
- Dalam Penetapan Rencana Tata Ruang mendapat persetujuan pemerintah pusat, bukan
lagi mendapat persetujuan Menteri – Tekait dendan pidana dalam pelanggaan tata ruang
yang awalnya disebutkan 3 kali, namun dalam UU No.11 Tahun 2020 hanya disebut 1/3
kali
7. Kebijakan publik merupakan segala bentuk tindakan yang ditetapkan untuk dilaksanakan
maupun tidak dilaksanakan oleh pemerintah dengan tujuan tertentuk untuk kepentingan
masyarakat.
8. Adapun keterkaitan antara hukum dan kebijakan publik yaitu dari kesamaan prosesnya,
dimana hukum dan kebijakan publik ini sama-sama lahir dari permasalahan yang ada
dalam masyarakat dan dibuat guna menjadi solusi permasalahan tersebut yaitu keputisan
kebijakan publik dan produk hukum yang melegimasi ketetapan dalam kebijakan hukum
tersebut yang saling mendukung dan saling menguatkan dalam prose pelaksanaannya.
9. Proses kebijakan publik secara garis besar dimulai dari tahap formulasi kebijakan
(perumusan dan penetapan kebijakan publik), implementasi kebijakan (pelaksanaan dan
penerapan kebijakan), dan evaluasi kebijakan (penilaian efektifitas kebijakan yang
dijalankan.
10. Beberapa jenis evaluasi diantaranya sebagai berikut.
James P. Lester dan Joseph Steward, Jr. (2000) membagi jenis evaluasi implementasi
kebijakan sebagai berikut:
- Evaluasi Proses, Evaluasi terkait proses implementasi kebijakan
- Evaluasi Impak,  Evaluasi dari hasil/pengaruh implementasi kebijakan tersebut
- Evaluasi Kebijakan, Evaluasi pencapaian tujuan
- Evaluasi Meta-evaluasi Evaluasi berbagai implementasi kebijakan yang ada guna
melihat berbagai kesamaan yang ada
11. Suatu kebijakan publik perlu dievaluasi guna sebagai bentuk pengontrolan
pelaksanaannya dan penialaian efektifitasnya dalam menanggulangi permasalahan terkait.
Hal ini bertujuan untuk meninjau kebijakan publik tersebut masih sesuai dijalankan atau
tidak. Apabila tidak dilakukan evaluasi, maka kebijakan publik tersebut tidak akan
terkontrol dan tidak diketahui progress atau keefektivitasannya dalam memecahkan suatu
masalah.

Anda mungkin juga menyukai