Anda di halaman 1dari 8

VOLUME 22, NO.

1, JULI 2016

Perbandingan Nilai Kuat Tekan Beton Menggunakan Hammer Test dan


Compression Testing Machine terhadap Beton Pasca Bakar
Weka Indra Dharmawan
Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Malahayati Bandar Lampung
Jl. Pramuka No.27 Kemiling, Bandar Lampung 35153, Indonesia
E-mail: wekadharmawan@gmail.com

Devi Oktarina
Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Malahayati Bandar Lampung
Jl. Pramuka No.27 Kemiling, Bandar Lampung 35153, Indonesia
E-mail: oktarina_sipil@yahoo.co.id.

Mariana Safitri
Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Malahayati Bandar Lampung
Jl. Pramuka No.27 Kemiling, Bandar Lampung 35153, Indonesia
E-mail: marianasafitri@gmail.com

Abstract

The change of temperature is quite high, as was the case in the event of a fire, it will have an impact on the
concrete structure. Because in the process there will be a cycle of alternately heating and cooling, which
would lead to a change in phase of the complex physical and chemical basis. Using hammer test as a
comparison of compression testing machine (CTM) in normal conditions the concrete now widely used and
has had standardization. The objects to test consist of 60 concrete cubes beam of 15 cm x 15 cm x 15 cm
which burned for 3 hours with 3 variants of temperatures. The 20 samples used as a blank test and each 20
samples burnt with temperature 300oC and 600oC. The results showed the increase in the compressive
strength at the temperature of 300oC in the amount of 6.68% or 10.91 Kg/cm2, and at the temperature of
600oC has decreased by 1.57% or 2.56 Kg/cm2 on hammer test. While the testing with compression strength
of concrete decreased at temperatures of 300oC and 600oC respectively is 15.77% or 51.1 Kg/cm2 and
21.89% or 70.93 Kg/cm2.

Keywords: Compression strength, Hammer test, Compression testing machine (CTM).

Abstrak

Terjadinya perubahan temperatur yang cukup tinggi, seperti yang terjadi pada peristiwa kebakaran, akan
membawa dampak pada struktur beton. Karena pada proses tersebut akan terjadi suatu siklus pemanasan
dan pendinginan yang bergantian, yang akan menyebabkan adanya perubahan fase fisis dan kimiawi secara
kompleks. Penggunaan hammer test sebagai pembanding compression testing machine (CTM) pada beton
kondisi normal saat ini sudah secara luas digunakan dan sudah memiliki standarisasi. Benda uji yang
digunakan terdiri atas 60 beton kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm yang dibakar selama 3 jam
dengan 3 varian temperatur. 20 sampel dijadikan blanko pengujian dan masing-masing 20 sampel dibakar
dengan temperatur 300oC dan 600oC. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya kenaikan nilai kuat tekan
pada temperatur 300oC yaitu sebesar 6,68% atau sebesar 10,91 Kg/cm2, dan pada temperatur 600oC
mengalami penurunan 1,57% atau sebesar 2,56 Kg/cm2 pada pengujian dengan menggunakan alat uji
hammer. Sedangkan pengujian dengan alat uji compression terjadi penurunan kuat tekan beton pada
temperatur 300oC dan 600oC berturut-turut adalah 15,77% atau sebesar 51,1 Kg/cm2 dan 21,89% atau
sebesar 70,93 Kg/cm2.

Kata-kata Kunci: Kuat tekan, Hammer test, Compression testing machine (CTM)

35
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
Weka Indra Dharmawan, Devi Oktarina, Mariana Safitri
Perbandingan Nilai Kuat Tekan Beton Menggunakan Hammer Test dan Compression Testing Machine terhadap Beton Pasca Bakar

Pendahuluan Tinjauan pustaka

Akhir-akhir ini seringkali terjadi bencana Beton


kebakaran yang merusak konstruksi bangunan.
Efek pemanasan tidak memberikan pengaruh Beton terdiri atas agregat, semen dan air yang
yang berbahaya seperti halnya pada struktur baja dicampur bersama-sama dalam keadaan plastis
dan kayu, tetapi bukan berarti bahwa efek dan mudah untuk dikerjakan. Karena sifat ini
pemanasan tidak memberikan dampak yang menyebabkan beton mudah untuk dibentuk sesuai
buruk pada beton. Saat terbakar beton tidak dengan keinginan pengguna. Sesaat setelah
menghasilkan api namun dapat menyerap panas pencampuran, pada adukan terjadi reaksi kimia
sehingga akan terjadi peningkatan suhu tinggi yang pada umumnya bersifat hidrasi dan
secara signifikan yang akan mengakibatkan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan
perubahan mendasar dari sifat-sifat struktur beton. kekuatan. Menurut Kardiono Tjokrodimuljo
Pada batas suhu tertentu, pemanasan akan (2007), beton pada dasarnya adalah campuran
menyebabkan stabilitas ikatan jel semen pada yang terdiri dari agregat kasar dan agregat halus
beton menjadi hilang, pemuaian butiran kerikil yang dicampur dengan air dan semen sebagai
(agregat), lepasnya ikatan semen dan pemuaian pengikat dan pengisi antara agregat kasar dan
pada butiran. Pada kondisi ini struktur konstruksi agregat halus serta kadang-kadang ditambahkan
mengalami penurunan kemampuan untuk additive. Pada saat keras, beton diharapkan
mendukung beban yang bekerja dan dikawatirkan mampu memikul beban sehingga sifat utama yang
konstruksi tersebut tidak dapat lagi digunakan harus dimiliki oleh beton adalah kekuatannya.
atau dimanfaatkan sebagaimana awal konstruksi Kekuatan beton terutama dipengaruhi oleh
tersebut. banyaknya air dan semen yang digunakan atau
tergantung pada faktor air semen dan derajat
Kualitas beton pada bangunan pasca terjadinya kekompakannya. Adapun faktor yang
kebakaran harus tetap disesuaikan dengan mempengaruhi kekuatan beton adalah
spesifikasi struktur untuk memastikan kekuatan perbandingan berat air dan semen, tipe dan
stabilitas struktur dan struktur desain. Oleh karena gradasi agregat, kualitas semen, dan perawatan
itu diharuskan memverifikasi hal tersebut dengan (curing).
cara melakukan pengujian kuat tekan beton.
Sifat beton terhadap temperatur tinggi
Kerangka pemikiran
Tjokrodimuljo (2000) mengatakan bahwa beton
Penelitian dilakukan dengan beton undisturbed pada dasarnya tidak diharapkan mampu menahan
atau beton normal dan beton pasca bakar panas sampai di atas 250oC. Akibat panas, beton
berbentuk kubus (15 cm x 15 cm x 15 cm). Benda akan mengalami retak, terkelupas (spalling), dan
uji tersebut akan diuji kuat tekannya masing- kehilangan kekuatan. Kehilangan kekuatan terjadi
masing dengan hammer test dengan mengacu karena perubahan komposisi kimia secara bertahap
pada pengujian kompresi atau dengan mesin pada pasta semennya. Selain hal tersebut di atas,
compression test dimana nilai kuat tekan yang panas juga menyebabkan beton berubah warna.
didapat dari hammer test belum dapat mewakili Bila beton dipanasi sampai suhu sedikit di atas
nilai kuat tekan beton yang sebenarnya yang diuji 300oC, beton akan berubah warna menjadi merah
menggunakan CTM. Dengan demikian diperlukan muda. Jika di atas 600oC, akan menjadi abu-abu
nilai korelasi yang tepat antara nilai kuat tekan agak hijau dan jika sampai di atas 900oC menjadi
beton, baik beton normal maupun beton pasca abu-abu. Namun jika sampai di atas 1200oC akan
bakar dengan hammer test dan compression test. berubah menjadi kuning. Dengan demikian, secara
Hal tersebut di atas sesuai dengan ketentuan yang kasar dapat diperkirakan berapa suhu tertinggi
disyaratkan pada ASTM C 805/C 805M – 08, selama kebakaran berlangsung berdasarkan warna
dimana dalam menggunakan metode hammer test permukaan beton pada pemeriksaan pertama.
untuk estimasi nilai kuat tekan suatu beton, adalah
penting untuk membangun sebuah korelasi/ Estimasi kekuatan sisa beton pasca bakar
hubungan antara rebound number dari hammer
test dengan kuat tekan benda uji kubus yang diuji Dalam SK SNI M - 14 -1989 - E dijelaskan
menggunakan CTM. pengertian kuat tekan beton (f’c) yakni besarnya
beban (P) per satuan luas (A) yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan
tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan.
Gedung-gedung yang mengalami kebakaran akan
mengalami kerusakan akibat dari tingkat yang

36
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016

paling ringan, sedang, sampai berat tergantung dari 2. Mendapatkan perkiraan kuat tekan beton.
tinggi temperature dan durasi kebakaran. Untuk 3. Mengoreksi hasil pengujian benda uji beton
melihat seberapa kerusakan yang diakibatkan oleh (silinder/kubus)
kebakaran, dilakukan beberapa penelitian:
Kelebihan hammer test yaitu :
a. Visual inspection 1. Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat.
2. Mudah diaplikasikan.
Visual inspection dilakukan berdasarkan pada 3. Tidak merusak struktur/bangunan.
perubahan secara fisik yang terjadi pada 4. Murah dari segi biaya.
permukaan beton misalnya perubahan warna, ada
atau tidak adanya retak permukaan, ada atau tidak Kekurangan dalam penggunaan alat uji Hammer
adanya deformasi plastis elemen struktur, serta ada yaitu:
atau tidak adanya pengelupasan/spalling dari 1. Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan
selimut beton dari elemen struktur permukaan, kelembaban beton, sifat-sifat dan
jenis agregat kasar, derajad karbonisasi, umur
b. Non-destructive test/uji tidak merusak beton dan titik pengambilan sampel pengetesan.
2. Sulit mengkalibrasi hasil pengujian.
1. Pengujian kimia (chemical test) 3. Tingkat keakurasian hasil pengujiannya rendah.
4. Hanya memberikan informasi kekuatan
Uji tidak merusak dapat dilakukan dengan karakteristik beton pada permukaan struktur.
melakukan pengujian kimia (chemical test) yang
bertujuan untuk melihat hubungan antara unsur- c. Destructive test/pengujian dengan merusak
unsur kimia yang terkandung dalam beton,
khususnya kapur bebas (CaO), dan temperatur Destructive test adalah pengujian dengan merusak
yang pernah dialami beton. Uji ini dapat sebagian atau seluruh benda uji. Alat yang
menggunakan Phenolphatalein test (PP-Test) digunakan adalah compression testing machine
dimana Phenolphatelein merupakan salah satu (CTM). Alat ini digunakan untuk menguji
indikator kimia yang lazim digunakan untuk kompresi kekuatan bahan bangunan seperti beton,
mengetahui sifat asam atau basa suatu material, semen dan bata. Hal ini dirancang dan diproduksi
melalui respon warna material yang diuji akibat sesuai British Standard Specification pengujian
diolesi/ditetesi phenolphthalein tersebut. Apabila kompresi mesin untuk BS beton 1881 : Part 115>
terjadi perubahan warna pada saat diolesi, berarti dan beberapa norma relatif.
material yang diuji bersifat basa, dan sebaliknya
apabila tidak terjadi perubahan warna, berarti Metodologi Penelitian
material yang diuji bersifat asam.
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan
2. Pengujian dengan hammer test penelitian experimen yaitu dengan melakukan
percobaan pada sampel beton dengan mutu yang
Selain pengujian secara kimiawi, pengujian tidak direncanakan. Benda uji yang digunakan terdiri
merusak lainnya juga dapat dilakukan dengan alat atas 60 beton kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm
yaitu dengan hammer test. Cara ini paling x 15 cm yang dibakar selama 3 jam dengan 3
sederhana, ringan, murah dan mudah dilakukan. varian temperatur. 20 sampel dijadikan blanko
Jarak pantulan suatu massa terkalibrasi (yang pengujian dan masing-masing 20 sampel dibakar
digerakkan oleh pegas) yang mengenai permukaan dengan temperatur 300oC dan 600oC yang
beton uji digunakan sebagai kriteria kekerasan kemudian direndam ke dalam air dengan suhu
beton. Kemudian kekerasan beton ini dihubungkan ruangan selama 24 jam. Pembakaran dan pengujian
dengan kuat-tekan beton normal, sehingga apabila dilakukan setelah beton berumur 28 hari. Diagram
kekerasan beton tidak relevan dengan kekuatan alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
tekan beton normal, maka hasil pengujian dengan
alat ini perlu dilakukan kalibrasi tersendiri. Alat ini Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
menganggap bahwa beton cukup homogen, dari semen PCC, pasir kerikil dan air. Alat yang
sehingga perubahan mutu beton di bagian dalam digunakan adalah bekisting atau cetakan untuk
tidak dapat ditunjukkan oleh alat ini. Semakin mencetak benda uji; mixer concrete untuk
banyak titik pengamatan, semakin baik hasil yang mencampur adukan beton; kerucut abrams untuk
diperoleh. pengujian slump atau kelecekan beton segar;
hammer test dan compression testing machine
Secara umum alat ini bisa digunakan untuk: (CTM) untuk pengujian kuat tekan benda uji; serta
1. Memeriksa keseragaman kwalitas beton pada furnace UPT. Balai Pengolahan Mineral-LIPI
struktur. Lampung Selatan, untuk pembakaran benda uji.

37
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
Weka Indra Dharmawan, Devi Oktarina, Mariana Safitri
Perbandingan Nilai Kuat Tekan Beton Menggunakan Hammer Test dan Compression Testing Machine terhadap Beton Pasca Bakar

Mulai yang dilakukan secara bertahap, yaitu tiap


sepertiga bagian dilakukan penumbukan dengan
tongkat baja sebanyak ± 25 kali. Setelah 24 jam,
Persiapan material cetakan dibuka kemudian dilakukan perawatan
dengan direndam di dalam bak air selama 28 hari.
Selanjutnya benda uji disimpan pada suhu ruang
Pengujian material
selama 24 jam baru dimasukkan ke dalam furnace
Tidak untuk dibakar selama 3 (tiga) jam pada temperatur
300oC dan 600oC.
Lulus syarat
ASTM Pelaksanaan pengujian kuat tekan beton

Ya Pengujian dengan hammer test


Mix design (metode ACI)
Pengujian kuat tekan beton dengan hammer test
dilaksanakan sebelum dan setelah benda uji
Pembuatan benda uji dibakar kemudian di rendam dan diangin-anginkan
selama 24 jam pasca pembakaran. Persiapan
pengujian dengan metode hammer test berdasarkan
Perawatan benda uji SNI 03-4430-1997.

Pembakaran benda uji

3000C 6000C

Pendinginan benda uji

Pengujian benda uji

Analisis dan Gambar 2. Penggunaan hammer test


kesimpulan
Data diperoleh dari tekanan ke permukaan benda
uji yang menghasilkan nilai lenting (R) disetiap
Selesai titik pengujian yang harus dicatat dan dihitung
nilai rata-ratanya. Nilai pembacaan yang berselisih
Gambar 1. Diagram alir penelitian lebih dari 5 satuan terhadap nilai rata-rata tidak
boleh diperhitungkan, kemudian hitung rata-rata
Bahan yang digunakan untuk penelitian harus nilai sisanya untuk menentukan perkiraan nilai
disiapkan terlebih dahulu, ditentukan kualitas kuat tekan denggan menggunakan kurva korelasi
masing-masing bahan susunnya, serta dibuatkan yang dapat dilihat pada Gambar 3.
cetakan untuk tempat benda uji yang telah
direncanakan. Alat yang digunakan pada penelitian
ini sebelumnya telah diperiksa kondisi dan
kemampuannya serta telah dikalibrasi terlebih
dahulu.

Benda uji kubus dibuat dengan cara memasukkan


beton segar dari molen ke dalam cetakan ukuran
15 cm x 15 cm x 15 cm yang telah diolesi minyak
pelumas. Sebelum diisikan ke dalam cetakan
dilakukan pengujian kelecekan terlebih dahulu
terhadap beton segar dengan pengujian slump.
Nilai slump yang didapat adalah 8 cm. Dilanjutkan
dengan pengisian beton segar ke dalam cetakan Gambar 3. Kurva hubungan nilai pantul dengan
kuat tekan beton

38
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016

Pengujian dengan CTM Kg/m3, dan pada benda uji yang dibakar pada
temperatur 600oC berat volume sebelum dibakar
Nilai kuat tekan beton didapat melalui tata-cara sebesar 2.467,57 Kg/m3, Setelah dilakukan
pengujian standar ASTM C-192, yaitu pengujian pembakaran turun sebesar 4,35% menjadi
kuat tekan beton dilakukan dengan menggunakan 2.360,537 Kg/m3 (lihat Gambar 5). Hal ini
alat CTM dengan cara meletakkan sampel kubus disebabkan karena pada saat dibakar beton
beton dan memberikan beban tekan bertingkat mengalami hidrasi atau kehilangan air yang
dengan kecepatan 0,15 MPa/detik sampai 0,34 menyebabkan penurunan berat beton. Semakin
MPa/detik sampai benda uji hancur. Sebelum tinggi temperatur pembakaran maka kadar air
melakukan pengujian, maka permukaan tekan dalam beton semakin sedikit dan berat beton
benda uji harus rata agar tegangan terdistribusi semakin turun yang menyebabkan berat volume
secara merata pada penampang benda uji. dari beton juga turun.

Data diperoleh melalui pengujian tekan di Perubahan fisik beton


laboratorium dengan menggunakan mesin uji tekan
untuk semua benda uji. Hasilnya berupa gaya (P) Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada beton
yang terjadi pada saat benda uji hancur. temperatur tinggi
Berdasarkan data gaya tekan dan luas penampang Kerusakan yang
kubus, maka kuat tekan beton dapat dihitung Suhu Warna
terjadi
dengan menggunakan rumus : Normal Normal Abu-abu
P 300oC Retak rambut Abu-abu
f'‘c = .......................................................... (1)
A kecoklatan
dimana: 600oC -Retak rambut lebih Kemerahan
f = Kuat tekan (kg/cm2) besar
P = Gaya tekan (kg) -Terkelupas
A = Luas penampang kubus (cm2)

Analisa dan Pembahasan


Berat volume beton

Dari hasil penelitian terlihat perbedaan yang


signifikan antara berat volume sebelum dan setelah
benda uji dibakar. Rata-rata berat volume benda uji
yang tidak dibakar sebesar 2.415,778 Kg/m3.
Sementara pada benda uji yang dibakar pada
Gambar 4. Beton yang telah di bakar pada
temperatur 300oC berat volume sebelum dibakar o
temperatur 300 C
sebesar 2.462,237 Kg/m3, Setelah dilakukan
pembakaran turun sebesar 2,9% menjadi 2.390,237

2480.00
2460.00
Berat volume
(kg/m3)

2440.00
2420.00
2400.00
2380.00
2360.00
2340.00 Berat volume
Volumesebelum
Sebelumdibakar
dibakar
2320.00 volume setelah
Berat Volume Setelahdibakar
dibakar
2300.00
Normal 300 600
Temperatur (oC)
o
Gambar 5. Kurva perbandingan berat volume beton tanpa pembakaran, pembakaran 300 C dan
o
pembakaran 600 C

39
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
Weka Indra Dharmawan, Devi Oktarina, Mariana Safitri
Perbandingan Nilai Kuat Tekan Beton Menggunakan Hammer Test dan Compression Testing Machine terhadap Beton Pasca Bakar

340 324,04 kuat tekan rata-rata CTM


kuat tekan
tekan rata-rata
rata-ratahammer
Hammertest
test
310
272,94
Kuat tekan (kg/cm2) 280

250 253,112

220

190 174,,067
163
160 160,601

130

100
0 300 600 900
Temperatur (oC)

Gambar 6. Kurva perbandingan nilai kuat tekan beton dengan CTM dan hammer test

Kuat tekan beton

Tabel 2. Perbandingan nilai kuat tekan dengan hammer test dan CTM

Temp Kuat tekan rata-rata (Kg/cm2)


Selisih rata-rata kuat tekan (kg/cm2)
(oC) Hammer CTM
Normal 163,162 324,038 161
300 174,067 272,94 99
600 160,601 253,112 93

Berdasarkan Gambar 6 di atas terlihat bahwa tidak rata meskipun telah digerinda sehingga
terjadi peningkatan kuat tekan benda uji pasca pembacaan nilai lenting menjadi turun.
pembakaran 300oC rata-rata sebesar 10,9 Kg/cm2
atau sebesar 6,68% dan penurunan kuat tekan b. Hilangnya kadar air dalam beton sehingga
benda uji pasca pembakaran 600oC rata-rata pembacaan rebound bertambah tinggi. Seperti
sebesar 2,6 Kg/cm2 atau sebesar 1,57% dari beton telah diketahui bahwa adanya kelembaban pada
normal pada pengujian dengan alat uji hammer. permukaan hammer test akan memperlemah
Menurut asumsi peneliti hal ini dapat disebabkan pembacaan rebound karena banyaknya energi
faktor-faktor berikut: tumbukan yang terserap sehingga tidak cukup
memberikan energi lentingan kepada plunger
a. Faktor utama yang mempengaruhi pembacaan hammer. Namun semakin tinggi temperatur,
rebound adalah kekerasan permukaan benda kadar air yang hilang semakin tinggi yang
uji, padahal kekerasan permukaan tidak identik menyebabkan ikatan jel pada semen menjadi
dengan kuat tekan benda uji secara semakin sedikit. Meskipun permukaan beton
keseluruhan. Dalam penelitian ini, beton yang semakin kering namun kerusakannya semakin
telah dibakar 300oC mengalami peningkatan besar yang menyebabkan pembacaan rebound
nilai kuat tekan sebesar 6,68%. Berdasarkan juga semakin turun. Hilangnya kadar air dalam
penelitian secara visual yang telah dilakukan, beton dapat dilihat dari berat volume beton
permukaan beton yang telah dibakar dengan yang semakin turun.
temperatur 300oC lebih padat dan keras
meskipun terdapat retak rambut namun Berdasarkan Gambar 6 dapat dijelaskan bahwa
pembacaan nilai rebound menjadi meningkat. pembakaran benda uji dalam penelitian ini
Sedangkan saat beton dibakar dengan menyebabkan turunnya nilai kuat tekan beton
temperatur 600oC terjadi kerusakan permukaan melalui pengujian dengan compression testing
seperti retak rambut yang lebih panjang dan machine (CTM). Pada suhu 300oC rata-rata
pengelupasan pada permukaan benda uji yang penurunan terjadi sebesar 51,1 Kg/cm2 atau
menyebabkan permukaan menjadi semakin

40
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016

Tabel 3. Perbandingan hasil analisa hammer test dan CTM

Hammer test CTM


Analisa
300oC 600oC 300oC 600oC
Respon nilai kuat tekan setelah Peningkatan dibanding kuat Penurunan dibanding kuat tekan tak
pembakaran tekan tanpa pembakaran terbakar
Selisih nilai kuat tekan CTM dan Lebih besar daripada selisih kuat tekan benda uji tanpa pembakaran
hammer test pada benda uji (Nilai kuat tekan CTM > nilai kuat tekan hammer test)
terbakar
Uji hipotesa bahwa tidak ada Ditolak, ada perbedaan yang berarti antara nilai kuat tekan hammer test
perbedaan berarti nilai kuat tekan dengan CTM
hammer test dengan CTM

sebesar 15,57%, sedangkan pada suhu 600oC maka Ho ditolak artinya terdapat perbedaan nilai
sebesar 70,93 Kg/cm2 atau sebesar 21,89%. kuat tekan karakteristik antara pengujian
Adanya penurunan kuat tekan ini antara lain menggunakan hammer test dan compression test.
karena:
Kesimpulan
a. Terjadinya friksi antar material penyusun beton
akibat perbedaan koefisien muai thermal Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
material penyusun yang cukup besar. Jika dapat disimpulkan bahwa:
perbedaan koefisien muai agregat dan pasta
semen terlalu besar maka apabila terjadi 1. Besarnya penurunan kuat tekan beton yang
perubahan suhu dapat mengakibatkan dibakar selama 3 jam pada temperatur 300oC
perbedaan gerakan sehingga dapat melepaskan dan 600oC berturut turut menggunakan
lekatan antara agregat dan pasta, akibatnya pengujian compression testing machine (CTM)
beton akan mudah retak. (Tjokrodimuljo, 1996) adalah 15,77% atau sebesar 51,1 Kg/cm2 dan
21,89% atau sebesar 70,93 Kg/cm2.
b. Terhambatnya laju aliran panas di dalam beton
akibat menurunnya konduktifitas thermal beton 2. Pada pengujian hammer terjadi kenaikan nilai
pada temperatur tinggi. Di atas 100ºC kuat tekan pada temperatur 300oC yaitu sebesar
konduktifitas thermal beton secara linear 6,68% atau sebesar 10,91 Kg/cm2, dan pada
mengalami penurunan yang berarti karena pada temperatur 600oC mengalami penurunan 1,57%
titik ini kadar air dalam beton sudah hilang. atau sebesar 2,56 Kg/cm2.
Tersekatnya panas di dalam beton
mempercepat reaksi fisik maupun kimia yang 3. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
akan memperlemah beton. (Mindess et al., pernyataan bahwa hammer test bukan
2002). merupakan alternatif metode pengujian kuat
tekan beton, tapi sebagai indikator untuk
c. Terjebaknya uap air dalam pori beton sehingga menilai mutu beton (SNI 03-4430-1997) adalah
menyebabkan adanya tekanan dari dalam beton. benar. Pada kenyataan dilapangan, hammer test
Semakin lama dibakar, seiring dengan digunakan untuk menentukan apakah benda uji
bertambahnya temperatur, maka semakin tinggi memiliki mutu yang seragam atau presisi.
pula tekanan dari dalam. Tekanan inilah yang Apabila ditemukan ketidakseragaman nilai
menyebabkan terjadinya explosive spalling pembacaan rebound number pada hammer test
(rompal disertai ledakan). (Taylor, 2002) maka diambil sampel core dari benda uji untuk
diuji laboratorium mengenai kelayakannya
d. Susutnya pasta semen karena hilangnya kadar serta diuji mutu atau kuat tekannya.
air pada temperatur tinggi. Penyusutan ini
akan menimbulkan retak-retak sehingga 4. Berdasarkan hasil uji statistik dengan
memperlemah beton. (Mindess et al., 2002) menggunakan uji-t untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai
Hipotesis nol mengatakan bahwa tidak ada kuat tekan beton menggunakan CTM dan
perbedaan dalam rata-rata nilai kuat tekan beton hammer test, diketahui bahwa nilai t yang
menggunakan hammer test dan compression test. diperoleh dari hasil perhitungan adalah lebih
Hipotesis alternatif mengidentifikasi bahwa besar daripada ttabel (p < 0,05). Oleh sebab itu
terdapat perbedaan. Berdasarkan Tabel 2 dapat diputuskan bahwa analisa menolak Ho dan
dilihat selisih rata-rata antara nilai kuat tekan beton menerima Ha, dengan kata lain terdapat
menggunakan hammer test dan compression test, perbedaan yang signifikan antara nilai kuat

41
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
Weka Indra Dharmawan, Devi Oktarina, Mariana Safitri
Perbandingan Nilai Kuat Tekan Beton Menggunakan Hammer Test dan Compression Testing Machine terhadap Beton Pasca Bakar

tekan yang didapat menggunakan CTM dengan Lianasari, A.E. 2013. Pengaruh Suhu Pembakaran
hammer test. terhadap Kuat Tekan Beton Pasca Bakar dengan
Subtitusi Sebagian Semen Oleh Fly Ash dan
Saran Penambahan Superplasticizer, Teknik Sipil
Universitas Atmajaya, Yogyakarta.
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan maka
peneliti menyarankan: Lind., et al., 2007. Statistical Techniques in
Business and Economics with Global Data Sets
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai (Edisi 13 Buku 1), Salemba Empat, Jakarta.
pengujian kuat tekan dengan metode non
destrucive test (NDT) lainnya dengan varian Lubis, Mawardi, 2003. Pengujian Struktur Beton
komposisi beton, jumlah sampel dan temperatur dengan Metode Hammer Test dan Metode Uji
yang berbeda. Pembebanan (Load Test), Jurnal Teknik Sipil
USU, Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Jika terjadi kerusakan bangunan yang
disebabkan oleh kebakaran sebaiknya tetap Marsad, Hardoyo, et al., 2012. Pedoman Penulisan
dilakukan pengujian laboratorium dengan Proposal, Tugas Akhir (Skripsi) dan Laporan
pengambilan sampel dari bangunan tersebut Kerja Praktek, Fakultas Teknik Universitas
meski sebelumnya telah dilakukan pengujian Malahayati Bandar Lampung, Bandar Lampung.
dengan hammer test.
Silaban, R., S., Analisis Pengaruh Peningkatan
Ucapan Terima Kasih Temperatur (Pasca Bakar) terhadap Kuat Tekan
Beton Normal.
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Fakultas
Teknik Universitas Malahayati dan UPT. Balai Simbolon, D., P., et al., 2010. Pengaruh Lamanya
Pengolahan Mineral-LIPI, Tanjung Bintang, Pembakaran Beton Terhadap Kuat Tekan Beton K-
Lampung Selatan, yang telah memfasilitasi 250 (Umur 28 Hari), Jurnal Teknik Sipil USU,
penelitian ini. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sirait, Koresj B., 2003. Kajian Perilaku Beton


Daftar Pustaka Bertulang Pasca Bakar, Sumatera Utara: Tesis
Program Pasca Sarjana Teknik Sipil.
Ahmad., et al., 2009. Analisis Pengaruh
Temperatur terhadap Kuat Tekan Beton. Jurnal Sulendra, I Ketut, et al., 2010. Analisis Material
Teknik Sipil Vol. 18 No. 2, Universitas Negeri Beton Bertulang Pasca Kebakaran dan Metode
Makassar, Makassar. Perbaikan Elemen Strukturnya, Jurnal Media
Komunikasi Teknik Sipil (MKTS) Tahun 16, Nomor
Arwanto, R., 2006. Respon Kuat Tekan Hammer 1, PEBRUARI 2008, Universitas Diponegoro,
Test dengan Compression Test pada Beton Normal Semarang.
dan Beton Pasca Bakar, Media Komunikasi Teknik
Sipil (MKTS) volume 14, No. 1, Edisi XXXIV
Februari 2006, Universitas Diponegoro,
Semarang.

42
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

Anda mungkin juga menyukai