Disusun Oleh:
Kelompok 8
1
I. KONSEP DASAR MEDIS
2
ukuran itu kira-kira seperempat dari carsinoma mammae telah
bermetastasis. Carsinoma mamae bermetastase dengan penyebran
langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan
aliran darah (Anoname 2, 2002)
D. Pathways
E. Manifestasi klinik
3
Tanda dan gejala kanker payudara pada stadium awal biasanya
massa tunggal, massa teraba keras dan padat, dapat digerakan atau
terfiksasi pada kulit atau jaringan yang berada dibawahnya, tidak
memiliki batasan yang jelas atau tidak teratur. Tanda lanjutan
lainnya berupa adanya rabas pada puting atau terjadi retraksi pada
puting, edema atau cekungan pada kulit, payudara tidak simetris, dan
pembesaran nodus limfe aksila. Pasien yang menderita Carsinoma
mamme biasanya ada yang merasakan nyeri dan ada yang tidak
merasakan nyeri, dan berat badan menurun menunjukan adanya
metastase (Nurarif, 2015).
F. Pemeriksaan penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan : (Nurarif,
2015)
a. Scan (misalnya, MRI, CT). Dilakukan untuk diagnostik,
identifikasi metastatik dan evaluasi.
b. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.
c. Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun
sebelum kanker dapat dipalpasi.
d. Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast
Cancer Susceptibility Gene).
e. USG (ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.
f. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia
darah.
G. Penatalaksanaan Medis
Penangan pada pasien kanker payudara meliputi:
1. Mastektomi
Mastektomi adalah pmbedahan yang dilakukan untuk
mengangkat payudara.
2. Radioterapi
Radiotrapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang
bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara
4
setelah operasi. Tindakan ini mempunyai efek kurang baik
seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna
kulit di sekitar payudaar menghitam, serta Hb dan leukosit
cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini
biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau
mastektomi (Putra, 2015).
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti
kanker dalam bentuk pil, kapsul atau melalui infus yang
bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai
target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok
karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat
kemoterapi (Putra, 2015).
4. Terapi Hormonal
Terapi ini biasa disebut trapi anti-estrogen yang sistem kerjannya
memblok kemampuan estrogen dalam menstimulus
perkembangan kanker payudara (Putra, 2015).
5. Lintas metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas
osteoklas dan resorbsi tulang yang sering digunakan untuk
melawan osteoporosis yang diinduksi oleh ovarian suppression,
hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang, menunjukan
evektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker payudara
menuju tulang. Penggunaan asam bifosfonat dalam jangka
panjang dapat menimbulkan efek samping seperti osteonekrosis
dan turunnya fungsi ginjal (Nurarif, 2015).
5
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Didahului dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap.
Keluhan utama dapat berupa masa tumor dipayudara, rasa sakit,
cairan pada puting susu, kemerahan, atau keluhan berupa
pembesaran getah bening atau tanda metastasis jauh (Reksoprodjo
dkk, 2010).
2. Pemeriksaan fisik
Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara
lain estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan
payudara dilakukan disaat pengaruh hormonal itu seminimal
mungkin yaitu setelah menstruasi lebih kurang satu minggu dari
hari pertama menstruasi. Pemeriksaan fisik yang baik dan teliti,
ketepatan pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup
tinggi (Reksoprodjo dkk, 2010).
Menurut Knight (2001), cara yang digunakan untuk melakukan
diagnosis lebih dini dan awal yaitu dengan cara pemeriksaan
payudara sendiri secara teratur setiap habis haid harus dilakukan
oleh semua wanita yang berusia lebih dari 30 tahun.
3. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk dilakukan diagnostik,
yang umumnya hanya dapat dilakukan di Rumah Sakit besar yaitu:
a. Mammografi
Mammografi ini dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara
palpasi teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan
screening.
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini hanya dapat dibedakan lesi solid dan
kristik. Pemeriksaan lain dapat berupa termografi, xerografi
(Reksoprodjo dkk, 2010).
6
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang biasa terjadi pada klien karsinoma mamae adalah
sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
c. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan (NANDA,
2002)
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan penekanan sel saraf dibuktikan
dengan tidak mampu menuntaskan tidak mampu menuntaskan
aktivitas
Tujuan Perawatan : Setelah dilakukan yaitutindakan
keperawatanwaktu 3x24 jam makadiharapkan kontrol nyeri
meningkat
Kriteria hasi : melaporkan nyeri terkontrol meningkat, dukungan
orang terdekat meningkat, kemampuan menggunakan teknik
non-farmakologis meningkat, keluhan nyeri menurun.
Intervensi Keperawatan :
Manajemen Nyeri
Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperkuat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
Terapeutik
a. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
c. Fasilitas istirahat dan tidur
7
d. Pertimbangkan yaitu jenis dan juga sumber nyeri didalam
pemilihan strategi dalam meredakan nyeri
Edukasi
a. Jelaskan tanda penyebab, periode, juga dan pemicu pada
nyeri
b. Jelaskan pada strategi meredakan pada nyeri
c. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhtubungan dengan disfungsi
sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder, atau
fraktur baru.
Tujuan Perawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik.
Kriteria Hasil : Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik; klien
mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri.
Intervensi Keperawatan :
Pencegahan infeksi
Observasi
a. Monitor tanda dan gejala dari infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
a. Berikan perawatan kulit pada area edema
b. Pertahankan teknik aspektik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan juga gejala pada infeksi
b. Ajarka memeriksa kondisi luka atau luka operasi
c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
8
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, P., dkk. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Hand Massage Terhadap
Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara di Yayasan Kanker Indonesia
Surabaya. Journal Ilmiah Kesehatan Volume 9 nomor 2, (221-226)
Auran, K., P., isfandiarti, M., A. (2015). Hubungan Dukungan Sosial
Terhadap Pengobatan Kanker Payudara Di Yayasan Kanker
Wisnuwardhana. Journal Promkes Volume 3 Nomor 2, (218-228)
Dyanna, Lenny. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap
Mekanisme Koping Pasien Post Op Operasi Mastektomi. Journal
Keperawatan volume 2 nomor 1.
Hananta. (2014). Gangguan Tidur Pada Pasien Kanker Payudar di Rumah
Sakit Dharmais Jakarta. Journal Dharmais Volume 13 Nomor 2,
(84-94)
Indotang, Farach, E., F. (2015). Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Mekanisme Koping Pada Pasien Ca Mamae. Journal
Keperawatan Volume 2 Nomor 4.
Noorhidayah. (2015). Faktor – faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Penyakit Kanker Payudara Pada Pasien Yang Dirawat di Ruang
Kemotrapi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Journal Citra Keperawatan Volume 3 Nomor 1, (45-56)
Priyatin, C., Ulfiana, E., Sumarni, S. (2013). Faktor Risiko yang
Berpengaruh Terhadap Kejadian Kanker Payudara di RSUP Kasiadi
Semarang. Journal Kebidanan Volume 2 Nomor 2, (2089-7669)
Puspita, Rika., T. (2017). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Citra Tubuh
Pasien Kanker Payudara Post Op Mastektomi. Journal Ners
Indonesia Volume 8 Nomor 1
Putra., S., R. (2015). Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta:Laksana.
9
ANALISIS JURNAL METODE VIA
Disusun Oleh:
Kelompok 8
10
ANALISIS JURNAL
11
kanker payudara di Rumah Singgah Kanker Rumah Teduh Dahabat
Iin Kota Bandung dengan nilai signifikansi 0,024 < 0,05. Nilai
koefisiensi +0,393 yang menunjukkan terdapat hubungan yang
positif. Saran kepada pengelola diharapkanuntuk merencanakan
program yang berkaitan dengan dukungan keluarga ataupun kualitas
hidup penderita kanker payudara.
Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Kanker Payudara, Kualitas Hidup
12
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Suku,
Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, Penghasilan, Stadium, dan
Jenis Terapi
Dari total 33 responden, sebagian besar responden (42,4%)
berusia antara 41-50 tahun, sebagian responden berasal dari suku
jawa (51,5%), hampir seluruh respon memiliki status pernikahan
menikah (84,4%) hampir seluruh responden memiliki latar
belakang pendidikan terakhir SD (Sekolah Dasar) (90,9%),
hampir seluruh responden sehari-hari sebagai ibu rumah tangga
(87,9%), sebagian besar penghasilan responden <UMR (63,6%),
dan sebagian responden sudah didiagnosa stadium 3 (57,6%),
sebagian responden datang ke Rumah Singgah Kanker Rumah
Teduh Sahabat Iin Kota Bandung akan melakukan kemoterapi
(45,5%).
2. Analisa Univariat Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga penderita kanker payudara di Rumah
Singgah Kanker Rumah Teduh Sahabat Iin Bandung ditunjukan
pada tabel 2 yang dimana dari 33 responden dapat diketahui
bahwa hasil dari penelitian dukungan keluarga penderita kanker
payudara di Rumah Singgah Kanker Rumah Teduh Sahabat Iin
Kota Bandung yaitu 21 orang responden (63,6%) dukungan
keluarga cukup, 2 responden (6,1%) dukungan keluarga rendah,
dan 10 orang responden (30,0%) dukungan keluarga tinggi.
3. Analisa Univariat Kualitas Hidup
Kualitas hidup penderita kanker payudara di Rumah Singgah
Kanker Rumah Teduh Sahabat Iin Bandung ditunjukan pada
tabel 3 yang dimana hampir seluruh responden yaitu 30
responden (90,9%) memiliki kualitas hidup yang baik, dan
sisanya 3 responden (9,1%) memiliki kualitas hidup yang cukup.
4. Analisa Bivariat Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kualitas Hidup Penderita Kanker Payudara
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang
13
signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup
penderita kanker payudara yang ditunjukan pada tabel 4 bahwa
responden yang memiliki dukungan keluarga yang tinggi dan
kualitas hidup yang baik ada 10 responden, dukungan keluarga
sedang dengan kualitas hidup baik ada 19 orang, dukungan
keluarga sedang, dengan kualitas hidup cukup 1 orang, dukungan
keluarga rendah, dengan kualitas hidup yang cukup 3 orang dan
nilai signifikasi antara dukungan keluarga dan kualitas hidup
penderita kanker payudara 0,024 < 0,05.
D. Applicability (Pembahasan)
1. Dukungan Keluarga Penderita Kanker Payudara
Berdasarkan karakteristik responden dukungan keluarga yang
rendah dimungkinkan karena 2 responden dengan dukungan
keluarga rendah seluruhnya berusia ≤ 30 tahun yang menurut
teori Friedman (2010) pada usia tersebut biasanya termasuk
kedalam tahap perkembangan keluarga ke IV atau ke V yang
salah satu tugas perkembangannya adalah mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan tidak dapat terpenuhi
karena responden sedang dalam keadaan sakit.
Kurangnya dukungan dari keluarga, teman-teman, dan orang
lain akan dapat memunculkan depresi pada pasien kanker
payudara (Maeda dalam nurpeni, 2014). Jadi peneliti
menyimpulkan jika dukungan keluarga rendah akan berdampak
kepada kualitas hidupnya, karena salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup adalah faktor depresi.
2. Kualitas Hidup Penderita Kanker
Kualitas hidup yang baik sangat diperlukan agar seseorang
mampu mendapatkan status kesehatan yang baik dan
mempertahankan fungsi dan kemampuan fisik seoptimal
mungkin dan selama mungkin, seseorang yang memiliki kualitas
hidup yang tinggi maka ia akan memiliki keinginan kuat untuk
sembuh dan dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
14
Sebaliknya, ketika kualitas hidup menurun maka keinginan
untuk sembuh juga menurun (Sasmita, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Singgah Kanker
Rumah Teduh Sahabat Iin Kota Bandung didapatkan data bahwa
hampir seluruh responden yaitu 30 responden (90,9%) memiliki
kualitas hidup yang baik, dan sisanya 3 responden (9,1%)
memiliki kualitas hidup yang cukup. Berdasarkan data demografi
kualitas hidup baik dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi yaitu
status pernikahan, yang dimana dari 30 responden dengan
kualitas hidup baik, 27 responden (90%) diantaranya memiliki
status pernikahan menikah.
3. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup
Penderita Kanker Payudara di Rumah Singgah Kanker
Rumah Teduh Kota Bandung
Kualitas hidup penderita kanker payudara dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah dukungan
keluarga. Tinggi rendahnya dukungan keluarga akan
mempengaruhi kualitas hidup penderita kanker payudara.
Semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin baik kualitas
hidupnya, sebaliknya, semakin rendah dukungan keluarga, maka
kualitas hidupnya juga akan menurun (Friedmann, 2010).
Berdasarkan hasil analisis uji rank spearmen, didapatkan
hasil bahwa responden yang memiliki dukungan keluarga yang
tinggi dan kualitas hidup yang baik ada 10 responden, dukungan
keluarga sedang dengan kualitas hidup baik ada 19 orang,
dukungan keluarga sedang, dengan kualitas hidup cukup 1 orang,
dukungan keluarga rendah, dengan kualitas hidup yang cukup 3
orang menunjukan bahwa adanya hubungan dukungan keluarga
dengan kualitas hidup penderita kanker payudara di rumah
singgah kanker Rumah Teduh Sahabat iin Kota Bandung dengan
tingkat hubungan yang rendah (p value 0,024 < 0,05).
15
LAPORAN KASUS
Disusun Oleh:
Kelompok 8
16
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. E Suami / Istri / Orang
tua : Umur : 54 tahun Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Perempan Pekerjaan : Penjual Angkringan
Agama : Islam Alamat : Suryodiningrat MJ II
Suku / Bangsa : Jawa
Bahasa : Indonesia Penanggung
jawab : Pendidikan : SPG Nama
: Tn. M
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Suryodiningrat MJ II
Status : Kawin
Alamat : Suryodiningrat MJ II/897
B. KELUHAN UTAMA
Pasien merasa nyeri karena ada benjolan di payudara kirinya.
17
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Dulu di payudara kanan pernah ada benjolan diobati di pengobatan
alternative dan akhirnya benjolan di payudara kanan hilang. Kemudian
muncul di payudara kiri, setelah 3 tahun menjalani pengobatan alternative
benjolan di payudara kiri tidak sembuh dan malah ada luka.
18
Genogram :
Lingkungan rumah pasien baik. Lingkungan di kamar perawatan pasien bersih, tidak ada ceceran
makanan, seprei rapi dan bersih, dan tidak ada semut.
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan / penampilan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Menthis, agak gelisah G C S : E:4 M:6 V:4
BB sebelum sakit : tidak terkaji TB : 152 cm
BB saat ini : 66 kg BB ideal: tidak terkaji
Tanda– tanda Vital :
TD : 130/80 mmHg Suhu : 37 0C
N : 84 x/mnt RR : 20 x/mnt
2. Kepala
Bentuk mesocephal, bentuk simetis,rambut dan kulit kepala bersih. Mata ishokor, simetris, visus
normal. Telinga simetris dan bersih.
20
3. Leher
Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
4. Thorax (dada)
Inspeksi : bentuk dada tidak simetris karena ada pembengkakan benjolan dan ulkus di payudara
kiri, tampak kemerahan, dan kulit payudara mengkerut seperti kulit jeruk.
Auskultasi : vesikuler
Perkusi : sonor
Palpasi : teraba benjolan yang mengeras dan terasa nyeri serta terdapat pembengkakan di
payudara kiri.
Jantung : irama jantung reguler, S1/S2 Tunggal
5. Abdomen
Inspeksi : warna kulit sawo matang, simetris, tidak ada kemerahan dan kekuningna, tidak ada
bekas luka.
Auskultasi : bising usus 20x/menit
Perkusi : terdengar redup, tidak ada hepatomegaly.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
6. Tulang belakang
Tidak ada nyeri punggung, tidak ada skoliosis dan lordosis.
7. Ekstrimitas
Atas : mampu menggerakkan tangan secara mandiri,
hanya lengan kiri terasa agak nyeri, tidak ada benjolan
dan terpasang infus RL di lengan kanan, tidak ada kelainan
bentuk dan fungsi.
Bawah : mampu menggerakkan kaki secara mandiri
dan tidak ada benjolan
8. Integumen
Kemampuan pergerakan sendi normal
9. Genetalia dan anus
Tidak pernah BAB darah dan tidak ada benjolan di anus, genetalia bersih, tidak keluar sekret yang
berlebihan
10. Pemeriksaan neurologis
GCS 4,5,6
21
J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium Ny.E di Ruang Bougenville Rumah Sakit JogjaTanggal 02 Juli 2018
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Normal
Pemeriksaan
29 – 06- 2018 Leukosit Eritrosit 10,1 4,4-11,3
Haemoglobin 4,24 4,1-5,1
Trombosit 5,1 12,3-15,3
Masa perdarahan Masa
356 350-470
Penjendalan GDS 2’9” <6 menit
SGOT 7’48” <12 menit
SGPT 174 70-140
Ureum Creatinin 28 <31
HbsAg 21 <32
Haemoglobin 37 10-50
1,1 <1,2
Negatif
02-07-2018 11,2 12,3-15,3
2. Hasil Pemeriksaan Radiologi Pasien Ny.E di Ruang Bougenville Rumah Sakit Jogja Tanggal 28-
06-2018
Hari/ Tanggal Jenis Pemeriksaan Kesan /
Interpretasi
28-06-2018 Rontgen thorax Cor n pulmo dbn
K. TERAPI
Pemberian Terapi Pasien Ny.E di Ruang Bougenville Rumah Sakit JogjaTanggal 02/07/2018
Hari Obat
/ Dosis dan Satuan Rute
Tanggal
01-07 Injeksi Cefim 1 gram IV jam 07.00 IV
02-07 Injeksi Cefim 1gr/12 jam Injeksi1 gram IV IV
Ketorolac 1A/12 jam Injeksi30 mg
Asam Tranexamat 500 mg
1A/8 jam
ANALISA DATA
- R : Payudara kiri
- S : skala nyeri 4
23
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
SESUAI PRIORITAS
24
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
25
kirinya dengan pasien dapat teratasi mengungkapkan perasaannya perkembangan pasien
selimut dengan Kriteria Hasil : 4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi 4. Memberikan support ke pasien
a. Pasien tidak malu tindakan-tindakan yang akan
terhadap perubahan meningkatkan penampilan
tampilan fisik 5. Dorong keluarga untuk memberikan 5. Dukungan keluarga sangat
b. Pasien dapat dukungan dan selalu mendampingi dibutuhkan pasien
menerima keadaan pasien
fisiknya setelah
tindakan operasi
26
IMPLEMENTASI
2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari nyeri
3. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis
(relaksasi)
4. Memonitor tanda-tanda
vital pasien
Nyeri akut 28-30 1. Melakukan pengkajian
Juni 2018 nyeri secara
komprehensif, meliputi
lokasi, kualitas,
intensitas nyeri, onset
nyeri.
2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari nyeri
3. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis
(relaksasi)
4. Memonitor tanda-tanda
vital pasien
27
Gangguan Citra 28 Juni 1. Mengkaji secara verbal
Tubuh 2018 dan nonverbal respon
14.0 IB pasien terhadap
perubahan tubuhnya
2. Memberikan informasi
tentang pengobatan,
perawatan, kemajuan
dan prognosis
3. Memotivasi pasien
untuk mengungkapkan
perasaannya
5. Mendorong keluarga
untuk memberikan
dukungan dan selalu
mendampingi pasien
Gangguan Citra 28-30 1. Mengkaji secara verbal
Tubuh Juni 2018 dan nonverbal respon
pasien terhadap
perubahan tubuhnya
2. Memberikan informasi
tentang pengobatan,
perawatan, kemajuan
dan prognosis
3. Memotivasi pasien
untuk mengungkapkan
28
perasaannya
4. Membantu pasien
untuk mengidentifikasi
tindakan-tindakan yang
akan meningkatkan
penampilan
5. Mendorong keluarga
untuk memberikan
dukungan dan selalu
mendampingi pasien
29
EVALUASI
30
WIB selalu menunggu pasien
O : Klien mulai bisa melihat
kenyataan dan mulai mau
menyentuh bagian dada kiri
A : masalah gangguan citra
tubuh teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-4
31 Juni Nyeri akut S : Pasien mengatakan
2018 sudah bisa menerima
16.00 payudaranya yang hanya 1
WIB buah saja dan tidak merasa
malu lagi dengan bentuk
tubuhnya
O:
- Pasien menggunakan
kaos longar dan hijab
agar área dada tertutup
- Suami pasien selalu
mendampingi pasien
31
ANALISIS KASUS
Dari kasus diatas tidak terkaji Upaya yang telah dilakukan dan terapi
yang telah diberikan waktu pasien tiba di UGD rumah sakit. Tidak terkaji
juga status mental psikologis pasien. Di dalam pemeriksaan fisik, tidak
terkaji berat badan sebelum sakit dan juga berat badan ideal dari pasien
tersebut. Di dalam terapi obat seharusnya obat injeksi cefim dan obat injeksi
asam traneksamat tidak perlu dimasukkan karena pasien tidak mengalami
infeksi pasca operasi kanker payudara dan juga pendarahan pasca operasi
kanker payudara. Seharusnya obat injeksi cefim dan obat injeksi asam
traneksamat lebih tepat diberikan dan dimasukkan kedalam daftar terapi
obat jika pasien mengalami infeksi dan pendarahan pasca operasi.
32
ANALISIS VIDEO
Disusun Oleh:
Kelompok 8
33
ANALISIS VIDEO
34
Kemduian juga faktor lingkungan. Kemduian faktor hormonal. Kemudian
untuk pengguna alat kontrasepsi pil KB.
Pencegahan untuk Kanker Payudara yang pertama yaitu SADARI
(periksa payudara sendiri), jadi kalian harus mengetahui kondisi payudara
normal sendiri. Kemudian yang kedua yaitu SADAMIS (periksa payudara
klinis) yang akan dibantu oleh tenaga medis. Kemudian yang ketiga yaitu
ubah gaya pola hidup yang sehat.
Untuk pengobatan Kanker Payudara apa saja? Yang pertama yaitu
operasi, bisa operasi menyeluruh maupun sebagian. Selain itu pengobatan
yang lain bisa radiasi, kemoterapi, hormonal dan terapi target.
.
35
Lampiran Jurnal
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
LAPORAN KEGIATAN KELOMPOK
76