Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bella Intan Feronica

Nim : 01021181924193

Mata Kuliah : Ekonomi Internasional (B)

Dosen Pengampu : Drs. Harunurrasyid, M.Com

Mardalena, S.E, M.Si

Deassy Apriani, S.E, M.Si

STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR

Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditas di Indonesia kepada negara lain, dengan
mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komoditi dengan memakai
bahasa asing (Amir M. S,2004).

Kaidah atau ketentuan hukum yang berdasarkan Undang-Undang kembali kepada Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 13 tahun 2012, tentang Ketentuan Umum bidang Ekspor,
dijelaskan bahwa Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Juli sebesar US$ 13,73 miliar.
Nilai ekspor ini naik 14,33% dibanding bulan sebelumnya atau Juni 2020. Namun turun
dibandingkan year on year (yoy).Secara tahunan ekspor Indonesia turun dari US$ 15,24 miliar
jadi US$ 13,73 miliar (Aug 2020).

Kebijakan Belanja Yang Lebih Baik

Pemerintah berusaha meningkatkan kualitas belanja agar efektif dan efisien untuk mendukung
program prioritas pembangunan. Langkah-langkah yang ditempuh adalah tidak hanya shifting
dari belanja yang konsumtif ke belanja yang produktif tetapi juga penghematan belanja barang,
penguatan belanja modal, reformasi belanja pegawai, sinergi belanja bantuan sosial (bansos) dan
subsidi perlindungan sosial dan peningkatan kualitas desentralisasi fiskal.
Pembiayaan Kreatif

Pemerintah berusaha tidak bergantung pada instrumen pembiayaan tertentu untuk membiayai
defisit. Beberapa diantaranya adalah memberdayakan peran swasta dalam pembangunan melalui
Kerjasama Pemerintah (KPBU), mendorong penerbitan instrumen pembiayaan kreatif lainnya
yang terkait isu Sustainable Development Goals (SDGs)seperti Green Bond, dan Green Sukuk.

Memperluas Pasar Ekspor Ke Pasar Non-Tradisional

Indonesia tampak kesulitan dalam melakukan head to head dengan negara yang secara umum
mampu mengungguli nilai ekspor seperti negara tradisional di kawasan Asia seperti Tiongkok,
Jepang, Korea Selatan.

Terlebih lagi, ekspor ke negara seperti Tiongkok justru merangsang keunggulan kompetitif
produk manufaktur bagi mereka akibat dari kebanyakan ekspor Indonesia ke Tiongkok adalah
natural intensive products (komoditi tanpa nilai tambah),

Alternatif lain yang dapat dilakukan agar secara nilai tidak terlalu jomplang, yakni dengan
gencar melakukan transaksi ke Negara Non-tradisional.

Menggiatkan Ekspor Jasa

Ekspor jasa bisa menjadi senjata dan bukan sekadar alternatif saja untuk meningkatkan nilai
perdagangan. Salah satunya adalah sistem Franchise atau membuka gerai/outlet tertentu di luar
negeri. Tidak harus sistem Franchise, namun pada intinya adalah membuka usaha di luar negeri
yang sebelumnya sudah terbukti menghasilkan profit di Indonesia dan atau memiliki manajemen
usaha yang sudah sangat baik.

Membuka cabang di luar negeri akan mendorong pertumbuhan bisnis dengan cepat. Selain itu,
Pemilik usaha langsung atau franchisor dituntut untuk meningkatkan semua aspek bisnis untuk
memenuhi standar di negara tujuan.

Mengikuti Program Misi Dagang dan Pameran

Indonesia melalui Kementerian Perdagangan memiliki program Misi Dagang ke berbagai Negara
Tujuan Ekspor (NTE) Potensial, saat misi dagang ke negara tertentu yang tugas Pemerintah
adalah mempertemukan pengusaha Indonesia dengan pengusaha di negara tempat kegiatan
berlangsung sesuai dengan produk yang dimiliki oleh eksportir dan produk yang dicari importir.

Untuk kegiatan Pameran dagang atau Expo biasanya salah satu rangkaian terdapat pula business
matching yang mempertemukan antara pembeli dan penjual dalam satu ruangan khusus dan
waktu yang telah ditentukan penyelenggara.

Refocusing Produk Dari Bahan Mentah Ke Produk Olahan Setengah Jadi Dan Produk
Jadi.

Mayoritas produk Indonesia adalah komoditas seperti CPO, karet, batu bara, coklat, dan
sebagainya serta masih terkonsentrasi di negara tujuan ekspor tradisional seperti Amerika
Serikat, Tiongkok, Eropa, dan lainnya. Kelemahannya adalah industri manufaktur sebagai lini
yang mampu memberi nilai tambah terhadap suatu produk, belum cukup kuat, hal ini terindikasi
dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Sebaran Industri belum merata di daerah.


b. Produksi domestik belum mampu memenuhi kebutuhan atau permintaan bahan baku
domestik.
c. Kandungan impor yang tinggi pada produk manufaktur menyebabkan kinerja ekspor non-
migas menjadi fluktuatif.
d. Kandungan impor yang tinggi menyulitkan perencanaan dan pengendalian biaya produksi
untuk mewujudkan perusahaan yang efisien serta produktif.

Mengoptimalkan Free Trade Agreement (Perjanjian Perdagangan Bebas)

FTA merupakan suatu perjanjian perdagangan bebas yang dilakukan antara suatu negara dengan
negara lainnya. Umumnya benefit dari FTA untuk pelakunya adalah soal tarif bea masuk yang
bisa didapat hingga nol persen untuk produk yang disepakati dalam perjanjian perdagangan
internasional (PPI).

Pelaku usaha atau eksportir dapat memanfaatkan FTA yaitu dengan :

a. Menggunakan formulir Surat Keterangan Asal (SKA) tertentu dalam kegiatan


ekspor/impor.
b. Mengikuti ketentuan SKA.
Setiap FTA Center memiliki tenaga ahli dalam perdagangan internasional, akses pembiayaan dan
prosedur ekspor, serta strategi pemas Pelayanan tidak dipungut biaya.

Memanfaatkan E-Commerce Plaform untuk Ekspor

Dengan tren e-commerce yang semakin menguasai perdagangan dunia dan Indonesia, ini
berdampak juga pada produk buatan Indonesia, yang dapat beredar di pasar luar negeri tanpa
harus membuka gerai. Hal ini tentunya harus dimanfaatkan Indonesia.

Ekspansi ritel modern asal Indonesia di luar negeri memang bisa membantu meningkatkan
ekspor dan semakin mengenalkan merek-merek produk Indonesia di pasar internasional. Strategi
ini juga dilakukan oleh ritel asing yang kian banyak masuk Indonesia. Potensi kuliner Indonesia
juga bisa dikembangkan dengan cara membuka lebih banyak restoran Indonesia di luar negeri
dan juga menjual barang via E-commerce contoh salah satu produk yang sedang ramai di
bicarakan adalah sambal cumi asin kemasan. Diplomasi kuliner ini dilakukan oleh hampir semua
negara eksportir seperti Jepang, China, Korea Selatan, dan Thailand, yang mana restorannya
tersebar di banyak negara.

Anda mungkin juga menyukai