Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

“LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM”

DOSEN PENGAMPU
ERNI JUNIARTARTI,S.ST,M,Tr.Keb

DISUSUN OLEH :
RESTU
191101058

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI D-III TK 2B KEPERAWATAN
2020/2021
A. Definisi
Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Maka beberapa jam
sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah melahirkan,
setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi, 2012).
Perubahan fisiologi yang terjadi pada ibu post partum ibu mengalami perubahan sistem
reproduksi dimana ibu mengalami proses pengerutan pada uterus setelah plasenta lahir
akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Perubahan adaptasi psikologis adanya rasa
ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan. Hal ini akan berdampak
kepada ibu yang berada dalam masa nifa menjadi sensitif (Kirana, 2015).
Dalam bahasa latin puerperium yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali kedalam normal
sebelum hamil. Jadi, post partum atau masa nifas atau puerperium adalah masa pulih
kembali mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil dan dimulai setelah 2 jam melahirkan plasenta dan 6 minggu setelahnya.
(Bobak,2010).
B. Masalah dalam Post Partum
1) Masalah Traktus Urinarius
Pada 24 jam pertama pasca persalinan, pasien umumnya menderitakeluhan miksi
akibat defresi pada refleks aktivitas detrusor yangdisebabkan oleh tekanan dasar
vesika urinaria saat persalinan, keluhan inibertambah berat oleh karena adanya fase
dieresis pasca persalinan, bilaperlu retensio urine dapat diatasi dengan melakukan
kateterisasi.
Rortveit,dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien
dengan persalinan pervagina sekitar 70% lebih tinggi dibandingkansection Caesar.
10% pasien pasca persalinan menderita inkkontinensia (biasanya stress
inkontinensia) yang kadang–kadang menetap sampaibeberapa minggu pasca
persalinan. Untuk mempercepat penyembuhankeadaan ini dapat dilakukan latihan
otot dasar panggul (Serri, 2009).
2) Nyeri punggung
Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga kehamilan danmenetap
setelah persalinan pada anak masa nifas. kejadian ini terjadi pada 25% wanita
dalam masa post partum namun keluhan ini dirasakan oleh 50% dari mereka sejak
sebelum kehamilan. Keluhan ini menjadi semakinhebat bila mereka harus merawat
anaknya sendiri (Serri, 2009).
3) Anemia
Resiko anemia ini dapat terjadi bila ibu mengalami poendarahan yang
banyak,apalagi bila sudah sejak masa kehamilan ada riwayat kekurangan darah. Di
masa nifas, anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini karena darah
tidak cukup memberikan oksigen kedalam rahim. Ibu yang mengidap anemia
dengan kondisi membahayakan, apalagi mengalami perdarahan post partum, maka
segera haris diberi transfusi darah. Jika kondisinya tidak berbahaya maka cukup
ditolong dengan pemberian obat–obatan penambah darah yang mengandung zat
besi (Serri,2009).
4) Masalah Psikologi: defresi masa nifas
Depresi yang terjadi pada masa nifas biasanya dapat dilihat di minggu–minggu
pertama setelah melahirkan, dimana kadar hormone masih tinggi. Gejalanya adalah
gelisah, sedih, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas. Tingkatannya pun
bermacam–macam, mulai dari neurologis, atau gelisah saja yang disertai kelainan
tingkah laku. Situasi depresi ini akan sembuh bila ibu bisa beradaptasi dengan
situaasi yang nyatanya. Defresi masa nifas seharusnya dikenali oleh suami dan juga
keluarga. Gejalanya sama dengan depresi prahaid. Hal ini dikarenanakan pengaruh
perubahan hormonal, adanya proses involusi, dan ibu kurang tidur serta lelah
karena mengurus bayi, dan sebagainya. Depresi juga bisa timbul jika ibu dan
keluarganya mengalami konflik rumah tangga, anak yang lahir tak diharapkan,
keadaan sosial ekonominya lemah, atau trauma karenamengalami cacat Keberadaan
bayi tidak jarang justru menimbulkan “stress” bagi beberapa ibu yang baru
melahirkan. Ibu merasa bertanggung jawab untuk merawat bayi, melanjutkan
mengurus suami, setiap malam merasa terganggu dan sering merasakan adanya
ketidak mampuan dalam mengatasi semua beban tersebut (Serri, 2009).
C. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di samping involusi
terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsetrasi dan timbilnya laktasi
yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon dari kelenjar hipofisis
terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti
corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan
nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira
setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan
selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia
yang merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri, partus lama, partus tidak
maju, pre-eklamsia, distorsia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan
juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di sekitar daerah
insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi
akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi yang bila tidak dirawat dengan baik
akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
D. Fisiologi Post Partum
1) Perubahan Fisik pada Post Partum
Pada masa nifas dapat dijumpai tiga kejadian penting, yaitu: involusi uterus, lochea,
dan laktasi.
a. Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang
membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan
demikian terhindari dari perdarahan post partum. Pada involusi uteri, jaringan ikat
dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil
sehingga  pada akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.
Proses proteolitik adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine.
Dengan penimbunan air saat hamil akan terjadi pengeluaran urine setelah
persalinan, sehingga hasil pemecahan protein dapat dikeluarkan.
PROSES INVOLUSI UTERI
Involusi Tinggi Fundus Berat uterus
1 2 3
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari (1 Minggu) Pertengahan pusat simfisis 500 gram
14 hari (2 Minggu) Tak teraba 350 gram
42 hari (6 Minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari (8 Minggu) Normal 20 gram
(Manuaba, 1999).
b. Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi
plasenta (Manuaba, 1998).
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna sebagai berikut:
 Lochea rubra (kruenta): 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel
desidua, vernik kaseosa, rambut Lanugo, sisa mekonium, sisa darah.
 Lochea sanguinolenta: 3 sampai 7 hari, berwarna putih bercampur darah.
 Lochea serosa: 7 sampai 14 hari, berwarna kekuningan.
 Lochea alba: Setelah hari ke-14, berwarna putih.
 Lochea purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
c. Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah terjadi sejak dari kehamilan yaitu
proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah
keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrums berwarna
kuning putih susu, hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana
vena berdilatasi sehingga tampak jelas. Setelah persalinan pengaruh sekresi
estrogen dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH)
atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Pengaruh oksitosin menyebabkan
mioefitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Pada hari pertama
sampai hari ketiga setelah bayi lahir disebut kolostrum warna kekuningan dan agak
kental. Kolostrum kaya akan protein immunoglobulin yang mengandung antibodi
sehingga menambah kekebalan anak terhadap penyakit dan laktoferin, ASI masa
transisi dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh, dan ASI matur
dihasilkan mulai hari kesepuluh.

2) Perubahan Psikososial pada Post Partum


a) Periode Taking In
Pada masa ini ibu pasif dan tergantung, energi difokuskan pada perubahan tubuh,
ibu sering mengulang kembali pengalaman persalinan. Nutrisi tambahan mungkin
diperlukan karena selera makan ibu meningkat. Periode ini berlangsung 1-2 hari
setelah melahirkan.
b) Periode Taking Hold
Pada masa ini ibu menaruh perhatiannya pada kemampuannya untuk menjadi orang
tua yang berhasil dan menerima peningkatan tanggung jawab terhadap bayinya, ibu
berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir. Periode ini berlangsung
2-4 hari setelah melahirkan.
c) Periode Letting Go
Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah, ibu menerima tanggung
jawab untuk merawat bayi baru  lahir, ibu harus beradaptasi terhadap otonomi,
kemandirian dan interaksi sosial.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah (RBC), sel-sel
darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin (Hb).
2. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel endometrium.
3. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam urine seperti
streptokokus.

F. Penatalaksanaan Medis
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis: Kadar Urin
2. Terapi
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia\
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi
G. Konsep Pengkajian Post Partum
1. Pengkajian
a) Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama, pekerjaan
suami, pendidikan terakhir suami, dan alamat
b) Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat penyakit
sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah, lamanya, keteraturan,
dan apakah mengalami dismenorhea), riwayat perkawinan, riwayat kehamilan
dan persalinan yang lalu, riwayat kehamilan sekarang (ANC).
c) Riwayat persalinan sekarang meliputi:
a. Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
b. Tanggal/jam persalinan
c. Jenis kelamin bayi
d. Jumlah perdarahan
e. Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi
f. Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah
d) Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah mengalami operasi
atau tidak
e) Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
f) Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau menular dari
keluarga
g) Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat. Kebersihan
h) Riwayat psikososial
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode
yaitu sebagai berikut:
1. Periode Taking In
 Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
 Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
 Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala
sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
 Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
 Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan
secara berulang-ulang
 Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala. 
 Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan
kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan.
2. Periode Taking Hold
 Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
 Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi
 Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena
itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
 Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya
 Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk
mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang
perawatan bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
 Berlangsung 10 hari setelah melahirkan. 
 Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
 Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya
 Keinginan untuk merawat bayi meningkat
 Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues
i) Pemeriksaan Fisik meliputi:
a. Status Obstetri
b. TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan
c. Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
d. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.
e. Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung.
f. Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising usus.
g. Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang infus IVFD
atau tidak, akral dingin.
h. Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.
i. Obat-obatan yang dikonsumsi
j. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB.
2. Diagnosa yang Mungkin Muncul
a. Aktual
 Nyeri akut berhubungan dengan bekas luka post op sc atau robekan jalan
lahir
 Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada kandung
kemih
 Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi,
penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
b. Resiko
 Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap
bakteri pembedahan
3. Intervensi
a) Nyeri berhubungan dengan bekas luka
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri hilang,
berkurang.
Kriteria hasil:
 Klien mengungkapkan nyeri berkurang
 Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik, skala nyeri 1. untuk mengetahui skala nyeri
2. Motivasi untuk mobilisasi dan memberikan tindakan
sesuai indikasi selanjutnya
3. Anjurkan penggunaaan teknik 2. memperlancar pengeluaran
relaksasi. lochea, mempercepat involusi
4. Kolaborasi pemberian dan mengurangi nyeri secara
analgetik bertahap.
3. Untuk mengatur rasa nyeri luka
post op
4. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer

b) Gangguan eliminasi urine


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,  ibu tidak
mengalami gangguan eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak
merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat cairan masuk 1. Mengetahui balance cairan pasien
dan keluar tiap 24 jam sehingga diintervensi dengan
2. Anjurkan berkemih 6-8 jam tepat.
post partum 2. Melatih otot-otot perkemihan.
3. Berikan teknik merangsang 3. Agar kencing yang tidak dapat
berkemih keluar, bisa dikeluarkan sehingga
4. Kolaborasi pemasangan tidak ada retensi.
kateter 4. Mengurangi distensi kandung
kemih.

c) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan


kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan ibu dapat memenuhi ADLnya dengan mandiri.
Kriteria hasil:
 Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya
 Kebutuhan ADL terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Bimbing dan demonstrasikan 1. Bimbingan dan demonstrasi yang
pada ibu tentang bagaimana cara benar dapat memberi contoh bagi
melakukan perawatan diri ibu untuk dapat melakukannya
2. Beri bantuan sesuai dengan dengan baik bila telah pulang
kebutuhan (misalnya : perawatan dari rumah sakit
mulut, mandi dan vulva hygiene) 2. Bantuan tindakan dapat
3. Jelaskan kepada ibu tentang membantu ibu dalam memenuhi
pentingnya menjaga kondisi perawatan dirinya yang tidak
tubuh dengan mempertahankan mampu dilakukan secara mandiri
nutrisi dan kebersihan ibu 3. Untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah
terjadinya komplikasi

d) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap


bakteri pembedahan
Tujuan: untuk mencegah terjadinya infeksi yang tidak diharapkan dan dapat
berdampak buruk bagi klien.
Kriteria hasil:
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Menunjukan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasional
1. Bersihkan lingkungan setelah 1. Mencegah terjadi penularan
dipakai pasien lain penyakit dari pasien satu ke
2. Cuci tangan setiap sebelum pasien lainnya
dan sesudah tindakan 2. Dengan cuci tangan dapat
keperawatan memutuskan rantai penularan
3. Menganjurkan ibu menganti penyakit
softek setiap 3-4 jam sekali 3. Menganti softek secara rutin
4. Melakukan rawat luka pada dan sering menjaga daerah
waktunya reproduksi dari kelembaban
5. Ajarkan pasien dan keluarga dimana bakteri dan jamur sering
tanda dan gejala infeksi berkembang biak
4. Rawat luka dapat memp[ercepat
penyembuhan sehingga resiko
infeksi kecil
5. Dengan pasien dan keluarga
mengetahui tanda dan gejala,
mereka akan segera melapor
kepada pelayan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Alden K.R, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan olehMaria A.
Jakarta: EGC.
Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta. EGC
Hutahean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta.
TIM
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan nanda Nic-Noc Eisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta. MediAction
http://anysimplethings.blogspot.co.id/2015/04/laporan-pendahuluan-post-partum-a.html
diakses pada 05-04-2017
https://gexmirah27.wordpress.com/2013/10/08/laporan-pendahuluan-post-partum/
diakses pada 05-04-2017
https://www.scribd.com/doc/135028734/LAPORAN-PENDAHULUAN-POST-
PARTUM-NORMAL-2-docx diakses pada 05-04-2017

Anda mungkin juga menyukai