Abstrak
Media sosial kini menjadi salah satu elemen yang berperan penting dalam kehidupan
masyarakat modern, khususnya bagi Generasi Z. Media yang kerapkali menggantikan interaksi tatap
muka dalam komunikasi ini menjadi sebuah platform interaksi sosial yang mempengaruhi kehidupan
sehari-hari. Munculnya slogan “Sandang, Pangan, Wi-Fi” menegaskan ketergantungan masyarakat
modern akan eksistensi di media sosial. Media sosial yang semula bertujuan sebagai media komunikasi
interaktif yang bersifat dua arah, kini membuka peluang baru dalam inovasi industri kreatif. Lahirnya
content creator sebagai profesi menjadi salah satu wujud inovasi industri kreatif dengan bantuan media
sosial di dunia bisnis. Tak hanya itu, content creator membuka peluang bagi siapapun untuk
menciptakan jati diri secara utuh (personal branding), sekaligus mendapatkan penghasilan melalui
model bisnis baru, baik itu influencer, endorsement, campaign, dan lain sebagainya. Paper ini akan
membahas tentang (1) fenomena content creator dalam industri kreatif; (2) kaitan content creator
dengan personal branding; (3) peran media sosial dalam menunjang profesi content creator. Paper ini
akan membuka perspektif baru tentang inovasi industri kreatif melalui peran media sosial, khususnya
dalam profesi content creator melalui metode kualitatif dengan jenis pendekatan fenomenologi dan
studi kasus.
Kata Kunci: content creator, industri kreatif, personal branding, media sosial
Abstract
Social media is now one of the elements that play an important role in the lives of modern
society, especially for Generation Z. Media that often replaces face-to-face interaction in communication
becomes a platform for social interaction that affects daily life. The emergence of the slogan "Clothing,
Food, Wi-Fi" confirms the dependence of modern society on existence on social media. Social media
which was originally intended as an interactive communication medium that is two-way, now opens new
opportunities in creative industry innovation. The birth of content creator as a profession is one form of
innovation in the creative industry with the help of social media in the business world. Not only that,
content creators open opportunities for anyone to create a complete identity (personal branding), while
earning income through a new business model, be it influencers, endorsements, campaigns, and so on.
This paper will discuss (1) the phenomenon of content creators in the creative industry; (2) link between
content creator and personal branding; (3) the role of social media in supporting the content creator
profession. This paper will open up new perspectives on creative industry innovation through the role of
social media, especially in the content creator profession through qualitative methods with the types of
phenomenological approaches and case studies.
I. Pendahuluan
Dewasa ini, media sosial berperan penting dalam proses komunikasi bagi masyarakat modern.
Pepatah “menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh” menjadi sebuah fenomena yang tidak dapat
dilepaskan dari munculnya sosial media. Posting foto, membuat caption yang menarik, menantikan like,
serta membalas komentar menjadi sebuah aktivitas yang lazim dilakukan di media sosial (Lestari, 2017).
Tak jarang, media sosial menjadi dunia virtual yang menggantikan interaksi tatap muka, sekaligus
membangun lingkungan sosial baru bagi masyarakat modern.
Fenomena penggunaan media sosial di kalangan masyarakat modern memunculkan peluang
bisnis baru dalam bidang industri kreatif. Profesi content creator menjadi satu dari sekian banyak profesi
baru yang diciptakan oleh media sosial. Content creator sendiri dapat dibagi menjadi beberapa profesi
spesifik, yakni Selebgram, YouTuber, Beauty Vlogger, Endorser, Fotografer, Travel Blogger, dan masih
banyak lainnya (MLDSPOT, 2017).
Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), mayoritas pengguna
internet di kalangan masyarakat Indonesia termasuk dalam kelompok usia 19 – 34 tahun (49,52%),
diikuti kelompok usia 35 – 54 tahun (29,55%), kelompok usia 13 – 18 tahun (16,68%), dan kelompok usia
di atas
54 tahun (4,24%) (Katadata, 2018).
35 – 54 tahun
19 – 34 tahun
Media Sosial
Media sosial adalah segala bentuk media komunikasi interaktif yang memungkinkan terjadinya
interaksi dua arah dan umpan balik (Kent, Sommerfeldt, & Saffer, 2016). Karakteristik dari media sosial
adalah (1) partisipasi, (2) keterbukaan, (3) membangun hubungan, (4) reliabilitas, (5) membangun
komunitas (Damani , 2018). Beberapa media sosial yang popular di kalangan masyarakat Indonesia
adalah YouTube, Facebook, WhatsApp, Instagram, Line, dan lain sebagainya (Katadata.co.id, 2018).
Media Sosial yang Paling Sering Digunakan di Indonesia (2017)
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Industri Kreatif
Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia, industri kreatif adalah industri yang
berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta
individu tersebut (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008).
Ciri-ciri dari industri kreatif adalah (1) memiliki unsur utama kreativitas, keahlian, dan talenta
yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual; (2) terdiri dari
penyediaan produk kreatif langsung kepada pelanggan dan pendukung penciptaan nilai kreatif pada
sektor lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan pelanggan; (3) siklus hidup singkat, margin
tinggi, keanekaragaman tinggi, persaingan tinggi, dan mudah ditiru (Howkins, 2001).
Jenis ekonomi kreatif dibagi menjadi 14 sektor industri atau ekonomi kreatif, yaitu (1) periklanan,
(2) arsitektur, (3) pasar barang seni, (4) kerajinan (handicraft), (5) desain, (6) fashion, (7) film, video, dan
fotografi, (8) permainan interaktif, (9) musik, (10), seni pertunjukan, (11) penerbitan dan percetakan,
(12) layanan komputer dan piranti lunak, (13) radio dan televisi, dan (14) riset dan pengembangan
(Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008). Content creator tergolong pada inovasi industri
kreatif pada sektor periklanan.
Content Creator
Content creator adalah profesi yang membuat suatu konten, baik berupa tulisan, gambar, video,
suara, ataupun gabungan dari dua atau lebih materi. Konten tersebut dibuat untuk media, khususnya
media digital, seperti YouTube, Instagram, Blogger, dan berbagai platform media sosial lainnya (Sayugi,
2018). Seorang content creator yang sukses diharapkan mampu (1) mengatur jadwal, (2) mengetahui
industri yang dibuat kontennya, (3) mempunyai gaya penulisan yang up to date, (4) berpikir seperti
audiens, dan (5) mempunyai jaringan yang luas (Street, 2014).
Personal Branding
Personal branding adalah sebuah proses untuk menciptakan reputasi diri yang profesional,
diakui, serta diingat orang lain sebagai gambaran diri yang utuh (Lake, 2018). Personal branding akan
meningkatkan citra diri seseorang di mata orang yang melihatnya, baik sebagai seorang pribadi maupun
sebuah bisnis. Tak heran jika membangun personal branding yang positif dan professional menjadi
sebuah hal yang krusial dalam membangun citra diri yang baik, khususnya dalam profesi content creator.
Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur personal branding seseorang adalah (1)
authenticity (keaslian), (2) integrity (integritas), (3) consistency (konsistensi), (4) specialization
(spesialisasi), (5) authority (wibawa), (6) distinctiveness (kekhasan), (7) relevant (relevan), (8) visibility
(visibilitas), (9) persistence (kegigihan), (10) goodwill (kebaikan), dan (11) performance (kinerja)
(Rampersad, 2008).
Authenticity dibangun dari kepribadian sejati dalam diri dan mencerminkan karakter, nilai-nilai,
dan visi yang dimiliki pribadi. Integrity dilihat dari kode moral dan perilaku dalam personal branding.
Consistency dilihat dari kekonsistenan pesan dan perilaku dalam personal branding. Specialization dilihat
dari fokus pada satu bidang bakat atau keterampilan. Authority dilihat dari diakui dalam bidang tertentu,
berpengalaman, dan sebagai pemimpin yang efektif. Distinctiveness dilihat dari membedakan diri
berdasarkan merek, unik, dan berbeda dari kompetisi. Relevant dilihat dari personal branding
berhubungan dengan khalayak dan dianggap penting.
Visibility dilihat dari personal branding disiarkan berkali-kali, terus menerus, konsisten dan
berulang kali. Persistence dilihat dari konsistensi terhadap personal branding yang dibentuk,
membutuhkan dedikasi, pengorbanan, perencanaan, dan kesabaran. Goodwill dilihat dari hubungan
baik, pengakuan positif dan bermanfaat. Terakhir, performance dilihat dari perbaikan diri atas personal
branding (Butar Butar & Fithrah Ali, 2018).
Secara umum, selebgram yang diikuti di media sosial banyak mempengaruhi pengikutnya untuk
mengikuti gaya hidup, proses keputusan pembelian produk, dan mencari inspirasi baru. Namun
selebgram yang diikuti belum sepenuhnya menjadi role model bagi pengikutnya. Mereka diikuti karena
menyuguhkan konten yang menarik, unik, dan berbeda dari yang lain. Sekaligus menyuguhkan konten
yang update dan kekinian.
Melalui media sosial, seorang content creator dapat menunjukkan personal branding pada
platform yang sesuai dengan keahlian, minat, serta kepribadian yang dimiliki oleh content creator
tersebut. Sebagai contoh, Instagram, Facebook, Twitter, YouTube, Line, dan lain sebagainya. Setiap
media sosial mempunyai karakteristik dan pendekatan yang berbeda sesuai dengan fitur yang dimiliki
oleh media sosial tersebut. Konten yang dipromosikan di Instagram, tentu harus ditampilkan secara
berbeda ketika ditampilkan di Twitter. Demikian juga dengan media sosial lainnya. Konsistensi konten,
variasi bentuk konten, serta jadwal posting berkala akan membantu seorang content creator lebih
dikenal oleh target pasar (Putri, 2016).
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan anak muda di Generasi Z menunjukkan bahwa
personal branding yang kuat sangat mempengaruhi anak muda dalam proses pengambilan keputusan
untuk pembelian produk yang diendorse oleh selebgram yang bersangkutan. Mayoritas anak muda
melihat bahwa selebgram menjadi referensi yang tepat untuk mencari tren gaya hidup, makanan,
wisata, fesyen, dan hiburan yang kekinian. Namun selebgram belum menjadi role model bagi anak muda
dalam mempengaruhi kepribadian.
Personal
Brand
Tren
Keputusan
Pembelian
V. Penutup
Profesi content creator dapat menjadi sebuah ekses dari inovasi industri kreatif sektor
periklanan dengan pemanfaatan media sosial. Media sosial berfungsi sebagai tempat untuk
menampilkan personal branding yang dimiliki di ranah dunia digital sesuai dengan karakter, minat, dan
kepribadian dari content creator itu sendiri. Seorang content creator yang sukses akan memberikan
pengaruh yang besar bagi followers yang mengikuti akun mereka, baik dalam hal gaya hidup,
kepribadian, hingga keputusan pembelian.
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengukur efektivitas promosi melalui selebgram
dalam proses pemasaran bagi perusahaan, baik dalam hal brand awareness, peningkatan sales, maupun
brand recognizion dari masyarakat yang mengikuti selebgram tertentu. Selain itu, melihat kepribadian
pengguna Instagram yang mengikuti selebgram tertentu juga dapat menjadi studi empiris lanjutan untuk
melihat keterikatan antara selebgram dengan pengguna Instagram yang mengikuti akun mereka sebagai
wujud dari efektivitas personal branding.
Referensi
Adam, A. (2017, April 28). Tirto.id. Retrieved from Selamat Tinggal Generasi Milenial, Selamat Datang
Generasi Z: https://tirto.id/selamat-tinggal-generasi-milenial-selamat-datang-generasi-z-cnzX
Damani , A. (2018, February 25). Social Media Marketing and Its Characteristics. Retrieved from Galaxy
Weblinks: https://blog.galaxyweblinks.com/social-media-marketing-and-its-characteristics/
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2008). Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025.
Jakarta: Depdag RI.
Haroen, D. (2016, February 20). Apa itu Personal Branding? Retrieved from dewiharoen:
https://dewiharoen.wordpress.com/2016/02/20/apa-itu-personal-branding/
Howkins, J. (2001). The Creative Economy: How People Make Money from Ideas. London: Penguins
Books.
Katadata. (2018, February 23). Katadata. Retrieved from Usia Produktif Mendominasi Pengguna
Internet: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/23/usia-produktif-
mendominasi-pengguna-internet
Katadata.co.id. (2018, February 1). Ini Media Sosial Paling Populer di Indonesia. Retrieved from
Katadata.co.id: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/01/media-sosial-apa-
yang-paling-sering-digunakan-masyarakat-indonesia
Kent, M. L., Sommerfeldt, E. J., & Saffer, A. J. (2016). Social networks, power, and public relations:
Tertius Iungens as a cocreational approach to studying relationship networks. Public Relation
Review, 91–100.
Lake, L. (2018, February 19). Personal Branding and What You Need to Know About It. Retrieved from
the balancesmall business: https://www.thebalancesmb.com/what-is-personal-branding-
4056073
Lestari, A. M. (2017, Desember 12). Generasi Media Sosial, Handphone, dan Tertawa Sendiri. Retrieved
from GeoTimes: https://geotimes.co.id/opini/generasi-media-sosial-handphone-dan-tertawa-
sendiri/
MLDSPOT. (2017, Maret 23). MLDSPOT. Retrieved from 5 Profesi Content Creator Terpopuler:
https://www.mldspot.com/hobby/2017/03/23/5-profesi-content-creator-terpopuler
Putri, C. N. (2016). 12 Kiat Maksimalkan Kanal Media Sosial untuk Promosi Bisnis. Retrieved from Wanita
Wirausaha Femina: http://www.wanitawirausaha.com/article/marketing-services/12-kiat-
maksimalkan-kanal-media-sosial-untuk-promosi-bisnis
Sayugi. (2018, February 14). Content Creator, Apa sih artinya? . Retrieved from GRProject:
https://grproject.tech/2018/02/14/content-creator-apa-sih-artinya/
Street, T. (2014, Maret 13). 5 Characteristics of a Good Content Creator. Retrieved from Inbound
Marketing Agents: http://www.inboundmarketingagents.com/inbound-marketing-agents-
blog/bid/338803/5-Characteristics-of-a-Good-Content-Creator
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method). In Sugiyono.
Bandung: Alfabeta.
Tohir, M. (2014, Desember 12). Pengertian Viral Marketing dan Contohnya. Retrieved from Lebah
Master: https://www.lebahmaster.com/pengertian-viral-marketing-dan-contohnya/