Anda di halaman 1dari 35

1

Universitas Muslim Indonesia


PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT
KULIT KAYU JAWA ( Lannea coromandelica Merr.) DENGAN
METODE PEREDAMAN RADIAKAL BEBES DPPH

NAMA : AZLAN SYAH


STAMBUK : 15020160243
PEMBIMBING : 1. A. Muflihunna, S.Si., M.Si., Apt.
2. AMINAH, S.Farm., M.Sc

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Di indonesia diberbagai daerah kita menemukan Tumbuh-

tumbuhan yang baik dengan berbagai manfaat dan kandungan

didalamnya, yang digunakan oleh manusia dengan multi fungsi

termasuk tumbuhan obat-obatan.

Oleh karena itu Allah swt memberikan nikmat,yang sangat patut kita

syukuri yaitu nikmat tumbuh tumbuhan yang Dia tumbuhkankan di bumi

yang kita bisa gunakan sebagai obat.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an surah Ta-ha ayat 53 :

Terjemahannya :

Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan


Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan

Universitas Muslim Indonesia


1
2

menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan


dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang
bermacam-macam. (Q.S. Ta-ha: 53).

Salah satu keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan

adalah tanaman kulit kayu jawa yang berasal dari Sulawesi telah

dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan dan uji toksisitas ekstrak

etanol 70% yang membuktikan bahwa tanaman kayu jawa positif

memiliki kandungan senyawa antioksidan dan antitoksik (erwin, 2014)

kulit batang kayu jawa mengandung senyawa golongan

karbohidrat, steroid, glikosida, jantung terpenoid tannin dan flavonoid

(Manik et al 2013).

Dan dapat di manfaatkan sebagai antioksidan dimana ntioksidan

merupakan suatu zat yang dapat menetralkan radikal bebas sehingga

melindungi tubuh dari berbagai macam penyakit dengan cara

mengikat radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul sangat

reaktif yang dapat merusak sel dan salah satu bentuk dari senyawa

oksigen reaktif yang memiliki elektron tidak berpasangan (Winarsi,

2007).

Flavonoid merupakan senyawa aktif yang dapat berefek sebagai

antiradikal, antioksidan, antibakteri, dan antiinflamasi. Flavonoid

merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil

yang tidak tersubstitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etil

asetat, atau campuran dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk

mengeskstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan (Rijke 2005). Kadar

flavonoid hasil ekstraksi tergantung dari penyari yang digunakan.

Universitas Muslim Indonesia


3

Salah satu penyari yang dapat menyari senyawa flavonoid dalam

konsentrasi yang besar adalah etil asetat (Stankovic, 2011).

Beberapa Metode pengukuran aktivitas antioksidan yang dapat

digunakan antara lain metode DPPH. Dimana metode DPPH

merupakan salah satu metode aktivitas antioksidan yang sederhana

dengan menggunakan 1,1- diphennyl-2-Picryihdrazil (DPPH) sebagai

senyawa pendeteksi

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti pada penelitian ini

melakukan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak kulit batang kayu

jawa ( Lannea coromandelica ) dengan menggunakan metode DPPH.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah fraksi etil asetat kulit kayu jawa ( Lannea Coromandelica )

mempunyai aktivitas antioksidan ?

2. Berapa besar aktivitas antioksidan fraksi etil asetat kulit kayu jawa

(Lannea Coromandelica ) dengan metode peredaman DPPH ?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan uji aktivitas

antioksidan fraksi etil asetat kulit kayu jawa ( Lannea Coromandelica )

dengan menggunakan metode peredaman DPPH

2. Tujuan penelitian

a. Tujuan umum

Universitas Muslim Indonesia


4

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data

ilmiah mengenai uji aktivitas antioksidan yang terkandung dalam

fraksi etil asetat kulit kayu jawa ( Lannea Coromandelica ).

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah untuk

menentukan uji aktivitas antioksidan pada fraksi etil asetat kulit kayu

jawa (Lannea Coromandelica) dengan menggunakan metode

peredaman DPPH sebagai agen radikal bebas

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menambah data

ilmiah untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang aktivitas

antioksidan pada fraksi etil asetat kulit kayu jawa ( Lannea

Coromandelica ) dengan metode peredaman DPPH.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan

informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas antioksidan fraksi etil

asetat kulit kayu jawa ( Lannea Coromandelica ) sehingga dapat

mengoptimalkan pemanfaatannya.

Universitas Muslim Indonesia


5

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dapat disusun suatu kerangka pemikiran

yang disajikan dalam bentuk bagan pada gambar berikut:

kulit kayu jawa ( Lannea


Coromandelica ). Senyawagolongankarbohidrat,s
tero,glikosida,terpenoid tannin
dan flavonoid (Manik et al
2013)

Masyarakat Flavonoid

Flavonoid adalah salah satu


senyawa yang di ketahui
memiliki sifat sebagai
penangkap radikal bebas dan
dapat bekerja sebagai
Data Ilmiah antioksidan dalam tubuhan
mengatur aktivitas ekspresi

Metode peredaman Uji Aktivitas Antioksidan


DPPH

Universitas Muslim Indonesia


6

F. Hipotesis

Hipotesa dari penelitian ini adalah fraksi etil asetat kulit kayu jawa

(Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antioksidan.

Universitas Muslim Indonesia


7

Universitas Muslim Indonesia


BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi tanamam
Klasifikasi dari tanaman kulit kayu jawa adalah sebagai berikut

(Integrated Taxonomic Information System,2019):

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae

Sub-divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Famili : Anarcadiaceae

Genus : Lannea

Spesies : Lannea coromandelica Linn (Hout) Merr

2. Nama Lain

Tanaman kayu jawa memiliki beragam nama daerah yakni dalam

bahasa Jawa dinamakan kayu jaran, dalam bahasa Makassar

dinamakan tammate, dan dalam bahasa Bugisnya dinamakan aju

jawa.

3. Deskripsi Tanaman

Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang

dapat tumbuh hingga mencapai 25 m umumnya 10-15 m. Permukaan

batang berwarna abu-abu sampai coklat tua, kasar, ada

pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur, batang dalam berserat

Universitas Muslim Indonesia


7
8

berwarna merah atau merah muda gelap, dan memiliki eksudat

yang bergetah. Daun meruncing, dan berjumlah 7-11. Bunga

berkelamin tunggal berwarna hijau kekuningan. Buah berbiji, panjang

12 mm, bulat telur, kemerahan, dan agak keras.

4. Kandungan Kimia

Kulit kayu jawa mengandung senyawa flavonoid, tanin dan

steroid. Salah satu senyawa yang berperan dalam meningkatkan

sistem imun adalah flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa

metabolit sekunder yang dimungkinkan memiliki efek imunostimulator

(Santoso, 2013).

5. Kegunaan

Kulit kayu jawa L. coromandelica (Houtt) Merr digunakan

sebagai obat luka dengan cara menumbuk kulit kayunya kemudian

menempelkannya pada luka. Tumbuhan ini juga dapat digunakan

sebagai obat batuk, obat maag dan penambah nafsu makan dengan

cara meminum air rebusan daunnya. Selain itu, tumbuhan ini memiliki

beberapa khasiat dan manfaat antara lain; membantu menyembuhkan

keseleo, memar, penyakit jantung, disentri, dan sariawan (Rao, V.S.,

Eintein, J.W., & Das, K., 2014). Dilaporkan bahwa ekstrak metanol

kulit batang L. coromandelica (Houtt.) Merr juga memiliki aktivitas anti

diare dan antibakteri. Dilaporkan Majumder, R., et.al, (2013).

Kulit Kayu jawa (Lannea coromandelica Hout merr)

merupakan pohon yang banyak tumbuh di Indonesia khususnya di

Sulawesi selatan. Salah satu kandungan dari kayu jawa (Lannea

Universitas Muslim Indonesia


9

coromandelica Hout merr) mengandung flavonoid, tannin dan

terpenoid. Flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan pencegah

radikal bebas. Senyawa flavonoid memiliki sifat antioksidan sebagai

penangkap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil yang

bersifat sebagai reduktor dan dapat bertindak sebagai donor hidrogen

terhadap radikal bebas.kulit kayu jawa (Lannea Coromandelica)

memiliki aktifitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai AAI

(Antioxidant activityindex) yaitu 5,5679. Erwin Prawirodiharjo (2014).

B. Uraian Radika bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempumyai

elektron yang tidak berpasangan,bersifat tidak stabil,mempunyai

reaktivitas yang sangat tinggi terhadap sel dan komponen sel di

sekitarnya dan cenderung menyerang sel sel tubuh sehingga

menyebabkan kerusakan sel secara berantai.Radikal bebas dapat

berasal dari luar (eksternal) dan dari dalam tubuh (internal) yang

dapat menyebabkan kerusakan pembuluhdarah sehingga tubuh

menjadi rentan terhadap penyakit (lidyawati, 2011).

Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen

reaktif dan sangat berbahaya didalam tubuh, yang secara umum

diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak

berpasangan.radikal bebas adalah atom, molekul atau senyawa yang

dapat berdiri sendiri yang mempunyai elektron tidak berpasangan,

oleh karena itu bersifat sangat reaktif dan tidak stabil. Elektron yang

Universitas Muslim Indonesia


10

tidak berpasangan selalu berusaha untuk mencari pasangan baru,

sehingga mudah bereaksi dengan zat lain (protein, lemak maupun

DNA) dalam tubuh. Caranya adalah dengan mengikat atau

menyerang elektron molekul yang berada disekitarnya. Yang diikat

radikal bebas pada umumnya adalah molekul besar seperti lipid,

protein, maupun DNA (pembawa sifat). Apabila hal tersebut terjadi,

maka akan mengakibatkan kerusakan sel atau pertumbuhan sel yang

tidak bisa dikendalikan (Winarti, 2010).

Radikal bebas dapat masuk dan terbentuk didalam tubuh

melalui (Kumalaningsih, 2006):

1. Pernapasan

Saat kita melakukan pernapasan akan masuk oksigen (O 2)

yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pembakaran gula

menjadi CO2 H2O dan energi. Tetapi dengan bernapas atau oksigen

yang berlebihan saat olahraga terjadi menghasilkan produk-produk

sampingan berupa radikal bebas, yaitu radikal oksigen singlet,

radikal peoksida lipid, radikal hidroksil, radikal superoksida. Semua

radikal bebas oksigen ini sangat merusak jaringan-jaringan sel

2. Makanan Berlemak

Lemak sangat bermanfaat bagi tubuh kita tetapi konsumsi

lemak yang berlebihan khususnya lemak tak jenuh dan lemak

hydrogenasi sangat berpotensi menghasilkan radikal bebas.

Lemak tidak jenuh mempunyai ikatan rangkap pada atom C-nya.

Dimana adanya ikatan rangkap tersebut mudah sekali dioksidasi

Universitas Muslim Indonesia


11

atau terserang peroksidasi lipid membentuk radikal peroksida lipid.

Sedangkan lemak hydrogenasi adalah lemak ikatan rangkap tak

jenuhnya telah disubtitusi dengan hydrogen. Dimana lemak

hydrogenasi sangat berbahaya karena dapat mengubah

kemampuan selaput sel sehingga fungsinya menjadi tidak berarti.

3. Kondisi lingkungan yang tidak sehat

Kurang tersedianya air bersih, udara yang dipenuhi asap

rokok, asap kendaraan bermotor, serta pencemaran oleh logam

yang akan menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang

berlebihan.

(a)

C. Antioksidan

Universitas Muslim Indonesia


12

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul

yang dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada

molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat

memutus reaksi berantai dari radikal bebas (Kumalaningsih 2006

dikutip dalam Irma 2009, h. 26) Antioksidan merupakan suatu senyawa

yang dapat menetralkan dan meredam radikal bebas serta

menghambat terjadinya kerusakan sel seperti panuaan dini

(Hermanindan, 2005).

Fungsi utama antioksidan digunakan untuk memperkecil terjadinya

proses oksidasi lemak dan minyak , memperkecil terjadinya proses

kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam

industry makanan, meningkatkan stabilitas lemak, yang terkandung

dalam makanan. Antioksidan tidak hanya digunakan dalam industri

farmasi, tetapi digunakan secara luas dalam industry makanan, industri

petroleum, industri karet dan sebagainya (Tahir, wijaya, dari

widyaningsih 2003 dikutip dalam erawati 2012, h 10).

Antioksidan dapat bersumber dari zat-zat sintesis atau zat-zat

alami hasil isolasi. Adanya antioksidan alami maupun sintesis dapat

menghambat oksidasi lipid , mencegah kerusakan, perubahan

degradasi komponen organic dalam bahan makanan (Rohdiana &

Pokorny et al.2001 dikutip dalam Erawati 2012, h. 10) atas dasar

fungsinya antioksidan dapat dibedakan sebagai berikut

(kumalaningsih,2006)

a. Antioksidan Primer

Universitas Muslim Indonesia


13

Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal

bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi

kerusakan yang lebih besar.

b. Antioksidan sekunder

Antoksidan ini merupakan senyawa yang berfungsi menangkap

radikal beba erta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak

terjadi kerusakan yang lebih besar

c. Antioksidan tersier

Antioksidan ini merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan

jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas.

d. Oxygen Scavanger

Antioksidan yang mampu mengikat oksigen sehingga tidak

mendukung reaksi oksidasi

e. Chelators atau Sequesstrants

Senyawa yang dapat mengikat logam sehingga logam tersebut

tidak dapat mengkatalisis reaksi oksidasi, akibatnya kerusakan dapat

di cegah.

Reaksi okidasi dapat dicegah oleh bahan-bahan berikut :

a. Bahan pengkhelat , yaitu untuk ion-ion logam pencetus terjadinya

reaksi oksidasi radikal bebas.

b. Bahan pereduksi, yakni senyawa yang dapat mereduksi obat

teroksidasi.

Universitas Muslim Indonesia


14

c. Senyawa-senyawa yang mudah teroksidasi, yaitu berupa bahan yang

mempunyai sifat lebih mudah teroksidasi disbanding obat yang di

lindungi.

d. Terminator rantai , yaitu suatu bahan yang dalam larutan mampu

bereaksi dengan radikal, membentuk senyawa baru yang bersifat

radikal terminator rantai, yang tidak lagi membuat pemasukan baru

dalam siklus propagasi radikal. Radikal yang baru diharapkan akan

bersifat stabil secara intrinsic atau mungkin berupa dimer untuk

membentuk inert.

D. Spektrofotometri Uv Vis

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia

analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik

secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara

materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri

disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya

visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan

molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi(Kusnanto

2015, h. 1).

Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis

spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik)

ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan

memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan

energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,

Universitas Muslim Indonesia


15

sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis

kuantitatif dibandingkan kualitatif (Kusnanto 2015, h. 1).

Prinsip dari spektrofotometri UV-Vis adalah mengukur jumlah

cahaya yang diabsorbsi atau ditransmisikan oleh molekul-molekul di

dalam larutan. Ketika panjang gelombang cahaya ditransmisikan melalui

larutan, sebagai energi cahaya tersebut akan diserap. Besarnya

kemampuan molekul-molekul zat terlarut untuk mengabsorbsi cahaya

pada panjang gelombang tertentu atau biasanya dikenal dengan istilah

absorbansi (A), yang setara dengan nilai konsentrasi larutan tersebut dan

panjang berkas cahaya yang dilalui (biasanya 1 cm dalam

spektrofotometri) ke suatu point dimana presentase jumlah cahaya yang

ditransmisikan atau diabsorbsi diukur dengan phototube (Susanti 2010).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan

spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak

berwarna, yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena

senyawa tersebut harus diubah-ubah terlebih dahulu menjadi senyawa

yang berwarna.

Tahap-tahap yang harus diperhatikan adalah (Gandjar& Rohman

2007, h. 252-254):

1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis

Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak

menyerap pada daerah tertentu, dengan merubah menjadi

senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.

Universitas Muslim Indonesia


16

2. Waktu perasional (Operating Time)

Cara ini biasanya digunakan untuk pengukuran hasil reaksi

atau pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui

waktu pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan

dengan mengukur hubungan dengan absorbansi larutan.

3. Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif

adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi

maksimal. Ketika cahaya mengenai sampel, sebagian akan

diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan

diteruskan. Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya

masuk atau cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya

setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang dapat diukur

adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan

cahaya setelah melewati materi (sampel).Dimana I0 merupakan

intensitas cahaya datang dan I t atau I1 adalah intensitas cahaya

setelah melewati sampel (Khopkar 2007, hh. 27 - 28).

a) Tipe-tipe Spektrofotometer UV-Vis

Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer,

yaitu single-beam dan double-beam. Single-beam instrument Gambar

(1), dapat digunakan untuk kuantitatif dengan mengukur absorbansi

pada panjang gelombang tunggal. Single-beam instrument

mempunyai beberapa keuntungan yaitu sederhana, harganya murah,

dan mengurangi biaya yang ada merupakan keuntungan yang nyata.

Universitas Muslim Indonesia


17

Beberapa instrumen menghasilkan single-beam instrument untuk

pengukuran sinar ultra violet dan sinar tampak. Panjang gelombang

paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi adalah 800

sampai 1000 nm (Skoog, DA, 1996). Doublebeam dibuat untuk

digunakan pada panjang gelombang 190 sampai 750 nm. Double-

beam instrument (Gambar 2) mempunyai dua sinar yang dibentuk

oleh potongan cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar.

Sinar pertama melewati larutan blanko dan sinar kedua secara

serentak melewati sampel (Skoog, DA, 1996).

Gambar 1. Diagram alat spektrometer UV-Vis (single beam) (Tati

Suhartati; 2013).

Sumber sinar polikromatis, untuk sinar UV adalah lampu

deuterium, sedangkan sinar Visibel atau sinar tampak adalah lampu

wolfram. Monokromator pada spektrometer UV-Vis digunakaan lensa

prisma dan filter optik. Sel sampel berupa (Tati Suhartati; 2013).

Universitas Muslim Indonesia


18

kuvet yang terbuat dari kuarsa atau gelas dengan lebar yang

bervariasi. Detektor berupa detektor foto atau detektor panas atau

detektor dioda foto, berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari

sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik (Tati Suhartati; 2013).

Diagram spektrofotometer UV-Vis (Double-beam) dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Skema spektrofotometer UV-Vis (Double-beam) (Tati

Suharti; 2013).

b) Syarat pengukuran Spektrofotometri UV-Visible

dapat digunakan untuk penentuan terhadap sampel yang

berupa larutan, gas, atau uap. Pada umumnya sampel harus diubah

menjadi suatu larutan yang jernih Untuk sampel yang berupa larutan

perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara

lain:

Universitas Muslim Indonesia


19

1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna.

2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi

pada struktur molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh

mengabsorpsi sinar yang dipakai oleh sampel).

3.Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis

Kemurniannya harus tinggi (Tati Suharti; 2013).

Ada dua jenis spektrofotometer UV-Vis, yaitu spektrofotometer

berkas tunggal dan spektrofotometer berkas rangkap.Spektrofotometer

berkas tunggal memiliki spesifikasi sebagai berikut celah keluar sinar

monokromatis hanya satu, wadah atau kuvet yang dapat dilalui sinar

hanya satu, dan pada setiap perubahan panjan gelombang, alat harus

dinolkan. Spektrofotometer berkas rangkap memiliki spesifikasi sebagai

berikut celah keluar sinar monokromatik ada dua, sinar melalui dua wadah

atau kuvet sekaligus, dan alat cukup satu kali dinolkan dengan cara

mengisi kedua kuvet dengan larutan (Harmita 2015, hh.22-23).

Aspek kualitatif, data spektra UV-Vis secara tersendiri tidak dapat

digunakan untuk identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi,

jika digabung dengan cara lain seperti spektroskopi infra merah, resonansi

magnetik inti, dan spektroskopi massa, maka dapat digunakan untuk

maksud identifikasi/analisis kualitatif suatu senyawa tersebut. Data yang

diperoleh oleh spektroskopi UV dan Vis adalah panjang gelombang

maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut yang kesemuanya itu dapat

Universitas Muslim Indonesia


20

diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan (Gandjar&

Rohman 2007, h.240).

Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada

cuplikan (larutan sampel) dan intensias sinar radiasi yang diteruskan

diukur besarnya.Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan

membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar

yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya.Intensitas atau

kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah atom foton yang

melalui satu satuan luas penampang perdetik. Serapan dapat terjadi jika

foton/radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan

energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga.

Kekuatam radiasi juga mengalami penurunan dengan adanya

penghamburan dan pemantulan cahaya, akan tetapi penurunan karena

hal ini sangat kecil dibandingkan dengan proses penyerapan (Gandjar &

Rohman 2007, hh.240-241).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan

spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak

berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena

senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang

berwarna. Berikut tahapan-tahapan yang harus diperhatikan (Gandjar&

Rohman 2007, hh.252-256):

a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis

Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak

menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan dengan

Universitas Muslim Indonesia


21

merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi

tertentu.

b. Waktu operasional

Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau

pembentukan warna.Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu

pengukuran yang stabil.Waktu operasional ditentukan dengan

mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi

larutan.

c. Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif

adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal.

Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan

membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang

gelombangdari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

d. Pembuatan kurva baku

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan

berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan

berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan

hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x). Bila hukum

Lambert-Beer terpenuhi, maka kurva baku berupa garus lurus.

Kemiringan atau slope adalah a (absorptivitas) atau (absorptvitas

molar). Kurva baku sebaiknya sering diperiksa ulang. Penyimpangan

dari garis lurus biasanya dapat disebabkan oleh, kekuatan ion yang

tinggi, perubahan suhu, dan reaksi ikatan yang terjadi

Universitas Muslim Indonesia


22

e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absoransi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara

0,2 sampai 0,8 atau 15 % sampai 70 % jika dibaca sebagai transmitans.

Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T

adalah 0,005 atau 0,5 % (kesalahan fotometrik).

Suatu diagram sederhana spektrofotometer UV-Vis dengan

komponen-komponen meliputi sumber-sumber sinar, monokromator, dan

sistem optik (Gandjar& Rohman 2007, hh.261-262)

E . Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses yang dilakukan oleh cairan penyari

untuk menarik keluar zat aktif yang beberapa terdapat pada tanaman

obat. Zat aktif berada di dalam sel, sehingga untuk dapat mengeluarkan

zat aktif dari dalam sel diperlukannya suatu cairan penyari atau pelarut

tertentu. Pemilihan cairan penyari yang baik harus mempunyai harga yang

murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, mempunyai

reaksi netral, dan tidak mudah terbakar, mempunyai sifat selektif yaitu

hanya menarik zat yang berkhasiat yang dikehendaki tidak mempengaruhi

zat berkhasiat, dan diperbolehkan oleh peraturan (Najib 2018, h. 35).

Metode ekstraksi secara panas yang menggunakan air adalah

sebgai berikut (Najib 2018, hh. 37-38):

a. Infusa

Universitas Muslim Indonesia


23

Infusa adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air

pada temperatur 90oC selama 15-20 menit. Infusa dipersiapkan dengan

cara merendam sampel dalam bejana, pelakuan ini dapat dilakukan

pada sampel yang segar maupun bentuk simplisia.

b. Dekok

Dekok adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air

pada temperatur 90oC selama 30 menit. Pelakuan ini didapatkan pada

pengolahan sampel Ayurveda hasil penyarian disebut quath atau

kawath.

c. Destilasi

Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung

dengan air mendidih. Air dipanaskan dengan metode pemanasan yang

biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel uap, pipa uap

melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap berlingkar terbuka

atau berlubang. Ciri khas dari metode ini ialah kontak langsung antara

bahan dengan air mendidih.

Metode ekstraksi secara panas yang menggunakan pelarut organik

adalah sebagai berikut (Najib 2018, hh. 38-39):

a. Digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan

lemah, yaitu pada suhu 40 oC – 50oC, hanya untuk simplisia yang zat

aktifnya tahan terhadap pemanasan. Proses pemanasan pada sistem

penyarian dimaksudkan untuk meningkatkan efesiensi dari pelarut

dalam menyari sampel.

Universitas Muslim Indonesia


24

b. Refluks

Cara ini termasuk cara ekstraksi berkesinambungan. Simplisia

yang biasa diekstraksi dengan metode ini yaitu simplisia yang

mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan

tekstur yang keras seperti akar, batang, biji dan herba.

c. Soxhlet

Soxhletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan

pemanasan dengan cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi

dalam sebuah kantong ekstraksi (kertas sari) di dalam sebuah alat

ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinu dengan pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam

klongsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas bulat

setelah melewati pipa sifon.

Metode ekstraksi secara dingin adalah sebagai berikut (Najib 2018,

hh. 39-41):

a. Maserasi

Maserasi merupakan jenis ekstraksi sederhana karena pengerjaan

hanya dilakukan dengan cara merendam bahan simplisia dalam cairan

penyari. Metode maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang

mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak

mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak

mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan dari metode ini

adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan

muda diusahakan. Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10

Universitas Muslim Indonesia


25

bagian simplisia dengan derajat halus tertentu dimasukkan kedalam

suatu bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian penyari, ditutupi,

dan dibiarkan selama tiga hari ditempat yang terlindungi dari cahaya

sampil sesekali diaduk. Pada penyarian dengan cara maserasi perlu

dilakukan pengadukan, diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan

diluar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut

tetap terjaga adanya derajat konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara

larutan di dalam sel dengan di luar sel. Setelah tiga hari endapan

dipisahkan, ampas ditambahkan cairan penyari hingga diperoleh sari

sebanyak 100 bagian.

b. Perkolasi

Perkolasi merupakan proses penyarian simplisia yang dilakukan

pada temperatur kamar dengan menggunakan pelarut yang selalu

baru, jika penyarian sudah sempurna maka dihentikan penggunaan

penambahan pelarut. Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk

silidris atau kerucut (perkolator), yang memiliki jalan masuk dan keluar

yang sesuai. Melalui penyegaran bahan pelarut secara terus-

menerus, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak.

Universitas Muslim Indonesia


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat/Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari 2019 sampai selesai.

Pelaksanan penelitian bertempat di Laboraturium Kimia Farmasi Fakultas

Farmasi, Universitas Muslim Indonesia Makassar

B. Populasi dan Sampel

Populasi sampel dalam penelitian ini adalah kulit kayu jawa

(Lannea coromandelica) yang diperolehdari daerah Makassar Provinsi

Sulawesi Selatan dan sampel yang digunakan adalah ekstrak kulit kayu

jawa (Lannea coromandelica)

C. Metode Kerja

Jenis penelitian yang digunakan yaitu secara eksperimental

laboratorium dengan menggunakan metode radikal bebas 1,1-diphenyl-2-

picrylhydrazyl (DPPH) menggunakan spektrofotometri UV-Vis

D. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan adalah batang pengaduk, bulk, cawan porselin,

corong pisah , erlenmeyer, gelas arloji , gelas kimia, gelas ukur, kuvet,

labu tentukur, mikro pipet, pipet volum, seperangkat alat maserasi, sendok

besi, spektrofotometri UV-Vis, timbangan analitik, tabung reaksi , toples,

dan rotary vacum evaporator

2. Bahan yang digunakan

Universitas Muslim Indonesia


26
27

Bahan yang digunakan adalah aquadest, kulit kayu jawa (Lamonnea

coromandelica), DPPH, (etanol 96%, etil asetat, kertas saring, kuersetin,

methanol).

E. Prosedur Kerja

1. Penyiapan alat dan bahan

Alat dan bahan disiapkan sesuai dengan kebutuhan penelitian yang

akan dilaksanakan.

2. Pengambilan dan pengolahan sampel

Sampel kulit kayu jawa (lannea coromandelica ) diambil dari

tumbuhan yang sehat dan segar yang menunjukkan tidak adanya

kerusakan kemudian dibersihkan, dan dicuci dengan air bersih yang

mengalir. Setelah itu sampel dikeringkan, kemudian dipotong-potong kecil

dan selanjutnya dihaluskan dengan cara diblender, sampel siap

diekstraksi.

3. Pembuatan ekstrak sampel kulit kayu jawa

a) Ekstraksi dengan pelarut etanol

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

maserasi, metode maserasi digunakan karena kulit kayu mengandung

flavonoid.Di timbang Sebanyak 1 kg kulit batang kayu jawa kering di

masukkan ke wadah maserasi dan ditambahkan etanol 96 % hingga

kulit batang kayu jawa terendam. Diaduk dan didiamkan selama 3 x 24

jam lalu disaring untuk mendapatkan filtrat. Lalu filtrat yang diperoleh

dipekatkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kental

dan ditimbang untuk menghitung rendamennya (Selvaraj et al., 2015).

Universitas Muslim Indonesia


28

b) Fraksinasi ekstrak etanol kulit kayu jawa

Sampel ekstrak etanol yang diperoleh diambil sebanya 20 gram

untuk diekstraksi dengan pelarut etil asetat dengan cara partisi cair-

cair. Ekstrak etanol sebanyak 20 gram disuspensikan dengan air

sebanyak 20 ml kemudian dikocok, dan ditambahkan 20 ml etil asetat

lalu dikocok, didiamkan selama 30 menit sampai terjadi pemisahan

antara lapisan etil asetat (fraksi etil asetat) dan lapisan air (residu).

Residu dipartisi kembali sesuai dengan cara di atas, dilakukan

berulang hingga jernih. Lapiskan fraksi etil asetat dikumpulkan dan

diuapkan hingga diperoleh fraksi etil asetat. (Aminah, A. Muflihunna, &

Zainal Abidin, 2016, h. 41).

c) Penyiapan pada sampel

Sampel fraksi etil asetat ditimbang dengan 3 replikasi yaitu masing-

masing 10 mL. Masing-masing fraksi dilarutkan dengan etanol 96%

sebanyak 10 mL kemudian dihomogenkan. (Aminah, A. Muflihunna, &

Zainal Abidin, 2016, h. 41).

4. Pembuatan larutan stok DPPH

Serbuk DPPH ditimbang sebanyak 15 mg, kemudian dilarutkan

dengan metanol sebanyak 250 mL untuk memperoleh larutan stok

konsentrasi 60 ppm (Syarif et al. 2016, h. 85)

5. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum DPPH

Penentuan panjang gelombang maksimum terhadap larutan

DPPH dilakukan dengan cara mengukur pada panjang gelombang

Universitas Muslim Indonesia


29

400-700 nm, kemudian dari hasil pengukuran ditentukan panjang

gelombang maksimumnya (Syarif et al. 2016, h. 85)

6. Pengukuran daya antioksidan sampel pembanding kuersetin

Serbuk kuersetin sebanyak 5 mg dilarutkan dengan 5 mL metanol

di dalam labu ukur sambil diaduk dan dihomogenkan. Lalu dicukupkan

volumenya hingga tanda batas untuk memperoleh larutan stok dengan

konsentrasi 1000 ppm. Kemudian dilakukan pengenceran 100 ppm

dengan seri konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm.

Seri konsentrasi yang telah dibuat masing-masing di pipet 2 mL, lalu

ditambahkan 2 mL larutan DPPH 60 ppm. Larutan campuran tersebut

diinkubasi selama 30 menit pada ruang gelap, lalu serapannya diukur

pada panjang gelombang maksimum (Syarif et al. 2016, h. 86)

7. Pengukuran daya antioksidan fraksi sampel

Sampel fraksi etil asetat sebanyak 10 mg dilarutkan dengan 10 mL

methanol didalam labu ukur sambil di aduk dan dihomogenkan. Lalu

dicukupkan volumenya hingga tanda batas untuk memperoleh larutan

stok dengan konentrasi 1000 ppm. Kemudian dilakukan pengenceran

dengan seri konsentrasi 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 60 ppm dan 70

ppm, seri konsentrasi yang telah dibuat masing-masing dipipet 2 mL,

ditambahkan 2 mL. larutan DPPH 60 ppm. Larutan campuran tersebut

diinkubasi selama 30 menit pada ruang gelap. Lalu serapannya diukur

pada panjang gelombang maksimum (Syarif et al. 2016, h. 86)

1. Analisis data

Universitas Muslim Indonesia


30

Presentase inhibisi radikal DPPH dihitung dengan rumus

A−B
% inhibisi= x 100
A

Dimana A adalah serapan blangko dan B adalah serapan

sampel. Nilai IC50 dihitung dengan menggunakan persamaan

regresi % inhibisi (Ahmad, et al ., 2012)

Nilai IC50 menyatakan besarnya konsentrasi larutan sampel

(daun asam jawa ataupun antioksidan pembandingan kuersetin)

yang dapat meredam radikal bebas DPPH sebesar 50%. Dari

persamaan y= a + bx dapat dihutang nilai IC 50 dengan

menggunakan rumus ( Ahmad, et al 2012)

50− A
IC50 =
B

Ket : y = Absorbansi

x = konsentrasi

a = Intersep

b = Slop

Universitas Muslim Indonesia


31

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A.R. Mun,im A. and Elya B., 2012, Study of antioxidant activity
with reduction of free. Radikal DPPH and Xanthine Oxidase inhibitor
of the extract Ruella tuberosa linn lear, Internasional Research
journal of pharmacy, 102 : 29, 47,48.
Aminah, A. Muflihunna, & Zainal Abidin., 2016, Uji Aktivitas Fraksi Etil
Asetat Daun Wungu (Graptophyllum pictum (Linn) Griff) Dengan
metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power)., As-syifaa vol.
08, no 01., pp. 40-41.
Erwin, Prawirodiharjo 2014. Uji Aktivitas Antioksidan dan
ToksisitasEkstrak Etanol 70% dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu
Jawa (Lannea Coromandelica).Jurusan Farmasi. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Gandjar, IG & Rohman, A 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Harmita 2015, Analisis Fisikokimia : Potensiometri dan Spketroskopi,


EGC, Jakarta, hal. 21-26.

ITIS., 2017, The Integreted Taxonomic Information System, (online),


diakses pada 1 Desember 2018, di Makassar.
Khopkar, S, M 2007,Konsep Dasar Kimia Analitik,Jakarta, UI-Press,
Terjemahan dari Basic Concepts Of Analytical Chemistry oleh
Saptoraharjo, pp. 27 - 28

Kumalaningsih, Sri., 2006, ‘Antioksidan Alami: Penangkal Radikal Bebas,


Sumber,Manfaat, Cara Penyediaan dan Pengolahan’, Trubus
Agrisarana, Surabaya.

Kusnanto, MW 2015, ‘Analisis Spektroskopi UV-Vis Penentuan


Konsentrasi Permanganat’, PhD Proposal, 1, pp.1–18.

Manik M.A Wahid S.M.A Islam Pal, K.T ahmed 2013. A comparative Study
of the antioksidan, Antimicrobial and thrombolytic Activity of theBark
and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae). International
of pharmaceutical sciences and Research Vol 4(7):2609-2614.E-
ISSN:09758232; P-ISSN 23205148.

Majumder, R., et,al. 2013. Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica


Linn. Bark Extract. American-Eurasian Journal Ofscientific Research
8(3): 128-134. ISSN : 1818- 6785.
Najib, A 2018, Ekstrakasi Senyawa Bahan Alam, Deepublish, Yogyakarta,
hal.35-41

Universitas Muslim Indonesia


32

Rao, V.S., Eintein, J.W., & Das, K. 2014. Hepatoprotecctive And


Antioxidant Activity Of Lannea coromandelica Linn. On
Thioacetamide Induced Hepatotoxicity In Rats. International Letters
Of Natural Science J. Vol.3 : 30-43. ISSN : 2300-9675

Rohdiana, D., 2001. Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol dalam daun
The. Majalah jurnal Indonesia
Rijke E, 2005, Trace-level Determination of Flavonoids and Their
Conjugates Application ti Plants of The Leguminosae Family
[disetasi], Universitas Amsterdam, Amsterdam.
Santoso, Tresna Asih, Diniati, dan Kusuma, AM, Efek Immunostimulator
Ekstrak Etanol Daun KAtuk (Sauropus Androgynus Merr) Terhadap
Aktivitas Fagositosis Makrofag, Jurnal Pharmacy, Vol. 10 No. 01
Juli 2013

Selvaraj, D., Kotapadu, A., Sampurna, B., Balaji, P., Abraham, A. A.,
Kesavan, S. K., & Krishnan, C. (2015). Detection of active
constituents from the leaf extract of Lannea coromandelica by GC-
MS testing and assessment of its pharmacological activity.
International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research,
6(3), 1217-1221

Susanti, M, Dachriyanus, Doni P,P2012,‘Aktivitas Perlindungan Sinar UV


Kulit Buah Garcinia mangostana Linn SecaraIn Vitro,’ Jurnal Farmasi
Indonesia Pharmacon, Surakarta, Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah., vol. 2, no. 1, pp. 62
Suharti,T 2013, ‘Dasar-dasar spektrofotometri uv-vis dan spektrofotometi
massa untuk penentuan struktur senyawa organik, AURA CV’.
Anugrah Utama Raharja, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro,
Komplek Unila Gedongmeneng Bandar Lampung,2,pp 2-4

Stankovic, M, 2011, ‘Total Phenolic Content, Flavonoid Concentration and


Antioxidant Activity of Marrubium peregrinum L. Extract’, Krajuevac
Journal Science, 63-72.
Syarif, RA, Muhajir, Ahmad, AR, & Malik, A 2016, ‘Identifikasi golongan
senyawa antioksidan dengan menggunakan metode perendaman
radikal DPPH ekstrak etanol daun Cordia myxa L; Jurnal
Fitofarmaka Indonesia, vol. 2, no. 1, pp 83-89
Winarsi. H., 2007, ‘Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Potensi dan
aplikasinya dalam kesehatan’ , Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Universitas Muslim Indonesia


33

Universitas Muslim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai