Anda di halaman 1dari 15

IT 13 - RMD January 26, 2021

KOMUNIKASI DALAM TATALAKSANA


GANGGUAN ENDOKRIN

DM tipe 1, DM tipw 2, Hipoglikemia ringan, Malnutrisi energi-protein, Malnutrisi vitamin, Malnutrisi


mineral, Dislipidemia, Hiperinsulinemia, dan Obesitas merupakan SKDI 4A.

SKDI 4A: Mampu menegakkan diagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas.

Tuntas: Bisa melakukan edukasi secara sempurna (bukan hanya diagnosis dan tatalaksana).
IT 13 - RMD January 26, 2021

{Edukasi = Komunikasi}

• Komunikasi? Pertukaran informasi, pikiran, ide, dan perasaan diantara dua atau lebih
individu.
• Komunikasi dalam bidang kesehatan disebut sebagai komunikasi teraupetik.
• Komunikasi teraupetik? Komunikasi yang direncanakan secara profesional, tujuannya
adalah untuk kesembuhan pasien.

Individu yang akan dijadikan kelompok sasaran untuk komunikasi

1. Individu dengan penyakit kronis


a. Penyakit kronis: Kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan
gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan dalam jangka panjang.
b. Apa saja yang dibutuhkan?
i. Belajar untuk hidup dengan keterbatasan.
ii. Menghadapi segala bentuk perubahan pola hidup yang disebabkan karena
penyakit.
iii. Jika timbul komplikasi, baik itu kronis maupun akut.
iv. Berdurasi lama dengan progress kemajuan yang sangat lambat.
2. Pasien yang mengalami kondisi terminal
a. Kondisi terminal: Penyakit yang progresif menuju kematian melalui suatu tahapan
proses penurunan fungsi fisik, psikososial, dan spiritual.
b. DIsini kita akan menyampaikan informasi tentang penyakitnya, ataupun keluh
kesah pasien, ide dokter.
IT 13 - RMD January 26, 2021

{Komunikasi Teraupetik vs. Komunikasi Sosial}

Komponen Komunikasi Teraupetik:

1. Antar individu harus saling membuka diri. Jika salah satu menutup diri, maka komunikasi
tidak akan berjalan.
a. Dokter harus membuka diri dan pasien harus diajak untuk membuka diri untuk
menerima informasi yang akan diberikan, agar tercipta hubungan 2 arah.
2. Harus ada fokus dari percakapan, agar tidak ada pembahasan yang menyimpang dari
pembahasan.
a. Fokus dari percakapan harus diketahui oleh pasien. Misalnya, kita akan
mengedukasi pasien tentang pemeriksaan gula darah puasa. Kita harus
menginformasikan tentang apa itu gula darah puasa.
3. Ketepatan dari topik.
a. Dokter dan pasien harus sepakat tentang informasi yang akan dibicarakan.
4. Hubungan pengalaman dari topik.
a. Adanya keterlibatan dan penggunaan pengetahuan dokter secara langsung
IT 13 - RMD January 26, 2021
5. Orientasi waktu
a. Orientasi waktu saat itu juga, dokter dan pasien tidak akan berbicara dengan
kondisi masa lalu.
6. Penghargaan terhadap individu.
a. Dokter harus mengakui respon dari pasien, apa yang menjadi keluhan, kesulitan,
atau ketidakpahaman dari pasien.

Jadi, perbedaannya:

1. Komunikasi sosial tidak memiliki tujuan yang spesifik dan pelaksanaan komunikasi terjadi
begitu saja.
2. Sedangkan, pada komunikasi teraupetik memiliki tujuan untuk mencapai kesembuhan
pasien melalui perubahan perilaku/persepsi pasien melalui apa yang kita edukasikan.

Misalnya: Pasien datang ke dokter dengan keluhan kaki bernanah, dan pasien menyebutnya
“diabetes basah”. Dokter ingin mengubah persepsi pasien tentang diabetes kering dan diabetes
basah.

Dokter ingin meluruskan persepsi ini, bahwa yang ada itu merupakan DM tipe 2. Kemudian,
dokter akan menganalisis IMT pasien, apakah normal atau overweight. Kemudian, dokter juga
akan melihat apakah gula darah pasien terkontrol atau tidak. Sehingga, edukasi yang diberikan
dokter adalah bahwa pasien menderita DM tipe 2, yang terjadi pada dewasa muda pada kondisi
tubuh overweight, kadar gula darah puasa tidak terkontrol, dan dengan komplikasi kaki diabetes.

{Prinsip Komunikasi Teraupetik}


Menurut Carl Rogers:
IT 13 - RMD January 26, 2021
1. Pasien harus mengenal dirinya sendiri.
2. Pasien harus memiliki sikap menerima, percaya, dan menghargai.
3. Pasien harus paham dan menghayati nilai-nilai yang harus dimiliki pasien.
4. Dokter harus sadar bahwa komunikasi penting dan merupakan kebutuhan pasien.
5. Dsb.

{Teknik Komunikasi Teraupetik}


1. Dokter harus bisa berperan sebagai pendengar yang aktif dan pasif.
a. Mendengar aktif: Dokter konsentrasi aktif dan memiliki persepsi terhadap pesan
pasien menggunakan semua indra. Misalnya, ketika pasien memberikan keluhan,
mengungkapkan ide, dan perasaan, walaupun sebenarnya jauh dari teori, jangan
langsung dipatahkan atau distop.
b. Mendengar pasif: Dokter mendengar secara non-verbal untuk klien, misalnya
merespon dengan “ooh iyaa”, “bagaimana bu?”, dsb.
2. Penerimaan
a. Dokter harus mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang
menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Bukan berarti setuju, tapi bersedia
mendengar.
3. Klarifikasi dan Validasi
a. Setelah dokter mendengarkan dan menerima pernyataan dari pasien, barulah
dokter mengklarifikasi.
b. Klarifikasi dengan menanyakan pada pasien tentang apa yang tidak dimengerti
terhadap kondisi yang dialami dengan bahasa awam.
IT 13 - RMD January 26, 2021
4. Fokus
5. Observasi
6. Menawarkan informasi
7. Diam
a. Ketika pasien bercerita, berkeluh kesah.
8. Assertive
9. Menyimpulkan
a. Pada akhirnya, dokter akan menyimpulkan apa yang pasien keluhkan, apa yang
menjadi problem untuk pasien.
b. Dokter menyimpulkan poin-poin penting pada komunikasi.
c. Setelah itu, dokter memberikan kesempatan untuk pasien mengklarifikasi agar
sama ide dan pikirannya.
10. Memberi pengakuan atau penghargaan
a. Misalnya pasien sudah sering datang berobat atau planning tujuan terapi.
b. Saat pasien datang, kita akan merespon sesuai catatan medis pasien, jika ada
perkembangan pasien, dokter perlu memuji untuk memotivasi pasien.
11. Menawarkan diri
a. Jangan menunjukkan bahwa kita tidak punya waktu, jangan dibatasi waktunya
untuk pasien.
b. Pisahkan waktu sendiri untuk mengedukasi.
12. Memberi petunjuk umum
13. Memberi pertanyaan terbuka
14. Menempatkan urutan/waktu
IT 13 - RMD January 26, 2021
15. Mendukung deskripsi dan persepsi
16. Mendukung perbandingan
17. Mengulang
a. Memastikan apa yang kita dengar dari pasien dan memfokuskan diskusi.
18. Refleksi
19. Menghadirkan realitas atau kenyataan
a. Misal pada pasien terminal yang sering merasa tidak ditemani siapa-siapa, atau
keputusasaan pada pasien.
20. Menyelipkan keraguan
21. Eksplorasi

{Memberikan Informasi}
Dalam memberikan informasi, kita harus:

1. Menggunakan kata dan kalimat sederhana, hindari bahasa medis.


2. Jujur, tapi dengan toleransi waktu yang baik.
a. Misalnya, DM tidak bisa disembuhkan dan terus progresif, hingga mengalami
komplikasi. Komplikasi harus dinyatakan dengan jujur, sesuai dengan
progresifitasnya.
3. Benar, klarifikasi persepsi pasien.
4. Menggunakan bahasa pendidikan (mendidik, bukan menggunakan bahasa kedokteran)

{Persyaratan Konseling yang Baik dalam Manajemen Diabetes}


Komunikasi Non-Verbal
IT 13 - RMD January 26, 2021
• Volume suara
• Kecepatan saat berbicara
• Wajah
• Kontak mata

Pertanyaan Terbuka

Agar pasien merasa diperhatikan. Makanya, dalam catatan medik pasien itu harus ditulis
assessment, diagnosis, pengobatan, dan apa yang harus dievaluasi dari pasien.

• Apa kabarnya bu?


• Bagaimana bu, gula darahnya, bagus tidak beberapa hari ini?
• Bagaimana kakinya bu, sudah enak dipakai jalan?

{Komunikasi dalam Tatalaksana Diabetes Mellitus}


Dokter mampu memberikan edukasi masalah diabetes, jika dokter menguasai ilmu tentang
diabetes.

DM tipe 2 merupakan PENYAKIT PROGRESIF

Modal edukasi utama, bahwa DM merupakan penyakit progresif, akan selalu memburuk. Maka
dari itu, tahap pre-diabetes merupakan golden time penyembuhan agar tidak masuk ke tahap
diabetes. Pada tahap diabetes, maka akan menjadi penyakit progresif menuju ke komplikasi akut
dan komplikasi kronis.
IT 13 - RMD January 26, 2021

Apa saja topik edukasi diabetes?

1. Patofisiologi DM
2. Terapi non farmakologi, yaitu modifikasi gaya hidup (nutrisi, olahraga)
3. Terapi farmakologi (obat)
4. Bagaimana melakukan perawatan kaki
5. Komplikasi akut dan kronik yang akan pasien alami nantinya
6. Mengajarkan bagaimana melakukan pemeriksaan glukosa darah mandiri
7. Mengajarkan bagaimana menghadapi kondisi khusus, misalnya tanda-tanda hipoglikemia

Prinsip Pengobatan DM tipe 2: Lima Pilar

1. Edukasi dengan pasien


2. Terapi nutrisi medis
3. Aktivitas fisik
4. Terapi farmakologi dengan edukasi
IT 13 - RMD January 26, 2021
a. Cara menggunakan obat
b. Waktu pemberian obat
c. Efek samping obat dan cara mengatasinya
5. Monitoring

Monitong

1. SMBG (Self Monitoring Blood Glucose)


2. Medical monitoring: Perokok, BB, TD, catatan keluhan, HbA1c
3. Komplikasi: apakah pasien sudah mengalami komplikasi kronis atau akut
4. Tahunan: Target manajemen, rujukan kepada spesialis

Aktivitas Fisik

Prinsip FITT:

1. Frekuensi: Frekuensi olahraga jumlahnya 3-5 kali per minggu


2. Intensitas: Intensitas ringan sampai sedang (Maximum Heart Ratenya maksimum 60-70%
MHR

3. Time: 30 sampai 60 menit per aktivitas fisik


4. Type: Jenis olahraga endurans atau aerobic (bukan body building): Untuk meningkatkan
sensitivitas otot thd. Insulin

Prinsip lain: CRIPE

1. Continuous
IT 13 - RMD January 26, 2021
2. Rhytmic
3. Interval
4. Progressive
5. Endurace/Aerobic

Indikasi Pemberian Insulin

Jangan tiba-tiba diubah dari OAD ke insulin tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kita harus
mengedukasikan kepada pasien atas dasar apa kita memberikan terapi insulin.

1. HbA1c > 9% (Edukasi apa itu HbA1c, apa makna dan tujuan pemeriksaannya, jika hasilnya
>9 apa maknanya dan apa tindakannya)
2. Penurunan BB yang drastis/cepat (dekompensasi metabolik berat, seperti lipolysis berat,
proteolysis berat, gluconeogenesis yang berat)
3. Hiperglikemia berat dengan ketosis
4. Krisis hiperglikemia
5. Penggunaan OHO dosis optimal dengan kombinasi, tapi gula darah belum mencapai target
6. Stress berat (stress metabolik seperti infeksi, diare berat, pneumonia berat, serangan
MCI)
7. Hamil dengan DM atau DM Gestasional
8. Gangguan fungsi hati atau ginjal
9. Alergi atau kontraindikasi diberikan OHO
10. Kondisi perioperative (sebelum operasi)

Terapi Nutrisi Medis

Paling mudah dengan menggunakan prinsip inisiasi diet program “Healthy Plate Models”
IT 13 - RMD January 26, 2021
Menggunakan piring bulat. Untuk
mencapai penurunan berat badan,
maka gunakan model piring huruf
T. Separuh piring dengan sayur,
kaki T separuh dengan
karbohidrat dan separuhnya lauk
(protein), tapi ngisinya gaboleh
tinggi, tetep datar. Jika sudah
normal, gunakan model piring
huruf Y, sama rata. Sepertiga lauk, sepertiga karbohidrat, dan sepertiga sayuran.

Kaki Diabetik

• Fokus pemeriksaan fisik penderita DM adalah pada kakinya.


• Kaki diabetic merupakan salah satu komplikasi kronis dari DM yang sering muncul dan
mengancam jiwa, serta penyumbang terbesar dari penyebab kecacatan permanen (40-
70% penyebab amputasi kaki).
• 85% amputasi kaki didahului ulkus (luka), biasanya lukanya sepele, misalnya tertusuk paper
clip, mata ikan.
• Setiap 30 detik, terjadi amputasi kaki diabetes.
• Kenapa? Kaki inilah merupakan port-de-entrée dari penyebab infeksi.
• Sehingga, perlu dilakukan edukasi dan deteksi dini kelainan kaki diabetes.

Faktor Risiko Kaki Diabetik


IT 13 - RMD January 26, 2021
1. Neuropati perifer, yaitu neuropati sensorik (kebas) sehingga kaki tidak bisa merasakan
panas. Oleh karena itu, edukasikan pasien untuk tidak melakukan ini.
2. Kelainan pembuluh darah tepi
3. Kelainan biomekanik (kapalan), karena penekanan pada kaki tiap orang itu berbeda, ada
yang di plantar, ada yang di jari, dsb.
4. Kelainan struktur kaki, misalnya pes planus (kakinya datar).
5. Beban yang berlebih pada kaki
6. RIwayat ulkus atau gangrene pada kaki sebelumnya
7. Kelainan pertumbuhan kuku
8. Sepatu yang tidak adekuat, misalnya sepatu yang ujungnya runcing

Edukasi

1. Rajin periksa kaki setiap hari


2. Cuci kaki dan setelah itu segera dikeringkan dengan tisu atau handuk katun, terutama
cuci sela-sela kaki agar tidak ada jamur (maserasi)
3. Pakai kaus kaki yang berbahan katun dan ganti setiap hari
4. Ketika mencuci kaki, gunakan air hangat 37 derajat C
5. Periksa sepatu sebelum dipakai, jangan sampai ada kotoran yang tajam
6. Gunakan pelembab kulit
IT 13 - RMD January 26, 2021
Penggunaan alas kaki

1. Gunakan alas kaki setiap saat, walaupun dalam rumah


2. Pakai sepatu yang tidak terlalu longgar atau terlalu sempit, 1-2 cm dari panjang kaki, dan
lebar sepatu=lebar kaki
3. Waktu beli sepatu yang tepat: Sore hari, agar pas.

Penanganan kelainan sebelum ulkus

1. Cara potong kuku: Jangan terlalu dalam, harus sejajar dengan daging, jangan runcing.
2. Jika terjadi kalus, maka tipiskan dengan scalpel (oleh dokter atau perawat). Jika dalam
dan bernanah, perlu tindakan operatif.

Apa yang harus dilakukan?

1. Periksa kaki setiap hari


2. Selalu pakai alas kaki
3. Periksa sepatu sebelum dipakai
4. Gunakan alas kaki yang pas
5. Beli sepatu saat sore hari
6. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun
7. Cuci kaki dengan sabun, keringkan, terutama di sela-sela jari
8. Gunting kuku secara mendatar
9. Gunakan lotion pelembab kulit secara teratur. Pada DM, terjadi neuropati otonom. Yang
seharusnya kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melembabkan kulit, karena
neuropati otonom, proses ini tidak terjadi. Yang paling baik: Minyak zaitun atau PCO.
10. Kontrol kaki secara teratur ke petugas kesehatan
IT 13 - RMD January 26, 2021
Jangan lakukan:

1. Berjalan tanpa alas kaki


2. Memakai sepatu yang sempit
3. Memakai kaos kaki sempit dengan lipatan pada ujung kaki
4. Membiarkan kulit kering dan bersisik
5. Merokok
6. Menggunakan cincin di jari kaki atau gelang kaki
7. Menggunakan sepatu dengan tumit tinggi, runcing
8. Menggunakan pemanas untuk kaki (kaki direndam di air panas)

Anda mungkin juga menyukai