Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berakhir kira-kira selama 6 minggu. Wanita yang memulai priode
pueperium disebut puepura. Pueperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu
atau 42 hari. Merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada, keadaan yang normal (Ambarwati, 2010).
Pengeluaran kolostrum dapat dipercepat dengan tindakan
nonfarmakologis yaitu melalui pijat atau rangsangan tulang belakang,
neurotransmitter akan merangsang medula oblongata langsung mengirim
pesan ke hypotalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin
yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya (Wulandari, dkk,
2014). Pijat punggung dapat mempercepat pengeluaran ASI karena dasar dari
pijat punggung ini adalah untuk merangsang refleks oksitosin. Saat tulang
belakang dipijat timbul refleks neurogrnik yang mempercepat kerja saraf
parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang.
(Syafitri, dkk, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2013), ibu post partum pada hari ke 1-3 belum
mengeluarkan asi sehingga ibu tidak bisa memberikan asi eklusif kepada
bayinya. Oleh karena itu ibu memberikan susu formula untuk memenuhi
kebutuhan bayinya.
Menurut Kemenkes Ri (2013), cara pemberian makan pada bayi yang
baik dan benar adalah dengan menyusui bayi secara eklusif sejak lahir
sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai dengan
umur 24 bulan. Asi merupakan makanan terbaik untuk bayi yang
mengandung sel darah putih, protein dan kekebalan yang cocok untuk bayi
serta ASI membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal
serta menindungi terhadap penyakit.

1
2

Salah satu yang mempengaruhi produsi asi adalah paritas. Pada


primipara banyak yang mengalami kecemasan sehingga mempengaruhi
hormon yang memproduksi ASI. Pada multipara dipengaruhi oleh jarangnya
melakukan perawatan payudara sehingga produksi asi tidak cukup (Pranajaya,
dkk 2013).Salah satu untuk menstimulasi adalah dengan pijat punggung.
Pijat punggung pada cervical 5-6 sampai setinggi tulang belikat bagian
bawah menggunakan ibu jari tangan dengan gerakan melingkar kecil pada
kedua sisi tulang punggung selama 2-3 menit (WHO/UNICEF 2008)
Sebagian ibu post partum dapat terjadi hambatan pengeluaran ASI
pada hari pertama setelah persalinan sehingga terjadi perubahan perilaku
dalam masyarakat khususnya ibu-ibu yang cenderung menolak menyusui
bayinya sendiri dan lebih memilih menggunakan susu formula dengan alasan
produksi ASInya hanya sedikit atau tidak keluar sama sekali. Keadaan ini
tentu memberikan dampak negatif terhadap status kesehatan, gizi serta tingkat
kecerdasan anak (Titisari, dkk 2016).
Untuk menanggulangi permasalahan perlu dilakukan upaya dalam
meningkatkan penggunaan ASI. Salah satunya melalui rangsangan pada otot-
otot payudara agar bekerja lebih efektif melalui pemberian teknik marmet
yang dapat merangsang refleks pengaliran / let down refleks yang memicu
keluarnya ASI, sehingga dengan dilakukannya teknik marmet pada ibu post
partum dapat membantu meningkatkan kecukupan produksi ASI pada ibu
post partum. Teknik marmet merupakan kombinasi antara cara memerah ASI
dan memijat payudara sehingga reflek keluarnya ASI dapat optimal (Titisari,
dkk 2016).
Dari hasil studi pendahuluan di BPM Uray Rosdiana pasien post
partum 24 jam pertama mengalami pengeluaran ASI yang lama dan bahkan
belum keluar sama sekali. Pada klinik tersebut hanya memberikan intervensi
membersihkan payudara dengan menggunakan baby oil ataupun air bersih
dan memencet puting susu pada ibu post partum 24 jam pertama untuk
merangsang pengeluaran ASI. Berdasarkan latar belakang tersebut maka
peneliti tertarik meneliti “Pengaruh Pijat Punggung dan Tehik Marmet
3

Terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Post Partum 24 Jam Pertama di BPM
Uray Rosdiana”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dipenelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh pijat punggung dan tehnik
marmet terhadap pengeluaran ASI pada ibu post partum 24 jam pertama?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis pengaruh pijat punggung dan teknik marmet
terhadap pengeluaran ASI pada ibu post partum 24 jam pertama.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, sebagai berikut.
a. Untuk menganalisis pengaruh pijat punggung terhadap pengeluaran
ASI pada ibu post partum 24 jam pertama.
b. Untuk mendeskripsikan pengaruh teknik marmet terhadap
pengeluaran ASI pada ibu post partum 24 jam pertama.

D. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Keilmuan
Dalam penelitian ini ruang lingkup keilmuan yaitu dalam sub ilmu
kebidanan.
2. Ruang Lingkup Materi
Materi penelitian ini adalah nifas, asi, pijat punggung dan teknik marmet.
3. Ruang Lingkup Sasaran
Sasaran dalam penelitian ini adalah ibu post partum 24 jam pertama.
4. Ruang Lingkup Lokasi
Bidan praktik mandiri Uray Rosdiana.
5. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan April- Mei.
4

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi
untuk memperluas wawasan mahasiswi kebidanan khususnya tentang
pengaruh pijat punggung dan teknik marmet terhadap pengeluaran asi
pada ibu post partum 24 jam pertama.
2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan saran dan informasi mengenai
pengaruh pijat punggung dan teknik marmet terhadap pengeluaran asi
pada ibu post partum 24 jam pertama.
3. Bagi Peneliti
Menambah ilmu dan wawasan serta menjadikan pengalaman
penelitian secara langsung untuk mengetahui pengaruh pijat punggung
dan teknik marmet terhadap pengeluaran asi pada ibu post partum 24 jam
pertama.
5

F. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Metode
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
1 Sriyati dan Pengaruh Pijat Quasi - Ada pengaruh pijat
Sari, Y.K. Punggung terhadap experimental punggung terhadap
(2015) Produksi Asi Ibu Post dengan control produksi asi ibu
Partum di Ruangan group pre tes post partum.
Cempaka RSUD post tes design. - Ada perbedaan
Ngudi Yaluyo produksi asi ibu
Walingi. post partum pada
kelompok kontrol
dan kelompok
perlakuan
2. Safitri, N.W, Pijat Punggung dan Quaisi Perlakuan pijat
dkk Percepatan experimen punggung
(2015) Pengeluaran Asi pada dengan post-tes berpengaruh secara
Ibu Post Partum. only signifikan terhadap
percepatan
pengeluaran asi pada
ibu post partum.

3. Ningrum.A.D, Pengaruh Pemberian Quasy- Ada pengaruh


dkk Teknik Marmet Eksperiment. pemberian teknik
(2017) Terhadap Produksi asi Dengan Post marmet terhadap
pada Ibu Post Partum Only Design produksi ASI pada
di BPM Wilayah Kerja with control ibu post partum.
Puskesmas Sukorame group.
Kota Kediri.

Adapun letak perbedaan dengan penelitian sekarang adalah judul


penelitian, sampel, tempat dan wakatu.
6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Nifas
1. Definisi Masa Nifas
Menurut (Ambarwati,2010) Masa nifas atau( puerperium) dimulai
dari setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira
selama 6 minggu. Wanita yang melalui perperium disebut peurpura.
Perperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan
waktu yang di perlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang
normal. Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali. Mulai dari
persalinan, selesai sampai alat alat kandungan kembali seperti prahamil.
Selama masa nifas ini 6-8 minggu.
a. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut (marmi 2012) Asuhan masa nifas diperlukan dalam
priode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50 % kematian pada masa nifas terjadi dalam 24
pertama.
Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi dua yaitu :
1) Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangan selama masa transisi awal mengasuh
anak.
2) Tujuan khusus
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologinya.
b) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati/meruju bila terjadi komplikasi pada ibu
dan bayinya.

6
7

c) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan


kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, memberikan imunisasi
dan perawatan bayi sehat
d) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
e) Mendapatkan kesehatan emosi.

2. Tahapan Masa Nifas


Menurut (Marmi, 2012 dan Ambarwati, 2010) Masa nifas terbagi
menjadi tiga tahapan, yaitu :
a. Puerperium dini
Satu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri
dan berjalan jalan.
b. Puerperium intermedial
Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ organ reproduksi
selama kurang lebih enam sampai delapan minggu.
c. Remot puerperium
Wasktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi.

3. Perubahan Fisiologi masa Nifas


(Marmi, 2012) Perubahan Reproduksi pada Masa NifasDalam masa
nifas, alat-alat genetalia interna maupun ekterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat genetal ini
dalam keseluruhan disebut involusi.
a. Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengurutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya
60 gram. Involusi uteri dapat juga dikatakan proses kembalinya uterus
pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil. Involusi uterus
melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua atau endomentriun
dan pengelupasan lapisan pada tempat inplamasi plasenta sebagai
8

tanda penurunan ukuran dan berat seta perubahan tempat uterus, warna
dan jumlah locea.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1) Iskemia Meometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan relaktasi yang terus menerus
dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative
anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
2) Atrofi jaringan
Strofi jaringan terjadi sebagai reaksi pengheti hormon
estrogen saat pelepasaan plasenta.
3) Autolysis
Autolysisi merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi di dalam otot uterin. Enzim proteolitik akan
memendekan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga
10 kali panjangnya dari semula, dan lima kali lebar dari semula
selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusakan
secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan, hal ini
disebabkan kaerna penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4) Efek Oksitosin
Oksitosis menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot utrein sehingga akan menekan pertumbuhan darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplay darah keuterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implamasi plasenta
serta mengurangi perdarahan
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti
sebelum hamil.Perubahan-perubahan normal pada uterus selama
postpartum adalah sebagai berikut:
9

Tabel 2.1 Perubahan-perubahan normal pada uterus selama


postpartum

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Uterus


Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari ( minggu1) Tidak teraba 500 gram 7,5 cm
14 hari ( minggu2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh penurunan lokasi
uterus ketika turun keluar dari apdomen dan kembali menjadi organ seviks.
Sehingga segera proses persalinan puncak pundus kira kira dua pertiga hingga tiga
perempat dari jalan atas diantara simfisis pubis dan umbilicus. Kemudian naik
ketingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan hingga satu atau dua hari
dan kemudian secra berangsur-angsur turun ke pelviks yang secara abdominal
tidak dapat terpalpasi diatas simfisis setelah sepuluh hari.Perubahan uterus ini
berhubungan erat dengan perubahan perubahan pada meometrium.Pada
meometrium terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolitis, hasil dari
proses ini dialirkan melalui pertumbuhan getah bening.
Decidua tertinggal didalm uterus setelah separasi dan ekpulsin
plasenta dan membran yang terdiri dari lapisan zona balis dan suatu
bagian lapisan zona spogiosa pada decidua balis (tempat implamasi
plasenta) dan decidua paritalis (lapisan sisa uteru). Decidua yang tersis
ini menyusun kembali memjadi dua lpisan sebagai hasil invatasi
leokosit yaitu:
1) Suatu generasi neokrosis lapisan superficial yang terpakai lagi
sebagai dari pembuangan lochia dan lapisan dalam dekat
meomentrium.
2) Lapisan yang terdiri dari sisa-sisa endomentrium dilapisan basalis.
Endomentrium akan diperbaharui oleh poliferasi ephitelium
endomentrium regenerasi endomentrium diselesaikan selama
pertegahan atau akhir dari postpartum minggu ketiga kecuali
ditempat implamasi palsenta.
10

Dengan inovasi utrus ini, maka lapisan luar dari decidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati
akan keluar bersama denagan cairan, suatu campuran antara darah
yang dinamakan locea, yang biasanya berwarna merah muda atau
putih pengeluaran lochea ini biasanya berakhir dalam waktu 3 sampai
6 minggu.
1) Involusi Tempat palsenta
Setelah persalinan, tempat palsenta merupakan tempat
dengan permukaan kasar, tiadak rata dan kira kira sebesar telapak
tangan. Dengan cepat luka ini mengecil pada akhir minggu ke 2
anya sebsar 3-4 cm dan pada masa akhr nifas 1-2 cm. Penyembuha
n luka bekas plasenta khas sekali, pada permulaan nifas bekas
palsenta megandung banyak pembuluh daraah besar yang
tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh
dnegan cara dilepasakan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan
endomentrium baru dibawah permukaan luka. Endomentrium ini
tumbuh dari pingir luka dan juga dari sisa-sisa kenjar pada dasr
luka.
Regenerasi endomentrium terjadi ditempat implamasi
plasenta selama 6 minggu. Epitelium berproliferasi meluas kedalam
dari sisi tempat ini dan dari lapisan sekitar uterus serta dibawah
implamas plasenta dari sisa-sisa kelnjar basilar endomentrial di
dalam decisua basalis. Pertumbuhan besar endomentrium ini
berlangsung dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini pada
hakekatnya mengikis pertumbuhan darah yang membeku pada
tempat implamasi plasnta yang menyebabkan menjadi terkelupas
dan tak dipakai lagi pada pembuang lochia.

2) Perubahan Ligamen
11

Ligamen-ligamen diafrakma pelviks serta pasia yang


merenggang sewaktu kehamilan dan partus, setelah jalan lahir,
berangsur-rangsur menciut kembali seperti sedia kala. Tidak jarang
ligamen ligatum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan
letak uterus menjadi retroflekxi. Tidak jarang pula wanita
mengeluh “ kandungannya turun”, setelah melahirkan olehkarena
ligamet , fasia, jaringann, penunjang alat genetalia menjadi agak
kendor.
3) Perubahan pada Serviks
Serviks megalami involusi bersama-sama uterus.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpartum
adalah bentuk serviks yang menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontrraksi,
sehingga seolah olah pada perbatasaan antara korpus dan serviks
uteri berbentuk semacam cincin. Warna seviks itu sendiri bewarna
merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.beberapa
hari setalah persalinan, estium externum dapat dilalui oleh dua jari,
pinggir-pingirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan
dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat di lalui
oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian
atas dari canalis cervikallis.
Pada servisk berbentuksel-sel otot baru yang
mengakibatkan serviks memanjag seperti celah. Karena proses
hyper palpasi ini, arena etraksi serviks, robekan serviks menjadi
sembuh. Walaupun begitu setelah involusi selasai, ostium externum
tidak serupa dengan ekadaannya seblum hamil. Pada umumnya
ostium externumnya lebih besar dan tetap ada retak-rtak dan
robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir
sampingnya. Oleh robekan kesamping ini terbentuk bibir depan dan
belakang pada serviks

4) Lochia
12

Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari


deciduayang mengelilingi situs palsenta akan menjadi neokrotik.
Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
Campuran antara darah dan decidua tersebut dinamakan lochia,
yang baiasanya bewarna merah mudan atau putih puact.
Lochia adalah ekstresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa atau batas atau basa atau alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal. Lovhia mempumyai bau yang
amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-
beda pada setiap wanita. Secret mikroskopi lochia terdiri dari
eritrosit peluruhan desidua, sel epitel dan bakteri. Lochia
mengalami perubahan karena involusi.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan wartu dan warna nya
diantaranya:
a) Lochia Rubra atau merah (kurnta)
Lochia ini muncul pada hari petama sampai hari ketiga masa
postpartum. Sesuai dengan namaya warnanya biasnaya merah
dan mengandung darah dari robekan atau luka pada palsenta
dan erabut dari desidua dan chorion. Terdiri dari sel decidua
verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
b) Lochia Serosa
Lochia ini muncul pada hari kelima sampai kesembilan
postpartum. Warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan.
Lochian ini terdiri dari lebih sedikit darah dan lebih banyak
serum juga terdiri dari leukosit dan robrkan laserasi plasenta.
c) Lochia Alba
Lochia ini lebih dari hari kesepuluh post partum. Warnanya
lebih pucat, putih kekuningan dan lebih banyak mengandung
leokosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
Bila pengeluaran lochia tidak lancar maka disebut lochiastasis.
Kalau lochia tetap bewarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan
13

tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna


yang sering disebabkan retroflekxio uteri.
Lochia memiliki suatu karakteristik bau yang tidak sama dengan
secret menstual. Bau yang paling kuat pada lochia serosa dan harus di
bedakan juga dengan bau yang menandakan infeksi. Lochia
disekresikan dengan jumlah banyak pada awal jam postpartum yang
selanjutnya berkurang sejumlah besar sebagai lochia rubra, sejumlah
kecil sebagai lochia serosa dan sejumlah lebih sedikit lagi lochia alba.
Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.2Perbedaan masing-masing lokia


Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel
desidua, rambut
lanugo, sisa
mekonium dan sisa
darah.
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah
merah bercampur lendir
Serosa 7-14 hari Kekuningan atau Lebih sedikit darah
kecoklatan dan lebih banyak
serum, juga terdiri
dari leukosit dan
robekan laserasi
plasenta.
Alba >14 hari Putih Mengandung
leukosit , selaput
lendir serviks dan
serabut jaringan
yang mati.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanitapostpartum


berada dalam posisi berbaring dari pada berdiri. Hal ini terjadi akibat
pembuangan bersatu di vagina bagian atas manakala wanita dalam
posisi berbaring dan kemudia akan mengalir keluar manakala ia
berdiri. Jumlah rata- rata pembuangan lochea kira-kira 8 hingga 9 oz
atau sekitar 240 hingga 270 ml.
4. Perubahan Pisikologis Masa Nifas
Menurut (Maritalia, 2014)
14

a. Adaptasi Pisikologis Ibu pada Masa nifas


Pada primipara, menjadi orang tua merupakaan pengalaam tersendiri
dan dapat menimblkan stress apabila tidak ditangani segera. Perubahan
peran dari wanita bisa menjadi seorang ibu dapat melakukan perannya
dengan baik. Perubahan hormonal dengan cepat setelah proses
melahirkan ikut mengaruhi keadaan emosi dan proses adaptasi ibu pada
masa nifas. Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas
antara lain adalah sebagai beriku :
1) Fase Taking In
Merupakan fase yang ketergantungan yang berlangsung dari
hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri
sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.
Ketikntamaan yang dialami ibu lebih disebabkan oleh
persalinan yang baru saja dilaluinya. Rasa mules, nyeri pada
jalan lahir, kurang tidur, atau kelelaan, merupakan hal yang
sering dikeluhkan ibu. Pada fas ini kebutuhan istirahat, asuhan
nutrisi dan komunikasi yang baik harus dapat terpenuhi. Bila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ibu dapat mengalami
ganguan piisikologis berupa : kekecewaan kepada bayinya,
ketidaknyamaan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami,
rasa bersalah karena belum bisa menyususi bayinya dan kritikan
suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2) Fase Taking Hold
Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Ibu mersa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa
tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perawaan ibu
terhadap diri dan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga
mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah
komunikasi yang baik, dukungan dan pemaberian penyuluhan
atau pendidikan kesehatan tenatang perawatan diri dan bayinya.
Penuhi ibu tentang cara perawatan bayi, cara menyusui yang
baik dan benar, cara perawatan luka jalan lahir, mobilisasi post
15

partum , senam nifas, nutrisi, istirahat, kebersihan diri dan lain-


lain.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan menerima peraan alan tanggung jawab akan
peran barunya sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung 10 hari
setealah melahirkan. Ibu sudah melai dapat menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi pelindung
bagi bayinya. Perawaatn ibu terhadap dirinya dan bayinya
semakin meningkat. Rasa percaya diri ibu akan peran barunya
mulai tumbuh, lebih mandiri dalam memenhi kebutuhan dirinya
dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu
ibu untuk dapat lebih meningkatkan rasa percaya diri dalam
merawat bayinya. Kebutuhan akan istirahat dan nutrisi yang
cukup masih sangat diperlukan ibu untuk menjaga kondidi
fisiknya.
5. Kebutuah Dasar Ibu Nifas
a. Nutrisi
Nutrisi yang dikonsumsi harus tinggi, bergizi dan cukup kalori.
Kalori bagus untuk metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses
pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 kalori. Ibu
menyusui memrlukan kalori yang sama dengan wnita dewasa + 700
kalori pada 6 bulan pertama kemudian +500 kalori dalam sebulan.
Gizi ibu menyusui
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2) Makan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yag cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui).
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca persalinan.
5) Minum vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASInya.
16

b. Karbohidrat
Makan yang di konsumsi dianjurkan mengandung 50-60%
karbohidrat. Laktos (gula susu) adalah ebntuk utama dari karbohidrat
yang ada dalam jumlah lebih besar dibanding dalam susu sapi. Laktosa
membantu bayi menyerap kalsium dan mudah memetabolisme menjadi
duagula sederhana (galaktosa dan glukosa) yang ditumbuhkan untuk
pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi selama masa bayi.
c. Lemak
Lemak 23-35% dari total makanan. Lemak menghasilakn kira
kira setengah kalori yang diproduksi oleh ari susu ibu.
d. Protein
Jumlah kelebihan protein yang diperlukan oleh ibu nifas adalah
sekitar 10-15%. Protein pertama dalam air susu ibu adalah whey.
Mudah dicerna whey menjadi kepala susu yang lembut yang mudah
menyerap nutrein kedalam aliran darah bayi. Sumber karbohidrat
yaitu :
1) Nabati : tahu, tempe dan kacang-kacangan.
2) Hewani : daging, ikan, telur, tahu, hati, otak, usus, limfa, udang,
kepiting.
e. Vitamin dan Mineral
Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan
metabolisme tubuh. Bebrapa vitamin dan mineral yang ada pada air
susu ibu perlu mendapatkan perhatian khusus karena jumlahnya kurang
mencukupi, tidak mampu memnuhi kebutuhan bayi sewaktu bayi dan
bertumbuh kembang.
Vitamin dan mineral yang paling mudah menurunkan
kandungannya dalam makanan yaitu Vit B6, tiamin, Asam folat, dalam
air susu ibu langsung berkaitan dengan diet atau asupan suplement
yang dikonsumsi oleh ibu. Asupan suplement yang tidak memadai akan
mengurangi cadangan dalam tubuh ibu dan mempengaruhi kesehatan
ibu maupun bayi.
Sumber vitamin : hewani dan nabati
17

Sumber mineral : ikan, daging, banyak mengandung kalsium, fosfor,


zat besi, seng dan yodium.
f. Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalm proses metabolisme
tubuh. Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak
dehitrasi. Asupan tablet tambah darah dan zat besi diberiakn serta=40
hari postpartum, minum kapsul Vit a (200.000 unit).
g. Anatomi Fisiologi Payudara
(Ambarwati,2012) Payudara disebut glandulla mammae,
berkembang sejak usia janin 6 minggu membesar karena pengaruh
hormon ibu yang tinggi yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen
meningkatkan pertumbuhan duktus-duktus dan saluran penampung.
Progesteron merangsang pertmbuhan tunas-tunas alvioli. Hormon-
hormon lainseperti prolaktin, growth hormon, adenokosteroid. dan
teroid juga di perlukan dlam kelenjar air susu.
Payudara tersusun dari jarinagn kelenjar, jaringan ikat, dan
jaringan lemak, diameter payudara sekitar 10-12 cm. Pada wanita yang
tidak hamil berat rata-rata sekitar 200 gram, tergantung individu. Pada
akhir kehamilan beratnya berkisar 400-600 gram, sedangkan pada
wakru menyusui beratnya mencapai 600-800 gram.
Besarnya payudara setiap wanita berbeda, tidak menjadi ukuran
banyaknya ASI yang diproduksi.
Payudara terbagi 3 bagian yaitu :
1) Korpus (badan) yaitu bagian yang besar
2) Areola yaitu bagian tengah yang bewarna kehitaman
3) Papilla (puting) yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Struktur payudara terdiri dari 3 bagian yaitu :
1) Kulit
2) Jaringan subkutan 9jarinagn dibawah kulit)
3) Corpus mamae terdiri dari :
a) Parekin : duktus laktiferus uktus, duktus (duktuli), lobus, alvioli.
b) Stroma
18

Ada 12-15 duktus alfierus. Tiap duktus bercabang-cabang


menjadi 20-40 duktuli. Duktulus bercabang-cabang menjadi 10-
100 alvio;us yang berfungsi sebagai satu kesatuan kelanjar.
Payudara merakan kumpual dari sejumlh kelenajar susu tunggal.
Masing-masing duktu akan membentuk lobus dan duktus akan
membentuk lobulus. Duktulus dan duktus berpusat ekasarh puting
susu. Sebelum bemuara pada puting susu, masing-masing duktus
melebar membentuk ampulla atau sinus yang berfungsi sebagai
gudang air susu ibu. Sinus, duktus, dan alviolus dikelilingi oleh
meopitel yang dapat berkonsentrasi untuk memompa ASI.
alviolus dikelilingi pembuluh darah yang memberi zat gizi pada
sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau sintesis air
susu ibu.
Bagian stroma dari payuda tersusun dari bagian bagian berikut :
a) Jaringan ikat
b) Jaringan lemak
c) Pembuluh darah
d) Saraf
e) Pembulah limfa

B. Asi
ASI adalah imuniasai pertama bayi dan penyelamat hidup yang paling
efektif dan murah. Anak-anak yang mendapat asi ekslusif 14 kali lebih
mungkin untuk bertahan hidup dalam enam bulan pertama kehidupan
dibandingkan anak yang tidak disusui. Mulai menyusui pada hari pertama
setelah lahir dapat mengurangi kematian resiko kematian setelah berulahir
hingga 45 persen (UNICEF Geeta Rao Gupta (2017). ASI Eklusif adalah bayi
hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan lain seperti susu
foumul, jeruk, madu, air teh, air putih, serta tanpa makanan padat seperti
pisang, bubur susu, biskut, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru
diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai
anak berusia 2tahun lebih (Ambarwati,. 2010).
19

Menurut( kementirian kesehran RI, 2013) Asi merupakan makanan


yang terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat
kekebalan yang cocok untuk bayi serta ASI merupakan pertumbuahan dan
perkembangan anak secra optimal seta melindungi terhadap penyakit.
1. Pengetian Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi, disekresi, dan pengeluaran ASI sampai pada proses bayi
menghisap dan menelan ASI ( Marmi, 2012).
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai mulai dari asi
diproduksi smapai proses bayi menghisap dan menelan asi. laktasi
merupaka bagian intergal dari siklus reproduksi mamalia. Masa laktasi
mempunai tujuan untuk meningkatkan pemberian ASI eklusif dan
meneruskan sampai pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secra baik
dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secra alamami
(Ambarwati, 2010).
2. Manfaat Pemberian ASI
a. Manfaat Bagi bayi (Marmi,2012).
1) ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi
mengandung protein yang spesifik untuk perlindungan terhadap
alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh.
2) Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protein,
karbonhidrat, lemak dan mineral yang seimbang.
3) ASI memudahkan kerja pencernaan, muah diserap oleh usus bayi
serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti diare
atau sembelit.
4) Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat
badan ideal.
5) ASI mengandung zat-zat yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.
6) Secara alamiah ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan
usia kelahiran bayi.
20

7) ASI bebas kuman karena diberikan langsung dari payudara


sehingga kebersihannya terjamin.
8) ASI mengadung banyak kadar selinium yang melindung gigi dari
kerusakan.
9) Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu
mengurangai insiden maloklusi yang membentuk otot pipi yang
baik.
10) ASI memberikan keuntuungan psikologis.
11) Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
b. Manfaat Untuk Ibu (marmi,2012)
1) Membantu mempercepat pengembalian uterus kebentuk semula
dan mengurangi perdarahan postpartum karena isapan bayi pada
payudara akan merangsang kelanjar hhipopisi untuk mengeluarkan
hormon oksitosin. Oksitisin bekerja untuk kontraksi saluran ASI
pada kelenjar air susu dan merangsang kontraksi uterus.
2) Menyusui secra teratur akan menurunkan berat badan secara
bertahap karena mengeluarkan energi untuk ASI dan proses
pembentukannya akan mempercepat kehilangan lemak.
3) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian
karsioma payudara dan karsinoma ovarium.
4) Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar
dengan suhu yang sesuai sehingga dapat dan diberikan kapan dan
dimana saja.
3. Macam Macam ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Ari susu ibu khusu dibuat
untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusu dan sempurna
serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
ASI dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

a. Kolustrum
21

Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolestrum


ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari
keempat pasca persalianan. Kolustrum merupakan aciran dengan
viskosistas kental, lengket dan bewarna kekuninagan. Kolustrum
mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel
darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu
kolustrum amsih mengandung banyak lemak dan laktosa. Protein
pertama pada kolustrum adalah imonoglobulin ( IgG, IgA, dan IgM ),
yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir
bakteri, virus, jamr, dan parasit.
Meskipun kolustrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita,
tetapi volume kolustrum yang ada dalam payudara mendekati
kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolustrum
antara 150-300 ml/24 jam.
Kolustrum juga merupakan pencahar ideal untuk
membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir
dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan
yang akan datanh.
b. ASI Transisi atau Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolustrum
sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10.
Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah
warna serta komposisinya. Kadar imonoglobulin dan protein
menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
c. ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya. ASI
matur tampak bewarna putih. Kandunagn ASI matur relatif konstan,
tiadak mengumpal bila dipanaskan. Ari susu yang mengalir pertama
kali atau saat lima menit pertama disebut feromik. Feromik lebih
encer. Feromik mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi
laktosa, gula, protein, mineral dan air.
22

Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk


kaya akan lemak dan nutrisi . Hindmilk membuat bayi akan lebih
cepat kenyang. Dengan demikain, bayi akan membutuhkan keduanya
baik ferimilk maupun hindmilk. Dibawah ini bisa kitalihat perbedaan
komposisi antara kolustrum, ASI transisidan ASI matur.

Tabel 2.3 Perbedaan komposisi antara kolustrum, ASI transisi, dan


ASI matur
Kandungan kolestrum Transisi ASI matur
Energi (Kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa(gr/100ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8
Protein(gr/100ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglobin:
Ig A(mg /100ml) 335,9 - 119,6
Ig G(mg/ 100ml) 5,9 - 2,9
Ig M(mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosin(mg/100ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270

4. Kandungan ASI
a. Lemak
Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI dnegan
kadar 3,5-4,5%. Lemak mudah diserap oleh bayi karena enzime lipase
yang etrdapat dalam sitem pencernaa bayi dan ASI akna mengurai
triglesida mejadi gliserol dan asam lemak. Keunggulan elmak ASI
mengandung asam lemak esensial yaitu Docosahexaenoic. Acid
(DHA) Arachionoic (AA) berguna untuk pertumbuhan oatak.kadar
kolestrol dalam ASI lebih tinggi karena untuk merangsnag enziem
protektif yang membuat metabolisme kolestrol mnjadi efsien.
b. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktose dengan kadar 7
gram %. Laktose mudah terurai menjadi Glukose dan Glaktose oleh
enziem laktose yang terdapat dlam mukosa saluran pencernaan bayi
23

sejak lahir. Laktose juga bermanfaat untuk mempertinggi obsorsi


kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasilus Bifidus.
c. Protein
Protrein dalam susu adalah kasien dan whey kadarnya 0,9%
selain itu terdapat dua asam amino yaitu sistin dan tarin. Sistin
diperlukan untuk pertumbuhan somatik sedangkan taurin untuk
pertumbuhan otak.
d. Garam dan Mineral
1) Zat besi
Jumlh zat besi dalam ASI termasuk sedikit tetapi mudah
diserap. Zat besi berasal dari persedian zat besi sejak dari lahir,
dari pemecah sel darah merah dan dari zat besi yang terkandug
dalam ASI. Dengan ASI bayi jarang kekurangan zat besi.
2) Seng
Seng diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
imunitas. Juga diperlukan untuk mencegah penyakit
akrodermatitis enteropatika (penyakit kulit dan sistem
percernaan).
e. Vitamin
1) Vitamin K
Berfungsi sebagai katalisator pada proes pembentukan darah
2) Vitamin E
Banyak terkandung dalam kolustrum
3) Vitamin D
Berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi.
f. Zat protektif
1) Imonoglobulin
Semua jenis imonoglobulin terdapat dalam ASI, seperti IgA, IgG,
IgM, IgD, dan IgE yang berguna untuk imunisasi terhadap
penyakit.
2) Lisosim
24

Enziem lisosim dalam ASI berfungsi untuk mecegah dinding


bakteri dan antiinflamasi.
3) Laktoperoksidase
Enziem ini beserta dengan peroksidase hidrogen dan ion tioksinat
membantu pertumbuhan streptokokus.
4) Lactobasilus Bifidus
Lactobasilus bifidus berfungsi mengubah lactose menjadi asam
lactat dan asam asetat, menjadikan saluran pencernaan bersifat
asam sehingga menghambat pertumbuhan mikro organisme
pratogen.
5) Lactoferin dan Trasferin
Kedua zat ini merupakan protein dalam ASI yang berfungsi
menghambat pertumbuhan stapilokokus dan E.coil. dengan cara
mengikat zat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya
sehingga kuman tersebut tidak mendapatkan zat besi.
6) Komplemen C3 dan C4
Komplemen C3 dan C4 berguna sebagai faktor pertahanan.
7) Sel makrofag
Sel makrofag berfungsi membunuh kuman dan membentuk
kiplement C3,C4, lisosim serta lactoferin.
8) Lipase : merupakan zat anti virus

5. Dukungan bidan dalam memberikan ASI


Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang
pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI
dengan baik dan mencegah masalah – masalah umum terjadi.
a. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari
payudara ibu.
b. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui
bayinya sendiri.
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu
untuk mencegah masalah umum yang timbul. Tujuan dari perawatan
25

payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah


tersumbatnya saluran susu sehingga pengeluaran ASI lancar.
Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup
kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai
dilakukan. Sebelum menyentuh puting susu pastikan tangan ibu selalu
bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara
paling tidak dilakukan minimal 1 kali dalam sehari dan tidak
diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol, ataupun sabun
pada puting susumembantu ibu pertama kali dalam memberikan ASI
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir
sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu,
maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan,
isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera
mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos
untuk memeras ASI. pemberian ASI tidak lepas dengan teknik atau
posisi ibu dalam menyusui.

Posisi menyusui dapat dilakukan dengan :


a. Posisi berbaring miring
Posisi ini baik dilakukan saat pertama kali atau ibu dalam keadaan
lemah atau nyeri.
b. Posisi duduk
Pada saat memberi ASI dengan posisi duduk dimaksudkan
memberikan topangan pada sandaran atau pada punggung ibu dalam
posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat
dilakukan dengan bersila di atas tempat tidur atau lantai, ataupun
duduk di kursi.
c. Posisi ibu tidur terlentang
Seperti halnya saat dilakukan inisiasi menyusui dini, maka posisi ini
juga dapat dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu di
antara payudara ibu.
26

C. Pijat Punggung
Pijat punggung dapat mempercepat pengeluaran ASI karena dasar
tehnik pijat punggung adalah untuk merangsang refleks oksitosin
(Syafitri,dkk, 2015). Pijat punggung ini dilakukan untuk merangsang refleks
oksitosin dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang kedua sisi
tulang belakang dari leher ke arah tulang belikat. Telah dikemukakan bahwa
let-down refleks penting perannya untuk mengejeksikan ASI Menurut(Depkes
RI , 2007).
Pijat punggung pada cervical 5-6 sampai setinggi tulang belikat bagian
bawah mengunakan ibu jari tangan dengan gerakan melingkar kecil pada
kedua sisi tulang punggung selama 2-3 menit (WHO/UNICEF, 2008).Dengan
pijat punggung akan memberikan kenyamanan dan membuat rileks ibu karena
pijat punggung dapat merangsang pengeluaran hormon endorfin serta dapat
menstimulasi efleks oksitosin (Sptapora, 20009).
Selain pendapat yang dijelaskan tersebut, menurut (Syafitri, 2015) ,
termyata saat tulang beakang dipijat timbul refleks neogenik yang
mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah keotak
bagian belakang. Akibat sinyal stimulatorik, lalu ada proses respont potensial
aksi oksitosin yang dilepaskan kedalam darah sistemik dari hipofisis posterior.
Lalau dalam aliran darah oksitosin disampaikan keorgan tujuan yakni sel
miopitel alvioli dan uterus. Setelah sampai disekitar miopitel alvioli, oksitosin
merangsang sel tersebut sehingga kantung alviolus tertrkan. Meningkat dan
duktus memendek dan melebar. Kemudian diinjeksikanlah ASI dari puting
susu.
Menurut (Wulandari, dkk, 2014) dengan waktu yang lama pengeluaran
kolustrum dapat dipercepat dengan tindakan nonfarmakologis yaitu melalui
pijat atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang
medula oblongata langsung mengirim pesan ke hypotalamus di hypofise
posterior untuk mengeluarkan oksitosin yang nyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya.Hal ini menunjukan kesesuaian dengan teori,
dengan melakukan pemijatan sepanjang tulang belakang (vertebra) sampai
tulang costae kelima-keenam akan merangsang hormon prolaktin yang
27

diproduksi oleh hipofise anterior dan oksitosin yang diproduksi oleh hipofise
posterior, sehingga ASI pun otomatis dapat lebih lancar. Selain
memperlanacar ASI pijat oksitosin memberikan kenyamanan pada ibu nifas,
mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI, merangsang perlepasan
hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.
Adanya rasa nyaman yang di rasakan ibu selama pemijatan merupakan syarat
keberhasilan pijat oksitosin.
1. Menstimulasi Refleks Oksitosin
Reflek oksitosin ini dipengaruhi oleh jiwa ibu. Jiak ada rasa cemas
stress dan ragu yang terjadi maka pengeluaran ASI bisa terhambat
(Kodrat,2010). Hormon oksitosin tersebut dihasilkan jika ujung syraf
disekitar payudara distimulasi oleh hisapan si kecil. Oksitosin dialirkan
melalui darah menuju payudara, yang akan menstimulasi otot di sekiling
alviolil, dan memeras ASI keluar dari alveolus menuju sinus aktiferus. ASI
yang terdapat didalam sinus aktiferus hanya dapat dilakukan oleh ibu atau
si kecil (marmi, 2012)
Oksitosin terbentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Kondisi ini
yang menyebabkan ASI dipayudara menaglir untuk dihisap. Oksitosin
bekerja saat ibu sudah merasa ingin menyusui, walaupun sikecil belum
menghisap payudara.Oksitosin juga berperan penting dalam membuat
uterus berkontraksi setelah persalinan. Sehingga membantu mengurangi
perdarahan yang terjadi pada ibu, walaupun terkadang mengakibatkan rasa
nyeri. Si kecil akan mengalami kesulitan mendapatkan ASI jika refleks
oksitosin tidak bekerja dengan baik. Payudara seolah-olah berhenti
memproduksi ASI, padahal payudara tetap memproduksi ASI. ASI tidak
mengalir keluar (marmi, 2012)
Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin (Mardiyaningsih, Eko,2010 ) :
a. Melepaskan baju bagian atas
b. Ibu miring kekanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal
c. Memasang handuk
d. Melumuri kedua tangan dengan minyak ataupun baby oil
28

e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan


menggunakan dua telapak tangan, dengan ibu jari menunjuk kedepan
f. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang membentuk gerkan-gerkan
meingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinyan.
g. Pada saat bersmaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah
dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit.
h. Mengulangi pemijatan selama 3 kali.
i. Membersihkan punggung ibu dengan washlap air.

D. Teknik Marmet
Menurut ( marmi, 2012), Teknik memerah ASI disebut tehnik marmet,
yaitu cara memeras ASI secara manual dan mengutamakan let-down refleks
(LDR) . teknik marmet itu merangsang LDR diawal proses memerah dapat
menghasilkan ASI sebanyak 2-3 kali lipat dibanding tanpa menggunakan
teknik LDR ini. Let-down refleks (LDR) sama rangsangan yang terjadi jika
puting dihisap oleh bayi dan setalah beberapa saat tiba-tiba payudara akan
mengencang dan ASI akan keluar deras sehingga bayi harus mempercepat
irama menghisap ASI, kurang lebih seperti itulah jika efek LDR didapatkan.
ASI akan tiba-tiba mengalir deras tanpa diperlukan pijatan atau perasaan yang
sangat kencang.
Teknik Marmet mengembangkan metode pijat dan stimulasi untuk
membantu kunci reflek keluarnya ASI. Keberhasilan dari teknik ini adalah
kombinasi dari metode pijat dan pengeluaran ASI. Teknik ini efektif dan tidak
menimbulkan masalah (Hormann, 2006).
Dari hasil penelitian (Ningrum, 2017) teknik marmet mempengaruhi
produksi ASI ibu post partum. Pada sebagian ibu post partum dapat terjadi
hambatan pengeluaran ASI pada hari pertama setelah persalinan sehingga
terjadi perubahan perilaku dalam masyarakat khususnya ibu-ibu yang
cenderung menolak menyusui bayinya sendiri dan lebih memilih
menggunakan susu formula dengan alasan produksi ASI nya hanya sedikit
atau tidak keluar sama sekali. Keadaan ini tentu memberikan dampak negatif
terhadap status kesehatan, gizi serta tingkat kecerdasan anak. Oleh karena itu,
29

untuk menanggulangi permasalahan tersebut perlu dilakukan upaya preventif


dan promotif dalam meningkatkan penggunaan ASI.
Menurut (marmi, 2012 ) jika tehnik ini dilakukan dengan efektif san
tepat, maka seharusnya tidak akan terjadi maslah dalam produksi ASI ataupun
cara mengeluarkan ASI. tehnik ini dapat dipelajari dengan mudah dipelajari
sesuai intruksi. Tentu saja semakin sering ibu melatih memerah dengan tehnik
marmet marmet ini, maka ibu makin terbiasa dan tidak akan menemui
kendala.
Menurut penelitian (Titisari, dan Rahmawati, 2016 ) Produksi ASI
yang rendah bisa diakibatkan dari kurang sering menyusui atau memerah
payudara dan memijat payudara. Teknik marmet merupakan kombinasi antara
cara memerah ASI dan memijat payudara sehingga reflek keluarnya ASI dapat
optimal. Pemberian teknik marmet mempengaruhi produksi ASI ibu post
partum yang dapat dicapai. Dapat terjadi hambatan pengeluaran ASI pada hari
pertama setelah persalinan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
masyarakat khususnya ibu-ibu yang cenderung menolak menyusui bayinya
sendiri dan lebih memilih menggunakan susu formula dengan alasan produksi
ASInya hanya sedikit atau tidak keluar sama sekali. Keadaan ini tentu
memberikan dampak negatif terhadap status kesehatan, gizi serta tingkat
kecerdasan anak. Oleh karena itu, untuk menanggulangi permasalahan
tersebut perlu dilakukan upaya preventif dan promotif dalam meningkatkan
penggunaan ASI.
Langkah teknik marmet menurut (mas’adah, 2014 dan marmi, 2012) :
1. Meletakkan ibu jari dan jari lainnya ( jari telunjuk dan jari tengah sekitar 1
cm hingga 1,5 cm dari aerola pada posisi jam 12 dan jari lainnya di posisi
jam 6. Posisi jari seharusnya tidak berada di jam 12 dan jam 4.
2. Mendorong kearah dada dengan menggunakan ibu jari dan dua jari
lainnya, hindari mengerakan jaria.
3. Mengulung mengunkan ibu jari dan jari lainnya secara bersama.
Mengerakkan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan sinus laktiferus
hingga kosong. Jika dilakukan dengan tepat, maka ibu tidak akan
kesakitan saat memerah. Memperhatikan posisi dari ibu jari dan jari
30

lainnya. Posisi jari berubah pada tiap gerakan mulai dari posisi push (jari
terletak jauh dibelakang aerola) hingga posisi roll ( jari terletak disekitar
aerola).
4. Mengulangi gerakan diatas secara teratur hingga sinus laktefierus kosong.
Memposisikan jari secara tepat, Push (dorong), Roll (gulung).
5. Memutar ibu jari dan jari lainnya ketitik sinus laktiferus lainnya. Demikian
juga saat memerah payudara lainnya, gunakan kedua tangan. Misalakan
saat memerah payudara sebelah kir,i gunakan tangan kiri dan saat
memerah payudara kanan gunakan tangan kanan. Saat memerah ASI, jari-
jari berputar seiring jarum jam ataupun berlawanan agar semua sinis
laktiferus kosong. Selanjutnya memindahan ibu jari dan jari lainnya pada
posisi jam 6 dan jam 12, posisi jam 11 dan jam 5, posisi jam 2 dan jam 8,
kemudian jam 3 dan jam 9.
6. Menghindari gerakan menekan payudara, menarik puting dan meregang
payudara.
7. Melanjutkan prosedur dengan gerakan untuk merangsang refleks
keluarnya ASI yang terdiri dari massage (pemijatan), Stroke (tekan), dan
Shake (guncang), memijat alveolus dan duktus laktiferus melai dari bagian
atas payudara. Dengan gerakan memutar, memijat dengan menekan kearah
dada, kemudian menekan (strok) daerah payudara dari bagian atas hingga
sekitar puting dengan tekanan lembut dengan jari seperti mengelitik.
Gerakan dilanjutkan dengan mengguncang (shake ) payudara dengan arah
memutar.
8. Mengulangi seluruh proses memerah ASI pada tiap payudara dan tehnik
stimulasi refleks keluarnya ASI sekali atau dua kali.
9. Tehnik ini umumnya membuhkan waktu selama 5-7 menit memeras tiap
payudara dilanjutkan dengan stimulus refles keluarnya ASI.
31

E. Kerangka Teori

Ibu nifas

Menyusui bayi
Kondisi pisikologis

Pijat punggung

Hormon oksitosin

Tehnik marmet

Pengeluaran ASI

ASI Keluar ASI Tidak


Keluar

Gambar 2.4
KerangkaTeori Pengaruh pengeluaran ASI
32

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pijat Pumggung
Tehnik Marmet Pengeluaran ASI

Gambar3.1Kerangka Konsep

B. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada pengaruh pengeluaran ASI pada ibu post partum 24 jam pertama
sebelun dan sesudah diberikan pijat punggung dan teknik marmet.

C. Definisi Oprasional
Tabel 3.1 DefinisiOperasional
Alat
Variabel Depinisi Oprasional Hasil Ukur Skala
Ukur
Pijat 1. Suatu tindkan yang Panduan 0 : sebelum Nominal
Punggung dan dpat mempercepat prosedur dilakukan
Teknik pengeluaran ASI . 1 : sesudah
Marmet 2. cara memeras ASI dilakukan
secara manual dan
mengutamakan let-
down refleks (LDR) .
Pengeluaran ASI yang dikeluar dari Spuit Total Rasio
ASI 3cc Pengeluara
puting susu karena adanya n ASI
rangsangan dari hormon
oksitosin.
33

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah


eksperimental dengan rancangan penelitian quasy-exsperiment design.
Dalam rancangan ini penulis hanya melibatkan kelompok untuk
menentukan sebab akibat tanpa melibatkan kelompok kontrol. Desain ini
menggunakan pendekatan one group pretest-posttest.

Tabel 4.1 rancangan penelitian one group pretest-posttest design

Eksperimen 01 X 02

Keterangan

1 = observasi sebelum perlakuan


X = intervensi (melakukan pijat punggung dan tehnik marmet)

02 = observasi setelah perlakuan

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
(Menurut Notoatmodjo, 2010),polpulasi penelitian adalah keseluruhan
obyek penelitian atau subyek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu post partum 24 jam pertama di BPM Uray Rosdiana
pada bulan april-mei 2018.

2. Sampel
34

a. Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini disesuaikan dengan tehnik non
random (non-probability) sampling degan metode accidental sampling
yaitu dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia, tetapi tidak boleh kurang dari 15 dan boleh
lebih (Hidayat AA,2011),.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Kriteria Inklusi
a) Ibu post partum 24 jam pertama.
b) Ibu post partum yang bersedia menjadi responde.
c) Ibu post partum yang ASI belum keluar
d) Ibu post partum yang pengeluaran ASI sedikit

C. Waktu dan Tempat Penelitian


a. Waktu
Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah bulan April 2018.
b. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di BPM Uray Rosdiana.

D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu
subjek ke subjek yang lain (Hidayat,2014). Variabel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat) (Hidayat,2014).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh pijat punggung dan
tehnik marmet pada ibu post partum 24 jam pertama.
2. Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2014). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah pengeluaran ASI.
35

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen


1. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian
(Hidayat,2014). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer, yaitu data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari objek
yang diteliti (Sunyoto, 2012). Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah dengan memberikan perlakuan.
Pertama-tama, pada kelompok intervensi dilakukan pengeluaran ASI
terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah ASI sebelum diberikan
intervensi. Setelah itu, dilakukan pijat punggung selama 2-3 menit dan
tehnik marnet sebanyak 2x kepadapa responden. Kemudian dilakukan
pengeluaran ASI kembali setelah dilakukan intervensi.
2. Instrumen penelitian
Bahan yang digunakan spuit 3cc dalam penelitian ini adalah SOP
pijat punggung dan tehnik marmet sebagai panduan dalam melakuan
intervensi kepada tiap-tiap responden. Lembar SOP peneliti gunakan
meliputi tahapan kerja. Peneliti melakukan pemberian pijat punggung dan
tehnik marmet sesuai dengan yang ditulis di SOP demi kelancaran
intervensi.kuesioner penelitian, babyoil, spuit 3cc.

F. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data


1. Teknik pengolahan data
Dalam penelitian ini proses pengolahan data yang dilakukan penelitian
adalah sebagai berikut :
a. Tabulasi
Setelah data terkumpul, peneliti melakukan tabulating dengan
cara memasukkan data yang diperoleh dalam master tabel yang berisi
hasil penelitian, yaitu pengeluaran ASI sebelum dan setelah diberikan
pijat punggung dan tehnik marmet. Dalam penelitian ini, tabulasi
dilakukan dengan menggunakan program komputer.
b. Data Entry
36

Setelah dilakukan tabulating pengolahan data dilanjutkan


dengan data entry, peneliti membuat distrubusi frekuensi sederhana
berdasarkan data yang telah dimasukkan ke dalam master tabel.
2. Teknik Penyajian data
Setelah data diolah selanjutnya data tersebut peneliti sajikan dalam bentuk
penjabaran (narasi) dan untuk mempermudah pembaca juga disajikan dlam
bentuk tabel.
G. Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Analisis univariabel
Analisis univariabel yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase
dari tiap variabel. Analisi univariat dalam penelitian ini digunakan untuk
melihat distribusi dan presentase dari variabel terikat yaitu pengeluaran ASI
sebelum dan sesudah diberikan pijat punggung dan tehnik marmet.
2. Analisis bivariabel
Analisis bivariat digunakan untuk membandingkan dan membedakan dua
variabel. Penelitian ini, dilakukan untuk membandingkan kpengeluaran ASI
sebelum dan sesudah pemberian pijat punggung dan tehnik marmet pada
ibu post partum 24 jam pertama di BPM Uray Rosdiana. Uji statistik yang
digunakan adalah paired t-test dengan bantuan komputerisasi.
Dari hasil analisa data, diketahui p yang berfungsi untuk menguji
signifikasi hubungan antara kedua variabel. Untuk taraf signifikasi sebesar
5% maka variabel independen dikatakan efektif terhadap variabel dependen
bila p<0,05 (Ha diterima, Ho ditolak), sebaliknya apabila p> 0,05 maka Ha
ditolah Ho diterima.
37

H. Rencana Jadwal Penelitian


Adapun rencana jadwal penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Rencana jadwal penelitian
No Kegiatan Januari Februari Maret April Mai
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Studi Pendahuluan
3 Penyusunan Proposal
4 Konsultasi
5 Seminar Proposal
6 Perbaikan Proposal
7 Pelaksanaan Penelitian
8 Pengolahan Data
9 Penyusunan Skripsi
10 Konsultasi Skripsi
11 Ujian Skripsi
12 Perbaikan Skripsi

Anda mungkin juga menyukai