PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berakhir kira-kira selama 6 minggu. Wanita yang memulai priode
pueperium disebut puepura. Pueperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu
atau 42 hari. Merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada, keadaan yang normal (Ambarwati, 2010).
Pengeluaran kolostrum dapat dipercepat dengan tindakan
nonfarmakologis yaitu melalui pijat atau rangsangan tulang belakang,
neurotransmitter akan merangsang medula oblongata langsung mengirim
pesan ke hypotalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin
yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya (Wulandari, dkk,
2014). Pijat punggung dapat mempercepat pengeluaran ASI karena dasar dari
pijat punggung ini adalah untuk merangsang refleks oksitosin. Saat tulang
belakang dipijat timbul refleks neurogrnik yang mempercepat kerja saraf
parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang.
(Syafitri, dkk, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2013), ibu post partum pada hari ke 1-3 belum
mengeluarkan asi sehingga ibu tidak bisa memberikan asi eklusif kepada
bayinya. Oleh karena itu ibu memberikan susu formula untuk memenuhi
kebutuhan bayinya.
Menurut Kemenkes Ri (2013), cara pemberian makan pada bayi yang
baik dan benar adalah dengan menyusui bayi secara eklusif sejak lahir
sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai dengan
umur 24 bulan. Asi merupakan makanan terbaik untuk bayi yang
mengandung sel darah putih, protein dan kekebalan yang cocok untuk bayi
serta ASI membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal
serta menindungi terhadap penyakit.
1
2
Terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Post Partum 24 Jam Pertama di BPM
Uray Rosdiana”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dipenelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh pijat punggung dan tehnik
marmet terhadap pengeluaran ASI pada ibu post partum 24 jam pertama?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis pengaruh pijat punggung dan teknik marmet
terhadap pengeluaran ASI pada ibu post partum 24 jam pertama.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, sebagai berikut.
a. Untuk menganalisis pengaruh pijat punggung terhadap pengeluaran
ASI pada ibu post partum 24 jam pertama.
b. Untuk mendeskripsikan pengaruh teknik marmet terhadap
pengeluaran ASI pada ibu post partum 24 jam pertama.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi
untuk memperluas wawasan mahasiswi kebidanan khususnya tentang
pengaruh pijat punggung dan teknik marmet terhadap pengeluaran asi
pada ibu post partum 24 jam pertama.
2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan saran dan informasi mengenai
pengaruh pijat punggung dan teknik marmet terhadap pengeluaran asi
pada ibu post partum 24 jam pertama.
3. Bagi Peneliti
Menambah ilmu dan wawasan serta menjadikan pengalaman
penelitian secara langsung untuk mengetahui pengaruh pijat punggung
dan teknik marmet terhadap pengeluaran asi pada ibu post partum 24 jam
pertama.
5
F. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Metode
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
1 Sriyati dan Pengaruh Pijat Quasi - Ada pengaruh pijat
Sari, Y.K. Punggung terhadap experimental punggung terhadap
(2015) Produksi Asi Ibu Post dengan control produksi asi ibu
Partum di Ruangan group pre tes post partum.
Cempaka RSUD post tes design. - Ada perbedaan
Ngudi Yaluyo produksi asi ibu
Walingi. post partum pada
kelompok kontrol
dan kelompok
perlakuan
2. Safitri, N.W, Pijat Punggung dan Quaisi Perlakuan pijat
dkk Percepatan experimen punggung
(2015) Pengeluaran Asi pada dengan post-tes berpengaruh secara
Ibu Post Partum. only signifikan terhadap
percepatan
pengeluaran asi pada
ibu post partum.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Nifas
1. Definisi Masa Nifas
Menurut (Ambarwati,2010) Masa nifas atau( puerperium) dimulai
dari setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira
selama 6 minggu. Wanita yang melalui perperium disebut peurpura.
Perperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan
waktu yang di perlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang
normal. Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali. Mulai dari
persalinan, selesai sampai alat alat kandungan kembali seperti prahamil.
Selama masa nifas ini 6-8 minggu.
a. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut (marmi 2012) Asuhan masa nifas diperlukan dalam
priode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50 % kematian pada masa nifas terjadi dalam 24
pertama.
Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi dua yaitu :
1) Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangan selama masa transisi awal mengasuh
anak.
2) Tujuan khusus
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologinya.
b) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati/meruju bila terjadi komplikasi pada ibu
dan bayinya.
6
7
tanda penurunan ukuran dan berat seta perubahan tempat uterus, warna
dan jumlah locea.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1) Iskemia Meometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan relaktasi yang terus menerus
dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative
anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
2) Atrofi jaringan
Strofi jaringan terjadi sebagai reaksi pengheti hormon
estrogen saat pelepasaan plasenta.
3) Autolysis
Autolysisi merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi di dalam otot uterin. Enzim proteolitik akan
memendekan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga
10 kali panjangnya dari semula, dan lima kali lebar dari semula
selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusakan
secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan, hal ini
disebabkan kaerna penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4) Efek Oksitosin
Oksitosis menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot utrein sehingga akan menekan pertumbuhan darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplay darah keuterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implamasi plasenta
serta mengurangi perdarahan
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti
sebelum hamil.Perubahan-perubahan normal pada uterus selama
postpartum adalah sebagai berikut:
9
Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh penurunan lokasi
uterus ketika turun keluar dari apdomen dan kembali menjadi organ seviks.
Sehingga segera proses persalinan puncak pundus kira kira dua pertiga hingga tiga
perempat dari jalan atas diantara simfisis pubis dan umbilicus. Kemudian naik
ketingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan hingga satu atau dua hari
dan kemudian secra berangsur-angsur turun ke pelviks yang secara abdominal
tidak dapat terpalpasi diatas simfisis setelah sepuluh hari.Perubahan uterus ini
berhubungan erat dengan perubahan perubahan pada meometrium.Pada
meometrium terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolitis, hasil dari
proses ini dialirkan melalui pertumbuhan getah bening.
Decidua tertinggal didalm uterus setelah separasi dan ekpulsin
plasenta dan membran yang terdiri dari lapisan zona balis dan suatu
bagian lapisan zona spogiosa pada decidua balis (tempat implamasi
plasenta) dan decidua paritalis (lapisan sisa uteru). Decidua yang tersis
ini menyusun kembali memjadi dua lpisan sebagai hasil invatasi
leokosit yaitu:
1) Suatu generasi neokrosis lapisan superficial yang terpakai lagi
sebagai dari pembuangan lochia dan lapisan dalam dekat
meomentrium.
2) Lapisan yang terdiri dari sisa-sisa endomentrium dilapisan basalis.
Endomentrium akan diperbaharui oleh poliferasi ephitelium
endomentrium regenerasi endomentrium diselesaikan selama
pertegahan atau akhir dari postpartum minggu ketiga kecuali
ditempat implamasi palsenta.
10
Dengan inovasi utrus ini, maka lapisan luar dari decidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati
akan keluar bersama denagan cairan, suatu campuran antara darah
yang dinamakan locea, yang biasanya berwarna merah muda atau
putih pengeluaran lochea ini biasanya berakhir dalam waktu 3 sampai
6 minggu.
1) Involusi Tempat palsenta
Setelah persalinan, tempat palsenta merupakan tempat
dengan permukaan kasar, tiadak rata dan kira kira sebesar telapak
tangan. Dengan cepat luka ini mengecil pada akhir minggu ke 2
anya sebsar 3-4 cm dan pada masa akhr nifas 1-2 cm. Penyembuha
n luka bekas plasenta khas sekali, pada permulaan nifas bekas
palsenta megandung banyak pembuluh daraah besar yang
tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh
dnegan cara dilepasakan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan
endomentrium baru dibawah permukaan luka. Endomentrium ini
tumbuh dari pingir luka dan juga dari sisa-sisa kenjar pada dasr
luka.
Regenerasi endomentrium terjadi ditempat implamasi
plasenta selama 6 minggu. Epitelium berproliferasi meluas kedalam
dari sisi tempat ini dan dari lapisan sekitar uterus serta dibawah
implamas plasenta dari sisa-sisa kelnjar basilar endomentrial di
dalam decisua basalis. Pertumbuhan besar endomentrium ini
berlangsung dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini pada
hakekatnya mengikis pertumbuhan darah yang membeku pada
tempat implamasi plasnta yang menyebabkan menjadi terkelupas
dan tak dipakai lagi pada pembuang lochia.
2) Perubahan Ligamen
11
4) Lochia
12
b. Karbohidrat
Makan yang di konsumsi dianjurkan mengandung 50-60%
karbohidrat. Laktos (gula susu) adalah ebntuk utama dari karbohidrat
yang ada dalam jumlah lebih besar dibanding dalam susu sapi. Laktosa
membantu bayi menyerap kalsium dan mudah memetabolisme menjadi
duagula sederhana (galaktosa dan glukosa) yang ditumbuhkan untuk
pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi selama masa bayi.
c. Lemak
Lemak 23-35% dari total makanan. Lemak menghasilakn kira
kira setengah kalori yang diproduksi oleh ari susu ibu.
d. Protein
Jumlah kelebihan protein yang diperlukan oleh ibu nifas adalah
sekitar 10-15%. Protein pertama dalam air susu ibu adalah whey.
Mudah dicerna whey menjadi kepala susu yang lembut yang mudah
menyerap nutrein kedalam aliran darah bayi. Sumber karbohidrat
yaitu :
1) Nabati : tahu, tempe dan kacang-kacangan.
2) Hewani : daging, ikan, telur, tahu, hati, otak, usus, limfa, udang,
kepiting.
e. Vitamin dan Mineral
Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan
metabolisme tubuh. Bebrapa vitamin dan mineral yang ada pada air
susu ibu perlu mendapatkan perhatian khusus karena jumlahnya kurang
mencukupi, tidak mampu memnuhi kebutuhan bayi sewaktu bayi dan
bertumbuh kembang.
Vitamin dan mineral yang paling mudah menurunkan
kandungannya dalam makanan yaitu Vit B6, tiamin, Asam folat, dalam
air susu ibu langsung berkaitan dengan diet atau asupan suplement
yang dikonsumsi oleh ibu. Asupan suplement yang tidak memadai akan
mengurangi cadangan dalam tubuh ibu dan mempengaruhi kesehatan
ibu maupun bayi.
Sumber vitamin : hewani dan nabati
17
B. Asi
ASI adalah imuniasai pertama bayi dan penyelamat hidup yang paling
efektif dan murah. Anak-anak yang mendapat asi ekslusif 14 kali lebih
mungkin untuk bertahan hidup dalam enam bulan pertama kehidupan
dibandingkan anak yang tidak disusui. Mulai menyusui pada hari pertama
setelah lahir dapat mengurangi kematian resiko kematian setelah berulahir
hingga 45 persen (UNICEF Geeta Rao Gupta (2017). ASI Eklusif adalah bayi
hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan lain seperti susu
foumul, jeruk, madu, air teh, air putih, serta tanpa makanan padat seperti
pisang, bubur susu, biskut, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru
diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai
anak berusia 2tahun lebih (Ambarwati,. 2010).
19
a. Kolustrum
21
4. Kandungan ASI
a. Lemak
Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI dnegan
kadar 3,5-4,5%. Lemak mudah diserap oleh bayi karena enzime lipase
yang etrdapat dalam sitem pencernaa bayi dan ASI akna mengurai
triglesida mejadi gliserol dan asam lemak. Keunggulan elmak ASI
mengandung asam lemak esensial yaitu Docosahexaenoic. Acid
(DHA) Arachionoic (AA) berguna untuk pertumbuhan oatak.kadar
kolestrol dalam ASI lebih tinggi karena untuk merangsnag enziem
protektif yang membuat metabolisme kolestrol mnjadi efsien.
b. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktose dengan kadar 7
gram %. Laktose mudah terurai menjadi Glukose dan Glaktose oleh
enziem laktose yang terdapat dlam mukosa saluran pencernaan bayi
23
C. Pijat Punggung
Pijat punggung dapat mempercepat pengeluaran ASI karena dasar
tehnik pijat punggung adalah untuk merangsang refleks oksitosin
(Syafitri,dkk, 2015). Pijat punggung ini dilakukan untuk merangsang refleks
oksitosin dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang kedua sisi
tulang belakang dari leher ke arah tulang belikat. Telah dikemukakan bahwa
let-down refleks penting perannya untuk mengejeksikan ASI Menurut(Depkes
RI , 2007).
Pijat punggung pada cervical 5-6 sampai setinggi tulang belikat bagian
bawah mengunakan ibu jari tangan dengan gerakan melingkar kecil pada
kedua sisi tulang punggung selama 2-3 menit (WHO/UNICEF, 2008).Dengan
pijat punggung akan memberikan kenyamanan dan membuat rileks ibu karena
pijat punggung dapat merangsang pengeluaran hormon endorfin serta dapat
menstimulasi efleks oksitosin (Sptapora, 20009).
Selain pendapat yang dijelaskan tersebut, menurut (Syafitri, 2015) ,
termyata saat tulang beakang dipijat timbul refleks neogenik yang
mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah keotak
bagian belakang. Akibat sinyal stimulatorik, lalu ada proses respont potensial
aksi oksitosin yang dilepaskan kedalam darah sistemik dari hipofisis posterior.
Lalau dalam aliran darah oksitosin disampaikan keorgan tujuan yakni sel
miopitel alvioli dan uterus. Setelah sampai disekitar miopitel alvioli, oksitosin
merangsang sel tersebut sehingga kantung alviolus tertrkan. Meningkat dan
duktus memendek dan melebar. Kemudian diinjeksikanlah ASI dari puting
susu.
Menurut (Wulandari, dkk, 2014) dengan waktu yang lama pengeluaran
kolustrum dapat dipercepat dengan tindakan nonfarmakologis yaitu melalui
pijat atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang
medula oblongata langsung mengirim pesan ke hypotalamus di hypofise
posterior untuk mengeluarkan oksitosin yang nyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya.Hal ini menunjukan kesesuaian dengan teori,
dengan melakukan pemijatan sepanjang tulang belakang (vertebra) sampai
tulang costae kelima-keenam akan merangsang hormon prolaktin yang
27
diproduksi oleh hipofise anterior dan oksitosin yang diproduksi oleh hipofise
posterior, sehingga ASI pun otomatis dapat lebih lancar. Selain
memperlanacar ASI pijat oksitosin memberikan kenyamanan pada ibu nifas,
mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI, merangsang perlepasan
hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.
Adanya rasa nyaman yang di rasakan ibu selama pemijatan merupakan syarat
keberhasilan pijat oksitosin.
1. Menstimulasi Refleks Oksitosin
Reflek oksitosin ini dipengaruhi oleh jiwa ibu. Jiak ada rasa cemas
stress dan ragu yang terjadi maka pengeluaran ASI bisa terhambat
(Kodrat,2010). Hormon oksitosin tersebut dihasilkan jika ujung syraf
disekitar payudara distimulasi oleh hisapan si kecil. Oksitosin dialirkan
melalui darah menuju payudara, yang akan menstimulasi otot di sekiling
alviolil, dan memeras ASI keluar dari alveolus menuju sinus aktiferus. ASI
yang terdapat didalam sinus aktiferus hanya dapat dilakukan oleh ibu atau
si kecil (marmi, 2012)
Oksitosin terbentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Kondisi ini
yang menyebabkan ASI dipayudara menaglir untuk dihisap. Oksitosin
bekerja saat ibu sudah merasa ingin menyusui, walaupun sikecil belum
menghisap payudara.Oksitosin juga berperan penting dalam membuat
uterus berkontraksi setelah persalinan. Sehingga membantu mengurangi
perdarahan yang terjadi pada ibu, walaupun terkadang mengakibatkan rasa
nyeri. Si kecil akan mengalami kesulitan mendapatkan ASI jika refleks
oksitosin tidak bekerja dengan baik. Payudara seolah-olah berhenti
memproduksi ASI, padahal payudara tetap memproduksi ASI. ASI tidak
mengalir keluar (marmi, 2012)
Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin (Mardiyaningsih, Eko,2010 ) :
a. Melepaskan baju bagian atas
b. Ibu miring kekanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal
c. Memasang handuk
d. Melumuri kedua tangan dengan minyak ataupun baby oil
28
D. Teknik Marmet
Menurut ( marmi, 2012), Teknik memerah ASI disebut tehnik marmet,
yaitu cara memeras ASI secara manual dan mengutamakan let-down refleks
(LDR) . teknik marmet itu merangsang LDR diawal proses memerah dapat
menghasilkan ASI sebanyak 2-3 kali lipat dibanding tanpa menggunakan
teknik LDR ini. Let-down refleks (LDR) sama rangsangan yang terjadi jika
puting dihisap oleh bayi dan setalah beberapa saat tiba-tiba payudara akan
mengencang dan ASI akan keluar deras sehingga bayi harus mempercepat
irama menghisap ASI, kurang lebih seperti itulah jika efek LDR didapatkan.
ASI akan tiba-tiba mengalir deras tanpa diperlukan pijatan atau perasaan yang
sangat kencang.
Teknik Marmet mengembangkan metode pijat dan stimulasi untuk
membantu kunci reflek keluarnya ASI. Keberhasilan dari teknik ini adalah
kombinasi dari metode pijat dan pengeluaran ASI. Teknik ini efektif dan tidak
menimbulkan masalah (Hormann, 2006).
Dari hasil penelitian (Ningrum, 2017) teknik marmet mempengaruhi
produksi ASI ibu post partum. Pada sebagian ibu post partum dapat terjadi
hambatan pengeluaran ASI pada hari pertama setelah persalinan sehingga
terjadi perubahan perilaku dalam masyarakat khususnya ibu-ibu yang
cenderung menolak menyusui bayinya sendiri dan lebih memilih
menggunakan susu formula dengan alasan produksi ASI nya hanya sedikit
atau tidak keluar sama sekali. Keadaan ini tentu memberikan dampak negatif
terhadap status kesehatan, gizi serta tingkat kecerdasan anak. Oleh karena itu,
29
lainnya. Posisi jari berubah pada tiap gerakan mulai dari posisi push (jari
terletak jauh dibelakang aerola) hingga posisi roll ( jari terletak disekitar
aerola).
4. Mengulangi gerakan diatas secara teratur hingga sinus laktefierus kosong.
Memposisikan jari secara tepat, Push (dorong), Roll (gulung).
5. Memutar ibu jari dan jari lainnya ketitik sinus laktiferus lainnya. Demikian
juga saat memerah payudara lainnya, gunakan kedua tangan. Misalakan
saat memerah payudara sebelah kir,i gunakan tangan kiri dan saat
memerah payudara kanan gunakan tangan kanan. Saat memerah ASI, jari-
jari berputar seiring jarum jam ataupun berlawanan agar semua sinis
laktiferus kosong. Selanjutnya memindahan ibu jari dan jari lainnya pada
posisi jam 6 dan jam 12, posisi jam 11 dan jam 5, posisi jam 2 dan jam 8,
kemudian jam 3 dan jam 9.
6. Menghindari gerakan menekan payudara, menarik puting dan meregang
payudara.
7. Melanjutkan prosedur dengan gerakan untuk merangsang refleks
keluarnya ASI yang terdiri dari massage (pemijatan), Stroke (tekan), dan
Shake (guncang), memijat alveolus dan duktus laktiferus melai dari bagian
atas payudara. Dengan gerakan memutar, memijat dengan menekan kearah
dada, kemudian menekan (strok) daerah payudara dari bagian atas hingga
sekitar puting dengan tekanan lembut dengan jari seperti mengelitik.
Gerakan dilanjutkan dengan mengguncang (shake ) payudara dengan arah
memutar.
8. Mengulangi seluruh proses memerah ASI pada tiap payudara dan tehnik
stimulasi refleks keluarnya ASI sekali atau dua kali.
9. Tehnik ini umumnya membuhkan waktu selama 5-7 menit memeras tiap
payudara dilanjutkan dengan stimulus refles keluarnya ASI.
31
E. Kerangka Teori
Ibu nifas
Menyusui bayi
Kondisi pisikologis
Pijat punggung
Hormon oksitosin
Tehnik marmet
Pengeluaran ASI
Gambar 2.4
KerangkaTeori Pengaruh pengeluaran ASI
32
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep
Pijat Pumggung
Tehnik Marmet Pengeluaran ASI
Gambar3.1Kerangka Konsep
B. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada pengaruh pengeluaran ASI pada ibu post partum 24 jam pertama
sebelun dan sesudah diberikan pijat punggung dan teknik marmet.
C. Definisi Oprasional
Tabel 3.1 DefinisiOperasional
Alat
Variabel Depinisi Oprasional Hasil Ukur Skala
Ukur
Pijat 1. Suatu tindkan yang Panduan 0 : sebelum Nominal
Punggung dan dpat mempercepat prosedur dilakukan
Teknik pengeluaran ASI . 1 : sesudah
Marmet 2. cara memeras ASI dilakukan
secara manual dan
mengutamakan let-
down refleks (LDR) .
Pengeluaran ASI yang dikeluar dari Spuit Total Rasio
ASI 3cc Pengeluara
puting susu karena adanya n ASI
rangsangan dari hormon
oksitosin.
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Eksperimen 01 X 02
Keterangan
2. Sampel
34
a. Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini disesuaikan dengan tehnik non
random (non-probability) sampling degan metode accidental sampling
yaitu dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia, tetapi tidak boleh kurang dari 15 dan boleh
lebih (Hidayat AA,2011),.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Kriteria Inklusi
a) Ibu post partum 24 jam pertama.
b) Ibu post partum yang bersedia menjadi responde.
c) Ibu post partum yang ASI belum keluar
d) Ibu post partum yang pengeluaran ASI sedikit
D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu
subjek ke subjek yang lain (Hidayat,2014). Variabel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat) (Hidayat,2014).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh pijat punggung dan
tehnik marmet pada ibu post partum 24 jam pertama.
2. Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2014). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah pengeluaran ASI.
35