Anda di halaman 1dari 438

Prediksi UKMPPD

Periode November 2020


101
Laki-laki usia 30 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan bawah sejak 2 hari
yang lalu. Nyeri awalnya dirasakan di daerah pusar, kemudian dirasakan berpindah ke bagian kanan bawah,
lalu dirasakan di seluruh area perut. Nyeri dirasakan dengan demam, mual, muntah, dan perut kembung.
Gejala ini memberat 2 jam yang lalu. Pasien baru pertama kali merasakan sakit seperti ini. Pasien juga
tidak BAB sejak 2 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan nampak lemah, dengan
tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 110 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, suhu 37,8 C. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan perut sedikit cembung, bising usus menurun, perkusi timpani, perut
nampak seperti papan, defans muskular (+), nyeri tekan di seluruh regio abdomen. Apa diagnosis pada
kasus ini?
A. Peritonitis ec koledokolitiasis
B. Peritonitis ec apendisitis perforata
C. Peritonitis ec ulkus peptikum
D. Peritonitis ec pankreatitis akut
E. Peritonitis ec kolelitiasis
Jawaban

B. Peritonitis ec apendisitis
perforata
Pembahasan
Diagnosa?
• Laki-laki, 30 tahun
– Nyeri perut sebelah kanan bawah sejak 2 hari
– Awalnya dirasakan di daerah pusar kemudian dirasakan berpindah ke bagian kanan bawah, lalu
dirasakan di seluruh area perut
• Nyeri alih +

– Demam, mual, muntah dan perut kembung


– Memberat 2 jam yang lalu
– Tidak BAB sejak 2 hari

• PF: KU lemah, TD 100/70 mmHg, nadi 110 x/menit, RR 24x/menit, suhu 37,8°C
• Perut sedikit cembung, bising usus menurun, perkusi timpani, perut nampak seperti
papan, defans muskular (+), nyeri tekan di seluruh regio abdomen
Appendisitis

• Peradangan pada apendiks.


Peritonitis

• Inflamasi peritoneum, yaitu jaringan tipis yang


melapisi dinding bagian dalam abdomen yang
menutupi sebagian besar organ abdomen.
Tanda Peritonitis

• Nyeri tekan di abdomen

• Nyeri lepas di abdomen

• Ada rigiditas atau defans muskular (seperti


papan)
Penyebab Peritonitis
Diskusi: Skor
Alvarado
• Nyeri alih = 1
• Tidak mau makan (anoreksia) = ?
• Mual, muntah = 1
• Nyeri perut bagian kanan bawah
(McBurney) = 2
• Nyeri tekan lepas = 0
• Suhu 37,8°C =1
• Leukosit 9000 = ?
• Segmen 86% (shift to the left) = ?

Total skor = 5
A. Peritonitis ec koledokolitiasis
B. Peritonitis ec apendisitis perforata
C. Peritonitis ec ulkus peptikum
D. Peritonitis ec pankreatitis akut
E. Peritonitis ec kolelitiasis
102
Laki-laki usia 24 tahun datang ke poliklinik rumah sakit dengan keluhan mual
sudah 1 minggu ini disertai pusing dan lemas. Pasien merupakan seorang
peternak sapi dan gemar memakan daging sapi setengah matang. Pada
pemeriksaan feses didapatkan gambaran telur seperti pada gambar berikut.
Apakah diagnosis pasien tersebut?
A. Taeniasis
B. Schistostomiasis
C. Ancylostomiasis
D. Necatoriasis
E. Ascariasis
Jawaban

A. Taeniasis
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 24 tahun
– Mual, pusing dan lemas sudah 1 minggu
– Seorang peternak sapi
– Gemar memakan daging sapi setengah matang

• Gambaran pada pemeriksaan feses  telur bulat, dinding


tebal, struktur radial, berisi embrio heksaskan atau
onkosfer
Taeniasis
Cacing Pita
Gejala dan Tanda Taeniasis
• Gejala tidak khas, bisa asimtomatis.
• Umumnya gejala timbul akibat toksin atau iritasi di usus.
– Rasa tidak nyaman di lambung
– Mual
– Lemah
– Berat badan menurun
– Sakit kepala
– Konstipasi
– Pusing
– Diare
– Pruritus ani
Penunjang Taeniasis
• Pemeriksaan feses segar
– Secara mikroskopis  telur bulat, dinding tebal,
struktur radial, berisi embrio heksaskan atau onkosfer
– Secara makroskopis  proglotid (dapat membedakan
Taenia solium dan Taenia saginata

• Pemeriksaan darah
– Eosinofilia, leukositosis, dan peningkatan LED
Pemeriksaan Penunjang

Proglottid gravid T.saginata :15 – 20 cabang utama uterus


Proglottid gravid T.solium 7 – 13 cabang utama uterus
Pengobatan Taeniasis
• Terapi pilihan: albendazol 1x400 mg selama 3 hari berturut-
turut
• Terapi lainnya: mebendazol 3x100 mg selama 2 atau 4
minggu.

• Pengobatan dianggap berhasil bila ditemukan skoleks pada


feses.
• Untuk sistiserkosis, tata laksananya adalah dengan eksisi.
Pilihan Lain
• Ancylostomiasis dan Necatoriasis (cacing tambang)

– Anoreksia, mual, muntah, diare, penurunan berat


badan, nyeri di area duodenum, jejunum, dan ileum.
Telur Hookworm
A. Duodenale
N. americanus

• Ascariasis

– Mual, nafsu makan turun, diare, nyeri perut, kolik

– Sindrom Loeffler: larva berada di paru  batuk, Ascaris


lumbricoides
demam, eosinofilia
Pilihan Lain
• Schistostomiasis
– Fase akut : demam, nyeri kepala, nyeri tungkai, urtikaria, bronkitis, nyeri abdomen. Terdapat
riwayat terpapar dengan air (danau atau sungai) 4-8 minggu sebelum muncul gejala. Sebelumnya
menjadi ruam terlebih dahulu.
– Fase kronis: tergantung lokasi lesi.
• Organ kemih  hematuria, nyeri berkemih
• Usus halus  nyeri abdomen dan diare berdarah
• Hati dan limpa  distensi abdomen, pembesaran hati dan limpa, ikterik

S. Japonicum S. Haematobium S. Mansoni


A. Taeniasis

B. Schistostomiasis

C. Ancylostomiasis

D. Necatoriasis

E. Ascariasis
103
Bayi baru lahir usia 3 jam, lahir cukup bulan, BBL 3000 gram, memiliki benjolan
di perut dengan dasar umbilikus, diameter benjolan 8 cm. Selama hamil, ibu
pasien tidak ada riwayat minum jamu ataupun obat-obatan lain. Benjolan
berupa organ abdomen yang dilapisi peritoneum. Apakah diagnosis yang
mungkin pada pasien ini?
A. Gastroskisis
B. Tumor abdomen
C. Omfalokel
D. Hernia diafragmatika
E. Hernia umbilikalis
Jawaban

C. Omfalokel
Pembahasan
Diagnosis?
• Bayi baru lahir, usia 3 jam, lahir cukup bulan, BBL 3000
gram
– Benjolan di perut dengan dasar umbilikus, diameter
benjolan 8 cm
– Benjolan berupa organ abdomen yang dilapisi
peritoneum  masih ada peritoneum  omfalokel
Dua Jenis Defek Dinding Abdomen

Omfalokel Gastroskisis
Fungsi GI lumayan Fungsi GI lebih
baik, Tapi biasanya buruk,Tapi lebih
banyak defek genetik sedikit defek genetik
lain, Survival rate lebih lain, Survival rate lebih
buruk, usus masih di baik. Usus udah di
dalam O. luar G.
Tatalaksana Defek Dinding Abdomen

Tata laksana sebagai dokter umum untuk


omfalokel atau gastroskisis adalah:

Infus + Bungkus kasa NaCl + hangatkan +


rujuk
Pilihan Lain
• Gastroskisis  tidak ada selaput yang membungkus
• Tumor abdomen  tidak spesifik
• Hernia diafragmatika  herniasi usus ke atas
diafragma
• Hernia umbilikalis  terlokalisir di umbilikus dan
dinding perut utuh
A. Gastroskisis
B. Tumor abdomen
C.Omfalokel
D. Hernia diafragmatika
E. Hernia umbilikalis
104
Laki-laki berusia 35 tahun datang ke UGD dengan penurunan kesadaran. Pasien tampak gelisah dan sulit diajak
bicara sejak 1 hari lalu. Sebelumnya, pasien mengalami demam selama 10 hari. Perut pasien kembung dan tidak
bisa BAB. Pemeriksaan fisik: TD 100/60 mmHg, napas 36 kali/menit, suhu 39,6 C. Abdomen tegang dan pekak
hati hilang. Pada pemeriksaan widal, didapatkan titer O dan H sebesar 1/1600. Apa gambaran yang mungkin
terlihat pada abdomen tiga posisi?

A. Gambaran usus halus dengan gambaran fish bone appearance

B. Gambaran usus halus dengan air fluid level

C. Gambaran bayangan lusen subdiafragma

D. Kolon terisi banyak feses

E. Gambaran garis psoas menghilang


Jawaban

C. Gambaran bayangan lusen


subdiafragma
Pembahasan
Gambaran X-ray abdomen 3 posisi?
• Laki-laki 35 tahun
– Penurunan kesadaran
– Gelisah dan sulit diajak bicara sejak 1hari lalu
– Riwayat demam selama 10 hari
– Perut kembung tidak bisa BAB

• Nafas 36 kali/menit, suhu 39,6 C


• Abdomen tegang, pekak hati hilang
– Defans muskular  peritonitis
– Hati terdorong ke bawah karena udara akibat perforasi usus  ada sesuatu di atas hepar

• Widal 1/1600  tifoid akut


Pembahasan
• Pada kasus ini, yang menonjol adalah keluhan
penurunan kesadaran karena terjadi akibat tifoid
• Perforasi dapat terjadi (ditandai dari pekak hati
menghilang), kemungkinan disebabkan oleh
komplikasi tifoid berdasarkan clue bahwa ada
demam 10 hari dan ada hasil tes Widal
menunjukkan titer yang sangat tinggi
Perforasi Usus pada foto Abdomen 3
posisi
• Pada dasarnya terjadi perforasi di usus akibat
tifoid, sehingga gambaran yang muncul adalah:
– Kekaburan pada cavum abdomen

– Udara bebas subdiafragma atau intraperitoneal


Pneumoperitoneum
(udara bebas di subdiafragma)
Gejala, Tanda, Dan Komplikasi
Demam Tifoid
Demam Tifoid
Pilihan Lain
• Gambaran usus halus dengan gambaran fish
bone appearance: gambaran usus yang teregang
akibat obstruksi
• Gambaran usus halus dengan air fluid level: ileus
obstruktif atau paralitik
• Kolon terisi banyak feses: tidak spesifik
• Gambaran garis psoas menghilang: peritonitis
A. Gambaran usus halus dengan gambaran fish bone
appearance
B. Gambaran usus halus dengan air fluid level
C. Gambaran bayangan lusen subdiafragma
D. Kolon terisi banyak feses
E. Gambaran garis psoas menghilang
105
Seorang wanita 45 tahun mengeluh nyeri perut setiap selesai makan sejak 2 hari yang
lalu. Pasien juga mengeluh mual tapi tidak muntah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tanda vital dalam batas normal, abdomen cembung distensi, metallic sound (+), nyeri
tekan (+). Pada foto polos abdomen didapatkan pre fat peritoneal line jelas, distribusi
udara usus tidak merata, gambaran herring bone appearance, dan air fluid level berpola
step ladder. Apakah diagnosis wanita ini?
A. Ileus paralitik
B. Irritable bowel syndrome
C. Ileus mekanik
D. Appendisitis akut
E. Inflammatory bowel disease
Jawaban

C. Ileus mekanik
Pembahasan
Diagnosis?
• Seorang wanita 45 tahun mengeluh nyeri perut setiap selesai makan
sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh mual tapi tidak muntah.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal,
abdomen cembung distensi, metallic sound (+), nyeri tekan (+). Pada
foto polos abdomen didapatkan pre fat peritoneal line jelas, distribusi
udara usus tidak merata, gambaran herring bone appearance, dan air
fluid level berpola step ladder  obstruksi
Illeus

• Merupakan gangguan pasase usus yang


disebabkan oleh hambatan mekanis (mekanik)
atau penurunan peristaltik usus akibat
penghambatan sistem neuromuskular
(paralitik)
Illeus Mekanik
• Gejala
– Kolik abdomen
– Mual dan muntah
– Tidak ada BAB dan flatus
• Etiologi:
– Dewasa: adhesi, hernia, batu empedu, dan tumor
– Neonatus, balita, anak-anak: hernia, malrotasi, intususepsi,
diverticulum meckel, atresia intestinal
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
• Abdomen  distensi, tampak gambaran usus (darm
contour), tampak gerakan usus (darm steifum)
hipertimpani, peningkatan bising usus, “metallic sound”,
nyeri tekan
Penunjang
• Abdomen 3 posisi: step ladder dan herring bones
Obstruktif (Mekanik) vs Paralitik
Ileus Obstruktif Ileus Paralitik
Etiologi Volvulus Obat spasmolitik
Peritonitis difus
Patofisiologi Udara di distal sumbatan Udara di seluruh usus
berkurang atau menghilang
Inspeksi Darm contour (+) Distensi hebat
Darm steifung (+)
Auskultasi Suara usus meningkat, Suara usus berkurang atau
metallic sound menghilang
Gambaran Step ladder appearance Dinding usus menebal
Herring bone appearance karena edema atau eksudat

Darm contour : bentukan usus terlihat di abdomen


Darm steifung : bunyi bising usus terdengar di seluruh abdomen
A. Ileus paralitik

B. Irritable bowel syndrome

C. Ileus mekanik

D. Appendisitis akut

E. Inflammatory bowel disease


106
Laki-laki usia 45 tahun datang dengan keluhan nyeri dada di bagian
sternal dan dirasakan menjalar ke lengan kiri. Nyeri tidak menghilang
dengan istirahat dan obat dibawah lidah. Pada EKG ditemukan ST
elevasi di sadapan II,III, aVF. Diagnosis pada kasus diatas adalah…
A. UAP
B. NSTEMI inferior
C. Infark miokard
D. STEMI inferior
E. STEMI lateral
Jawaban

D. STEMI inferior
Pembahasan
Diagnosis?

• Laki-laki 45 tahun
– Nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri

– Tidak berkurang dengan istirahat dan konsumsi obat


sublingual (kemungkinan besar ISDN)

• Hasil EKG adanya ST elevasi di lead II,III, dan aVF


Penyakit Jantung Koroner
• Sindroma klinik yang disebabkan oleh ketidak-seimbangan
antara kebutuhan dan suplai aliran arteri koroner.
Gejala
pasien dengan keluhan nyeri dada,
dipastikan terlebih dahulu termasuk nyeri
dada kardiak atau non kardiak.

Pasien dengan nyeri dada kardiak dibagi


menjadi tipikal atau atipikal.

Keluhan angina tipikal:

• Rasa tertekan/berat daerah retrosternal

• Menjalar ke lengan kiri, leher, rahang,


area interskapular, bahu atau epigastrium
Keluhan angina atipikal :

• Nyeri di daerah penjalaran angina tipikal

• Indigestion

• Sesak napas yang tidak dapat diterangkan

• Rasa lemah mendadak yang sulit diuraikan


Nyeri dengan gambaran seperti ini termasuk dalam nyeri dada
nonkardiak:
• Nyeri pleuritik (nyeri tajam yang berhubungan dengan
respirasi atau batuk)
• Nyeri abdomen tengah atau bawah
• Nyeri dada yang diakibatkan oleh gerakan tubuh atau palpasi
• Nyeri dada dengan durasi beberapa detik
• Nyeri dada yang menjalar ke ekstremitas bawah
Penyakit Jantung Koroner
Lead EKG pada ACS
• CK-MB, Troponin I/T, Myoglobin
menjadi marka diagnosis infark
miokard
• Peningkatan marka jantung
menunjukkan adanya nekrosis
miosit.
• Troponin I/T mempunyai sensitivitas
dan spesifisitas paling tinggi pada
infark miokard sehingga menjadi
standard baku emas. Kecuali, pada
disfungsi ginjal, troponin I mempunyai
spesifisitas yang lebih tinggi dari
troponin T.

• Kadar CK-MB dapat juga meningkat


pada keadaan kerusakan otot skeletal
sehingga spesifisitasnya rendah.
Tatalaksana ACS

• Nitrat / ISDN sublingual 5 mg  bisa diulang 2 kali lagi apabila masih


nyeri
• Aspirin 4 x 80 mg
• Clopidogrel 4 x 75 mg
• Oksigen
• Morfin (jika dibutuhkan)

Cara hafalin : MONACO


Berdasarkan AHA  yang paling pertama diberikan adalah
aspirin
Guideline AHA
A. UAP

B. NSTEMI inferior

C. Infark miokard

D. STEMI inferior

E. STEMI lateral
107
Anak usia 2 tahun mengalami sesak sejak 1 bulan lalu. Pasien tidak
pernah biru sebelumnya. Pada pemeriksaan, terdengar systolic murmur
pada upper left sternal border dan fixed split S2. Diagnosis kasus ini
adalah ...
A. ASD
B. VSD
C. Tetralogy of Fallot
D. PDA
E. Koarktasio aorta
Jawaban

A. ASD
Pembahasan
Diagnosis?
• Anak usia 2 tahun
– Tidak pernah biru sebelumnya
– Sesak sejak 1 bulan lalu

• PF: systolic murmur pada upper left sternal border


dan fixed split S2
– Tanda ASD
Pembahasan

• Pada ASD, ada left-to-right shunt

• Darah ke arteri pulmonal meningkat 


systolic murmur di upper left sternal border
dan fixed split S2
Penyakit Jantung Bawaan
A. ASD

B. VSD

C. Tetralogy of Fallot

D. PDA

E. Coarcatio aorta
108
Laki-laki usia 30 tahun datang dengan keluhan nyeri pada dada kiri sejak 3 jam yang lalu.
Nyeri dirasakan pasien terutama saat pasien menarik napas dan menjalar hingga
punggung. Pasien merasa nyeri agak berkurang apabila pasien duduk agak membungkuk.
Pada pemeriksaan ditemukan adanya suara friction rub dan EKG menunjukkan ST
elevasi hampir di semua sadapan. Apa kemungkinan diagnosis pasien ini?

A. Angina pektoris stabil

B. Unstable angina pectoris

C. STEMI anterior ekstensif

D. STEMI anterolateral

E. Perikarditis
Jawaban

E. Perikarditis
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 30 tahun
– Nyeri dada kiri sejak 3 jam yang lalu
– Nyeri memberat saat menarik nafas dan tembus ke punggung 
posisional
– Nyeri berkurang saat duduk atau membungkuk
• PF  auskultasi friction rub
• EKG  ST elevasi di seluruh lead
– Khas untuk perikarditis
Perikarditis
• Peradangan pada perikardium yang dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri,
virus, jamur), autoimun, keganasan, radiasi, trauma, dan lainnya.

• Dapat disertai efusi perikard atau tanpa efusi perikard.

• Klasifikasi (waktu)

1. Perikarditis akut (1-2 minggu)

2. Perikarditis kronis (3 bulan)

3. Perikarditis rekuren

4. Perikarditis konstriktif
Tanda & Gejala
• Nyeri dada tiba-tiba, di area retrosternal, memberat bila bergerak
atau menarik napas, berkurang bila duduk membungkuk
• Demam
• Pericardial friction rub
• Pulsus paradoksus (penurunan TD sistolik ≥10 mmHg saat inspirasi
 ditemukan pada tamponade jantung atau pericarditis konstriktif)
• Beck’striad-pada tamponade kordis (suara jantung menjauh,
hipotensi, peningkatan tekanan vena sentral)
Perikarditis
EKG Perikarditis
ST elevasi hampir
di seluruh lead!!
Pilihan Lain
• Angina pektoris stabil
– Nyeri dada akibat penyumbatan pembuluh koroner yang muncul saat
beraktivitas
• Unstable angina
– Nyeri dada akibat penyumbatan pembuluh koroner yang tidak hilng saat
istirahat
• STEMI anterior ekstensif
– ST elevasi di V1-V6
• STEMI anterolateral
– ST elevasi di V3-V6
A. Angina pektoris stabil

B. Unstable angina

C. STEMI anterior ekstensif

D. STEMI anterolateral

E. Perikarditis
109
Perempuan usia 25 tahun datang ke UGD dengan keluhan badan panas dan sesak sejak 3 hari yang
lalu. Seminggu sebelumnya pasien memiliki riwayat abses pada sekitar gigi sehingga harus
melakukan pencabutan gigi tanpa pemberian antibiotik sebelumnya. Pasien juga mempunyai
gangguan pada septum ventrikel belum dikoreksi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/70
mmHg, HR 96 kali/menit, RR 28 kali/menit, suhu 38,9 C, dan murmur jelas pada daerah apeks.
Diagnosis yang paling tepat pada kasus diatas adalah...

A. Miokarditis

B. Demam rematik akut

C. Septikemia

D. Endokarditis infektif

E. Perikarditis akut
Jawaban

D. Endokarditis infektif
Pembahasan
Diagnosis?
• Wanita 25 tahun
– Panas dan sesak sejak 3 hari
– Riwayat cabut gigi  Faktor Risiko
– Gangguan septum ventrikel sebelumnya  Faktor risiko
• Pemeriksaan fisik
– TD 100/70 mmHg, HR 96x/menit, RR 28x/menit, Suhu 38,9oC
– Murmur di apeks
Kriteria Duke untuk Diagnosis
Endokarditis Infektif (EI)

www. Medcomic.com
Faktor Risiko EI

• Pasien dengan katup prostetik

• Pasien dengan riwayat EI

• Pasien dengan riwayat penyakit jantung bawaan

• Pasien dengan riwayat prosedur dental tanpa


penggunaan antibiotik

ESC Guideline for the Management of Infective Endocarditis. 2015


Penyebab EI

• Katup normal, Prosedur dental, kebersihan


mulut buruk : Streptococcus viridans

• Katup prostetik : Staphylococcus Koagulase


negatif (S. epidermidis)

• IVDU : Staphylococcus aureus

Infective Endocarditis in Adults: Diagnosis, Antimicrobial Therapy, and Management of


Complications. AHA. 2015
Pilihan Lain
• Miokarditis  Nyeri dada tipikal, tanda gagal jantung
akut
• Demam rematik akut  faktor predisposisi dari
Endokarditis Infektif (diagnosis dengan kriteria JONES)
• Septikemia
• Perikarditis akut  Nyeri dada tajam & peuritik,
demam, terdapat pleural friction rub
A. Miokarditis

B. Demam rematik akut

C. Septikemia

D. Endokarditis infektif

E. Perikarditis akut
110
Laki-laki usia 53 tahun datang dengan keluhan nyeri dada kiri sejak beberapa
jam yang lalu dan dari pemeriksaan fisik didapatkan metallic sound dan murmur.
Gambaran EKG didapatkan irama sinus dan dokter mendiagnosis pasien
sebagai endokarditis. Pemeriksaan lanjutan pada pasien adalah…

A. Elektrokardiografi

B. Ekhokardiografi

C. MRI jantung

D. Lab darah lengkap

E. Urinalisis
Jawaban

B. Ekhokardiografi
Pembahasan

Pemeriksaan lanjutan?

• Laki-laki 53 tahun
– Nyeri dada kiri

– Metallic sound (+), murmur (+)

– Diagnosis sementara endocarditis


Endokarditis Infektif
• Endokarditis adalah peradangan pada bagian endocardium
(septal, mural, atau katup).

• Katup yang terkena biasanya akan regurgitasi

• Lesi khas berupa vegetasi, yaitu massa yang terdiri dari platelet,
fibrin dan mikroorganisme dan sel radang dengan ukuran
yang bervariasi.
Etiologi

• Pada endokarditis infektif Penyalahguna


Narkoba Intravena (PNIV), lokasi keterlibatan
katup paling sering tricuspid. Etiologi tersering
Staphylococcus aureus

• Bila endokarditis akibat penyakit jantung


rematik  katup mitral
Diagnosis Endokarditis Infektif
berdasarkan Modifikasi Kriteria Duke
Kriteria Mayor

1. Kultur darah positif untuk EI

a. Ditemukan mikroorganisme tipikal yang konsisten untuk EI pada 2 kali


pemeriksaan kultur darah dengan waktu yang berbeda: streptococus Viridans,
streptococus bovis, grup H ACEK, Staphylococus aereus, atau community-
acquired enterococci dimana tidak adanya fokus primer atau

b. Ditemukan mikroorganisme konsisten untuk EI yang persisten pada kultur darah

c. Kultur darah positif satu kali untuk coxiella burnetil atau kadar antibody IgG fase
1 > 1:800

2. Bukti keterlibatan endokardium

Ekokardiografi positif untuk EI:Vegetasi, abses, terdapat regurgitasi katup yang baru.
Kriteria Minor

1. Predisposisi: mempunyai risiko untuk kejadian EI, penggunaan obat injeksi

2. Demam: suhu >38⁰C

3. Fenomena vaskuler: emboli arteri mayor, infark pulmoner septik, aneurisma


mikotik, perdarahan intrakranial, perdarahan konjungtiva, lesi Janeway

4. Fenomena Imunologis: glomerulonephritis, nodus osler, titik roths, faktor


rheumatoid

5. Bukti mikrobiologi: kultur darah positif tetapi tidak memenuhi kriteria mayor
ataupun bukti serologis dari infeksi aktif dengan organisme yang konsisten dengan
EI.
Diagnosis Endokarditis Infektif
Endokarditis Infektif Definitif : 2 kriteria mayor; atau 1 kriteria mayor dan 3 kriteria minor; atau 5
kriteria minor.

Endokarditis infektif possible: 1 kriteria mayor dan 1 kriteria minor; atau 3 kriteria minor

Endokarditis infektif rejektif


• Terdapat bukti diagnosis lain penyebab EI; atau
• Terdapat resolusi gejala klinis EI dengan pemberian terapi terapi antibiotik selama < 4 hari; atau
• Tidak ada bukti patologi EI pada pembedahan ataupun otopsi dengan terapi antibiotik ≤ 4 hari; atau
• Tidak memenuhi kriteria EI

Disadur dari panduan praktik klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP)
Penyakit Jantung dan Pembuluh darah PERKI 2016
PENGEN INGAT CEPAT?
Apa itu Roth Spot?

Vaskulitis karena
adanya endokarditis
bakterialis
Apa itu Osler’s Node?
Apa itu Janeway lesion?
Metallic Heart Sound

• Merupakan bunyi penutupan katup jantung


yang berhubungan dengan katup prostetis
A. Elektrokardiografi

B. Ekhokardiografi

C. MRI jantung

D. Lab darah lengkap

E. Urinalisa
111
Laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak satu hari, yang
dirasakan semakin memberat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 80/60
mmHg, nadi 130 kali/menit, napas 28 napas/menit, dan suhu 36,8 C. Terdengar
ronkhi di 1/3 lapangan paru bilateral, gallop + dan ekstremitas bawah teraba
dingin. Tatalaksana awal pada kasus ini adalah...
A. Dobutamin
B. Dopamin
C. Noreprinefrin
D. Sulfat atropin
E. Adrenalin
Jawaban

B. Dopamin
Pembahasan
Terapi?
• Laki-laki 40 tahun
– Sesak napas sejak satu hari, semakin memberat
• Pemeriksaan fisik
– TD 80/60 mmHg, nadi 130 kali/menit, napas 28 napas/menit, dan
suhu 36,8 C, ekstremitas bawah teraba dingin  syok
– Terdengar ronkhi di 1/3 lapangan paru bilateral dan gallop 
ADHF
Syok pada ADHF

• Ketika hipotensi, lihat


– Irama  aritmia

– Volume  fluid challenge 2 x 2-4 cc/kgBB

– Pompa
• Inotropik  dobutamin, dopamin

• Vasopresor  norepinefrin
Algoritma
ACLS
Edema Paru
Pilihan Lain
• Dobutamin  digunakan jika TD 70-100 tanpa
tanda syok
• Norepinefrin  digunakan jika TD <70 atau pada
syok sepsis
• Sulfas atropin  untuk bradikardia simtomaatik
• Adrenalin  untuk cardiac arrest
A. Dobutamin

B. Dopamin

C. Noreprinefrin

D. Sulfat atropin

E. Adrenalin
112
Laki-laki berusia 61 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari dan
memberat sejak 3 jam yang lalu. Sesak dirasakan berkurang bila duduk dan memberat bila
berbaring. Penderita mempunyai riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Penderita juga
adalah seorang perokok. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 180/100 mmHg, nadi
125 kali/menit, napas 32 kali/menit, dan ronkhi di kedua lapang paru. Apa langkah pertama
yang paling tepat diberikan pada penderita tersebut?

A. Oksigen, furosemide, dan beta-blocker

B. Oksigen, furosemide, dan nitrat

C. Oksigen, nitrat, dan beta-blocker

D. Oksigen, nitrat, dan captopril

E. Oksigen, captopril, dan beta-blocker


Jawaban

B. Oksigen, furosemide, dan


nitrat
Pembahasan
Pengobatan pertama?
• Laki-laki 61 tahun
– Sesak sejak 3 minggu yang lalu dan memberat sejak 3 hari
yang lalu
– Orthopnea (+)  sesak ketika terbaring
• TD 180/100mmHg, ronkhi di kedua lapang paru  ada
kongesti paru
– ADHF
Pembahasan
• Pasien ini dalam kondisi edema pulmonal yang diakibatkan oleh ADHF (Acute
Decompensated Heart Failure) yang diderita pasien.

• Langkah awal pengobatan kondisi edema pulmonal adalah sebagai berikut:


– L  lasix (furosemide/ loop diuretic)

– M  morfin

– N  nitrat

– O  Oksigen

– P  Posisi duduk

• Gejala edema pulmonal pasien tanpa disertai syok maka terapi loop diuretik IV
(Furosemide) dapat diberikan untuk mengurangi kongesti. Pada pasien ini TD 180/100 maka
Nitrat (IV) dapat dipertimbangkan bagi pasien kongesti paru, dimulai dosis IV 10mcg/menit.
Definisi Gagal Jantung berdasarkan
PERKI
Framingham Criteria
Kriteria Mayor Kriteria Minor
• Sesak napas tiba-tiba pada malam hari • Edema ekstremitas
(paroxysmal nocturnal dyspneu)
• Batuk malam
• Distensi vena-vena leher
• Dyspneu d’effort (sesak ketika
• Peningkatan tekanan vena jugularis
beraktifitas)
• Ronki basah basal
• Hepatomegali
• Kardiomegali
• Efusi pleura
• Edema paru akut
• Gallop (S3) • Penurunan kapasitas vital paru
• Refluks hepatojugular positif sepertiga dari normal
• Takikardi >120 kali per menit

dikatakan gagal jantung ketika memenuhi


2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor Framingham
Skema Diagnosis Gagal Jantung
ACCF/AHA Stages of HF NYHA Functional Class
A Berisiko gagal jantung I Dapat beraktivitas normal
Tidak ada gejala II Tidak ada gejala saat istirahat
Tidak ada kerusakan struktur Gejala muncul saat aktivitas
B Tidak ada gejala sehari-hari
Ada kerusakan struktur III Tidak ada gejala saat istirahat
C Ada gejala dan kerusakan Gejala muncul saat aktivitas
struktur ringan
D Gagal jantung berulang IV Gejala muncul saat istirahat
Tatalaksana Gagal Jantung Akut (PERKI,
2016)
• O2 2-4 L/menit
• IV line
• Furosemid 40 mg bolus
• Jika sistolik >110mmHg : nitrogliserin drip 5mcg/menit
• Morfin 2-4 mg jika pasien masih takipnea
• TD
– <90 mmHg: dobutamin 5mcg/kgBB/menit
– <80 mmHg: dopamin 5 mcg/kgBB/menit
– <80 mmHg: norepinefrin 0,02 mcg/kgBB/menit

• Jika fibrilasi atrium digoksin IV 0,5 mg bolus


• Captopril 6,25 mg setelah fase akut teratasi
Pilihan Lain

• Oksigen, nitrat, dan beta blocker (beta blocker


tidak boleh digunakan untuk gagal jantung
akut)
A. Oksigen, furosemide, dan beta blocker
B. Oksigen, furosemide, dan nitrat
C. Oksigen, nitrat, dan beta blocker (beta blocker
tidak boleh digunakan untuk gagal jantung akut)
D. Oksigen, nitrat, dan captopril
E. Oksigen, captopril, dan beta blocker
113
Pasien datang dengan keluhan berdebar-debar, tidak sesak, tidak nyeri. TD
130/80 mmHg, HR 120 kali/menit GCS 15. Gambaran EKG tampak gambaran
SVT. Dilakukan vagal maneuver tapi gagal. Terapi lanjutan apa yang dapat
diberikan untuk pasien?

A. Adenosin

B. Bisoprolol

C. Lidokain

D. Amiodaron

E. Magnesium
Jawaban

A. Adenosin
Pembahasan
Tata laksana lanjutan?
• Pasien
– Berdebar-debar, tidak sesak, tidak nyeri
• Pemeriksaan fisik
– TD 130/80 mmHg, HR 120 x/menit GCS 15
• Gambaran EKG tampak gambaran SVT. Dilakukan
vagal maneuver tapi gagal
– Takikardi stabil
SVT

• QRS sempit, reguler Khan MG. Rapid ECG interpretation 3rd Ed. Totowa: Humana Press; 2003
Algortima Takiartimia

ACLS training center


Dosis Obat pada Takikaritmia

ACLS training center


Pilihan Lain
B. Bisoprolol  beta blocker, menurunkan frekuensi
denyut jantung

C. Lidokain  Antiaritmia penghambat kanal natrium

D. Amiodaron  antiaritmia untuk mengontrol laju


denyut jantung (penghambat kanal kalium)

E. Magnesium  tidak sesuai


A. Adenosin

B. Bisoprolol

C. Lidokain

D. Amiodaron

E. Magnesium
114
Laki-laki 50 tahun datang dalam keadaan tidak sadar setelah kejang. Dari pemeriksaan tidak teraba nadi
dan telah dilakukan resusitasi jantung paru. Pemeriksaan EKG terlihat pada gambar. Apa penanganan
yang tepat?

A. Defibrilasi 360 joule

B. Kardioversi 100 joule

C. Injeksi epinefrin

D. Injeksi sulfas atrofin

E. Injeksi amiodaron
Jawaban

A. Defibrilasi 360 joule


Pembahasan

Tatalaksana?

• Laki-laki 50 tahun
– Tidak sadar, nadi (-)

• EKG  VF
Pembahasan

• Pasien ini tidak sadar dengan nadi tidak teraba


 masuk ke ACLS

• EKG  VF  karena shockable  defibrilasi


360 joule
A. Defibrilasi 360 joule

B. Cardioversi 100 joule

C. Injeksi epinefrin

D. Injeksi sulfas atrofin

E. Injeksi amiodaron
115
Laki-laki usia 58 tahun datang memeriksakan kesehatan ke poliklinik. Pasien memiliki
riwayat DM sejak 20 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD: 160/90
mmHg dan konjungtiva anemis, Dari hasil laboratorium didapatkan Hb: 8 g/dL, Ur: 100
mg/dL, dan Cr 4.1 mg/dL. Apakah obat anti-hipertensi yang sebaiknya
diberikan?

A. Captopril

B. Amlodipin

C. Verapamil

D. Bisoprolol

E. Metildopa
Jawaban

A. Captopril
Pembahasan
Obat yang direkomendasikan ?
• Laki-laki 58 tahun
– Riwayat DM sejak 20 tahun yang lalu
• TD: 160/90 mmHg  hipertensi
• Konjungtiva anemis
• Hb: 8 g/dL  anemia
• Ur: 100 mg/dL, dan Cr 4.1 mg/dL
– Gagal ginjal
Antihipertensi
Riwayat Risiko
Gagal Riwayat
serangan tinggi DM CKD
jantung stroke
jantung PJK

Diuretik X X
β-Bloker X X
ACE-
inhibitor
ARB X X X
CCB X X X X
Antagonis X X X X
aldosteron

X = tidak direkomendasikan
Kombinasi Antihipertensi

Keterangan
Hijau : Kombinasi Aman
Hitam : Kombinasi lini 2
Merah : Tidak boleh
dikombinasi
Krisis Hipertensi
• Krisis hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu
– Hipertensi urgensi
• Sistolik >180 mmHg atau Diastolik >120 mmHg, tanpa
tanda keterlibatan kerusakan organ

– Hipertensi emergensi
• Ada keterlibatan organ (jantung, otak, mata,
ginjal)
Pilihan Lain

• Amlodipin  CCB

• Verapamil  CCB

• Bisoprolol  penyekat beta


A. Captopril

B. Amlodipin

C. Verapamil

D. Bisoprolol

E. Metildopa
116
Laki-laki, 23 tahun, datang dengan keluhan demam sejak 3 hari lalu diikuti
batuk dan pilek. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
130/80 mmHg, laju nadi 100 kali/menit, laju napas 26 kali/menit, dan suhu 390C.
Pada pemeriksaan toraks didapatkan ronki basah kasar di hemitoraks kiri. Pada
anamnesis lanjutan, ditemukan ada riwayat kontak dengan unggas yang mati
mendadak. Diagnosis yang paling tepat adalah…
A. Pneumonia komunitas
B. Avian influenza
C. SARS
D. MERS
E. Swine flu
Jawaban

B. Avian influenza
Pembahasan

Etiologi?

• Laki-laki 23 tahun
– Batuk, pilek, demam  ISPA

– Riwayat mengunjungi perternakan unggas dan


unggas mati  faktor risiko avian influenzae
Flu H5N1/ Flu Burung/ Avian Influenza

• Etiologi  influenza A

• Utamanya menyerang unggas, tapi dapat


menular dari unggas ke spesies lain (kucing,
anjing, sapi) dan manusia
Masa Inkubasi Flu Burung

• Masa inkubasi rata-rata 3 hari (1-7 hari), masa


penularan pada manusia adalah 1 hari sebelum
dan 3-5 hari setelah gejala timbul.

• Masa penularan pada anak dan balita dapat


mencapai 21 hari.
Gejala Flu Burung
• Demam mencapai >38 °C
• Batuk dan nyeri tenggorokan
• Pneumonia dan radang saluran pernapasan
bagian atas
• Infeksi mata
• Nyeri otot
Penularan Flu Burung
1. Hewan: kontak langsung dengan unggas yang sakit atau
produk unggas yang sakit
2. Lingkungan: udara atau peralatan yang tercemar virus
H5N1 yang berasal dari feses atau sekreta unggas yang
terserang virus flu burung
3. Manusia: sangat jarang
4. Konsumsi produk unggas yang tidak dimasak dengan
sempurna
4 Kriteria Kasus Flu Burung
(Pedoman Umum Pengendalian Avian Influenza (Flu Burung) dan Program
Penanganannya 2009)

• Kasus dalam investigasi

• Kasus suspek

• Kasus probabel

• Kasus konfirmasi
Pengobatan

• Oseltamivir 2x75 mg (untuk anak sesuai berat


badan) dalam 2x24 jam setelah gejala muncul.

• Pada puskesmas terpencil, pasien flu burung


diberikan pengobatan sesuai skoring. Jika
puskesmas tidak terpencil, pasien langsung
dirujuk ke RS rujukan.
Skoring Pemberian Oseltamivir
Gejala Klinis dan
Skoring
Laboratorium
Gejala dan Riwayat 1 (tidak) 2 (ya)
Epidemiologi
Temperatur tubuh <38 °C ≥38 °C
Frekuensi napas Normal Tidak normal
Ronkhi Tidak ada Ada
Leukopenia Tidak ada Ada
Kontak dengan Tidak ada Ada
sumber infeksi
Skoring Pemberian Oseltamivir

• Skor 6-7  evaluasi 24 jam, bila skor


meningkat >7, beri oseltamivir

• Skor 7  diberikan oseltamivir


MERS-CoV
• Etiologi: kelompok baru Coronavirus
• Negara-negara yang melaporkan kasus MERS-CoV
berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan
negara di Timur Tengah
• Masa inkubasi 2-14 hari
• Cara Penularan
– Langsung: droplet saat batuk atau bersin
– Tidak langsung: kontak dengan benda yang terkontaminasi virus

Pedoman Umum Kesiapsiagaan menghadapi MERS-CoV. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia; 2013.
Klasifikasi Kasus MERS-CoV
Kasus dalam penyelidikan/underinvestigated

a. Mengalami ISPA dengan tiga keadaan:


– Demam ≥380C atau ada riwayat demam

– Batuk

– Pneumonia (klinis atau radiologis) yang perlu rawat inap

DAN salah satu kriteria:

– Memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah dalam 14 hari sebelum sakit

– Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama dengan pasien ISPA berat

– Klaster pneumonia dalam periode 14 hari

– Ada perburukan perjalanan klinis yang mendadak walaupun telah mendapat obat yang tepat

b. Seseorang dengan ISPA ringan hingga berat yang memiliki kontak erat dengan
kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV dalam waktu 14 hari
sebelum sakit
Klasifikasi Kasus MERS-CoV
Kasus probabel

a. Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti klinis,


radiologis, atau histopatologis DAN tidak ada pemeriksaan MERS-
CoV atau hasil laboratorium negatif pada satu kali pemeriksaan
spesimen yang tidak adekuat DAN ada hubungan epidemiologis
langsung dengan kasus terkonfirmasi MERS-CoV

b. Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti klinis,


radiologis, atau histopatologis DAN hasil laboratorium inkonklusif
DAN ada hubungan epidemiologis langsung dengan kasus
terkonfirmasi MERS-CoV
Klasifikasi Kasus MERS-CoV

Kasus konfirmasi  seseorang yang terinfeksi MERS-CoV


dengan hasil laboratorium positif

Pedoman Umum Kesiapsiagaan menghadapi MERS-CoV. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia; 2013.
Tata Laksana MERS-CoV

• Belum ada tata laksana spesifik

• Tata laksana hanya suportif

• WHO tidak merekomendasikan steroid dosis


tinggi

• Belum ada vaksin untuk MERS-CoV

Pedoman Umum Kesiapsiagaan menghadapi MERS-CoV. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia; 2013.
SARS
• Etiologi: Coronavirus
• Negara-negara yang pernah mengalami epidemi SARS:
Cina (kasus SARS pertama), Kanada, Singapura
• Masa inkubasi rata-rata 4-6 hari
• Cara Penularan
– Langsung: droplet saat batuk atau bersin
– Tidak langsung: kontak dengan benda yang terkontaminasi
virus
Consensus document on the epidemiology of SARS. WHO; 2003
Klasifikasi SARS
Kasus suspek
1. Seseorang dengan riwayat demam >380C dan batuk atau sulit bernapas
DAN minimal satu dari paparan berikut dalam 10 hari sebelum gejala
– Kontak erat dengan suspek atau probable SARS
– Riwayat perjalanan ke tempat yang sedang transmisi lokal SARS
– Tinggal di daerah yang sedang mengalami transmisi lokal SARS

2. Seseorang yang meninggal akibat penyakit respirasi akut dengan etiologi


tidak jelas yang belum diotopsi
DAN minimal satu dari paparan berikut dalam 10 hari sebelum gejala
– Kontak erat dengan suspek atau probable SARS
– Riwayat perjalanan ke tempat yang sedang transmisi lokal SARS
– Tinggal di daerah yang sedang mengalami transmisi lokal SARS
Klasifikasi SARS
Kasus probabel

1. Kasus suspek dengan bukti radiologis (rontgen toraks)


infiltrat yang sesuai dengan pneumonia atau respiratory distress
syndrome

2. Kasus suspek yang terbukti secara laboratorium positif


coronavirus SARS.

3. Kasus suspek pada hasil autopsy yang temuan patologinya


sesuai dengan respiratory distress syndrome tanpa penyebab
yang diketahui
Tata Laksana SARS

• Suportif: oksigen, cairan IV

• Antibiotik jika ada ko-infeksi bakteri

• Pemberian antivirus, steroid, dan


immunoglobulin masih memberikan hasil
inkonklusif.

Stockman LJ, Bellamy R, Garner P. SARS: Systematic Review of Treatment Effects; 2006.
Pilihan Lain
A. Pneumonia komunitas

B. Avian influenza

C. SARS  riwayat bepergian ke negara-negara yang


pernah epidemi SARS, misalnya Singapura atau Cina

D. MERS  riwayat bepergian ke negara Timur Tengah

E. Influenza
A. Pneumonia komunitas

B. Avian influenza

C. SARS

D. MERS

E. Swine flu
117
Anak laki-laki usia 6 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan sesak dan batuk yang
bertambah parah sejak 3 hari ini. Keluhan tersebut membuat pasien tidak bisa tidur dan
sulit bicara. Keluhan juga disertai dengan demam sejak 5 hari yang lalu. Dari
pemeriksaan didapatkan RR 50 kali/menit, nadi 140 kali/menit, dan suhu 38,9 C.
Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi suprasternal dan intercostal. Terdapat ronkhi
kasar halus bilateral, dan wheezing -/- . Apa diagnosis pasien ini?
A. Asma akut berat
B. Pneumonia
C. Bronkitis akut
D. Bronkiolitis
E. Asma akut sedang
Jawaban

B. Pneumonia
Pembahasan
Diagnosis?
• Anak laki-laki usia 6 tahun
– Sesak dan batuk yang bertambah parah sejak 3 hari ini
– Tidak bisa tidur dan sulit bicara
– Demam sejak 5 hari yang lalu
• RR 50 kali/menit, nadi 140 kali/menit, dan suhu 38,9 C. Pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi suprasternal dan intercostal. Terdapat ronkhi
kasar halus bilateral, dan wheezing -/-
– Pneumonia berat
Pneumonia
A. Asma akut berat

B. Pneumonia

C. Bronkitis akut

D. Bronkiolitis

E. Asma akut sedang


118
Laki-laki 20 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas disertai demam sejak 3
hari lalu. Awalnya pasien batuk dengan dahak berwarna seperti karat. Dari pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 116 kali/menit, napas 28 kali/menit, suhu
39,8 C. Didapatkan ronki kasar di hemitoraks kanan dan vokal fremitus meningkat. Dari
pemeriksaan foto toraks didapatkan konsolidasi dan infiltrat pada paru kanan. Apa
terapi yang tepat pada pasein ini?
A. Kotrimoxazol oral 2 x 480mg/hari
B. Kloramfenikol IV 4 x 1gr
C. Klaritromisin oral 2x500 mg
D. Ceftriakson IV 3 x 1gr
E. Metronidazol oral 3 x 500mg
Jawaban

C. Klaritromisin oral 2x500


mg
Pembahasan
Tatalaksana ?
• Laki-laki 20 tahun
– Sesak+demam 3 hari diawali batuk  pneumonia?
– Dahak berwarna seperti karat  mengandung darah
• PF
– TD 120/80 mmHg, nadi 116 kali/menit, napas 28 kali/menit, suhu 39,8 C
– Ronki kasar, vokal fremitus meningkat di hemotoraks kanan  cairan/ benda
padat
• Rontgen konsolidasi dan infiltrat pada paru kanan  pneumonia
lobaris dekstra
Diskusi
• Pada pasien ini, Skor CURB-65 = 0, PORT < 70 dan
tidak ditemukan indikasi lain yang mengharuskan pasien
rawat inap sehingga antibiotik pilihan utama menurut
PPK yang diberikan adalah golongan Makrolid
• Tambahan pada pneumonia anak: Menurut panduan
tatalaksana pneumonia dari KEMENKES RI, pilihan
pertama adalah Kotrimoksazol. Pilihan kedua adalah
Amoksisilin pada anak.
Kemetrian Kesehatan RI. Tatalaksana Standar Pneumonia. 2012.
IDSA ATS 2019
• Pasien rawat jalan tanpa • Pasien Rawat Jalan dengan
komorbid komorbid
– Amoksisilin 3x1 gram – Amoksisilin/clavulanate
– Doksisiklin 2x100 mg 3x500mg/125 mg atau

– Makrolide (Azitromisin 1x500 2xAmkosisilin/clavulanat

mg, lanjut 1x250 mg ATAU 875mg/125mg

klaritromisin 2x500 mg ATAU – Makrolide (azitromisin 500 mg,


klaritromisin extended release lanjut 250 mg, klaritromisin
1000 mg/hari) 2x500 mg atau 1x1000 mg)
– Levofloxasin 1x750 mg,
moxifloxasin 1x400 mg
IDSA ATS 2019
• Pasien rawat Inap • Monoterapi
– Kombinasi terapi dengan – Levofloxasin 750 mg/hari,
betalaktam moxifloxasin 400 mg/hari)
(ampicilin+sulbactam 1.5-3
gram setiap 6 jam, cefotaxim
1-2 gram setiap 8 jam,
ceftriaxone 1-2 gram/hari dan
makrolide (azitromisin 500
mg/hari atau klaritromisin
2x500 mg)
Untuk Pneumonia Anak

Kemetrian Kesehatan RI. Tatalaksana Standar Pneumonia. 2012.


A. Kotrimoxazol oral 2x480mg/hari

B. Kloramfenikol IV 4x1gr

C. Klaritromisin oral 2x500 mg

D. Ceftriakson IV 3x1gr

E. Metronidazol oral 3x500mg


119
Perempuan usia 28 tahun datang dengan keluhan batuk darah sejak 1 hari yang lalu.
Pasien juga mengalami demam yang tidak terlalu tinggi. Pasien mengatakan sudah
mengalami batuk sejak 6 bulan yang lalu. Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan
TB. Hasil pemeriksaan sputum BTA SPS (+) pada 3 kali pemeriksaan.
Penatalaksanaan yang tepat pada pasien ini adalah...

A. 2HRZE dan 4R3H3

B. 2HRZE dan 6RH

C. 2HRZE, 1RHZE, 5HRE

D. 2HRZE dan 4RHZ

E. 2HRZES dan 4R3H3


Jawaban

A. 2HRZE dan 4R3H3


Pembahasan
Pengobatan?
• Perempuan 28 tahun
– Batuk darah sejak 1 hari, batuk sejak 6 bulan
– Demam tidak tinggi
– Belum pernah mendapatkan pengobatan TB kasus baru
• Pemeriksaan penunjang
– BTA SPS +/+/+  memenuhi kriteria diagnosis TB (Meskipun
saat ini untuk diagnosis hanya dibutuhkan 2 sampel saja)
Alur
Diagnosis
TB

Pedoman nasional pengendalian


tuberkulosis. 2014.
Pengobatan TB
• Katergori 1 : 2(RHZE) / 4(RH)3 atau 2(RHZE) / 4(RH)
– Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
– Pasien TB paru terdiagnosis klinis
– Pasien TB ekstra paru
• Kategori 2 : 2(RHZE)S / (RHZE) / 5(RH)3E3
– Pasien Kambuh
– Pasien gagal pada pengobatan dengan kategori 1 sebelumnya
– Pasien yang diobati kembali setelah putus obat (lost to follow up)

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. 2014.


A. 2HRZE dan 4R3H3

B. 2HRZE dan 6RH

C. 2HRZE, 1RHZE, 5HRE

D. 2HRZE dan 4RHZ

E. 2HRZES dan 4R3H3


120
Seorang pasien laki-laki 30 tahun sedang menjalani pengobatan TBC
dan saat ini mengeluh fungsi pendengarannya menurun. Obat anti
tuberkulosis yang dapat menyebabkan keluhan tersebut
adalah?
A. Streptomisin
B. Etambutol
C. Isoniazid
D. Pirazinamid
E. Rifampisin
Jawaban

A. Streptomisin
Pembahasan

• OAT yang memiliki efek samping ototoksik ?


Efek Samping Berat OAT

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. 2014.


Efek Samping Ringan OAT

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. 2014.


A. Streptomisin

B. Etambutol

C. Isoniazid

D. Pirazinamid

E. Rifampisin
121
Laki-laki 25 tahun datang dengan keluhan batuk lama disertai penurunan berat badan. Pada
bagian leher terdapat benjolan dengan dasar ulkus. Pada pemeriksaan histopatologi
didapatkan sel datia Langhans. Pasien mengaku sering berganti-ganti pasangan. Pasien
penderita HIV dengan hasil pemeriksaan jumlah CD4 400. Pasien belum memulai ARV.
Bagaimana terapi pemberian ARV dan OAT yang benar pada pasien ini?
A. ARV bersamaan dengan OAT
B. ARV diberikan setelah selesai pengobatan TB fase intensif
C. ARV diberikan setelah pengobatan TB selesai
D. ARV diberi setelah OAT ditoleransi (2-8 minggu)
E. ARV dan OAT diberikan selang-seling
Jawaban

D. ARV diberi setelah OAT


ditoleransi (2-8 minggu)
Pembahasan

Terapi ARV dan OAT?

• Laki-laki 25 tahun
– Batuk lama disertai penurunan berat badan

– Leher terdapat benjolan dengan dasar ulkus

– Histopatologi  sel datia langhans

– Pasien penderita HIV dengan CD4 400


Sel Datia
Langhans
• Gabungan dari sel
epiteloid (makrofag).

• Ditemukan pada
berbagai penyakit
granulomatosa, salah
satunya tuberkulosis
A. ARV bersamaan dengan OAT
B. ARV diberikan setelah selesai pengobatan TB fase
intensif
C. ARV diberikan setelah pengobatan TB selesai
D. ARV diberi setelah OAT ditoleransi (2-8
minggu)
E. ARV dan OAT diberikan selang-seling
122
Perempuan usia 24 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk darah sejak 5 hari
yang lalu. Keluhan disertai dengan keringat malam hari dan penurunan berat badan
dalam 1 bulan terakhir. Dilakukan pemeriksaan dahak dan didapatkan hasil BTA (+).
Pasien memiliki riwayat berobat tuberkulosis selama tiga bulan dan berhenti berobat
karena keluhan sudah membaik. Manakah diagnosis yang paling tepat?

A. TB baru BTA positif

B. TB default

C. TB kambuh

D. TB MDR

E. TB ekstra paru
Jawaban

B. TB default
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan 24 tahun
– Batuk darah sejak 5 hari
– Keringat malam hari
– Penurunan berat badan dalam 1 bulan terakhir

• BTA (+)
• Riwayat berobat TB  3 bulan  berhenti
Klasifikasi TB
• Berdasarkan riwayat pengobatan :
– Pasien baru TB : belum pernah atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28
dosis)
– Pasien yang pernah diobati TB : sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28
dosis)
• Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir :
• Pasien kambuh : pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil
pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi)
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal : pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up): pernah diobati dan dinyatakan lost to
follow up  putus berobat /default
• Lain-lain : pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui

– Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui


Tatalaksana TB

• Panduan OAT yang digunakan di Indonesia


(sesuai rekomendasi WHO dan ISTC) :
– Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

– Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

– Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-


10HR
Tatalaksana TB
• Kategori 1 :
– Paduan obat kategori 1 untuk pasien baru :
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis

• Pasien TB paru terdiagnosis klinis

• Pasien TB ekstraparu
• Kategori 2 :
– Paduan obat kategori 1 untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya :
• Pasien kambuh

• Pasien gagal pengobatan kategori 1

• Pasien yang diobati kembali setelah putus obat (lost to follow-up)


A. TB baru BTA positif

B. TB default

C. TB kambuh

D. TB MDR

E. TB Ekstra Paru
123
Anak laki-laki usia 3 bulan datang ke RS dengan keluhan napas bersuara ngik-
ngik, batuk, dan demam sejak 3 hari yang lalu. Dari pemeriksaan toraks
didapatkan suara tambahan bronkovesikuler, wheezing, dan stridor inspirasi.
Diagnosis yang paling mungkin pada kasus ini adalah...

A. Croup

B. Pneumonia

C. Bronkhitis akut

D. Bronkhiolitis akut

E. Asma bronkial
Jawaban

D. Bronkhiolitis akut
Pembahasan

Diagnosis?

• Anak laki-laki usia 3 bulan


– Napas bersuara ngik-ngik, batuk, dan demam sejak
3 hari yang lalu  ISPA

• Pemeriksaan toraks  bronkovesikuler,


wheezing, dan stridor inspirasi  bronkiolus
Bronkhiolitis
• Bronkhiolitis adalah penyakit seasonal viral menyebabkan
inflamasi bronkhiolus yang ditandai dengan adanya panas,
pilek, batuk dan mengi.
• Sering pada usia di bawah 2 tahun  Insiden tertinggi
umur 6 bulan
• Etiologi : Respiratory Syncytial Virus (RSV)  tersering,
Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza virus, Enterovirus dan
Influenzae virus

PPK Anak.2015
Anamnesis
Usia <2 tahun

Demam  biasanya tidak terlalu tinggi

Batuk, pilek, sesak napas

Mengi

Poor feeding

Letargi, gelisah, pucat

PPK Anak.2015
Pemeriksaan Fisik

Vital sign : takipnea, subfebris

Retraksi dinding dada (subcosta, intercosta, supraclavicula),


bentuk dada tampak hiperinflasi

Fine inspiratory crackles pada seluruh lapang paru, High pitched


expiratory wheeze juga ditemukan pada penderita bronkhiolitis

PPK Anak.2015
Pemeriksaan Penunjang
• Gambaran radiologis :
– Normal atau menunjukkan hiperinflasi paru,
diameter anteroposterior meningkat pada foto lateral,
diafragma mendatar, penonjolan daerah retrosternal
dan pelebaran interkostal

– Sebagian besar : infiltrat peribronkial, konsolidasi


infiltrat

PPK Anak.2015
Diagnosis Banding
• Berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan fisik dan gambaran
radiologis, perlu dipertimbangkan beberapa penyakit lain, yaitu
:
– Asma bronkial
– Bronkopneumonia
– Penyakit jantung kongestif
– Pertusis
– Fibrosis kistik paru

PPK Anak.2015
Tatalaksana

• Terapi supportif  oksigen, nasal suction

• Pemberian antiviral, antibiotik, inhalasi β2-


agonis, inhalasi kortikosteroid dan inhalasi
antikolinergik (ipratropium) tidak
direkomendasikan
Pilihan Lain

• Croup  barking cough

• Pneumonia  ada takipnea, batuk, demam

• Bronkhitis akut  biasanya pada dewasa

• Asma bronkial  pada usia >2 tahun


A. Croup

B. Pneumonia

C. Bronkhitis akut

D. Bronkhiolitis akut

E. Asma bronkial
124
Laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 10 hari yang
lalu. Dahak berwarna kuning kecoklatan. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada dada
kanan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan dada kanan tertinggal saat inspirasi, perkusi
redup pada lapang tengah hemitoraks kanan, suara napas bronkial, dan ronki basah pada
hemitoraks kanan. Pada pemeriksaan rontgen ditemukan kavitas berdinding tebal
dengan gambaran air fluid level. Diagnosis yang mungkin adalah...
A. TB
B. Bronkiektasis
C. Bronkitis
D. Abses paru
E. Pneumonia
Jawaban

D. Abses paru
Pembahasan
Diagnosis ?
• Laki-laki 35 tahun
– Batuk berdahak kuning-kecoklatan 10 hari disertai nyeri pada dada kanan.  sputum + darah

• PF:
– Dada kanan tertinggal saat inspirasi
– Perkusi redup pada lapang tengah hemitoraks kanan
– Suara napas bronkial
– Ronkhi basah pada hemitoraks kanan  massa paru kanan

• Rontgen: kavitas berdinding tebal dengan gambaran air fluid level  khas abses
paru
Abses Paru
Abses paru merupakan salah satu komplikasi dari
infeksi paru (pneumonia, TB)
Gejala dan hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan
beragam, sesuai dengan infeksi yang mendasarinya.
Diagnosis abses ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan penunjang. Pada Xray, ditemukan
kavitas dengan air fluid level.
Pilihan Lain
• TB: batuk lama, dapat menyebabkan komplikasi
berupa abses paru
• Bronkiektasis: gambaran rontgen berupa honey
comb appearance
• Bronkitis: salah satu bentuk dari PPOK
• Pneumonia: trias batuk, sesak, demam.
A. TB

B. Bronkiektasis

C. Bronkitis

D. Abses paru

E. Pneumonia
125
Laki - laki usia 58 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak memberat sejak 1
minggu yang lalu. Pasien memiliki riwayat batuk berulang sejak 2 tahun yang lalu. Batuk
disertai dahak produktif berwarna kehijauan terutama pada pagi hari. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan nadi 100 kali/menit, napas 24 kali/menit, dan suhu 37,5 C. Dari
pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran honey comb appearance. Apakah
diagnosis pasien tersebut ?
A. Bronkiektasis
B. Pleuropneumonia
C. TB paru
D. Tumor Paru
E. Bronkopneumonia
Jawaban

A. Bronkiektasis
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki, 58 tahun
– Batuk berdahak warna hijau memberat sejak 1 minggu,
berulang sejak 2 tahun

• PF: RR 24 kali/menit (meningkat), suhu 37,5 C


(demam)
• X Ray: honey comb appearance
Bronkiektasis
• Bronkiektasis adalah suatu hasil akhir dari
inflamasi berulang/kronis pada bronkus  berupa
dilatasi bronkus dan kerusakan dinding bronkus

• Bentuk bronkus yang tidak normal membuat


rentan terjadi infeksi yang sering disebut
bronkiektasis terinfeksi

Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II, edisi VI, 2015
Gejala khas
• Batuk, dapat disertai darah

• Sputum tiga lapis  sulit dilakukan

• Xray: Honey Comb Appearance/sarang


lebah
– Definitif  CT-scan

Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II, edisi VI, 2015
Terapi
• Terapi hanya untuk mengobati infeksi, namun
tidak dapat mengembalikan bentuk bronkus
– Antibiotik  golongan makrolid
– Obat-obatan simptomatik
• Ambroksol
• Bronkodilator
• Antipiretik
Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II, edisi VI, 2015
A. Bronkiektasis

B. Pleuropneumonia

C. TB paru

D. Tumor Paru

E. Bronkopneumonia
126
Perempuan usia 20 tahun datang dengan keluhan utama sesak napas disertai
dengan napas berbunyi. Keluhan muncul akhir-akhir ini di saat tetangganya
sedang memperbaiki rumah. Pasien punya riwayat keluhan sesak disertai napas
berbunyi sejak kecil. Keluhan demam tidak ada. Apa mekanisme keluhan
pasien ini?
A. Udara mengisi pleura paru
B. Inflamasi parenkim paru
C. Bronkospasme karena eksaserbasi asma
D. Bronkospasme karena eksaserbasi PPOK
E. Bronkospasme karena tumor paru
Jawaban

C. Bronkospasme karena
eksaserbasi asma
Pembahasan

Mekanisme terjadinya gejala?

• Perempuan 20 tahun
– Sesak nafas dengan nafas berbunyi

– Muncul saat tetangganya renovasi rumah

– Punya riwayat sesak nafas sejak masa kecil


Asma Bronkial
• Asma, yaitu suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernapasan
(bronchiale) pada paru, di mana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale
sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami
sesak napas.
• Gejala khas asma:
– Terdapat lebih dari satu gejala (mengi, sesak, dada terasa berat) khususnya pada
dewasa muda
– Gejala sering memburuk di malam hari atau pagi dini hari
– Gejala bervariasi waktu dan intensitasnya
– Gejala dipicu oleh infeksi virus, latihan, pajanan alergen, perubahan cuaca, tertawa
atau iritan seperti asap kendaraan, rokok atau bau yang sangat tajam
Asma Bronkial (Patofisiologi)
Pilihan Lain
• Udara mengisi pleura paru: pneumotoraks
• Inflamasi parenkim paru: peradangan akibat sebab
apapun
• Bronkospasme karena eksaserbasi PPOK: PPOK
terjadi pada orang tua dan adanya paparan asap yang
berlebih
• Bronkospasme karena tumor paru: Tumor paru jarang
yang menyebabkan bronkospasme
A. Udara mengisi pleura paru

B. Inflamasi parenkim paru

C. Bronkospasme karena eksaserbasi asma

D. Bronkospasme karena eksaserbasi PPOK

E. Bronkospasme karena tumor paru


127
Perempuan usia 19 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan sesak nafas sejak 1 jam lalu,
batuk (+), demam (-), mengi (+). Pasien tampak sesak bila bicara dan terputus setelah mengucap
beberapa kata. Pasien merasa sesak bila berbaring dan memilih duduk. Sesak seperti ini sudah
beberapa kali dialami pasien namun sifatnya hilang timbul. Pasien terakhir mengalami serangan
sesak 2 hari lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90
kali/menit, frekuensi napas 32 kali/menit, pemeriksaan dada didapatkan retraksi, ronkhi -/- dan
wheezing +/+. Apa diagnosis yang paling tepat?
A. Asma intermiten serangan ringan
B. Asma intermiten serangan sedang
C. Asma persisten ringan serangan ringan
D. Asma persisten ringan serangan sedang
E. Asma persisten sedang serangan ringan
Jawaban

D. Asma persisten ringan


serangan sedang
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan 19 tahun
– Sesak nafas sejak 1 jam lalu
– Batuk (+), mengi (+)
– Sesak bila bicara dan terputus setelah mengucap beberapa kata
– Sesak bila berbaring dan memilih duduk
• Terakhir mengalami serangan sesak 2 hari lalu (biasa serangan
2x/minggu)
• Pemeriksaan fisik  takipnea, retraksi, wheezing +/+
Derajat Asma
Derajat Eksaserbasi Asma
Penanganan Asma Persisten Ringan

• Pengontrol harian: glukortikosteroid inhalasi


dosis 200-400 µg BB/hari atau ekuivalennya.

• Alternatif lain: teofilin lepas lambat, kromolin,


leukotriene modifiers.
Penanganan Asma Persisten Sedang
• Pengontrol harian: kombinasi glukortikosteroid inhalasi
dosis 400-800 µg BB/hari atau ekuivalennya + agonis beta-2
kerja lama.
• Alternatif lain:
– Glukortikosteroid dosis di atas + teofilin lepas lambat
– Glukortikosteroid dosis di atas + agonis beta-2 kerja lama oral
– Glukortikosteroid dosis >800 µg BB/hari
– Glukortikosteroid dosis di atas + leukotriene modifiers
Penanganan Asma Persisten Berat
• Pengontrol harian: kombinasi glukortikosteroid inhalasi dosis >800
µg BB/hari atau ekuivalennya + agonis beta-2 kerja lama + ≥1 di
bawah:
– Teofilin lepas lambat
– Leukotriene modifiers
– Glukortikosteroid oral
• Alternatif lain:
– Prednisolon/metilprednisolon oral selang sehari 10 mg + agonis beta-2
kerja lama oral + teofilin lepas lambat.
A. Asma intermiten serangan ringan

B. Asma intermiten serangan sedang

C. Asma persisten ringan serangan ringan

D. Asma persisten ringan serangan sedang

E. Asma persisten sedang serangan ringan


128
Anak usia 7 tahun datang dibawa orang tuanya dengan keluhan sesak. Sesak
dirasakan sejak 3 tahun, hilang-timbul, terutama pada malam hari. Ayah pasien
memiliki riwayat asma. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penggunaan otot bantu
napas dan mengi pada kedua lapang paru. Saturasi O2 92%. Pasien sudah diberikan
inhalasi salbutamol 2 kali, namun belum membaik. Apa yang bukan merupakan
komplikasi yang dapat terjadi pada pasien?
A. Atelektasis
B. Fraktur kosta
C. Pneumomediastinum
D. Alkalosis respiratorik
E. Pneumotoraks
Jawaban

B. Fraktur kosta
Pembahasan
Yang bukan komplikasi ?

• Anak dengan keluhan sesak


– Sesak dirasakan 3 tahun hilang timbul, terutama malam

– PF: mengi pada kedua lapang paru

– Pasien sudah diberikan inhalasi salbutamol 2 kali


namun tidak membaik asma bronkial
Komplikasi Asma
A. Atelektasis

B. Fraktur kosta

C. Pneumomediastinum

D. Alkalosis respiratorik

E. Pneumotoraks
129
Laki-laki usia 67 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan sesak napas memberat sejak 4 hari yang
lalu. Pasien sudah merasakan sesak sejak 1 tahun terakhir. Keluhan saat ini disertai demam, batuk
berdahak, dan nafsu makan menurun. Riwayat merokok 12 batang per hari selama 40 tahun. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, denyut nadi 72 kali/menit, napas 37
kali/menit, bentuk dada barrel chest, dan terdapat ronkhi basah pada lapangan paru kanan disertai
wheezing pada kedua lapang paru. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10,5 g/dL, leukosit
19.000 sel/µL. Apakah diagnosis pada pasien ini?
A. Bronkhitis kronik
B. TB paru
C. Tumor paru
D. Pneumonia
E. PPOK eksaserbasi akut
Jawaban

E. PPOK eksaserbasi akut


Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 67 tahun
– Sesak nafas memberat sejak 4 hari
– Riwayat sesak sejak 1 tahun terakhir
– Demam, batuk berdahak, dan nafsu makan menurun
– Riwayat merokok 12 batang/hari selama 40 tahun
• Pemeriksaan fisik  takipnea, barrel chest, ronkhi basah +/-,
wheezing +/+
• Lab  Leukositosis
Definisi
• PPOK  kumpulan gejala respirasi dan limitasi jalan napas yang
disebabkan oleh gangguan pada jalan napas dan/atau alveolus yang tidak
sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, dan berhubungan dengan inflamasi
paru terhadap partikel atau gas beracun dan disertai efek ekstra paru
– Penyakit jalan napas kecil (bronkiolitis) + destruksi parenkim (emfisema) 
progresi keduanya tidak selalu sejalan

• Emfisema  suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran


rongga udara distal bronkiolus terminal disertai kerusakan dinding alveoli
• Bronkhitis kronik  kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk
kronis berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua
tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lainnya
PPOK
• Patofisiologi
– Perubahan struktural (penyempitan diameter jalan
napas + destruksi parenkim paru)  limitasi aliran
udara
• Tautan antara alveolus dan bronkiolus melemah  recoil
paru menurun
• Bukaan bronkiolus/bronkus saat ekspirasi mengecil
• Disfungsi mukosiliar
Faktor Resiko Terjadinya PPOK
Menurut American Thoracic Society (ATS)

Faktor Pejamu
• Faktor genetik
• Anatomi saluran napas
Faktor Pajanan
• Merokok
• Status sosioekonomi
• Hipereaktivitas saluran napas
• Pekerjaan
• Polusi lingkungan
• Kejadian saat perinatal
• Infeksi bronkopulmoner rekuren, dsb.
257
Diagnosis
• Pertimbangkan pada pasien dengan:
– Sesak napas
– Batuk kronis
– Ekspektorasi kronis
– Riwayat merokok
– Riwayat terpapar gas atau partikel iritan

• Spirometri  VEP1/KVP <70%


Pemeriksaan Fisik
• Tanda-tanda hiperinflasi paru-paru
– Iga tampak horizontal
– Barrel chest
– Abdomen menonjol keluar
– Hemidiafragma mendatar
– Letak hati lebih rendah sehingga lebih mudah dipalpasi
– Irama jantung di apeks lebih sulit didengar
– Bunyi jantung terdengar lebih keras di area xiphoideus

• Laju respirasi istirahat >20 kali/menit dan pola napas lebih dangkal  karena
hipoksemia dan hiperkarbia
• Wheezing  karena diameter jalan napas yang mengecil
Penilaian PPOK
• Derajat limitasi aliran udara
– Pada pasien dengan VEP1/KVP <70%:
• GOLD 1  VEP1  80% nilai prediksi
• GOLD 2  VEP1 antara 50%-80% nilai prediksi
• GOLD 3  VEP1 antara 30%-50% nilai prediksi
• GOLD 4  VEP1 < 30% nilai prediksi

• Efek terhadap kualitas hidup


– COPD assessment test (CAT)
• Nilai > 10  mulai terapi

• Eksaserbasi (frekuensi dalam setahun terakhir)


– Ringan
– Sedang
– Berat
Contoh  pasien dengan FEV1 <30% dan eksaserbasi 3 kali akan
masuk ke dalam kategori GOLD 4, grup D
CAT
Alur Klasifikasi (GOLD 2018)
Tata Laksana PPOK Stabil
• Non-farmakoterapi
– Grup A  berhenti merokok, aktivitas fisik, vaksinasi
– Grup B-D  ditambah rehabilitasi paru
– Oksigen jangka panjang  indikasi SaO2 <88% tanpa atau dengan hiperkapnia,
target >90%
• Farmakoterapi
– Bronkodilator
• Agonis beta
• Antagonis muskarinik

– Mukolitik
– Kortikosteroid
Tata Laksana PPOK Eksaserbasi
• Perburukan gejala pada pasien PPOK, kebanyakan
karena infeksi saluran pernapasan atas
• Derajat
– Ringan  bronkodilator kerja singkat
– Sedang  bronkodilator kerja singkat + antibiotik +
kortikosteroid PO
– Berat  rawat inap
A. Bronkhitis kronik

B. TB paru

C. Tumor paru

D. Pneumonia

E. PPOK eksaserbasi akut


130
Seorang bayi usia 4 jam dirujuk bersama bidan ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan utama sesak nafas. Dari hasil
anamnesis didapatkan usia kehamilan ibu 28 minggu dan berat badan bayi saat lahir 1100 gram. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan pernapasan 60 kali/menit, nadi 170 kali/menit, dan suhu 38 C. Bayi tampak sianosis,
nafas cuping hidung (+), retraksi substernal (+), dan retraksi interkosta (+). Dari hasil foto radiologi tampak
pengembangan paru kurang dengan gambaran bell shaped thorax, ground glass dengan granuloretikular dan air
bronchogram (+). Apakah patofisiologi dari kelainan di atas?

A. Defisiensi surfaktan

B. Kegagalan transformasi sirkulasi

C. Aspirasi mekonium

D. Infeksi parenkim paru kongenital

E. Keterlambatan clearance cairan paru


Jawaban

A. Defisiensi surfaktan
Pembahasan
Patofisiologi?
• Bayi usia 4 jam
– Sesak nafas
– Usia kehamilan ibu 28 minggu, berat badan bayi saat lahir 1100 gram
• Pernapasan 60 kali/menit, nadi 170 kali/menit, dan suhu 38 C
• Sianosis, nafas cuping hidung (+), retraksi substernal (+), dan retraksi
interkosta (+)
• Pengembangan paru kurang dengan gambaran bell shaped thorax,
ground glass dengan granuloretikular dan air bronchogram (+)
Kriteria Berat Lahir
• Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram

• Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir <1500 gram

• Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram

• Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:


• Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB di bawah persentil
ke-10 kurva pertumbuhan janin.

• Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB di antara persentil
ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.

• Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB di atas persentil ke-
90 pada kurva pertumbuhan janin.
Ukuran Sesuai Masa Kehamilan

• Gunakan kurva
pertumbuhan dan
perkembangan
intrauterin dari Batanglia
dan Lubhenco
• Pasien berada pada
persentil 10-90
• Sesuai masa kehamilan
(SMK)
Diagram Cepat Distress Respirasi
• Preterm:
– < 6 jam  Hyaline
Membrane Disease
– > 6 jam  Pneumonia
• Term: PHP – TTP
– < 6 jam  Transient Takipnea
Neonates Born (TTNB) atau
6–6
aspirasi meconium
– > 6 jam  Pneumonia
Preterm
• Lahir hidup sebelum usia kehamilan tepat 37
minggu (WHO).
• Dibagi menjadi:
– Preterm ekstrem (<28 minggu)
– Sangat preterm (<32 minggu)
– Preterm sedang hingga akhir (32 sampai <37
minggu)
Hyaline Membrane Disease (HMD)

• Nama lain:
– Infant respiratory distress syndrome (IRDS)

– Neonatal respiratory distress syndrome

– Respiratory distress syndrome of newborn

– Surfactant deficiency disorder (SDD)


Hyaline Membrane Disease
• Deskripsi • Gejala
– Insufisiensi surfaktan paru – Napas cepat (>60
dan ketidakmatangan paru. kali/menit)
– Umumnya terjadi pada bayi – Denyut jantung cepat
yang lahir prematur – Retraksi dinding dada
– Bisa juga terjadi akibat – Grunting atau merintih
infeksi dan kelainan genetik – Napas cuping hidung
(berkaitan dengan produksi
– Sianosis (pada suhu udara
protein surfaktan)
kamar)
Pemeriksaan Penunjang
• Foto toraks AP dan lateral, bila perlu serial  tampak gambaran
khas pola retikulogranular (ground-glass appearance) disertai
gambaran bronkus di bagian perifer paru (air bronchogram)
• Ada 4 stadium rontgen toraks:
– Stadium 1  pola retikulogranular
– Stadium 2  stadium 1 + air bronchogram
– Stadium 3  stadium 2 + batas jantung-paru kabur
– Stadium 4  stadium 3 + white lung
Pencegahan

• Pemberian glukokortikoid kepada ibu yang


berpotensi mengalami persalinan prematur 
pematangan paru
Penanganan HMD
1. Terapi oksigen  menggunakan continous positive airway pressure (CPAP), bila memburuk
maka dengan intubasi endotrakea

2. Menjaga kehangatan

3. Surfaktan
– Bisa diberikan jika ada staf yang terkualifikasi dan fasilitas NICU, serta fasilitas lab untuk pemantauan.

– Diberikan 24 jam pertama melalui pipa endotrakea per 6-12 jam dengan total 2-4 dosis

4. Antibiotik
– Spektrum luas, umumnya ampisilin dan gentamisin. Dihentikan bila terbukti tidak ada infeksi.

5. Analisis gas darah berulang untuk manajemen respirasi.

6. Infus cairan intravena dosis rumatan, nutrisi bertahap, diutamakan ASI


A. Defisiensi surfaktan

B. Kegagalan transformasi sirkulasi

C. Aspirasi mekonium

D. Infeksi parenkim paru kongenital

E. Keterlambatan clearance cairan paru


131
Laki-laki usia 35 tahun mengeluh nyeri pada telinga kirinya sejak terkena

lemparan bola kaki saat bermain 2 hari lalu. Tampak regio pinna hiperemis dan

sangat nyeri ketika disentuh. Apa diagnosis pasien ini?

A. Otitis eksterna sirkumskripta

B. Otitis eksterna difus

C. Perikondritis

D. Otitis media akut

E. Furunkel
Jawaban

C. Perikondritis
Pembahasan

Diagnosis ?

• Laki-laki 35 tahun
– Telinga kiri terkena bola trauma

– Pemeriksaan fisik pinna kiri hiperemis dan nyeri


• Ada tanda radang  perikondritis
Perikondritis
• Terminologi perikondritis • Gejala
merujuk pada pina – Nyeri
(aurikel) perikondritis – Bengkak

• Peradangan atau infeksi – Eritema

pada kartilago dan • Lokasi tersering di


jaringan subkutan daerah helix dan anti-
helix

NCBI. Acute atraumatic pinna (auricular)


perichondritis. 2018
A. Otitis eksterna sirkumskrip

B. Otitis eksterna difus

C.Perikondritis

D. Otitis media akut

E. Furunkel
132
Anak berusia 16 tahun datang diantar orangtuanya dengan keluhan
telinga gatal dan nyeri saat mengunyah dan membuka mulut. Pada
pemeriksaan didapatkan nyeri tekan tragus dan liang telinga sempit,
membran timpani tidak dapat dieksplorasi. Diagnosis pada kasus
diatas adalah ...
A. Otitis media akut (OMA)
B. Otitis media efusi (OME)
C. Otitis eksterna (OE)
D. Otitis media supuratif kronik (OMSK)
E. Otomikosis
Jawaban

C. Otitis eksterna (OE)


Pembahasan

Diagnosis ?

• Anak 16 tahun
– Otalgia, nyeri saat mengunyah dan membuka mulut

– Nyeri tekan tragus, liang telinga sempit, membran


timpani sulit dinilai  tanda peradangan
telinga luar  otitis eksterna
Otitis Eksterna

Definisi • Radang liang telinga akut maupun kronis yang


disebabkan infeksi bakteri, jamur dan virus

• Perubahab pH liang telinga  normal : pH


Faktor asam
• Peningkatan suhu dan kelembaban  hangat
Predisposisi dan lembab bakteri dan jamur mudah tumbuh
• Trauma ringan  mengorek telinga
Otitis Eksterna

Otitis
Eksterna
Akut

Otitis Otitis
Eksterna Eksterna
Sirkumskripta Difusa
Otitis Eksterna
OE Sirkumkripta OE Difusa
Peradangan folikel rambut pada Peradangan pada lapisan bawah
1/3 luar MAE (pars cartilagines) = epitel/subepitel (2/3 dalam MAE)
tipe furunkel
Steptococcus
Staphylococcus aureus
Gejala :
Gejala : • Otalgia
• Gatal • Tuli Konduksi
• Otalgia • Tinnitus
• Trismus • Gejala umum : febris
• Tuli konduksi
Pemeriksaan fisik : MAE sempit, edem,
Pemeriksaan fisik : edem pada MAE, hiperemis
ditemukan furunkel
Terapi :
Terapi :
• Antibiotik  jika liang telinga sempit
• Abses  aspirasi steril
bisa memakai tampon Burowi
• Antibiotik topikal : Polimiksin B
• Analgesik
• Analgesik
Otitis Eksterna
OE Sirkumkripta OE Difusa
Penanganan OE

• Membersihkan liang telinga secara hati-hati


dengan pengisap (suction) atau kapas yang
dibasahi H2O2 3%.

• Bila ada abses, lakukan insisi dan drainase.


Pilihan Lain
• Otitis media akut (OMA): Radang telinga tengah kurang dari 3 minggu yang
dibagi menjadi 5 stadium yaitu Stadium oklusi tuba, Stadium hiperemis, Stadium supurasi,
Stadium perforasi dan Stadium resolusi.
• Otitis media efusi (OME): suatu proses inflamasi mukosa telinga tengah yang ditandai
dengan adanya cairan non-purulen di telinga tengah tanpa tanda infeksi akut. Gejala :
pendengaran berkurang, diplacusis binauralis, dan Otalgia. Otoskopi: membran timpani
suram dan retraksi, dan kekuningan
• Otitis media supuratif kronik (OMSK): Peradangan telinga tengah lebih dari 2
bulan ditandai Perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga
yang dibagi menjadi 2, yaitu tipe benigna dan maligna.
• Otomikosis: disebabkan oleh Aspergillus dan Candida. Gejalanya otalgia, otorrhea dan
gatal.
A. Otitis media akut (OMA)

B. Otitis media efusi (OME)

C. Otitis eksterna (OE)

D. Otitis media supuratif kronik (OMSK)

E. Otomikosis
133
Perempuan 23 tahun datang dengan keluhan gatal pada telinga kanan.
Setelah dilakukan pemeriksaan otoskopi didapatkan sekret berwarna putih.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukankan hifa dan spora.
Mikroorganisme apa yang kebanyakan menjadi penyebab kasus di
atas?

A. Candida albicans

B. Aspergillus niger

C. Aspergillus fumingatus

D. Aspergillus flavus

E. Pseudomonas sp
Jawaban

B. Aspergillus niger
Pembahasan
Mikroorganisme ?
• Perempuan 23 tahun
– Gatal pada telinga kanan
– Otoskopi: sekret berwarna putih  jamur

• Pemeriksaan laboratorium: ditemukankan hifa


dan spora  konfirmasi otomikosis
Otomikosis
• Infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur superficial meatus auditorius
eksternus.

Etiologi tersering
• Pada 80% kasus otomikosis disebabkan oleh Aspergillus, diikuti dengan
Candida sebagai penyebab kedua tersering pada otomikosis.
• Spesies Aspergillus yang paling sering ditemukan adalah Aspergillus niger
• spesies jamur lain: Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Aspergillus terreus,
Candida albicans, dan Candida parapsilosis
Gejala Klinis
• Rasa gatal

• Otorrhea

• Otalgia

• Tinnitus

• Penurunan pendengaran Hifa dan debris pada liang telinga kanan pasien dengan
keluhan gatal pada liang telinga kanan sejak 6 hari
(disadur dari Otomikosis Auris Dekstra pada Perenang, J
• Rasa penuh pada telinga Medula Unila Desember 2016)
• Pemeriksaan fisik
– Debris berwarna putih,
kehitaman, atau membran abu-
abu yang berbintik-bintik di
liang telinga.
– Dapat ditemukan pula
pertumbuhan hifa
berfilamen yang berwana
putih dan panjang dari
permukaan kulit
Pemeriksaan penunjang
• memeriksa sampel debris atau swab bercak pada kaca preparat yang
difiksasi dengan larutan KOH 10%.
• mikroskop: tampak hifa lebar, berseptum, kadang dapat ditemukan
spora kecil
Terapi:
• Topikal  klotrimazole, miconazole
• Oral  triazole, itraconazole

Gambaran jamur pada pemeriksaan KOH Perbesaran 400x


A. Candida albicans

B. Aspergillus niger

C. Aspergillus fumingatus

D. Aspergillus flavus

E. Pseudomonas sp
134
Seorang laki-laki datang dengan keluhan telinganya tersumbat. Hal ini dirasakan
ketika dia pulang berenang dan semakin memberat ketika dia berupaya
mencongkel telinganya. Diagnosis pada pasien ini adalah…

A. Presbiakusis

B. Serumen prop

C. OE

D. OMA

E. OMSK
Jawaban

B. Serumen prop
Pembahasan

Diagnosis?

• Laki-laki
– Telinganya tersumbat

– Hal ini dirasakan ketika dia pulang berenang

– Semakin memberat ketika berupaya mencongkel


telinganya
Serumen Prop
Keluhan

• Rasa penuh pada telinga

• Pendengaran berkurang

• Rasa nyeri pada telinga

• Keluhan memberat bila telinga kemasukan air

• Beberapa pasien mengeluhkan vertigo atau tinitus

Faktor Risiko

• Dermatitis kronik liang telinga luar


Serumen Prop
Tatalaksana
• Bila serumen lunak
– Dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas
• Bila serumen keras
– Dikeluarkan dengan pengait atau kuret
– Jika tidak berhasil, tetes Karbogliserin 10% atau H2O2 3%
selama 3 hari
• Bila serumen terlalu jauh terdorong ke dalam liang telinga
– Keluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang
suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh
Pilihan Lain
• Presbiakusis: tuli sensorineural nada tinggi
• Otitis eksterna (OE): Riwayat sering berenang dan trauma yang
mendahului keluhan (cotton bud). Terdapat 2 tipe: 1. OE akut
sirkumskripta: 1/3 luar dan Furunkel pada MAE, 2. OE akut difus: 2/3 dalam,
MAE sempit, kulit liang telinga luar , edema difus dan sekret minimal
• OMA: Radang telinga tengah kurang dari 3 minggu yang dibagi menjadi 5
stadium yaitu Stadium oklusi tuba, Stadium hiperemis, Stadium supurasi,
Stadium perforasi dan Stadium resolusi.
• Otitis media supuratif kronik (OMSK): Peradangan telinga tengah
lebih dari 2 bulan ditandai Perforasi membran timpani dan riwayat
keluarnya sekret dari telinga yang dibagi menjadi 2, yaitu tipe benigna dan
maligna.
A. Presbiakusis

B. Serumen prop

C. Otitis eksterna

D. Otitis media akut

E. Otitis media supuratif kronis


135
Laki-laki usia 27 tahun datang dengan keluhan keluar cairan dari telinga sejak 1
hari yang lalu. Nyeri dirasakan sekitar 3 hari yang lalu, namun saat ini sudah
mereda. Dari pemeriksaan fisik didapatkan perforasi membran timpani dan
cairan kehijauan. Terapi yang tepat untuk kasus di atas adalah...

A. Antipiretik dan antibiotik

B. Dekongestan dan H2O2

C. Antibiotik dan H2O2

D. Dekongestan dan antibiotik

E. Antibiotik dan steroid


Jawaban

C. Antibiotik dan H2O2


Pembahasan
Terapi?

• Laki-laki 27 tahun
– Keluar cairan dari telinga sejak 1 hari yang lalu.

– Nyeri dirasakan sekitar 3 hari yang lalu, namun saat ini


sudah mereda

• Perforasi membran timpani dan cairan kehijauan


Otitis Media Akut (OMA)

• Definisi: Peradangan sebagian atau seluruh


mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum
mastoid, dan sel-sel mastoid.

• Peradangan terjadi selama <3 minggu.


Otitis Media Akut
Stadium oklusi tuba • Telinga terasa penuh, Otalgia, Pendengaran 

• Otalgia , demam, rewel dan gelisah (pada bayi


Stadium hiperemis / anak)
• Anak biasanya memegang telinga yang nyeri

Stadium supurasi • Sama seperti stadium hiperemis

• Otorrhea, Intensitas keluhan berkurang (suhu


Stadium perforasi
turun, nyeri mereda, bayi / anak lebih tenang

• Setelah sekret keluar, bila perforasi permanen,


Stadium resolusi
pendengaran dapat tetap berkurang
Hasil Otoskopi Berbagai Stadium OMA
Tatalaksana OMA
Topikal Sistemik

• Stadium oklusi tuba, • Antibiotik (Amoxicillin)

– Efedrin 5% tetes hidung – Dewasa: 3 x 500 mg/hari selama 10-

• Stadium perforasi, 14 hari.

– H2O2 3%, 3 kali sehari, 4 tetes – Anak: 25 – 50 mg/kgBB/hari, dibagi 3

– Asam asetat 2%, 3 kali sehari, 4 tetes dosis per hari

– Ofloxacin, 2 kali sehari, 5 – 10 tetes • Antihistamin (bila terdapat tanda-tanda


alergi)

• Dekongestan, analgetik / antipiretik


A. Antipiretik dan antibiotik

B. Dekongestan dan H2O2

C. Antibiotik dan H2O2

D. Dekongestan dan antibiotik

E. Antibiotik dan steroid


136
Anak berusia 11 tahun diantar ibunya ke dokter dengan keluhan keluar cairan kental
seperti ingus dari telinga sejak kemarin. Dua hari yang lalu pasien berenang di sungai.
Keluhan tersebut hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan otoskopi
terlihat perforasi sentral. Diagnosis yang paling mungkin dari pasien tersebut
adalah…

A. Otitis media akut

B. Otitis media supuratif kronis

C. Otitis media serosa

D. Otitis media efusi

E. Otitis media supuratif akut


Jawaban

B. Otitis media supuratif


kronis
Pembahasan
Diagnosis?
• Anak 11 tahun
– Keluar cairan kental seperti ingus dari telinga sejak
kemarin.

• 2 hari yang lalu pasien berenang di sungai. Keluhan


tersebut hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu.
• Otoskopi: Perforasi sentral
Otitis Media Supuratif Kronik
1. Peradangan telinga tengah lebih dari 2 bulan.

2. Perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga.

3. Terus menerus maupun hilang timbul.

Faktor Risiko

• Higienitas kurang dan gizi buruk

• Infeksi saluran nafas atas berulang

• Daya tahan tubuh yang rendah

• Penyelam
Klasifikasi

OMSK tipe Aman OMSK tipe Maligna

• Perforasi sentral atau • Perforasi atik atau


pars tensa margninal
• Sekret mukoid dan • Sekret purulen dan
tidak terlalu bau berbau
• Kolesteatoma (-) • Kolesteatoma (+)
Perforasi OMSK tipe Aman vs Maligna

Aman
Maligna
Kolesteatoma
Tatalaksana OMSK tipe aman
Antibiotik

• Topikal : Ofloxacin, 2x4 tetes

• Sistemik (selama 7 hari):

– Amoxicillin 3x500 mg

– Amoxicillin-Asam klavulanat 3 x500 mg

– Ciprofloxacin 2x500 mg

– Lini II: Levofloxacin 1x500 mg atau Cefadroxil 2x500

– Anak:

• Amoxicillin – Asam klavulanat 25 – 50 mg/kgBB/hari

• Cefadroxil 25 – 50 mg/kgBB/hari
Tatalaksana OMSK tipe aman

• Membersihkan dan mengeringkan saluran


telinga
• Obat cuci telinga NaCl 0,9% / Asam Asetat
2% / Hidrogen Peroksida (H2O2) 3%
OMSK tipe maligna dirujuk untuk operasi
eradikasi kolesteatoma + timpanoplasti!
A. Otitis media akut

B. Otitis media supuratif kronis

C. Otitis media serosa

D. Otitis media efusi

E. Otitis media supuratif akut


137
Laki-laki usia 38 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri belakang telinga
sebelah kiri. Riwayat keluar cairan dari telinga kiri yang berbau. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan otoskopi didapatkan
perforasi atik membran timpani, sedangkan pada pemeriksaan lokalis leher didapatkan
benjolan sepanjang leher kiri hingga ke atas klavikula kiri, hipermis, tampak fluktuatif,
dan nyeri tekan. Apa diagnosis yang paling mungkin?
A. Mastoiditis akut
B. Abses leher dalam
C. Abses Bezold
D. Abses postaurikuler
E. Abses temporal
Jawaban

C. Abses Bezold
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 38 tahun
– Nyeri belakang telinga sebelah kiri
– Riwayat keluar cairan dari telinga kiri, berbau
• Otoskopi  perforasi atik membran timpani
• Pemeriksaan lokalis leher kiri  benjolan sepanjang leher
hingga ke atas klavikula, hipermis, tampak fluktuatif, dan
nyeri tekan
Abses Bezold
• Komplikasi dari mastoiditis
• Infeksi dari telinga menyebar ke mastoid, dan
menyebar lagi ke m.sternokleidomastoideus.
Sehingga terbentuk abses di leher yang disebut
abses bezold.
• Gejala: nyeri di area sekitar mastoid, kesulitan
menelan, sakit tenggorokan, sesak, dan demam
Abses Bezold
A. Mastoiditis Akut

B. Abses leher dalam

C. Abses bezold

D. Abses postaurikuler

E. Abses temporal
138
Perempuan usia 32 tahun mengeluh penurunan pendengaran di kedua telinga.
Pasien juga mengeluh telinga berdenging. Pemeriksaan penala menunjukkan tes
Rinne (-) di kedua telinga dan schwabach memendek di kedua telinga. Pada
otoskopi ditemukan Scwartze’s sign (+). Diagnosis pasien adalah...

A. OMA bilateral

B. Noise-induced hearing loss (NIHL)

C. Prebiaskusis

D. OMSK

E. Otosklerosis
Jawaban

E. Otosklerosis
Pembahasan
Diagnosis ?
• Perempuan 32 tahun
– Penurunan pendengaran di kedua telinga, telinga berdenging

• Pemeriksaan Penala: Rinne (-) di kedua sisi,


Schwabach memendek di kedua telinga.
• Otoskopi  Scwartze sign (+)  khas
otosklerosis
Schwartze Sign
(pada 10% pasien otosklerosis)

Disebut juga Flemingo’s


flush sign:
Peningkatan vaskularisasi
promotorium yang terlihat
melalui membran timpani.
Mengindikasikan
otospongiosis (otosklerosis
aktif)
Otosklerosis
• Etiologi
– Masih belum jelas, mungkin virus campak

• Tulang stapes yang normal menjadi sklerotik sehingga


lebih sulit menghantarkan getaran
• Biasanya menjadi tuli konduktif bilateral
Tanda dan Gejala
• Gejala muncul pada usia 30-an
• Penurunan pendengaran progresif
• 70% bilateral
• Tinitus
• Schwartze sign pada 10% pasien
• Tes penala  tuli konduktif
• Kehamilan dan terapi estrogen dapat mempercepat progresi
penyakit
Pilihan Lain
• Otitis media akut (OMA): Radang telinga tengah kurang dari 3 minggu yang
dibagi menjadi 5 stadium yaitu Stadium oklusi tuba, Stadium hiperemis, Stadium
supurasi, Stadium perforasi dan Stadium resolusi.
• Noise-Induced Hearing Loss (NIHL) : Riwayat paparan bising jangka
panjang, Cocktail party deafness dan tes penala didapatkan tuli sensorineural.
• Otitis media supuratif kronik (OMSK): Peradangan telinga tengah lebih
dari 2 bulan ditandai Perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya
sekret dari telinga yang dibagi menjadi 2, yaitu tipe benigna dan maligna.
• Presbiakusis: Tuli sensorineural frekuensi tinggi pada geriatri (> 65 tahun),
Tinitus , Cocktail party deafness dan Recruitment phenomenon.
A. OMA bilateral

B. NIHL

C. Prebiaskusis

D. OMSK

E. Otosklerosis
139
Anak laki-laki berusia 3 tahun bersama orang tuanya datang ke puskesmas dengan

keluhan belum bisa bicara. Ada riwayat persalinan lama dan ditolong oleh dukun. Pasien

tidak menjawab ketika dipanggil dan tidak berespon jika mendengar suara yang keras.

Pemeriksaan membran timpani intak. Apakah diagnosis pasien tersebut?

A. Tuli konduktif didapat

B. Tuli campuran didapat

C. Tuli sensorineural didapat

D. Tuli konduktif kongenital

E. Tuli sensorineural kongenital


Jawaban

E. Tuli sensorineural

kongenital
Pembahasan
Diagnosis?
• Anak laki-laki 3 tahun
– Belum bisa bicara
– Riwayat persalinan lama dan ditolong oleh dukun
– Tidak menjawab ketika dipanggil dan tidak berespon
jika mendengar suara yang keras

• Membran timpani intak


Soal to the POIN

• Tidak mendengar sejak lahir

• Tidak terlihat sumbatan pada kanal telinga

• Kemungkinan terbesar adalah tuli


sensorineural
Diskusi
• Onset usia muda dan riwayat persalinan menandakan tuli yang dimaksud kemungkinan besar
kongenital
• Kemungkinan juga bukan konduktif karena membran timpani masih tampak dan intak
• Jadi, kemungkinan terbesar adalah tuli sensorineural kongenital!

Sekilas Tentang Tuli Kongenital


50 % genetik – 50 % non genetik

Etiologi Non-genetik:
• Prematuritas
• Infeksi post-natal
• Obat ototoksik
• Infeksi maternal CMV atau rubella
A. Tuli konduktif

B. Tuli campuran

C. Tuli sensorineural

D. Tuli konduktif kongenital

E. Tuli sensorineural kongenital


140
Laki-laki berusia 69 tahun datang dengan keluhan penurunan
pendengaran. Tidak didapatkan nyeri telinga ataupun inflamasi di telinga.
Pemeriksaan apakah yang tepat dilakukan pada pasien?

A. Audiometri nada murni

B. Visual Reinforcement Audiometry (VRA)

C. Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)

D. Tympanometry

E. Play audiometry
Jawaban

A. Audiometri nada murni


Pembahasan

Pemeriksaan?

• Laki-laki 69 tahun
– Penurunan pendengaran

– Tidak didapatkan nyeri telinga ataupun inflamasi di


telinga
• Degeneratif
Diskusi

• Laki-laki 69 tahun, pendengaran , otalgia (-),


inflamasi (-)
– Tuli sensorineural ec presbiakusis (pasien geriatri)
 degeneratif

• Pemeriksaan yang tepat untuk mengetahui


karakteristik tuli  Audiometri nada murni
Audiometri Nada Murni
Audiometri Nada Murni
Pilihan Lain
• Visual Reinforcement Audiometry (VRA):
– untuk anak 6 bulan - 2 tahun

• Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA):


– Mencari kelainan retrokoklear: neuroma akustik atau vestibular
Schwannoma

• Tympanometry:
– untuk mengukur keutuhan dan mobilitas dari telinga tengah

• Play audiometry:
– untuk anak 2 tahun – 3 tahun
A. Audiometri nada murni

B. Visual Reinforcement Audiometry (VRA)

C. Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)

D. Tympanometry

E. Play audiometry
141
Perempuan usia 25 tahun mengeluh pusing berputar sejak 2 hari yang lalu
disertai mual dan muntah. Pusing berputar dipicu oleh gerakan kepala.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah…

A. Tes Dix-Hallpike

B. Tes Rinne

C. Tes Weber

D. Tes Schwabach

E. Tes Romberg
Jawaban

A. Tes Dix-Hallpike
Pembahasan

Pemeriksaan?

• Perempuan 25 tahun
– Pusing berputar sejak 2 hari

– Mual dan muntah

– Dipicu gerakan kepala


• BPPV
Pemeriksaan Dix-Hallpike
• Pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosis BPPV
• Apa yang disebut dengan Dix-hallpike abnormal? Adanya nystagmus
posisional dengan:
– Ada masa laten
– Lamanya kurang dari 30 detik
– Disertai vertigo yang lamanya sama dengan nystagmus
– Vertigo yang semakin berkurang setiap pemeriksaan diulang (fatigue)
• Arah nystagmus?
– Jika terkena kanal posterior  rotatoar (yang paling sering)
– Jika terkena kanal anterior  downbeating
Dix-Hallpike
Pilihan Lain
• Tes Rinne  membandingkan konduksi tulang dengan
konduksi udara

• Tes Weber  membandingkan konduksi tulang kedua


telinga

• Tes Schwabach  membandingkan konduksi tulang


penderita dengan pemeriksa

• Tes Romberg  memeriksa keseimbangan


A. Tes Dix-Hallpike

B. Tes Rinne

C. Tes Weber

D. Tes Schwabach

E. Tes Romberg
142
Perempuan usia 46 tahun datang dengan nyeri kepala berputar. Keluhan
telinga berdenging dan penurunan pendengaran tidak ada. Mual dan
muntah (+). Apa diagnosis yang tepat?

A. Penyakit Meniere

B. Hipotensi orthostatik

C. Neuritis vestibular

D. Mielopati

E. Artrosis servikalis
Jawaban

C. Neuritis vestibular
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan 46 tahun
– Pusing berputar
– Tinitus (-)
– Pendengaran normal

• Mual dan muntah (+)


Etiologi Vertigo

Vertigo Tinitus SNHL


BPPV + - -
Meniere + + +
Labirintitis + - +
Neuritis + - -
vestibularis
Vertigo Vestibular vs Non-vestibular

Gejala Vestibular Non-vestibular


Sifat Berputar Melayang
Serangan Episodik Kontinyu
Mual/muntah + -
Gangguan pendengaran +/- -
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Situasi pencetus - Keramaian visual
Vertigo Vestibular Perifer vs Sentral

Karakteristik Perifer Sentral


Bangkitan Mendadak Bertahap
Derajat Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala ++ +/-
Gejala otonom ++ +
Gangguan pendengaran + -
Defisit neurologi - +
Neuritis Vestibularis
• Nama lain: neuropati vestibular
• Disfungsi akut sistem vestibular
• Gejala
– Vertigo
– Mual
– Muntah
Pilihan Lain

• Hipotensi ortostatik  vertigo non-vestibular

• Mielopati  paresis/paralisis

• Artrosis servikalis  nyeri leher

• Penyakit Meniere  trias: vertigo, SNHL,


tinitus
A. Penyakit Meniere

B. Hipotensi orthostatik

C. Neuritis vestibular

D. Mielopati

E. Artrosis servikalis
143
Perempuan usia 30 tahun merasakan mual dan muntah setiap naik
kereta api. Pada pemeriksaan, tanda vital dalam dan keseimbangan batas
normal. Apa terapi lini pertama pada pasien tersebut?
A. Difenhidramin
B. Scopolamine
C. Omeprazole
D. Lansoprazol
E. Ondansetron
Jawaban

B. Scopolamine
Pembahasan

Terapi?

• Perempuan 30 tahun
– Mual dan muntah setiap naik kereta api

– Tanda vital dalam batas normal


• Gangguan persepsi visual dan propioseptif 
motion sickness
Motion Sickness
• Definisi
– Sindrom klinis akut yang muncul saat melakukan perjalanan
secara pasif (mobil, kapal laut, pesawat, kereta) yang hilang secara
spontan dalam hitungan jam hingga 1 hari setelah stimulus hilang
• Gejala Klinis
– Pusing
– Keringat dingin
– Rasa tidak nyaman pada perut bagian atas
– Nausea dan Vomiting
Tatalaksana
• Scopolamine (first line) • Antihistamine (generasi 1)
– Transdermal (sangat – Cinnarizine (moderate) 30
efektif) ditempelkan mg 2 jam sebelum
dimastoid 4 jam sebelum perjalanan
perjalanan, dapat diulang – Dimenhidrinate 50-100 mg
setiap 72 jam dan diphenhydirinate 25-50
– Oral (moderate) 0.4-0.6 mg (least effective)
mg 1 jam sebelum
perjalanan

AAFP.Prevention and Treatment of Motion Sickness.2014


A. Difenhidramin
B. Scopolamine
C. Omeprazole
D. Lansoprazol
E. Ondansetron
144
Pasien wanita umur 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan tersumbat pada
kedua hidung sejak 3 bulan yang lalu dan hidung berbau. Keluhan disertai keluar cairan
berwarna kuning kehijauan yang kental dari hidung. Tidak terdapat riwayat alergi, namun
pasien memiliki riwayat sering pilek sebelumnya. Tidak ada demam. Pada pemeriksaan
fisik tampak sekret kehijauan, krusta, mukosa hiperemis, konka atrofi. Apakah
diagnosis kasus ini?
A. Rhinitis akut
B. Rhinitis medikamentosa
C. Rhinitis vasomotor
D. Rhinitis ozaena
E. Rhinitis alergi
Jawaban

D. Rhinitis ozaena
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan, 35 tahun
– Kedua hidung tersumbat sejak 3 bulan  rhinitis kronik
– Hidung berbau
– Cairan kuning kehijauan kental dari hidung
– Riwayat alergi (-)  menyingkirkan rhinitis alergi
– Riwayat pilek berulang  infeksi berulang
• PF: sekret kehijauan, krusta, mukosa hiperemis, konka atrofi
Rhinitis
Rhinitis akut

– Durasi < 12 minggu, etiologi: viral

– Hidung tersumbat, demam, bersin, sekret serosa

– Rhinoskopi: kavum nasi edema dan eritema, dan sekret (+).

Rhinitis vasomotor

– Keadaan idiopatik. Non-alergi/infeksi/hormonoal/obat-obatan

– Pencetus: bau menyengat, alkohol, makanan pedas, udara dingin,


stres/emosi

– Hidung tersumbat bergantian sesuai posisi, sekret mukoid/serosa


Rhinitis alergika
– Alergen
– Mukosa pucat
– Allergic shiner-salute-crease, dermatitis atopi
Rhinitis medikamentosa
– Hidung tersumbat terus menerus, tanpa rinorea, tanpa bersin
– Riwayat vasokonstriktor topikal lama dan berlebihan
– Rhinoskopi: edema/hipertrofi konka
Rhinitis atrofi (Ozaena)
– Rinoskopi  krusta kering dan tebal, kavum lapang
– Atrofi mukosa hidung
– Bau yang sangat busuk (foetor)
– Anosmia/cacosmia
Rhinitis Atrofik
Ozaena
Penyebab: Klebsiella ozaena
Tanda dan gejala:
• Krusta kering dan tebal di rongga hidung
• Atrofi mukosa hidung dan tulang di bawahnya
• Bau yang sangat busuk (foetor)
• Anosmia/cacosmia
• Perdarahan hidung (epistaksis)
• Obstruksi hidung
• Infeksi sekunder (deformitas, faringitis, otitis media
Tatalaksana:
• Topikal – sistemik – pembedahan
A. Rhinitis akut

B. Rhinitis medikamentosa

C. Rhinitis vasomotor

D. Rhinitis ozaena

E. Rhinitis alergi
145
Anak laki-laki berusia 2 tahun dibawa ibunya ke poliklinik RS dengan
hidung tersumbat sebelah kanan disertai sekret yang bau sejak 2 hari
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan rongga hidung kanan
tampak lendir dan krusta. Apakah terapi yang paling tepat?
A. Cuci hidung
B. Antibiotik
C. Irigasi sinus
D. Polip ekstraksi
E. Ekstraksi benda asing
Jawaban

E. Ekstraksi benda asing


Pembahasan
Terapi?
• Anak laki-laki 2 tahun
– Hidung tersumbat sebelah kanan disertai sekret
yang bau sejak 2 hari yang lalu

• PF: rongga hidung kanan tampak lendir dan


krusta
Benda Asing di Hidung
Keluhan
• Hidung tersumbat
• Onset tiba-tiba
• Unilateral
• Hiposmia atau anosmia
• Setelah 2 – 3 hari, keluar sekret mukoid / mukopurulen dan berbau
• Dapat timbul rasa nyeri
• Bila benda asing organik, terasa bergerak-gerak. Untuk lintah: sumbatan semakin
memberat setiap hari
• Adanya laporan dari pasien atau orang tua
Benda Asing di Hidung
Faktor Risiko

• Umur ≤ 5 tahun

• Kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan


tidur, kesadaran menurun, alkoholisme, epilepsi)

• Masalah kejiwaan, emosi, dan gangguan psikiatrik


Tatalaksana
• Ekstraksi manual dengan pengait tumpul atau pinset.
Hati-hati agar tidak sampai mendorong benda asing
lebih dalam sehingga masuk ke saluran napas bawah.

• Untuk lintah, sebelum ekstraksi, teteskan air


tembakau dan biarkan 5 menit hingga lintah terlepas
dari mukosa hidung.

• Antibiotik PO 5 hari bila infeksi sekunder


A. Cuci hidung

B. Antibiotik

C. Irigasi sinus

D. Polip ekstraksi

E. Ekstraksi benda asing


146
Seorang laki-laki, 33 tahun, datang dengan keluhan mata merah di mata sebelah kiri,
pasca terkena ranting pohon 1 hari SMRS. Keluhan disertai nyeri dan disertai rasa gatal,
penglihatan dikatakan menjadi lebih buram disertai dengan keluarnya cairan kental
berwarna kekuningan. Pada pemeriksaan mata didapatkan VOD 6/6, VOS 6/12. Pada
pemeriksaan kornea terdapat lesi bentuk satelit. Microorganisme apakah yang
dapat menjadi penyebab keluhan pasien tersebut?
A. Chlamydia trachomatis
B. Trichophyton rubrum
C. Epidermophyton
D. Aspergillus
E. Microsporum
Jawaban

D. Aspergillus
Pembahasan
• Microorganisme apakah yang menjadi etiologi?
– Mata merah 1 hari SMRS, pasca terkena ranting
– Nyeri dan disertai rasa gatal, penglihatan buram disertai
secret mucopurulent
– PF: VOS 6/12. Pada pemeriksaan kornea terdapat lesi
bentuk satelit.
• Keratitis fungal
Differential diagnosis in Eye Diseases

Penyakit
Mata

Mata
Mata merah
tenang

Visus turun Visus turun


Visus normal Visus turun perlahan mendadak

Uveitis posterior,
Konjungtivitis, Glaukoma akut, uveitis, Katarak, glaukoma ablasio retina, oklusi
trakoma, skleritis, keratitis, panoftalmitis, kronik, retinopati, arteri atau vena,
episkleritis, mata endoftalmitis, kelainan refraksi, perdarahan
kering, pterigium, keratokonjungtivitis retintis pigmentosa vitreous, neuritis
pinguekula optik, iatrogenik
Keratitis vs Konjungtivitis vs Keratokonjungtivitis

• Kornea  Keratitis

• Konjungtiva  Konjungtivitis

• Kornea dan konjungtiva  Keratokonjuntivitis

• Inflamasi karena mata kering Keratokonjuntivitis sicca (dry eyes)


Keratitis
Bakterial Viral

• Faktor risiko: lensa kontak, trauma, • Herpes simpleks


operasi, immunocompromised • Reaktivasi virus yang hidup laten di
• Staphylococcus, Pseudomonas ganglion siliaris
• Gejala: nyeri, fotofobia, pandangan • Khas: infiltrat dendritik
buram, sekret • Tanda: kornea tidak sensitif
purulen/mukopurulen terhadap rangsangan
(pseudomonas: hijau-kuning,
neisseria: sekret sangat banyak)
• Tanda: penurunan visus, injeksi
silier, infiltrat tidak tegas, defek
epitel, edema stroma, lipatan di
membran descement
• Moderate-severe: hipopion,
sinekia posterior, kemosis,
edema palpebra
Keratitis
Fungal Acantamoeba

• Faktor risiko: pertanian, lensa kontak, • Lensa kontak, terutama jika


pemakaian steroid dan antibiotik pembilasan dengan air keran
jangka panjang • Gejala: Unilateral, nyeri hebat hingga
• Candida, aspergillus terasa di kepala, mata sangat merah,
• Umumnya tidak nyeri, fotofobia, fotofobia
pandangan buram, mata berair atau • Tanda: ulkus dengan infiltrat
dengan sekret mukopurulen perineural dan stromal ring infiltrate
(kandida: putih kekuningan,
filamentous: abu-abu-kuning)
• Tanda: infiltrat keabuan seperti
feathery edge, lesi satelit, anterior
uveitis, plak endotel, hipopion
Infiltrat pada Keratitis Bakterialis Lesi dendritik pada keratitis HSV

Ring infiltrate pada keratitis acantamoeba


Feathery edge pada keratitis fungal
Keratitis Fungal
• Faktor predisposisi  penyakit mata kronik, penggunaan kortikosteroid
topikal dalam jangka waktu lama, penggunaan kontak lensa yang tidak tepat,
imunosupresi, diabetes mellitus, riwayat trauma mata
• Tanda dan gejala  mata terasa nyeri, gatal, fotofobia, buram, sekret
cair/mukopurulen, hipopion, lesi satelit
• Patogen paling sering: Fusarium dan Aspergillus(filamentous fungi) di
iklim panas dan Candida di iklim dingin
• Pemeriksaan penunjang
– Sediaan KOH
– Kultur pada agar Saburaud
• Terapi
– Antifungal topikal  Amfoterisin B 0.15%, flukonazol 2%

Bowling B. Kanski's Clinical Ophthalmology A Systematic Approach 8th ed. Australia: Elsevier; 2016
Jawaban Lainnya
A. Chamydia trachomatis bakteri gram negatif, transmisi secara
seksual, manifestasi berupa trakoma (dikarenakan kontak dengan
penderita lain), LV, PID
B. Trichophyton rubrum  jamur, umumnya menimbulkan manifestasi
pada kulit (athlete foot, onikomikosis, tinea kruris)
C. Epidermophyton  jamur umumnya menimbulkan manifestasi pada
kulit (athlete foot, onikomikosis, tinea kruris)
E. Microsporum  jamur, umumnya menimbulkan manifestasi kulit
(contoh M. canis pada tinea capitis)
A. Chamydia trachomatis

B. Tricophyton rubrum

C. Epidermophyton

D. Aspergillus

E. Microsporum
147
Seorang anak usia 8 bulan datang dengan pandangan kabur dan sering
menabrak benda di rumah saat senja. Pada pemeriksaan kedua mata ditemukan
lapisan konjungtiva bulbi kering, kecokelatan, terdapat bercak busa putih,
kornea jernih. Anak tampak kurang gizi. Apakah diagnosis dan
pemberian tatalaksana lanjutan pada pasien?
A. Xeroftalmia 1A, pemberian vitamin A100.000 unit
B. Xeroftalmia IB, pemberian vitamin A 100.000 unit
C. Xeroftamia 1B, pemberian vitamin A 50.000 unit
D. Xeroftalmia IA, pemberian vitamin A 50.000 unit
E. Xeroftalmia 2, pemberian vitamin A 100.000 unit
Jawaban

B. Xeroftalmia IB, pemberian


vitamin A 100.000 unit
Pembahasan
• Apakah diagnosis dan pemberian tatalaksana
pasien?
– Anak usia 8 bulan
– Pandangan kabur dan sering menabrak benda
– PF: kedua mata konjungtiva bulbi kering, kecokelatan,
terdapat bercak busa putih, kornea jernih, anak tampak
kurang gizi
• Xeroftalmia
Buta Senja
• Nama lain: Nyctalopia atau hemarolopia
• Definisi: Ketidakmampuan melihat dengan baik
pada malam hari atau keadaan gelap
• Patofisiologi : Defisiensi vitamin A atau retinitis
pigmentosa menyebabkan kelainan sel batang
retina yang fungsinya untuk melihat dalam
keadaan minim cahaya
Etiologi dan Faktor Risiko
“Rabun senja adalah tanda paling awal hipovitaminosis A”

Penyebab lain rabun senja:

• Katarak – Miopia – Obat-obatan – Defek kelahiran – Retinitis pigmentosa

Faktor Risiko:

• Malnutrisi

• Ibu dengan defisiensi vitamin A

• Balita dengan stressor biologis (campak atau diare)

• Gangguan absorpsi vitamin A: alkoholisme kronis, fibrosis kistik, sirosis bilier, reseksi
usus
Gejala dan Tanda
Buta Senja Karena Defisiensi Vitamin A
• Kekeringan (xerosis) konjungtiva bilateral.
• Bercak bitot pada konjungtiva.
• Xerosis kornea.
• Ulkus kornea dan sikatriks kornea.
• Kulit tampak xerosis dan bersisik.
• Nekrosis kornea difus atau keratomalasia.
Manifesasi Defisiensi Vitamin A
Mata Ekstra-okular

• Buta senja • Hiperkeratosis folikular


• Xerosis • Anoreksia
konjungtiva/kornea • Retardasi pertumbuhan
• Bitot’s spot

• Ulkus kornea

• Keratomalasia

Xerosis (kering) Bitot’s spot Keratomalasia


3 Tahap perubahan permukaan mata
pada Xeroftalmia menurut WHO
• X N: Dengan nightblindness saja
• X 1 A: xerosis konjungtiva tanpa Bitot spot
• X 1 B: xerosis konjungitva dengan Bitot spot
• X 2: xerosis kornea
• X 3 A: ulkus kornea dengan keratomalasia kurang dari 1/3
luas kornea
• X 3 B: ulkus kornea dengan keratomalasia lebih dari 1/3
luas kornea
Prinsip Penanganan
Buta Senja Karena Defisiensi Vitamin A
• Vitamin A dosis tinggi

• Lubrikasi kornea

• Tetes mata antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder


Suplementasi Vitamin A pada
Xeroftalmia bergantung pada usia!
• <6 bulan : 50.000 IU
• 6-12 bulan : 100.000 IU
• >1 tahun : 200.000 IU
• Perempuan hamil : maksimal 10.000 IU/hari
• Perempuan menyusui : 200.000 IU
Hanya ada 2 jenis kapsul Vitamin A

< 1 tahun > 1 tahun


* Kecuali ibu hamil 10000 IU/hari
A. Xeroftalmia 1A, pemberian vitamin A100.000 unit
B. Xeroftalmia IB, pemberian vitamin A 100.000
unit
C. Xeroftamia 1B, pemberian vitamin A 50.000 unit
D. Xeroftalmia IA, pemberian vitamin A 50.000 unit
E. Xeroftalmia 2, pemberian vitamin A 100.000 unit
148
Perempuan usia 30 tahun datang dengan keluhan mata kiri mengalami
kemerahan dan terasa mengganjal sejak 1 bulan yang lalu. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan bintik berwarna kuning di sklera mata.
Diagnosis yang tepat untuk kasus di atas adalah ...
A. Pinguekula
B. Skleritis
C. Lipoma konjungtiva
D. Pterigium
E. Episkleritis
Jawaban

A. Pinguekula
Pembahasan

Diagnosis?

• Perempuan usia 30 tahun


– Mata kiri merah dan mengganjal sejak 1 bulan

– Bintik berwarna kuning di sklera


• Pinguekule
Pinguekula
• Massa putih kekuningan (deposisi lemak, protein, dan
kalsium) di konjungtiva. Tidak tumbuh ke kornea
• Gejala:
– Biasanya asimptomatik
– Rasa mengganjal
– Mata merah
• F risiko: paparan sinar UV
• Pinguekulitis: peradangan pinguekula
Pterygium vs Pinguecula
Pilihan lain
• Skleritis: mata merah, visus tidak turun, kapiler tidak mengecil
dengan phenilefrin (2,5%).
• Episkleritis: mata merah, visus tidak turun, menjadi pucat dengan
phenilefrin (2,5%) karena vasokonstriksi.
• Pterigium: jaringan fibrovaskuler berbentuk segitiga, disisi nasal,
dapat meluas hingga pupil, diakibatkan oleh sinar ultraviolet.
• Lipoma konjungtiva: tumor jinak berisi jaringan lemak di konjungtiva
A. Pinguekula

B. Skleritis

C. Lipoma konjungtiva

D. Pterigium

E. Episkleritis
149
Perempuan 44 tahun datang ke klinik dengan keluhan mata merah sejak 2 hari.
Tidak ada gangguan penglihatan, mata berair, keluar kotoran, ataupun rasa
nyeri. Pasien baru menyadarinya saat bercermin. Kejadian ini sudah berulang 3x
dan selalu hilang dengan sendirinya 1-2 minggu. Apakah faktor risiko yang
dapat menyebabkan penyiakt ini?
A. Peningkatan usia
B. Vena tersumbat
C. Diabetes Melitus
D. Tekanan intraokular meningkat
E. Hipertensi
Jawaban

E. Hipertensi
Pembahasan

• Apakah faktor risiko penyakit ini?


– Perempuan 44 tahun, mata merah sejak 2 hari

– Tidak ada gangguan penglihatan, mata berair, keluar


kotoran, ataupun rasa nyeri.
Perdarahan subkonjungtiva
• Akibat rupturnya pembuluh darah konjungtivalis atau
episklera.
Perdarahan subkonjungtiva
Penyebab
• Trauma
• Batuk atau bersin berlebihan
• Hipertensi parah
• Pasca operasi mata
• Acute hemorrhagic conjunctivitis (picornavirus)
• Leptospirosis
• Pencekikan
Perdarahan Subkonjungtiva
Faktor Risiko
1. Hipertensi/arterosklerosis
2. Trauma tumpul atau tajam
3. Penggunaan obat, terutama pengencer darah
4. Manuver valsava, akibat batuk atau muntah
5. Anemia
6. Benda asing
7. Konjungtivitis

Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasyankes Primer. Edisi Revisi 2014.
Tatalaksana
• Self-limiting jika tidak ada infeksi atau trauma
parah
• Boleh diberi air mata buatan 4-6x/hari
• Kompres dingin pada 1 jam pertama untuk
menghentikan perdarahan
A. Peningkatan usia

B. Vena tersumbat

C. Diabetes Melitus

D. Tekanan intraokular meningkat

E. Hipertensi
150
Seorang laki-laki, usia 26 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sulit melihat jarak
jauh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan VOD 6/12 dengan koreksi S+0.5 C-1.0 aksis 90,
visus menjadi 6/6. VOS 6/7.5 dengan koreksi C-0.5 aksis 40, visus menjadi 6/6. Apakah
diagnosis dari pasien tersebut?
A. OD Astigmatisma miopia simpleks, OS Astigmatisma mixtus
B. OD Astigmatisma mixtus, OS Astigmatisma miopia kompositus
C. OD Astigmatisma mixtus, OS Astigmatisma miopia simpleks
D. OD Astigmatisma hipermetropi simpleks, OS Astigmatisma miopia simpleks
E. OD Astigmatisma hipermetropi simpleks, OS Astigmatisma miopia kompositus
Jawaban

C. OD Astigmatisma mixtus,
OS Astigmatisma miopia
simpleks
Pembahasan
• Diagnosis dari pasien tersebut
– Laki-laki, usia 26 tahun, keluhan sulit melihat jarak jauh

– PF:
• VOD 6/12 dengan koreksi S+0.5 C-1.0 aksis 90, visus
menjadi 6/6

• VOS 6/7.5 dengan koreksi C-0.5 aksis 40, visus menjadi 6/6
– Astigmatisma
Astigmat
• Ada 2 jenis klasifikasi besar, Reguler dan ireguler. Sebagian
besar untungnya reguler.
• Reguler ketika kornea berbentuk bola rugby sehingga kedua
meridien tegak lurus, ireguler ketika bentuknya tidak
beraturan.
• Tipe astigmat reguler tergantung dari bagaimana letak dua
bayangan meridien ini jatuh terhadap retina.
Ada 5 Tipe Astigmat Reguler
Kapan perlu transposisi?
HANYA JIKA lensa sferis dan
silindris berlawanan (+ vs -).
• Transposisi
• Resep awal: S1 C1 x A1
• Resep setelah transposisi: S2 C2 x A2
• S2 = S1 + C1
• C2 = (-1) * (C1)
• A2 = pilih saja mau tambah atau kurang 90° dari A1 yang penting
hasilnya kurang dari 180°
Transposisi pada Kasus

• OD: S+0.5 C-1.0 aksis 90


– Hasil transposisi OD: -0.5/+1.0x180 derajat
A. OD Astigmatisma miopia simpleks, OS Astigmatisma mixtus
B. OD Astigmatisma mixtus, OS Astigmatisma miopia kompositus
C. OD Astigmatisma mixtus, OS Astigmatisma miopia
simpleks
D. OD Astigmatisma hipermetropi simpleks, OS Astigmatisma miopia
simpleks
E. OD Astigmatisma hipermetropi simpleks, OS Astigmatisma miopia
kompositus

Anda mungkin juga menyukai