HOSPITALISASI
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK
Dosen Pembimbing
RIZKI RAMADHANI, STR. Keb
OLEH :
SRI SUKMAYANA
NIM : 190220
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. dengan berbagai sumber referensi yang
didapat akhirnya penulis ini dengan judul “ Menjelaskan Konsep Tumbuh Kembang
Anak ”.
Tak Lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen. penulis menyadari
dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan kerana faktor
perbatasan pengetahuan penulis. maka penulis dengan senang hati menerima keritik dan saran
Terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep tumbuh kembang merupakan suatu hal yang mutlak pada anak,
maksudnya tumbuh adalah proses bertambah besarnya sel – sel serta bertambahnya
adalah proses pematangan fungsi atau organ tubuh termasuk perkembangan kemampuan
mental dan kecerdasan serta perilaku anak (Campbell, 2000). Pada kenyataannya tumbuh
kembang secara eksplitsit bisa dipisahkan satu sama lain. Proses tumbuh kembang ini
berlangsung sejak awal pembuahan (konsepsi) sampai akhir masa remaja dengan
melewati masa – masa atau periode prenatal, bayi baru lahir, prasekolah, sekolah dini
Proses tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa pertumbuhan
Perkembangan anak terdiri dari : perkembangan motorik kasar (pergerakan dan sikap
tubuh); perkembangan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dan lain –
(Kania, 2009).
B. Rumusan Masalah
h. menjelaskan imunisasi
C. Manfaat penulis
Bagi penulis
Bagi Teman-teman penulis dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam
Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan
perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah
peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Istilah tumbuh kembang
mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel
organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari
sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh.
Pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari kemampuan secara
simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain.
2. Pengaruh Keluarga Terhadap Tumbuh Kembang Anak
Keluarga/ orangtua berfungsi untuk memastikan bahwa anaknya sehat dan aman,
memberikan sarana dan prasana untuk mengembangkan kemampuan sebagai bekal di
kehidupan sosial, serta sebagai media dalam menanamkan nilai sosial dan budaya sedini
mungkin. Orangtua memberikan kasih sayang, penerimaan, penghargaan, pengakuan, dan
arahan kepada anaknya.
Hubungan antara orangtua dan anak sangat penting untuk membangun kepercayaan
terhadap orang lain dan diri sendiri. Selain itu juga dapat membantu perkembangan sosial,
emosional, dan kognitif pada anak. Penelitian menyebutkan bahwa hubungan antara orangtua
dan anak yang hangat, terbuka, dan komunikatif; terdapat batas yang wajar antar usia;
menyampaikan alasan terkait hal-hal yang tidak boleh dilakukan anak, akan meningkatkan
rasa percaya diri dan juga performa di sekolah maupun lingkungan masyarakat. Selain itu
anak akan lebih terhindar dari hal-hal negatif seperti, depresi dan penggunaan narkoba.
Budaya, kepercayaan, tradisi, dan nilai yang dianut dalam suatu keluarga juga
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Dalam suatu penelitian yang dilakukan pada orangtua
Cina-Amerika menyebutkan bahwa para orang tua memiliki cukup andil dalam mengatur
tingkah laku anaknya, sehingga masalah terkait penyimpangan perilaku pada anak jarang
dijumpai.
Pada masa remaja-dewasa muda, orangtua memiliki tugas dan peran baru seiring
dengan berubahnya kebutuhan anak pada masa ini. Perubahan yang terjadi pada masa ini
adalah perubahan secara fisik, kognitif, dan juga sosial. Anak akan mulai melepaskan diri
dari ketergantungan pada keluarga dan mulai fokus pada kehidupan sosial di luar rumah.
Tantangan bagi orangtua adalah bagaimana harus menyeimbangkan antara mempertahankan
ikatan dalam keluarga dan meningkatkan otonomi anak seiring dengan bertambahnya usia
dan pendewasaan pada anak. Dalam suatu penelitian disebutkan bahwa orangtua yang tetap
mempertahankan komunikasi yang baik dan hangat memiliki anak dengan luaran lebih baik
dalam kehidupan sosialnya, tidak menggunakan narkoba, mengalami gangguan cemas dan
depresi yang lebih sedikit daripada anak dengan orangtua yang tidak menjaga komunikasi
pada masa remaja-dewasa muda.
Keberhasilan tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, mulai dari
lingkungan keluarga hingga masyarakat luas. Peran keluarga utamanya orangtua sangat
penting dalam membentuk lingkungan keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, dan
pengertian. Mengapa peran keluarga utamanya orangtua sangat penting? Lingkungan paparan
pertama dan tersering bagi anak-anak adalah keluarga. Pembentukan karakter dan proses
tumbuh kembang pertama kali dimulai dari sini. Anak-anak harus dipersiapkan sedini
mungkin untuk menjadi penentu kehidupannya nanti. Harus dipersiapkan untuk bisa
membuat keputusan sendiri dan tumbuh menjadi pribadi yang kompeten di masyarakat.
Proses ini dapat didapatkan sedini mungkin tergantung pada lingkungan tempat tinggal anak
dibesarkan.
Kondisi yang optimal di rumah, pemenuhan nutrisi yang cukup, dan interaksi antar
orangtua maupun dengan anak sangat mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak.
Orangtua bertanggungjawab untuk menyediakan lingkungan yang aman, memantau aktivitas
anak, membantu mengembangkan emosi sosial dan kognitif, serta menyediakan arahan dan
panduan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menyediakan lingkungan rumah yang aman
dan kondusif, anak akan senang bermain, mengeksplorasi hingga menemukan berbagai hal
baru yang dapat meningkatkan level perkembangan kognitif, sosial, dan emosional.
Harapannya kelak dapat menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan produktif.
3. Pengaruh Bermain Pada Tumbuh Kembang Anak
Dunia anak adalah dunia bermain. Tak hanya menyenangkan, bermain juga
mendatangkan banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak. Terlebih lagi, apabila orang tua
mengarahkan dan mendampingi anak dengan baik ketika bermain. manfaat bermain bagi
tumbuh kembang anak
Anak yang banyak menghabiskan waktu untuk melakukan permainan yang melibatkan
aktivitas fisik, baik di dalam maupun di luar rumah, akan memiliki kemampuan motorik yang
baik. Memiliki kemampuan motorik yang baik sangat berkontribusi dalam menjaga berat
badan anak dalam kondisi ideal, menstimulasi penambahan tinggi badan, mencegah obesitas,
dan baik untuk kesehatan jantung hingga dewasa.
Cara paling efektif dan menyenangkan dalam membangun kemampuan kognitif anak
adalah bermain. Studi menemukan bahwa anak yang banyak menghabiskan waktu untuk
bermain cenderung memiliki tingkat intelektual yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak
yang jumlah waktu bermainnya hanya sedikit. Ada banyak permainan yang mengasah
kemampuan kognitif anak. Misalnya, permainan menggunakan balok, lego, puzzle, dan
sebagainya.
Salah satu jenis permainan yang cocok untuk mengasah kemampuan imajinasi anak
adalah bermain peran (pretend to play). Misalnya, bermain peran dokter-pasien, penjual-
pembeli, polisi-orang yang butuh pertolongan, menjadi koki yang memasak di dapur, atau
bermain dengan boneka.
Melalui bermain, kemampuan berbahasa anak juga berkembang lebih cepat. Untuk
anak batita, permainan membantu merangsang kemampuan anak untuk bisa berbicara lancar
dan dengan artikulasi yang jelas. Pada anak yang lebih besar, bermain juga menstimulasi
untuk bisa mempelajari bahasa lain selain bahasa ibu.
Salah satu cara yang efektif dalam mengasah kemampuan berbahasa adalah dengan mengajak
anak bernyanyi atau membacakan cerita. Pada anak usia sekolah dasar, bermain scrabble juga
dapat menjadi alternatif permainan yang baik.
Bermain tak hanya memberikan dampak jangka pendek, tapi juga memberi efek positif
hingga anak dewasa. American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa anak yang
memililiki waktu bermain yang cukup memiliki kemampuan memimpin (leadership skill)
yang lebih baik saat dewasa. Selain itu, dia juga cenderung lebih tenang saat menghadapi
masalah dan memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem-solving) yang baik.
Menerapkan Aturan
Cara terbaik untuk meletakkan dasar disiplin adalah membuat semua aturan di rumah
terasa sederhana dan jelas. Contohnya, “Tidak boleh memukul,” atau, “Tidak boleh
naik-naik ke meja.”
Katakan Tidak
Jika anak melakukan kesalahan, seperti memukul temannya, katakan segera dengan
tegas, “Tidak boleh memukul.” Jika anak sudah lebih besar, Anda juga bisa meminta
dia meminta maaf. Walaupun begitu, batasi penggunaan kata “tidak” hanya untuk
perilaku buruknya saja. Karena, kalau tidak, anak akan mengabaikan Anda. Jika dia
melakukan sesuatu yang tidak Anda sukai, yang sebenarnya tidak terlalu berbahaya
atau menyakiti siapa pun (misalnya, mencoret-coret tangannya dengan spidol),
katakan saja, “Kalau mau menggambar, di kertas saja, ya, Nak.”
Buat Konsekuensi
Carilah konsekuensi yang berpengaruh terhadap anak. Ini bisa saja mengambil atau
menahan satu hal istimewa yang dia miliki, atau meminta dia melakukan sesuatu yang
tidak dia sukai. Anak usia 2 tahun ke atas bisa khawatir dengan sebuah peringatan,
seperti, “Kalau kamu terus-terusan melempar-lempar pasir, kamu tidak boleh main di
kotak pasir itu.” Anda harus serius dengan konsekuensi yang sudah Anda katakan.
Anak tidak akan menganggap Anda serius, kalau Anda sendiri juga tidak serius.
Konsisten
Anak-anak senang menguji Anda, dan tanpa konsistensi, aturan-aturan akan sangat
mudah dirobohkan. Jika Anda teguh dengan aturan-aturan yang sudah dibuat, pada
akhirnya anak akan menyadari bahwa tingkah polahnya yang tidak Anda sukai
mempunyai konsekuensi yang dia tidak suka.
Miliki Empati
Tunjukkan kepada anak bahwa Anda tahu perasaannya. “Mama tahu bagaimana
kesalnya kamu. Mama juga ingin, sih, bisa bermain di taman sepanjang hari,
tetapi….” Tahu bahwa Anda memahami dia, akan membuat anak lebih tenang.
Buat Kesepakatan
Jika anak tidak juga mau tidur, tawarkan kepada dia apakah lampu di lorong depan
kamarnya tetap menyala. Baginya, ini semacam kompromi, tetapi Anda tidak terlihat
mundur dan lebih kendur. Contoh lainnya, alih-alih menawari dia sogokan, misalnya
memberi dia permen, jika dia berhenti menangis, berikan penghargaan untuk
perilakunya yang baik. Misalnya, jika dia tetap berada di sisi Anda saat berbelanja di
supermarket, Anda berjanji akan berhenti di sebuah taman dalam perjalanan pulang
nanti.
Berikan Pujian
Bentuk disiplin yang paling kuat adalah memberikan pujian terhadap perilaku baik,
dan ini berlaku untuk semua usia anak. Makin sering dipuji, anak makin kuat
keinginannya untuk berperilaku baik.
6. Anticipatory guidance
Anticipatory guidance merupakan petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar
orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana, sehingga anak
dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. Kehadiran anak bagi orang tua
disiplin, meningkatkan mobilitas, dan keamanan bagi anak. Dalam anticipatory guidance
terdapat bimbingan untuk orangtua yaitu toilet training, pencegahan sibling rivalry dan
Usia toddler (1-3 tahun) biasanya digunakan patokan oleh para ibu untuk memulai
toliet training karena pada usia tersebut hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan
stabil, rasa ingin tahu yang besar, menaruh minat kepada apa yang dilakukan oleh orang
sekitar dan anak telah memasuki fase anal (pusat kesenangan anak pada perilaku menahan
dan juga pengeluaran kotoran). Umumnya pengajaran toilet training yang dilakukan oleh
orang tua yaitu 31% orang tua mulai mengajarkarkan pada usia anak 18-22 bulan, 27%
mulai di usia 23-27 bulan, dan 16% di usia 28-32 bulan dan 22% di usia 32 bulan ke atas.
Orang tua menunggu anak siap untuk diajari toilet training sehingga dalam pengajaran
tidak membutuhkan waktu yang lama (Warner, 2007 dalam Lestari, 2013). Blum &
Taubman (2003) menyatakan bahwa toilet training yang diajarkan pada sekelompok anak
usia < 24 bulan, 68% dapat menyelesaikannya sebelum usia 3 tahun. Sedangkan pada
sekelompok yang berusia > 24 bulan, hanya 54% yang mampu menyelesaikannya bahwa
pelaksanaan toilet training yang lebih dini akan mempercepat tercapainya kemampuan
7. Toilet Training
Pada beberapa anak, keinginan untuk belajar ke toilet baru muncul saat ia memasuki
usia 24 bulan. Hal ini seringkali karena mereka belum mampu mengontrol keinginan buang
air kecil atau BAB, sehingga proses training harus dilakukan secara bertahap. Terkadang,
kemampuan berbicara untuk menyampaikan keinginan ke toilet pada anak di bawah 24 bulan
juga masih terbatas.
Lakukan potty training selama 3 bulan. Jika selama periode itu si Kecil masih belum
berhasil melakukannya, besar kemungkinan si Kecil belum siap. Sehingga Anda juga
harus lebih sabar melakukan training.
Gunakan potty (tempat duduk khusus potty training) atau dudukan toilet khusus balita
agar ia merasa nyaman.
Ajak si Kecil untuk duduk di atas potty selama 15-20 menit, agar ia tahu bagaimana
cara buang air kecil dan BAB yang benar.
Beri penjelasan bahwa Ibu merasa senang jika ia melakukan buang air kecil atau BAB
di potty.
Anak laki-laki biasanya lebih sulit untuk melakukan buang air di potty. Sebaiknya Ibu
memberikan potty yang lebih tinggi untuk si Kecil atau ajarkan langsung untuk buang
air di toilet dewasa, namun dengan bantuan pijakan pendek.
Jangan paksa si Kecil untuk bisa melakukannya. Biarkan ia melakukan sesuai dengan
kemampuannya, lakukan secara bertahap.
Jangan marahi jika ia masih belum bisa mengontrol buang air kecil dan BAB-nya.
Sebab kemampuan syarafnya mengontrol buang air kecil dan BAB baru saja
terbentuk.
Berikan pujian jika ia bisa melakukannya dengan baik.
Gunakan kata kode untuk pergi ke toilet.
Jika popoknya basah, ingatkan agar ia memberi tahu Anda.
8. Imunisasi
A. Kesimpulan
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat
sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik
Konsep tumbuh kembang merupakan suatu hal yang mutlak pada anak, maksudnya
tumbuh adalah proses bertambah besarnya sel – sel serta bertambahnya jaringan
proses pematangan fungsi atau organ tubuh termasuk perkembangan kemampuan mental
dan kecerdasan serta perilaku anak (Campbell, 2000). Pada kenyataannya tumbuh
kembang secara eksplitsit bisa dipisahkan satu sama lain. Proses tumbuh kembang ini
berlangsung sejak awal pembuahan (konsepsi) sampai akhir masa remaja dengan
melewati masa – masa atau periode prenatal, bayi baru lahir, prasekolah, sekolah dini
Proses tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa pertumbuhan dasar
Perkembangan anak terdiri dari : perkembangan motorik kasar (pergerakan dan sikap
tubuh); perkembangan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dan lain –
(Kania, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Almaitser, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gutama. 2004. Aspek Gizi dan Stimulasi Pendidikan Anak Dini Usia. Dalam Prosiding
Inovasi Pangan dan Gizi untuk Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta,
IDAI
Marimbi, Hanum, 2010, Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar
Pada Balita, Yogyakarta: Nuha Medika
Ranuh, IG.N. 2005. Masalah Kesehatan Anak. Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja, Jakarta: IDAI