Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HOSPITALISASI
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

Dosen Pembimbing
RIZKI RAMADHANI, STR. Keb

OLEH :
SRI SUKMAYANA
NIM : 190220

AKADEMI KEBIDANAN TUTI RAHAYU


YAYASAN H. UJANG KHALIJAH
BAGANSIAPIAPI
2021/2022
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................................ ...


i

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... .


1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... ..
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... ..
2
C. Manfaat .. ....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .. ......................................................................................................3


A. Konsep Tumbuh Kembang ........................................................................................... 3
B. Pengaruh Keluarga Terhadap Tumbuh Kembang Anak ...............................................
4
C. Pengaruh Bermain Pada Tumbuh Kembang Anak .......................................................
6
D. Strategi Komunikais Pada Anak Dan Orang Tua .........................................................7
E. Penerapan Disiplin Pada Anak
......................................................................................8
F. Anticipatory Guidance ................................................................................................
10
G. Toilet Training ............................................................................................................ 11
H. Imunisasi .....................................................................................................................
12
I. Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi ............................................................... 13

BAB III PENUTUP .... ............................................................................................................


14
Kesimpulan .... ......................................................................................................................... 14
Daftar Pustakan

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa atas berkat dan

rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. dengan berbagai sumber referensi yang

didapat akhirnya penulis ini dengan judul “ Menjelaskan Konsep Tumbuh Kembang

Anak ”.

Tak Lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen. penulis menyadari

dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan kerana faktor

perbatasan pengetahuan penulis. maka penulis dengan senang hati menerima keritik dan saran

yang membangun demi menyempurnakan makalah ini.

Terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep tumbuh kembang merupakan suatu hal yang mutlak pada anak,

maksudnya tumbuh adalah proses bertambah besarnya sel – sel serta bertambahnya

jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan kembang atau berkembang

adalah proses pematangan fungsi atau organ tubuh termasuk perkembangan kemampuan

mental dan kecerdasan serta perilaku anak (Campbell, 2000). Pada kenyataannya tumbuh

kembang secara eksplitsit bisa dipisahkan satu sama lain. Proses tumbuh kembang ini

berlangsung sejak awal pembuahan (konsepsi) sampai akhir masa remaja dengan

melewati masa – masa atau periode prenatal, bayi baru lahir, prasekolah, sekolah dini

dan remaja (Campbell, 2000).

Proses tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa pertumbuhan

dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.

Perkembangan anak terdiri dari : perkembangan motorik kasar (pergerakan dan sikap

tubuh); perkembangan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dan lain –

lain); perkembangan bahasa (kemampuan respon suara, mengikuti perintah, dan


berbicara sopan); kepribadian atau tingkah laku (berinteraksi dengan lingkungannya)

(Kania, 2009).

B. Rumusan Masalah

a. Menjelaskan konsep tumbuh kembang

b. Menjelaskan pengaruh keluarga terhadap tumbuh kembang anak

c. menjelaskan pengaruh bermain pada tumbuh kembang anak

d. menjelaskan Strategi komunikasi pada anak dan orang tua

e. menjelaskan penerapan disiplin pada anak

f. menjelaskan anticipatory guidance

g. menjelaskan toilet training

h. menjelaskan imunisasi

i. menjelaskan pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi

C. Manfaat penulis

Penulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya :

 Bagi penulis

Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai tumbuh kembang anak

 Bagi Teman-Teman Penulis

Bagi Teman-teman penulis dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam

menulis yang akan dilakukan.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep Tumbuh Kembang

Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan

perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah

peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Istilah tumbuh kembang

mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit

dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel

organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram),

ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan

nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan) dalam struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,

sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari

sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang

sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga

perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).

Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran

besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh.

Pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari kemampuan secara

simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain.
2. Pengaruh Keluarga Terhadap Tumbuh Kembang Anak

Keluarga/ orangtua berfungsi untuk memastikan bahwa anaknya sehat dan aman,
memberikan sarana dan prasana untuk mengembangkan kemampuan sebagai bekal di
kehidupan sosial, serta sebagai media dalam menanamkan nilai sosial dan budaya sedini
mungkin. Orangtua memberikan kasih sayang, penerimaan, penghargaan, pengakuan, dan
arahan kepada anaknya.

Hubungan antara orangtua dan anak sangat penting untuk membangun kepercayaan
terhadap orang lain dan diri sendiri. Selain itu juga dapat membantu perkembangan sosial,
emosional, dan kognitif pada anak. Penelitian menyebutkan bahwa hubungan antara orangtua
dan anak yang hangat, terbuka, dan komunikatif; terdapat batas yang wajar antar usia;
menyampaikan alasan terkait hal-hal yang tidak boleh dilakukan anak, akan meningkatkan
rasa percaya diri dan juga performa di sekolah maupun lingkungan masyarakat. Selain itu
anak akan lebih terhindar dari hal-hal negatif seperti, depresi dan penggunaan narkoba.

Budaya, kepercayaan, tradisi, dan nilai yang dianut dalam suatu keluarga juga
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Dalam suatu penelitian yang dilakukan pada orangtua
Cina-Amerika menyebutkan bahwa para orang tua memiliki cukup andil dalam mengatur
tingkah laku anaknya, sehingga masalah terkait penyimpangan perilaku pada anak jarang
dijumpai.

Pada masa remaja-dewasa muda, orangtua memiliki tugas dan peran baru seiring
dengan berubahnya kebutuhan anak pada masa ini. Perubahan yang terjadi pada masa ini
adalah perubahan secara fisik, kognitif, dan juga sosial. Anak akan mulai melepaskan diri
dari ketergantungan pada keluarga dan mulai fokus pada kehidupan sosial di luar rumah.
Tantangan bagi orangtua adalah bagaimana harus menyeimbangkan antara mempertahankan
ikatan dalam keluarga dan meningkatkan otonomi anak seiring dengan bertambahnya usia
dan pendewasaan pada anak. Dalam suatu penelitian disebutkan bahwa orangtua yang tetap
mempertahankan komunikasi yang baik dan hangat memiliki anak dengan luaran lebih baik
dalam kehidupan sosialnya, tidak menggunakan narkoba, mengalami gangguan cemas dan
depresi yang lebih sedikit daripada anak dengan orangtua yang tidak menjaga komunikasi
pada masa remaja-dewasa muda.

Keberhasilan tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, mulai dari
lingkungan keluarga hingga masyarakat luas. Peran keluarga utamanya orangtua sangat
penting dalam membentuk lingkungan keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, dan
pengertian. Mengapa peran keluarga utamanya orangtua sangat penting? Lingkungan paparan
pertama dan tersering bagi anak-anak adalah keluarga. Pembentukan karakter dan proses
tumbuh kembang pertama kali dimulai dari sini. Anak-anak harus dipersiapkan sedini
mungkin untuk menjadi penentu kehidupannya nanti. Harus dipersiapkan untuk bisa
membuat keputusan sendiri dan tumbuh menjadi pribadi yang kompeten di masyarakat.
Proses ini dapat didapatkan sedini mungkin tergantung pada lingkungan tempat tinggal anak
dibesarkan.

Kondisi yang optimal di rumah, pemenuhan nutrisi yang cukup, dan interaksi antar
orangtua maupun dengan anak sangat mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak.
Orangtua bertanggungjawab untuk menyediakan lingkungan yang aman, memantau aktivitas
anak, membantu mengembangkan emosi sosial dan kognitif, serta menyediakan arahan dan
panduan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menyediakan lingkungan rumah yang aman
dan kondusif, anak akan senang bermain, mengeksplorasi hingga menemukan berbagai hal
baru yang dapat meningkatkan level perkembangan kognitif, sosial, dan emosional.
Harapannya kelak dapat menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan produktif.
3. Pengaruh Bermain Pada Tumbuh Kembang Anak

Dunia anak adalah dunia bermain. Tak hanya menyenangkan, bermain juga
mendatangkan banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak. Terlebih lagi, apabila orang tua
mengarahkan dan mendampingi anak dengan baik ketika bermain. manfaat bermain bagi
tumbuh kembang anak

 Meningkatkan kemampuan motorik anak

Anak yang banyak menghabiskan waktu untuk melakukan permainan yang melibatkan
aktivitas fisik, baik di dalam maupun di luar rumah, akan memiliki kemampuan motorik yang
baik. Memiliki kemampuan motorik yang baik sangat berkontribusi dalam menjaga berat
badan anak dalam kondisi ideal, menstimulasi penambahan tinggi badan, mencegah obesitas,
dan baik untuk kesehatan jantung hingga dewasa.

Beberapa contoh permainan yang dapat menstimulasi kemampuan motorik kasar,


misalnya bermain luncuran, jungkat jungkit, dan menendang bola untuk anak-anak berusia di
bawah lima tahun, atau naik sepeda, skipping, bermain sepatu roda untuk anak yang usianya
lebih besar.

 Meningkatkan kemampuan kognitif anak

Cara paling efektif dan menyenangkan dalam membangun kemampuan kognitif anak
adalah bermain. Studi menemukan bahwa anak yang banyak menghabiskan waktu untuk
bermain cenderung memiliki tingkat intelektual yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak
yang jumlah waktu bermainnya hanya sedikit.  Ada banyak permainan yang mengasah
kemampuan kognitif anak. Misalnya, permainan menggunakan balok, lego, puzzle, dan
sebagainya.

 Mengasah kemampuan imajinasi anak

Kemampuan imajinasi anak sangat penting untuk dikembangkan. Kemampuan


imajinasi yang baik pada masa kanak-kanak akan memberikan kontribusi yang baik saat
dewasa. Anak akan memiliki inisiatif, ide, dan kreativitas yang baik saat sekolah dan bekerja
nantinya.

Salah satu jenis permainan yang cocok untuk mengasah kemampuan imajinasi anak
adalah bermain peran (pretend to play). Misalnya, bermain peran dokter-pasien, penjual-
pembeli, polisi-orang yang butuh pertolongan, menjadi koki yang memasak di dapur, atau
bermain dengan boneka.

 Mengasah kemampuan berbahasa

Melalui bermain, kemampuan berbahasa anak juga berkembang lebih cepat. Untuk
anak batita, permainan membantu merangsang kemampuan anak untuk bisa berbicara lancar
dan dengan artikulasi yang jelas. Pada anak yang lebih besar, bermain juga menstimulasi
untuk bisa mempelajari bahasa lain selain bahasa ibu.
Salah satu cara yang efektif dalam mengasah kemampuan berbahasa adalah dengan mengajak
anak bernyanyi atau membacakan cerita. Pada anak usia sekolah dasar, bermain scrabble juga
dapat menjadi alternatif permainan yang baik.

 Meningkatkan kemampuan sosial dan komunikasi

Agar permainan bisa meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi dan


berkomunikasi, sediakan waktu agar si kecil bisa bermain bersama teman-teman sebayanya.
Melalui bermain bersama, anak akan belajar cara memulai percakapan, cara berkomunikasi
yang santun, serta tahu cara terbaik dalam memecahkan masalah. Jika sulit menemukan
waktu untuk bermain bersama anak-anak yang sebaya, tak ada salahnya sesekali
mengadakan playdate.

 Meningkatkan kepemimpinan dan kemampuan memecahkan masalah

Bermain tak hanya memberikan dampak jangka pendek, tapi juga memberi efek positif
hingga anak dewasa. American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa anak yang
memililiki waktu bermain yang cukup memiliki kemampuan memimpin (leadership skill)
yang lebih baik saat dewasa. Selain itu, dia juga cenderung lebih tenang saat menghadapi
masalah dan memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem-solving) yang baik.

4. Strategi Komunikasi Pada Anak Dan Orang Tua

Dalam rangka memahami komunikasi orangtua dengan anak-anak, perlu meletakkan


terlebih dahulu komunikasi yang itu ke dalam konteks komunikasi antarpribadi. Dan oleh
karenanya komunikasi antarpribadi itu komunikasi yang bagaimana, penulis membuat
penjelasan dengan menggunakan bantuan teori Penetrasi Sosial dari Altman dan Taylor,
sebagaimana penulis kemukakan di bawah ini.
Bagaimana momen komunikasi yang melibatkan dua orang peserta berkembang
hingga berlangsung komunikasi antar pribadi, bisa dipahami juga dengan bantuan teori
Penetrasi Sosial. Teori ini membagi tahapan komunikasi antar pribadi ke dalam tiga status
hubungan, yakni hubungan sebagai kenalan, hubungan sebagai teman dan hubungan sebagai
sahabat (DeVito, 1997;238).
Ketiga macam status hubungan tersebut menandai tingkat keluasan dan tingkat
kedalaman komunikasi yang bisa dilihat dari materi pesan komunikasinya. Keluasan
(breadth) berhubungan dengan jumlah atau banyaknya topik (materi pesan) komunikasi.
Sementara kedalaman (depth) berkaitan dengan dengan derajat kepersonalan materi
pesan komunikasi (DeVito, 1997;236). Pada awalnya, suatu hubungan biasanya ditandai
dengan kesempitan (narrowness) – topik yang dibahas hanya sedikit – dan kedangkalan
(shallowness) – topik yang disertakan hanya dibahas secara dangkal. Bila hubungan
berkembang ke tingkat yang lebih intim, baik keluasan maupun kedalaman materi pesan
komunikasi mengalami peningkatan (DeVito, 1997;238).
Status hubungan yang sekedar sebagai “kenalan” mengandung arti bahwa materi
komunikasinya cenderung sebatas hal-hal yang bersifat publik dan bukan bersifat pribadi
(impersonal) seperti data biografi masing-masing peserta komunikasi dan topik percakapan
pun tidak banyak macamnya. Hubungan sebagai “teman” lebih mendalam dibanding sekedar
kenalan, karena materi pesan komunikasi sudah melibatkan preferensi mereka tentang
makanan, pakaian, musik, bisa juga menyangkut aspirasi dan cita-cita, dan jumlah topik
mulai bermacam-macam..
Oleh karenanya komunikasi antar dua orang yang berteman dapat dinilai telah
menginjak wilayah komunikasi antar pribadi. Komunikasi dalam hubungan “persahabatan”
dianggap bersifat lebih mendalam, karena dalam komunikasi yang berlangsung, turut
melibatkan juga materi pesan yang bersifat pribadi seperti konsep diri, keyakinan religius,
suasana emosi dan sebagainya. Komunikasi dalam hubungan “persahabatan” biasanya
melibatkan banyak macam topik atau materi pesan (Griffin, 2003;134). Oleh sebab itu dalam
komunikasi yang melibatkan dua orang yang bersahabat, lebih dimungkinkan berlangsung
komunikasi antar pribadi.

5. Penerapan Disiplin Pada Anak

Dengan mengembangkan batas-batas, Anda mengenalkan kepada anak tentang


kenyataan yang terjadi di dunia atau kehidupan sehari-hari, yang punya banyak sekali
peraturan. Dan, meningkatkan sikap respek yang sehat terhadap perkataan Mama dan
Papa akan mempermudah Anda menekankan batas-batas penting kelak di kemudian
hari.

Menerapkan Aturan
Cara terbaik untuk meletakkan dasar disiplin adalah membuat semua aturan di rumah
terasa sederhana dan jelas. Contohnya, “Tidak boleh memukul,” atau, “Tidak boleh
naik-naik ke meja.”

Menangani Perilaku Buruk


Pilih hal-hal apa saja yang mau Anda masalahkan. Putuskan apakah suatu reaksi yang
Anda lakukan itu perlu dilakukan. Jika Anda keras terhadap segala hal, dari anak
merengek saat mau tidur sampai menggigit orang lain, Anda hanya akan membuat
siapa pun kesal. Dan, usaha Anda untuk menerapkan disiplin akan sangat jauh dari
efektif, jika Anda fokus kepada hal-hal yang menjadi masalah Anda saja.

Katakan Tidak
Jika anak melakukan kesalahan, seperti memukul temannya, katakan segera dengan
tegas, “Tidak boleh memukul.” Jika anak sudah lebih besar, Anda juga bisa meminta
dia meminta maaf. Walaupun begitu, batasi penggunaan kata “tidak” hanya untuk
perilaku buruknya saja. Karena, kalau tidak, anak akan mengabaikan Anda. Jika dia
melakukan sesuatu yang tidak Anda sukai, yang sebenarnya tidak terlalu berbahaya
atau menyakiti siapa pun (misalnya, mencoret-coret tangannya dengan spidol),
katakan saja, “Kalau mau menggambar, di kertas saja, ya, Nak.”

Buat Konsekuensi
Carilah konsekuensi yang berpengaruh terhadap anak. Ini bisa saja mengambil atau
menahan satu hal istimewa yang dia miliki, atau meminta dia melakukan sesuatu yang
tidak dia sukai. Anak usia 2 tahun ke atas bisa khawatir dengan sebuah peringatan,
seperti, “Kalau kamu terus-terusan melempar-lempar pasir, kamu tidak boleh main di
kotak pasir itu.” Anda harus serius dengan konsekuensi yang sudah Anda katakan.
Anak tidak akan menganggap Anda serius, kalau Anda sendiri juga tidak serius.

Konsisten
Anak-anak senang menguji Anda, dan tanpa konsistensi, aturan-aturan akan sangat
mudah dirobohkan. Jika Anda teguh dengan aturan-aturan yang sudah dibuat, pada
akhirnya anak akan menyadari bahwa tingkah polahnya yang tidak Anda sukai
mempunyai konsekuensi yang dia tidak suka.

Miliki Empati
Tunjukkan kepada anak bahwa Anda tahu perasaannya. “Mama tahu bagaimana
kesalnya kamu. Mama juga ingin, sih, bisa bermain di taman sepanjang hari,
tetapi….” Tahu bahwa Anda memahami dia, akan membuat anak lebih tenang.
Buat Kesepakatan
Jika anak tidak juga mau tidur, tawarkan kepada dia apakah lampu di lorong depan
kamarnya tetap menyala. Baginya, ini semacam kompromi, tetapi Anda tidak terlihat
mundur dan lebih kendur. Contoh lainnya, alih-alih menawari dia sogokan, misalnya
memberi dia permen, jika dia berhenti menangis, berikan penghargaan untuk
perilakunya yang baik. Misalnya, jika dia tetap berada di sisi Anda saat berbelanja di
supermarket, Anda berjanji akan berhenti di sebuah taman dalam perjalanan pulang
nanti.

Tawarkan Opsi Lain.


Saat anak melanggar sebuah peraturan, tunjukkan sebanyak mungkin perilaku
alternatif yang bisa diterima. Jadi, saat Anda mengatakan, “Jangan buang-buang
dompet Mama, dong!” ikuti dengan nasihat, “Yuk, buang kayu-kayu mainan ini
saja….”

Berikan Pujian
Bentuk disiplin yang paling kuat adalah memberikan pujian terhadap perilaku baik,
dan ini berlaku untuk semua usia anak. Makin sering dipuji, anak makin kuat
keinginannya untuk berperilaku baik.

6. Anticipatory guidance
Anticipatory guidance merupakan petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar

orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana, sehingga anak

dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. Kehadiran anak bagi orang tua

merupakan suatu tantangan sehubungan dengan masalah dependensi atau ketergantungan,

disiplin, meningkatkan mobilitas, dan keamanan bagi anak. Dalam anticipatory guidance

terdapat bimbingan untuk orangtua yaitu toilet training, pencegahan sibling rivalry dan

pencegahan cidera pada anak.

Usia toddler (1-3 tahun) biasanya digunakan patokan oleh para ibu untuk memulai

toliet training karena pada usia tersebut hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan

stabil, rasa ingin tahu yang besar, menaruh minat kepada apa yang dilakukan oleh orang
sekitar dan anak telah memasuki fase anal (pusat kesenangan anak pada perilaku menahan

dan juga pengeluaran kotoran). Umumnya pengajaran toilet training yang dilakukan oleh

orang tua yaitu 31% orang tua mulai mengajarkarkan pada usia anak 18-22 bulan, 27%

mulai di usia 23-27 bulan, dan 16% di usia 28-32 bulan dan 22% di usia 32 bulan ke atas.

Orang tua menunggu anak siap untuk diajari toilet training sehingga dalam pengajaran

tidak membutuhkan waktu yang lama (Warner, 2007 dalam Lestari, 2013). Blum &

Taubman (2003) menyatakan bahwa toilet training yang diajarkan pada sekelompok anak

usia < 24 bulan, 68% dapat menyelesaikannya sebelum usia 3 tahun. Sedangkan pada

sekelompok yang berusia > 24 bulan, hanya 54% yang mampu menyelesaikannya bahwa

pelaksanaan toilet training yang lebih dini akan mempercepat tercapainya kemampuan

kontrol kemih (Blum, 2003 dalam Lestari, 2013).

7. Toilet Training

Pada beberapa anak, keinginan untuk belajar ke toilet baru muncul saat ia memasuki
usia 24 bulan. Hal ini seringkali karena mereka belum mampu mengontrol keinginan buang
air kecil atau BAB, sehingga proses training harus dilakukan secara bertahap. Terkadang,
kemampuan berbicara untuk menyampaikan keinginan ke toilet pada anak di bawah 24 bulan
juga masih terbatas.

Tips Melakukan Potty Training


Sebelum melakukan potty training pada si Kecil, sebaiknya Ibu coba pelajari beberapa
tips berikut. Selain bisa membantu Ibu saat mengajari si Kecil, berbagai tips potty training
juga akan membuat Ibu lebih rileks dan tahu apa yang harus dilakukan.
Modal utama yang harus Ibu pahami adalah kesabaran. Jangan mudah kesal ya Bu, jika
awalnya si Kecil masih belum bisa menahan atau menyampaikan keinginan ke toilet. Berikut
ini tips melakukan potty training yang mungkin bisa membantu Ibu:

 Lakukan potty training selama 3 bulan. Jika selama periode itu si Kecil masih belum
berhasil melakukannya, besar kemungkinan si Kecil belum siap. Sehingga Anda juga
harus lebih sabar melakukan training.
 Gunakan potty (tempat duduk khusus potty training) atau dudukan toilet khusus balita
agar ia merasa nyaman.
 Ajak si Kecil untuk duduk di atas potty selama 15-20 menit, agar ia tahu bagaimana
cara buang air kecil dan BAB yang benar.
 Beri penjelasan bahwa Ibu merasa senang jika ia melakukan buang air kecil atau BAB
di potty.
 Anak laki-laki biasanya lebih sulit untuk melakukan buang air di potty. Sebaiknya Ibu
memberikan potty yang lebih tinggi untuk si Kecil atau ajarkan langsung untuk buang
air di toilet dewasa, namun dengan bantuan pijakan pendek.
 Jangan paksa si Kecil untuk bisa melakukannya. Biarkan ia melakukan sesuai dengan
kemampuannya, lakukan secara bertahap.
 Jangan marahi jika ia masih belum bisa mengontrol buang air kecil dan BAB-nya.
Sebab kemampuan syarafnya mengontrol buang air kecil dan BAB baru saja
terbentuk.
 Berikan pujian jika ia bisa melakukannya dengan baik.
 Gunakan kata kode untuk pergi ke toilet.
 Jika popoknya basah, ingatkan agar ia memberi tahu Anda.

8. Imunisasi

Imunisasi adalah program pencegahan penyakit menular yang dilakukan dengan


pemberian vaksin. Dengan pemberian vaksin ini, maka orang akan menjadi imun atau
resisten terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi ini diberikan sejak usia bayi hingga di
bangku sekolah. Program imunisasi ini pun biasanya sudah terjadwal pada kurun waktu
tertentu sehingga setiap anak dipastikan mendapat imunisasi tepat waktu.
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah suatu penyakit atau mengurangi tingkat
keparahannya. Imunisasi melindungi orang dari penyakit serius dan juga mencegah
penyebaran penyakit tersebut ke orang lain. Selama bertahun-tahun, imunisasi berhasil
mengatasi epidemi penyakit menular yang dulu umum terjadi, seperti campak, gondongan,
dan batuk rejan. Penyakit lain yang juga berhasil diberantas dengan imunisasi adalah polio
dan cacar. Imunisasi dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah kecil virus atau bakteri yang
sudah dilemahkan atau dimatikan, atau bagian protein buatan laboratorium yang meniru
virus tersebut. Cara tersebut akan memicu respons kekebalan tubuh untuk menghasilkan
antibodi terhadap penyakit tertentu atau memicu proses lain yang meningkatkan sistem
kekebalan. Dengan demikian, ketika seseorang terpapar dengan organisme penyebab
penyakit yang sebenarnya, sistem kekebalan sudah siap untuk melawan infeksi.
9. Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi

Gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas,


malnutrisi, diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, kanker,dan anoreksia nervosa.
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang
bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Nutrisi adalah zat-zat
gizi atau berhubungan dengan kesehatan, penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam
tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta
mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat
gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit. Nutrisi merupakan kesehatan dasar dan sangat penting
bagi tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal, mempertahankan dan
memperbaiki jaringan tubuh, metabolisme sel dan fungsi organ.
Penecernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran
pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ
asesoris terdiri atas hati, kantung empedu, dan pankreas. Ketiga organ membantu
terlaksananya sistem pencernaan makanan secara kimiawi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat

sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon,

kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik

(retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).

 Konsep tumbuh kembang merupakan suatu hal yang mutlak pada anak, maksudnya

tumbuh adalah proses bertambah besarnya sel – sel serta bertambahnya jaringan

intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan kembang atau berkembang adalah

proses pematangan fungsi atau organ tubuh termasuk perkembangan kemampuan mental

dan kecerdasan serta perilaku anak (Campbell, 2000). Pada kenyataannya tumbuh

kembang secara eksplitsit bisa dipisahkan satu sama lain. Proses tumbuh kembang ini

berlangsung sejak awal pembuahan (konsepsi) sampai akhir masa remaja dengan

melewati masa – masa atau periode prenatal, bayi baru lahir, prasekolah, sekolah dini

dan remaja (Campbell, 2000).

 Proses tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa pertumbuhan dasar

yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.

Perkembangan anak terdiri dari : perkembangan motorik kasar (pergerakan dan sikap

tubuh); perkembangan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dan lain –

lain); perkembangan bahasa (kemampuan respon suara, mengikuti perintah, dan

berbicara sopan); kepribadian atau tingkah laku (berinteraksi dengan lingkungannya)

(Kania, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Almaitser, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Arikunto, S. 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.


Rineka Cipta

Djarwanto Ps, 2001, Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian,


Yogyakarta: Liberty

Ghozali, Imam. 2005, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS,


Semarang: Universitas Diponegoro
Gustian, Agus. 2011, Aspek Perkembangan Motorik Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Liberty

Gutama. 2004. Aspek Gizi dan Stimulasi Pendidikan Anak Dini Usia. Dalam Prosiding
Inovasi Pangan dan Gizi untuk Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta,
IDAI

Hurlock, E. B. 2005, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. (Ed. 5). Jakarta: Erlangga

Marimbi, Hanum, 2010, Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar
Pada Balita, Yogyakarta: Nuha Medika

Moehji. S 2002, Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta: Bharata

Mutohir, Toho Cholik, 2004. Perkembangan Motorik pada Masa Anak-Anak.


Jakarta: Proyek Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Olahraga,
Direktorat Jenderal Olahraga, Depdikanas.

Natalina, Johana, 2008, Tumbuh Kembang Anak, Bandung: Pustaka Binaan

Notoatmodjo, S. 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugrahaningsih, S. 2003, Perkembangan Individu. Salatiga: Widyasari

Ranuh, IG.N. 2005. Masalah Kesehatan Anak. Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja, Jakarta: IDAI

Rusmil, Kusnandi. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi


Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: DepKes RI.

Anda mungkin juga menyukai