Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA KLINIS

PERCOBAAN III

PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN

DISUSUN OLEH:

NAMA : Putri Novianty


NIM : 61608100819073
TGL PRAKTIKUM : SeLASA / 13 Oktober 2020
KELAS : Farmasi A
DOSEN : SRI HAINIL,M.Farm,Apt

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA

BATAM

2020
PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Urine merupakan cairan sisa dari hasil metabolisme dalam tubuh yang dibentuk dalam
ginjal melalui 3 (tiga) proses yaitu filtrasi oleh glomerulus, reabsorbsi dan sekresi oleh
tubulus. Urine merupakan hasil dari filtrasi glomerulus dan disertai sejumlah air yang
dikeluarkan oleh tubuh (Hardjono dan Mangarengi, 2011). Urine dapat digunakan untuk
menganalisis sejumlah penyakit yang ada di dalam tubuh. Pemeriksaan atau analisis urine
sering disebut dengan istilah urinalisis (Mengko, 2013). Urinalisis dilakukan dengan tiga
macam cara yaitu pemeriksaan fisik, pemeriksaan kimia urine dan pemeriksaan
mikroskopis urine (Mengko, 2013).
Urinalisis merupakan pemeriksaan uji saring yang sering diminta untuk mengetahui
gangguan ginjal dan saluran kemih atau gangguan metabolisme tubuh. Urinalisis
merupakan pemeriksaan medis yang digunakan di laboratorium klinik dan biasanya
berupa pengamatan mikroskopik sedimen urine. Sedimen urine adalah unsur yang tidak
larut di dalam urine yang berasal dari darah, ginjal dan saluran kemih. Unsur-unsur dalam
sedimen urine dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik (berasal dari suatu organ atau
jaringan seperti sel epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, 2 sperma,
bakteri, parasit) dan unsur anorganik (tidak berasal dari suatu jaringan seperti urat amorf
dan kristal) (Hardjono dan Mangarengi, 2011).
Silinder (cast) adalah satu-satunya elemen yang ditemukan dalam sedimen urine yang
unik, merupakan masa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal dan
dibilas masuk ke dalam urine. Silinder menggambarkan keadaan tubulus ginjal. Silinder
hialin atau silinder granuler yang halus dapat dijumpai dengan sedimen urine normal
orang yang sehat. Peningkatan jumlah silinder pada penyakit ginjal dapat dijumpai dalam
sedimen urine. Aktivitas fisik yang berat dapat meningkatkan jumlah silinder dalam urine
normal, kehadirannya tidak menunjukkan keadaan patologis. Silinder ini berhubungan
dengan peningkatan albuminuria akibat perubahan permeabilitas glomerulus. Sedimen
urine bisa dijumpai beberapa silinder hialin atau silinder granuler per lapang pandang
kecil (LPK). Jumlahnya akan kembali normal (tanpa proteinuria atau silinder) dalam 24-
48 jam. Peningkatan jumlah silinder juga berhubungan dengan beberapa terapi diuretik
(Riswanto dan Rizki, 2015).
Pemeriksaan sedimen urine merupakan bagian paling standar dan penting dalam
pemeriksaan penyaring, memberikan data mengenai saluran kencing mulai dari ginjal
sampai ujung uretra (Gandasoebrata, 2013). Tujuan dari pemeriksaan sedimen urine
adalah untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bahan yang tidak larut dalam urine.
Pemeriksaan sedimen urine meliputi identifikasi dan kuantisasi dari elemen dalam urine
(Strasinger dan Lorenzo, 2008).
1.2 Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui unsur-unsur patologis dalam urine.
1.3 Prinsip
Adanya bentukan-bentukan / elemen-elemen / unsur-unsur yang tersuspensi
dalam urine akan dipresipitatkan dengan cara dicentrifuge dan dianalisa dibawah
mikroskop.

BAB II. TUJUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebihan urine
dari penyaringan unsur-unsur plasma  (Frandson, 1992). Urine atau urin merupakan
cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul
sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh. disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,
akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Ningsih, 2012). Proses pembentukan
urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi
(penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan) (Budiyanto, 2013).

1.    Pemeriksaan bobot jenis urin

Bobot jenis urin berhubungan erat dengan dieresis . makin kecil atau rendah bobot jenis
makin besar dieresis dan sebaliknya . bobot jenis urin adalah 1,005 – 1,026 pada suhu
kamar . Bj rendah biasanya dijumpai pada penyakit ginjal seperti glomerunofritis ,
defisiensi ADH , gangguan metabolik pada DM , hidrasi berat berkepanjangan ,
sebaliknya BJ urin tinggi di jumpai pada keadaan puasa dan glukosuria ( anonim ,
2012 ) .

2.    Pemeriksaan warna urin

Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya dieresis , makin besar dieresis
makin muda warna urin . biasanya warna normal urin berkisar antara kuning muda dan
kuning tua . warna urin disebabkan oleh beberapa macam zat warna , terutama urochrom
dan urobilin ( anonim , 2012 ) .

3.    Pemeriksaan bau urin


Bau urin yang normal disebabkan untuk sebagian oleh macam – macam asam organic
yang mudah menguap . bau yang berlainan dari yang normal dapat disebabkan oleh
makanan , obat – obatan , bau aromatis , bau ketonuria , dan bau busuk ( Guyton , 2003 ) .

4.    Pemeriksaan pH urin

Terjadinya kelainan pada pH urin dapat diakibatkan oleh infeksi saluran kencing .
Contoh : urin asam disebabkan oleh bakteri E.coli . urin basa karena perombakan ureum
menjadi amoniak oleh bakteri Proteus ( Shargel , 2002 )

5.    Pemeriksaan sedimen urin ( Mikroskopik )

Pada urin normal , tidak ditemukan eritrosit , sedangkan leukosit ditemukan dalam
jumlah kecil yaitu 0-5/LPK . adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria sedangkan
leukosit yang melebihi batas normal disebut piuria (Sherwood, 2001 ) .

6.    Pemeriksaan Glukosa urin

Urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal dan infeksi saluran kemih dan
untuk mendeteksi penyakit gangguan metabolism yang tidak berhubungan dengan ginjal.
Banyak pemeriksaan rutin urinalisis dilakukan ditempat praktik dokter ( Joyce,1997 ) .

Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa metabolisme yang berupa
kristal, granula termasuk juga bakteri. Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan
suatu benda normal ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kita akan dapat
menunjukkan keadaan organ tubuh. Dalam urin yang ditemukan jumlah eritrosit jauh
diatas angka normal bisa menunjukkan terjadinya perdarahan di saluran kemih bagian
bawah. Begitu juga dengan ditemukannya kristal-kristal abnormal dapat diprediksi jika
seseorang beresiko terkena batu ginjal, karena kristal-kristal dalam urin merupakan
pemicu utama terjadinya endapan kristal dalam saluran kemih terutama ginjal yang
jika dibiarkan berlanjut akan membentuk  (Djojodibroto, 2001)

2.2 Alat Dn Bahan


Alat yang digunakan
-mikroskop
-objek glass
-Cover glass
Bahan yang digunakan
-urine

2.3 Prosedur Kerja


Siapkan alat dan bahan

Dimasukkan urin ke dalam tabung urin

Disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit

Ditambah acid oxalic

Dilakukan sentrifugasi kembali dengan kecepatan 1500 rpm selama 5menit

Diambil endapan,letakkan di objek glass lalu tutup dengan cover glass

Dilakkukan pengamatan dengan mikroskop,dengan pembesaran 10

Di amati hasil

BAB IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
Gambar Keterangan
Na Urat

Ca Fosfat

Asam Urat

Tuang Bronchus
Ca Oksalat

 Leukosit
 Eritrosit
 Cystine

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai uji kandungan urin, yang merupakan cairan sisa
yang diekskresikan oleh ginjal dan kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Urin yang dikeluarkan tubuh terdiri dari berbagai unsu
seperti : air, protein, amoniak, glukosa, sedimen, dan sebagainya. Unsur-unsur
yang dikeluarkan dari urine tersebut sangat bervariasi perbandingannya pada
orang yang berbeda.

Urin adalah salah satu hasil ekskresi dari organ ginjal. Urin terbentuk
melalui 3 tahap yaitu proses filtrasi, reabsorpsi dan augmentasi. Setelah ketiga
tahap tersebut selesai maka urin akan masuk ke pelvis/rongga => ureter =>
kantong urin/vesika urinaria => uretra dan selanjutnya akan dikeluarkan. Setiap
hasil ekskresi yang dikeluarkan oleh organ tertentu mengandung beberapa zat
seperti keringat: air, garam, urea, dll. Begitu juga dengan hasil ekskresi organ
ginjla yaitu urin. Untuk mengetahui kandungan yang ada dalam urin maka
dilakukan uji kandungan urin, yaitu:
1. Uji pH urin
Uji pH urin dilakukan dengan memasukkan kertas indicator pH universal ke
dalam urin dan mengamati perubahan warnanya. Ternyata urin yang diuji
mempunyai pH=8 yang artinya basa. Karena jika pH asam, pH=7 =>netral, pH>7
=>basa. Basa tersebut disebabkan adanya urea, amoniak dan beberapa zat lainnya
yang terkandung dalam urin yang mempunyai sifat basa. Seharusnya urin normal
bersifat netral (pH=7).

Dari percobaan pemeriksaan sedimen urine yang dilihat dengan


menggunakan mikroskop, didapat beberapa kristal, yaitu berupa kristal asam
urat, cystine dan urat amorf. Hal ini tidak begitu menjadi suatu kasus besar dalam
keadaan tubuh urine percobaan. Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung
dengan batu di dalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple
fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen
dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme
yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak
makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Di samping itu mungkin
didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain
seperti kristal tirosin, kristal leucin.
Tapi dalam hal Batu ginjal biasanya terdiri dari tipe kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urea, struvite, dan cystine.

BAB V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi
2. Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine
setelah melewati berbagai proses di ginjal. Kalau ada glukosa di urine,
berbahaya berarti ada yang tidak beres waktu proses urinisasi
3. Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein
lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, misalnya protein
yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam
sistem imun sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon,
sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi
hara.
4. Evaluasi skrining terhadap fungsi ginjal dapat dilakukan dengan cara
urinanalisis menggunakan carik uji atau reagent strip.
5. Faktor yang utama terbentuknya formasi kristal tripel fosfat adalah
konsentrasi amoniak

5.2 Saran
Semoga kedepannya mahasiswa dapat memperhatikan dengan serius selama
praktikum berlangsung dan memahami apa saja yang di praktekkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Tuntunan Praktikum Kimia Klinik. Universitas Muslim Indondesia : Makassar.

Guyton. 2003. Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.

Joyce. 1997. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran :


Jakarta.

Shargel, Leon, 2002. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga University Press :


Surabaya

Sherwood. 2001. Anatomi dan Fisiologi Manusia Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran :
Jakarta.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai