Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lulu Intan Yusniati

Nirm : P.03.18.008

Matkul : Penelitian Tindakan Kelas

Semester : 6

Prodi : Pendidikan Agama Islam

1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan
pendidikan di dalam dan luar kelas

Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di


dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.

2. Penting sekali karena seorang guru akan dapat menemukan penyelesaian masalah yang terjadi di
kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik
pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dangan pelaksanaan tugas
utama guru yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK
merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual
yang dialami oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda
yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti.

3. - Rancangan Penelitian Tindakan model Kurt Lewin

terdiri dari empat komponen kegiatan yang dipandang sebagai satu siklus, yaitu: perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

- Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & McTaggart


Model yang dikemukakan Kemmis & Taggart merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Kurt
Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan yang prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai
karena sederhana dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus,
masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act &
observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang-ulang, sampai tujuan
penelitian tercapai.

- Rancangan Penelitian Tindakan Model John Elliott

Seperti halnya model Kemmis & McTaggart, model John Elliott juga merupakan pengembangan lebih
lanjut dari model Lewin. Elliott mencoba menggambarkan secara lebih rinci langkah demi langkah yang
harus dilakukan peneliti. Ide dasarnya sama, dimulai dari penemuan masalah kemudian dirancang
tindakan tertentu yang dianggap mampu memecahkan masalah tersebut, kemudian diimplementasikan,
dimonitor, dan selanjutnya dilakukan tindakan berikutnya jika dianggap perlu.
4. 1.      Mengidentifikasi masalah

Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru. Guru merasa
ada sesuatu yang tidak beres di kelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan
hasil belajar siswa. Masalah tersebut mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenung atau
melakukan refleksi agar masalah tersebut semakin jelas.

2.      Menganalisa dan merumuskan masalah

Setelah masalah teridentifikasi, perlu dilakukan analisis sehingga dapat merumuskan masalah dengan
jelas. Sebelum menganalisis masalah, kita mengumpulkan data yang terkait dengan masalah tersebut,
seperti langkah yang terdapat pada langkah dari Mills (2000). Analisis dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau yang disebut refleksi dan dapat pula dengan mengkaji
ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, atau bahkan mungkin
bahan pelajaran yang kita siapkan.

3.      Merencanakan PTK

Langkah-langkah dalam menyusun rencana adalah:

1.         Rumuskan cara perbaikan yang akan ditempuh dalam bentuk hipotesis tindakan

            Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk mengatasi masalah. Hal
ini dibuat berdasarkan kajian berbagai teori, kajian hasil penelitian yang pernah dilakukan dalam
masalah yang serupa, diskusi dengan teman sejawat atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman
sendiri sebagai guru.

2.         Analisis Kelayakan Hipotesis Tindakan

            Hipotesis ini masih perlu dikaji kembali kelayakannya. Guru harus bertanya mungkinkah rencana
tindakan tersebut dilaksanakan. Hal ini terutama dikaitkan dengan hal-hal berikut:

a.       Kemampuan dan komitmen guru sebagai actor pelaksana karena pelaksanaan PTK memang harus
tumbuh dari keinginan guru sendiri. Guru harus bertanya pada diri sendiri apakah ia cukup mampu
melaksanakan rencana perbaikan tersebut dan apakah dia cukup tangguh untuk menyelesaikannya.

b.      Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam mengikuti tindakan tersebut; misalnya jika diputuskan
untuk member tugas setiap minggu, apakah siswa cukup mampu menyelesaikannya. Apakah malah
membuat siswa menjadi bosan.

c.       Ketersediaan sarana/fasilitas yang diperlukan. Apakah sarana/fasilitas yang diperlukan dalam


perbaikan dapat diadakan oleh siswa, sekolah, ataukah oleh guru sendiri?

d.      Iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Iklim belajar berkaitan dengan berbagai kebiasaan guru,
siswa, dan personil lain dalam menyikapi kegiatan belajar atau kegiatan akademik, sedangkan iklim kerja
berkaitan dengan kebiasaan personil sekolah dalam menyikapi tugas-tugasnya. Dalam hal ini guru perlu
mempertimbangkan apakah alternative yang dipilihnya akan mendapat dukungna dari kepala sekolah
dan personil lain di sekolah.

4.      Melaksanakan PTK

 Setelah meyakini bahwa hipotesis tindakan atau rencana perbaikan sudah cukup layak, kini guru perlu
mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perbaikan.

1.   Menyiapkan Pelaksanaan
      Langkah-langkah yang perlu dipersiapkan:

a.     Membuat rencana pembelajaran beserta scenario tindakan yang akan dilaksanakan.

b.    Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan.

c.     Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil
perbaikan.

d.    Mensimulasikan pelaksanaan tindakan.

Anda mungkin juga menyukai