Anda di halaman 1dari 69

ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN

SOFTWARE GEOSTUDIO SLOPE/W 2012 STUDI KASUS


DAERAH WISATA KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG

TUGAS AKHIR

Dini Elviani
11116079

PROGRAM STUDI FISIKA


JURUSAN SAINS
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN

2020
ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN
SOFTWARE GEOSTUDIO SLOPE/W 2012 STUDI KASUS
DAERAH WISATA KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG

TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Dini Elviani
11116079

PROGRAM STUDI FISIKA


JURUSAN SAINS
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Sarjana dengan judul “Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan


Software Geostudio SLOPE/W 2012 Studi Kasus Daerah Wisata Kabupaten
Pesawaran Lampung” adalah benar dibuat oleh saya sendiri dan belum pernah
dibuat dan diserahkan sebelumnya, baik sebagian ataupun seluruhnya, baik oleh
saya maupun orang lain, baik di Institut Teknologi Sumatera maupun di institusi
pendidikan lainnya.

Lampung Selatan, Juni 2020


Penulis,

Dini Elviani
11116079

Diperiksa dan disetujui oleh,


Pembimbing

Dr. Ikah N. P. Permanasari, S.Si., M.Si.


NIP. 19851021 201212 2 002

Disahkan oleh,
Koordinator Program Studi Fisika
Jurusan Sains
Institut Teknologi Sumatera

Dr. Eng. Alamta Singarimbun


NIP. 19900221 199001 1 001
ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang ditulis maupun
yang dirujuk telah saya nyatakan benar.

Nama : Dini Elviani

NIM : 11116079

Tanda Tangan :

Tanggal :
iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS


AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Institut Teknologi Sumatera, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:

Nama : Dini Elviani


NIM : 11116079
Program Studi : Fisika
Jurusan : Sains
Jenis karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Institut Teknologi Sumatera Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Software Geostudio SLOPE/W
2012 Studi Kasus Daerah Wisata Kabupaten Pesawaran Lampung
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Institut Teknologi Sumatera berhak
menyimpan/mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Lampung Selatan


Pada tanggal: 24 Juni 2020

Dini Elviani
11116079
iv

Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Software Geostudio SLOPE/W


2012 Studi Kasus Daerah Wisata Kabupaten Pesawaran Lampung
Dini Elviani (11116079)
Pembimbing: Dr. Ikah N. P. Permanasari, S.Si., M.Si.

ABSTRAK

Longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia,
dimana di Indonesia sendiri longsor merupakan bencana alam urutan kedua yang
paling sering terjadi. Salah satu provinsi di Indonesia yang berpotensi longsor
adalah Provinsi Lampung yang daerahnya berbukit yaitu Kabupaten Pesawaran
tepatnya di Kecamatan Way Ratay yang memiliki 37 titik longsor yang tersebar di
sejumlah dusun. Penelitian ini dilakukan di Jalan Raya Way Ratay, Padang
Cermin, Kabupaten Pesawaran terletak pada titik koordinat 5º33’56’’S dan
105º11’21’’E dimana daerah ini merupakan jalur yang menghubungkan beberapa
destinasi wisata pantai terkenal di Pesawaran seperti Pantai Sari Ringgung, Pantai
Dewi Mandapa hingga Pantai Clara dan apabila terjadi longsor maka akan
mengakibatkan tertutupnya akses jalan utama pada daerah tersebut. Oleh karena
itu, dilakukan penelitian terhadap kestabilan lereng di Jalan Raya Way Ratay
karena selain kawasan wisata, juga ada beberapa pemukiman warga disekitarnya.
Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan pengukuran topografi dan
pengeboran, dimana sampel tanah diuji untuk pemeriksaan ukuran butiran tanah
meliputi pengujian berat volume, kadar air, hidrometer dan analisis saringan.
Kemudian uji kekuatan geser tanah dengan uji triaksial tipe CU (Consolidated
Undrained) agar dapat dicari nilai Factor of Safety (FoS) dari lereng tersebut
melalui simulasi menggunakan software Geostudio SLOPE/W 2012 dengan
metode Bishop. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai FoS dari lereng yaitu
sebesar 0,602 dan dapat dikatakan bahwa lereng daerah penelitian tidak aman
karena nilai FoS kurang dari 1.

Kata kunci: Kestabilan lereng, Factor of Safety (FoS), Kuat geser tanah, Metode
Bishop
v

Analysis of Slope Stability, Using Geostudio SLOPE/W 2012 Software Case


Study in Lampung Pesawaran District Tourism Area
Dini Elviani (11116079)
Advisor: Dr. Ikah N. P. Permanasari, S.Si., M.Si.

ABSTRACT

Landslide is one of the natural disasters that often occurs in Indonesia, where in
Indonesia itself is the second most frequent natural disaster. One of the provinces
in Indonesia which has a potential for landslides is Lampung Province, which is
hilly, namely Pesawaran Regency, precisely in Way Ratay District, which has 37
landslides which are spread across a number of hamlets. This research was
conducted on Way Ratay Street, Padang Cermin, Pesawaran Regency located at
the coordinates of 5º33'56''S and 105º11'21''E where this area is a pathway that
connects several famous beach tourism destinations in Pesawaran such as Sari
Ringgung Beach, Dewi Mandapa Beach until Clara Beach and if there is a
landslide it will result in closed access to the main road in the area. Therefore, a
study was carried out on the stability of the slopes on Way Ratay Street because in
addition to the tourist area, there were also several residential settlements
nearby. Slope stability analysis is done by topographic measurements and
drilling, where soil samples are tested for soil grain size checks including volume
weight, water content, hydrometer and sieve analysis test and then shear strength
test with triaxial type CU (Consolidated Undrained) test in order to find the
Factor of Safety (FoS) value of the slope through simulations using Geostudio
SLOPE/W 2012 software with the Bishop method. From the results of the study
the FoS value of the slope is 0.602 and it can be said that the slope of the study
area is unsafe because the FoS value is less than 1.

Keywords: Slope Stability, Factor of Safety (FoS), Soil shear strength, Bishop
Method
vi

RIWAYAT HIDUP

Dini Elviani, dilahirkan di Kota Gajah Kabupaten Lampung Tengah tepatnya pada
tanggal 26 Desember 1997. Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan dari
Bapak Maspar dan Ibu Elfina. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Pertiwi
Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2003. Selama
enam tahun mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri 1 Pekalongan Kabupaten
Lampung Timur dan tamat pada tahun 2010, kemudian melanjutkan pendidikan
ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Pekalongan dan selesai pada
tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 5 Metro dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun
2016 penulis melanjutkan pendidikan pada Perguruan Tinggi Negeri tepatnya di
Institut Teknologi Sumatera Program Studi Fisika.
vii

MOTTO

“Sesulit apapun keadaanmu ingatlah Allah S.W.T, berdoa dan


berusahalah. InsyaAllah masalah sesulit apapun pasti akan
terlewati”
viii

PERSEMBAHAN

Sujud syukur kusembahkan kepada-Mu ya Allah, Tuhan semesta alam yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas rahmat-Mu penulis dapat menjadi pribadi
yang lebih baik, berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini
menjadi langkah awal masa depan penulis untuk menuju kesuksesan dalam
meraih cita-cita.

Dengan ini penulis persembahkan karya ini untuk, Ayahanda dan Ibunda tercinta.
Terimakasih atas kasih sayang yang berlimpah dari mulai penulis lahir, hingga
sampai saat ini. Terimakasih juga atas limpahan do’a yang tiada henti serta segala
hal yang telah Ayahanda dan Ibunda lakukan, semua yang terbaik.

Terimakasih selanjutnya untuk kedua adikku yang tersayang, semua saudara dan
keluarga besar yang selalu memberikan do’a dan dukungan selama ini kepada
penulis.

Terimakasih juga yang tak terhingga untuk dosen pembimbing dan semua dosen
Program Studi Fisika yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang
bermanfaat kepada penulis.

Ucapan terimakasih juga penulis persembahkan untuk seluruh teman-teman


penulis di Program Studi Fisika. Terimakasih untuk semua memori yang terangkai
setiap harinya, atas canda tawa yang kita miliki setiap hari dan atas rasa
kekeluargaan yang luar biasa. Sehingga masa kuliah selama 4 tahun ini menjadi
lebih bermakna dan akan selalu menjadi kenangan yang indah dihati penulis.
ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas Rahmat dan Karunia
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Analisis
Kestabilan Lereng Menggunakan Software Geostudio SLOPE/W 2012 Studi
Kasus Daerah Wisata Kabupaten Pesawaran Lampung. Tugas Akhir ini untuk
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Strata Satu pada Program Studi Fisika, Jurusan Sains, Institut
Teknologi Sumatera.

Penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda tercinta


Elfina dan Ayahanda yang kusayangi Maspar, serta Adik-adikku Rahmad Dhani
dan Bagus Satria yang telah mencurahkan segenap kasih sayang dan perhatian
baik moril maupun materiil. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala selalu
melimpahkan Rahmat, Kesehatan, Keberkahan dan Keselamatan di dunia dan di
akhirat atas semua kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan kepada penulis.

Penghargaan dan terima kasih penulis berikan kepada Dr. Ikah N. P. Permanasari,
S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Ucapan terimakasih juga penulis berikan kepada:
1. Dr. Alamta Singarimbun selaku Ketua Program Studi Fisika, Institut
Teknologi Sumatera.
2. Vico Luthfi Ipmawan, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Wali yang telah
bersedia memberikan bimbingannya selama masa perkuliahan kepada
penulis.
3. Seluruh staff pengajar Program Studi Fisika atas ilmu dan pengalaman
yang berharga, serta kesan yang luar biasa selama penulis menempuh
pendidikan di Institut Teknologi Sumatera.
4. Teman-teman yang sering datang ke kosan untuk belajar, mengerjakan
tugas dan berdiskusi bersama (Maria, Ira, Riri, Mala, Prima, Fina, Rizky
dan Heru).
5. Seluruh mahasiswa Fisika yang telah memberikan pengalaman berharga
selama masa perkuliahan.
x

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaannya dan semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin Ya Rabbal’alamin

Lampung Selatan, 24 Juni 2020


Penulis,

Dini Elviani
xi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS


AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACT ............................................................................................................ v

RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi

MOTTO ............................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup ......................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

2.1 Daerah Penelitian ..................................................................................... 5


2.2 Longsor ..................................................................................................... 7
2.3 Mekanisme Terjadinya Longsor ............................................................... 8
2.3.1 Jenis-jenis Longsor [18] .............................................................................. 9
xii

2.4 Stabilitas Lereng ..................................................................................... 11


2.5 Pengukuran Topografi ............................................................................ 13
2.6 Uji Triaksial ............................................................................................ 14
2.7 Keruntuhan Menurut Mohr Coulomb..................................................... 14
2.8 Metode Bishop ....................................................................................... 15
2.9 Uji Sampel Tanah ................................................................................... 17
2.9.1 Indeks Properti Tanah ............................................................................... 18
2.10 GeoStudio SLOPE/W 2012 .................................................................... 18
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ........................................................ 20

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................. 20


3.3 Pengukuran Topografi ............................................................................ 22
3.4 Pemeriksaan Ukuran Butiran Tanah ....................................................... 24
3.4.1 Pemeriksaan Kadar Air Tanah .................................................................. 24
3.4.2 Pemeriksaan Berat Volume Tanah ............................................................ 25
3.4.3 Pemeriksaan Analisis Saringan ................................................................. 26
3.4.4 Pengujian Analisis Hidrometer ................................................................. 28
3.5 Pengambilan Data Bor ............................................................................ 32
3.6 Uji Triaksial ............................................................................................ 33
3.6.1 Uji triaksial consolidated undrained (CU)................................................ 35
3.7 Interpretasi Data ..................................................................................... 39
3.7.1 Pengukuran Topografi............................................................................... 39
3.7.2 Pengolahan Data Bor melalui Uji Triaksial .............................................. 39
BAB IV HASIL-HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 40

4.1 Hasil Pengolahan Data Pengukuran Topografi ...................................... 40


4.2 Hasil Pengujian Berat Volume ............................................................... 41
4.3 Hasil Pengujian Kadar Air ..................................................................... 41
4.4 Hasil Pengujian Hidrometer ................................................................... 42
4.5 Hasil Pengujian Analisis Saringan (Sieve Analysis Test) ....................... 42
4.6 Hasil Uji Triaksial CU ............................................................................ 43
4.7 Hasil Simulasi pada Software Geostudio SLOPE/W 2012 .................... 45
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 47
xiii

5.1 Simpulan ................................................................................................. 47


5.2 Saran ....................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48

LAMPIRAN ......................................................................................................... 51

Lampiran 1. Data pengukuran topografi ........................................................... 51


Lampiran 2. Data uji triaksial CU ..................................................................... 52
xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tahapan kegiatan penelitian.................................................................. 20


Tabel 4.1 Hasil Pengujian Berat Volume .............................................................. 41
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kadar Air .................................................................... 41
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Hidrometer .................................................................. 42
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Analisis Saringan ........................................................ 42
Tabel 4.5 Resume Data (Lingkaran Mohr) ........................................................... 43
Tabel 4.6 Parameter Kuat Geser Tanah ................................................................ 44
xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian (Google Earth Pro, 2019) ............................... 5
Gambar 2.2 Bidang miring pada longsor berupa elemen geometris dasar (telah
digambar ulang oleh penulis)[19] ........................................................................... 7
Gambar 2.3 Elemen utama geometri dari longsor [18] ........................................... 9
Gambar 2.4 Jenis-jenis longsor [18] ..................................................................... 11
Gambar 2.5 Sudut geser dalam dan kohesi [24] ................................................... 15
Gambar 2.6 Gaya-gaya yang bekerja pada suatu potongan [24] .......................... 16
Gambar 2.7 Tampilan software Geostudio SLOPE/W 2012 ................................ 19
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ...................................................................... 21
Gambar 3.2 Total station untuk pengukuran topografi ......................................... 22
Gambar 3.3 Tripod sebagai penyangga total station ............................................ 23
Gambar 3.4 Kontainer sampel 1,2,3...................................................................... 24
Gambar 3.5 Cincin sampel .................................................................................... 25
Gambar 3.6 Saringan untuk mencuci tanah .......................................................... 27
Gambar 3.7 Grafik gradiasi butiran tanah [28] ..................................................... 28
Gambar 3.8 Meniscus larutan pada uji hidrometer [28] ....................................... 30
Gambar 3.9 Grafik gradiasi butiran tanah [28] ..................................................... 31
Gambar 3.10 Alat bor (Handbor).......................................................................... 32
Gambar 3.11 Uji Triaksial [5] ............................................................................... 33
Gambar 3.12 Mohr circle pada uji triaksial CD [5] .............................................. 34
Gambar 3.13 Mohr circle pada uji triaksial UU [5] .............................................. 35
Gambar 3.14 Sel triaksial ...................................................................................... 36
Gambar 3.15 Tampilan software surfer 13 ........................................................... 39
Gambar 3.16 Tampilan software Geostudio SLOPE/W 2012 .............................. 39
Gambar 4.1 Kontur bukit daerah penelitian .......................................................... 40
Gambar 4.2 Bentuk bukit daerah penelitian .......................................................... 41
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengujian Analisis Saringan ......................................... 43
Gambar 4.4 Hasil Simulasi pada Software Geostudio SLOPE/W 2012 ............... 45
Gambar 4.5 Parameter dari massa longsoran ........................................................ 45
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada zona subduksi.
Keberadaan zona ini mengakibatkan munculnya gunung api, patahan dan lipatan
yang menyebabkan keanekaragaman morfologi di Indonesia [1]. Daerah dengan
morfologi berbukit dan bergunung di Indonesia memiliki tingkat risiko longsor
yang tinggi. Longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia, dimana di Indonesia sendiri longsor merupakan bencana alam urutan
kedua yang paling sering terjadi [2]. Longsor adalah pergerakan tanah suatu
massa batuan, tanah atau bahan rombakan material penyusun lereng (campuran
tanah dan batuan) yang menuruni lereng [3].

Longsor dapat disebabkan karena dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal dimana faktor internal berkaitan dengan kekuatan tanah, sedangkan
faktor eksternal berkaitan dengan aktivitas manusia [4]. Faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi kestabilan lereng dan dapat menghasilkan tegangan geser
pada seluruh massa tanah, dan suatu gerakan akan terjadi kecuali tahanan geser
pada setiap permukaan runtuh yang mungkin terjadi lebih besar dari tegangan
geser yang bekerja [5]. Selain itu, longsor juga sering dipicu karena meningkatnya
kadar air dalam tanah, dimana hal ini terjadi karena hujan yang menyebabkan
kenaikan air dibawah permukaan [6]–[8]

Pada tahun 2019 telah banyak terjadi bencana longsor di Indonesia yaitu sebanyak
340 kali. Salah satu provinsi yang berpotensi longsor adalah Provinsi Lampung,
yang memiliki daerah berbukit [9]. Kabupaten berpotensi longsor di Provinsi
Lampung salah satunya adalah Kabupaten Pesawaran, dimana pada Kecamatan
Way Ratay memiliki 37 titik longsor yang tersebar di sejumlah dusun [4].
Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan oleh Departemen Energi dan Sumber

1
Daya mineral tahun 2008, potensi longsor di wilayah Kabupaten Pesawaran dapat
dibagi menjadi dua kelas, yaitu potensi rendah dan menengah [10].

Penelitian terkait longsor untuk mencari Factor of Safety (FoS) telah banyak
dilakukan, dimana longsor dipicu karena hujan yang menyebabkan meningkatnya
kadar air dalam tanah [11]–[13]. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mencari FoS yaitu dengan metode Bishop [14]–[16]. Penelitian longsor di daerah
Pesawaran dilakukan oleh [17], hanya analisis risiko longsor dilihat dari deskripsi
fisik daerah penelitian, kependudukan, analisis bahaya, analisis kerentanan fisik
dan analisis kerentanan sosial. Penelitian longsor di daerah Pesawaran belum ada
yang meneliti sampai menunjukkan angka pasti kestabilan lereng berdasarkan
analisis fisis. Penelitian ini dilakukan di Jalan Raya Way Ratay, Padang Cermin,
Kabupaten Pesawaran yang terletak pada titik koordinat 5º33’56’’S dan
105º11’21’’E, dimana daerah ini merupakan jalur yang menghubungkan beberapa
destinasi wisata pantai terkenal di Pesawaran seperti Pantai Sari Ringgung, Pantai
Dewi Mandapa hingga Pantai Clara [10], dimana jika terjadi longsor maka akan
mengakibatkan tertutupnya akses jalan utama pada daerah tersebut. Oleh karena
itu, perlu dilakukan analisis kestabilan lereng di daerah tersebut karena selain
kawasan wisata, juga ada beberapa pemukiman warga disekitarnya. Belum ada
jurnal terkait pencarian nilai FoS didaerah tersebut, maka dari itu dilakukan
penelitian dengan judul “Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Software
Geostudio SLOPE/W 2012 Studi Kasus Daerah Wisata Kabupaten Pesawaran
Lampung”. Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan pengukuran topografi dan
pengeboran untuk selanjutnya dilakukan uji triaksial agar dapat diperoleh FoS dari
lereng tersebut menggunakan metode Bishop.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan permukaan (topografi) di daerah pengukuran?


2. Bagaimana parameter fisis tanah yaitu kohesi dan sudut geser dalam yang
diperoleh di daerah pengukuran?
3. Berapa nilai Factor of Safety (FoS) lereng daerah pengukuran?

2
1.3 Tujuan

1. Mengetahui topografi dan melakukan pemetaan pada lereng di daerah


pengukuran.
2. Mengetahui parameter kuat geser tanah yaitu kohesi tanah dan sudut geser
pada tanah dengan uji triaksial.
3. Mengetahui nilai Factor of Safety (FoS) dari lereng dengan simulasi
menggunakan software Geostudio SLOPE/W 2012.

1.4 Ruang Lingkup

Tebing yang diteliti berlokasi di Jalan Raya Way Ratay, Padang Cermin,
Kabupaten Pesawaran. Penelitian yang dilakukan untuk menentukan nilai Factor
of Safety (FoS) dari lereng yang diperoleh dari pengukuran topografi, dan uji
triaksial yang di simulasikan menggunakan metode Bishop dengan software
Geostudio SLOPE/W 2012.

1.5 Sistematika Penulisan

Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis dibagi menjadi 5 bab yaitu:

1. BAB I : PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan adalah bab yang menjelaskan tentang latar belakang
penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian
dan sistematika penulisan.

2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Bab Tinjauan Pustaka adalah bab yang berisi tentang geologi regional
daerah penelitian, pengertian longsor, mekanisme terjadinya longsor,
stabilitas lereng, pengukuran topografi, keruntuhan menurut Mohr-
Coulomb, uji triaksial, metode Bishop, uji sampel tanah dan Geostudio
SLOPE/W 2012.

3
3. BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN
Bab Pelaksanaan Penelitian membahas tentang waktu dan tempat
penelitian, diagram alir penelitian, pengukuran topografi, pemeriksaan
ukuran butiran tanah, pengambilan data bor, uji triaksial dan interpretasi
data.

4. BAB IV : HASIL-HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab Hasil-hasil dan Pembahasan membahas tentang hasil pengolahan data
pengukuran topografi, hasil pengujian berat volume, hasil pengujian kadar
air, hasil pengujian hidrometer, hasil pengujian analisis saringan, hasil uji
triaksial CU, dan hasil simulasi pada software Geostudio SLOPE/W 2012.

5. BAB V : SIMPULAN DAN SARAN


Bab Simpulan dan Saran berisi tentang simpulan dan saran dari hasil
penelitian yang telah dilakukan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Jalan Way Ratay, Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran


terletak pada titik koordinat 5º33’56’’S dan 105º11’21’’E.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian (Google Earth Pro, 2019)

Secara astronomis Kabupaten Pesawaran terletak pada koordinat 104,92º -


105,34º Bujur Timur dan 5,12º - 5,84º Lintang Selatan. Secara administratif luas
wilayah Kabupaten Pesawaran adalah 1.173,77 km2 dengan batas-batas wilayah
adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara: berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah,


 Sebelah Selatan: berbatasan dengan Teluk Lampung Kabupaten
Tanggamus,
 Sebelah Barat: berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus,
 Sebelah Timur: berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan dan Kota
Bandar Lampung. Secara administratif Kabupaten Pesawaran terbagi

5
dalam sembilan kecamatan yaitu; Kecamatan Padang Cermin, Punduh
Pidada, Kedondong, Way Lima, Gedong Tataan, Negeri Katon dan
Kecamatan Tegineneng, Marga Punduh dan Way Khilau.

Pada tahun 2007 hingga sekarang, jumlah kecamatan di Kabupaten Pesawaran


telah mengalami perubahan akibat adanya pemekaran dengan penambahan 4
kecamatan sehingga total menjadi 11 kecamatan, yaitu Padang Cermin, Punduh
Pidada, Kedondong, Way Lima, Gedong Tataan, Negeri Katon, Tegineneng,
Marga Punduh, Way Khilau, Way Ratay, Teluk Pandan. Kabupaten Pesawaran
memiliki beberapa gunung. Gunung yang tertinggi adalah gunung Way Ratay dan
gunung Pesawaran yang memiliki ketinggian 1.681 m dari permukaan laut.
Topografi atau kondisi permukaan bumi Kabupaten Pesawaran merupakan daerah
dataran rendah dan dataran tinggi, yang sebagian merupakan daerah perbukitan
sampai dengan pergunungan dengan ketinggian bervariasi antara 0,0 m sampai
dengan 1.682,0 m dari permukaan laut. Adapun pengelompokkan luas wilayah
berdasarkan kemiringan lereng di Kabupaten Pesawaran adalah sebagai berikut:

 Kemiringan lereng 0 - 8% : 11. 337,85 Ha (9,66 %)


 Kemiringan lereng > 40 % : 106.079,78 Ha (90,38 %)

Potensi pergerakan tanah di Kabupaten Pesawaran berdasarkan hasil penelitan


yang dilakukan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya mineral Tahun 2008
dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu potensi rendah dan menengah. Sebagian
besar wilayah Kabupaten Pesawaran termasuk dalam klasifikasi jenis pergerakan
potensi rendah sebesar 16.696,11 ha dan jenis potensi menengah sebesar
18.726,33 ha yang tersebar di Kecamatan Padang Cermin. Selain itu, daerah
rawan bencana di Kabupaten Pesawaran berada di Kecamatan Padang Cermin
berupa wilayah potensi banjir, potensi bencana tanah longsor, potensi bencana
tsunami dan angin ribut [10].

6
2.2 Longsor

Longsor didefinisikan sebagai gerakan campuran masa pembentuk lereng berupa


batuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran yang bergerak
keluar/menuruni lereng ketika kesetimbangan terlampaui, dimana gaya pendorong
lebih besar daripada gaya penahan [18]. Tanah longsor juga didefinisikan sebagai
pergerakan batu, detritus, atau tanah yang disebabkan oleh aksi gravitasi [19].
Suatu daerah dinyatakan memiliki potensi longsor apabila memenuhi tiga syarat,
yaitu: 1) lereng cukup curam, 2) memiliki bidang luncur berupa lapisan di bawah
permukaan tanah yang semi permeabel dan lunak, 3) terdapat cukup air untuk
membuat tanah diatas bidang gelincir menjadi jenuh. [20].

Gambar 2.2 Bidang miring pada longsor berupa elemen geometris dasar (telah digambar ulang
oleh penulis)[19]

Dimisalkan objek seperti buku yang diletakkan di bidang miring dengan sudut  .
Karena kita menganggap buku itu statis, menurut hukum dinamika, gaya gravitasi
harus diimbangi oleh gaya reaksi yang diberikan. Gaya gravitasi dapat

didekomposisi menjadi komponen normal F dan paralel F ke bidang: F  = m g

cos  dan F  = mg sin  . Komponen gravitasi F adalah sama dan berlawanan


dengan gaya reaksi, sehingga tidak ada gaya total yang tegak lurus terhadap

7
bidang (Gambar 2). Keseimbangan gaya sejajar dengan bidang lebih kompleks
dan membutuhkan gaya gesekan. Pertama didefinisikan tegangan normal dan
tegangan geser , masing-masing dibagi dengan area S permukaan kontak, normal
dan sejajar dengan bidang. Diekspresikan besaran gaya berat sebagai gD' S ,
dapat tulis:
F  gD' S cos 
   gD' cos   gDcos2  ...............................(2.1)
S S

F  gD' S sin 
   gD' sin   gDsin cos  ...........(2.2)
S S
di mana D'  D cos  adalah ketebalan objek dan D adalah proyeksi vertikal

ketebalan objek (Gambar 2.2). Untuk mempelajari gaya gesekan ( f ), dapat dilihat

bahwa gaya gesek sebanding dengan gaya berat ( W ). Rasio atau koefisien
gesekan statis yaitu:

f
 ....................................................(2.3)
W

dimana f merupakan gaya gesek dan W  mg merupakan gaya berat.


Keterangan:   Kemiringan bidang miring ()

F  Gaya normal (N)


m  Massa (kg)

g  Gaya gravitasi (m/s 2 )

W  Gaya berat (kg m/s 2 )


  tegangan normal (N/m)
  tegangan geser (N/m)

2.3 Mekanisme Terjadinya Longsor

Longsor terjadi ketika air masuk kedalam tanah dan menambah bobot tanah.
Apabila air tersebut menembus hingga ke tanah kedap air yang berperan sebagai
bidang gelincir, maka tanah akan menjadi licin sehingga tanah pelapukan

8
diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar dari lereng [5]. Pergerakan
massa tanah/batuan pada lereng dapat terjadi akibat interaksi pengaruh antara
beberapa kondisi yang meliputi geologi, morfologi, struktur geologi, hidrogeologi
dan tata guna lahan. Kondisi-kondisi tersebut saling berpengaruh sehingga
mengakibatkan suatu kondisi lereng yang mempunyai kecendurungan atau
berpotensi untuk begerak [21].

Gambar 2.3 Elemen utama geometri dari longsor [18]

2.3.1 Jenis-jenis Longsor [18]


1. Runtuhan (Fall)
Jenis longsor ini terjadi dengan sangat cepat. Longsor ini terjadi karena
adanya sejumlah batu, runtuhan atau tanah yang jatuh ke arah bawah
berasal dari atas lereng. Faktor penyebab terjadinya longsor jenis ini
adalah erosi, tekanan air dalam diskontinyuitas dan tegangan dari
retakan (tension cracks) serta goncangan seismik.

2. Robohan (Topple)
Robohan biasa terjadi pada lereng batuan yang sangat terjal hingga
tegak yang mempunyai bidang-bidang diskontinyuitas yang relatif

9
vertikal. Tipe gerakannya hampir sama dengan runtuhan, hanya saja
pada robohan gerakan batuan longsor adalah mengguling hingga
roboh, yang mengakibatkan batuan lepas dari permukaan lerengnya.
Faktor utama yang menyebabkan robohan salah satunya adalah air
yang mengisi retakan.

3. Translasi (Translational Slide)


Longsor translasi didefinisikan sebagai pergerakan material di
sepanjang permukaan geser dimana permukaannya berbentuk rata atau
menggelombang landai. Pada tanah lempung, translasi terjadi pada
sepanjang lapisan pasir atau lanau. Longsor translasi pada lereng
dengan tanah lempung yang mengandung pasir atau lanau dapat
disebabkan oleh tingginya tekanan pori dalam pasir ataupun lanau
tersebut.

4. Rotasi (Rotational Slide)


Jenis longsor ini merupakan kebalikan dari longsor translasi, longsor
rotasi ini adalah gerakan material sepanjang permukaan geser dimana
permukaannya berbentuk cekung/lengkung. Longsor rotasi murni atau
lebih dikenal dengan slump biasanya terjadi pada material yang
mempunyai kecenderungan homogen seperti timbunan batuan.
Longsor jenis translasi dan rotasi inilah jenis longsor yang kerap terjadi
di wilayah Indonesia.

5. Aliran (Flow)
Jenis longsor ini merupakan perpindahan material berupa tanah atau
lumpur, runtuhan ataupun bongkahan batu yang biasanya disertai
dengan kadar air yang tinggi, dikarenakan tingginya kadar air tersebut
material bersifat fluida, mengalami deformasi secara terus menerus.
Dalam jenis ini, air merupakan faktor utama terjadinya longsor, karena
air menurunkan kuat kohesi dalam tanah.

10
6. Menyebar lateral (Lateral Spreading)
Longsor jenis ini adalah bergeraknya lempengan batu dengan sangat
lambat dan dalam kemiringan yang rendah yang disebabkan oleh
hilangnya tegangan pada lapisan bawah material yang juga menjalar
atau merusak bawah lempengan batuan.

7. Kompleks (Complex)
Longsor jenis ini merupakan longsor yang dalam pergerakannya
mengalami perubahan dari keadaan awal bergerak, hal ini disebabkan
adanya perubahan kohesi di dalam perjalanan alirannya.

Gambar 2.4 Jenis-jenis longsor [18]

2.4 Stabilitas Lereng

Lereng adalah suatu bidang di permukaan tanah yang menghubungkan permukaan


tanah yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih rendah. Lereng dapat
terbentuk secara alami dan dapat juga dibuat oleh manusia. Jika suatu tempat
terdapat dua permukaan tanah yang berbeda ketinggiannya, maka akan ada gaya-

11
gaya yang bekerja mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi kedudukannya
cenderung bergerak ke arah bawah. Gaya yang mendorong tersebut berupa gaya
berat dan gaya tiris/muatan dimana gaya-gaya inilah yang menyebabkan
kelongsoran. Selain itu, terdapat pula gaya-gaya dalam tanah yang bekerja
menahan/melawan sehingga kedudukan tanah tersebut tetap stabil. Gaya penahan
ini berupa gaya gesekan/geseran, lekatan (dari kohesi) dan kekuatan geser tanah.
Curah hujan yang turun akan mempengaruhi kondisi air tanah. Tanah yang
kandungan airnya meningkat akan meningkatkan massanya dan mengurangi
kepadatan dan kekompakannya [22].

Secara kuantitatif menilai stabilitas lereng, dicari parameter FoS yang dikenal
sebagai Factor of Safety yaitu merupakan rasio antara gaya penahan dengan gaya
pendorongnya. Gaya penahan adalah kekuatan pada material yang menghambat
terjadinya longsor. Gaya penahan ini terkait dengan karakteristik fisis dari batuan
dan tanah yaitu kohesi dan koefisien gesek. Sedangkan pada gaya pendorong yang
paling besar berpengaruh adalah gaya gravitasi, yaitu gravitasi yang searah
dengan lereng dan mengarah keluar dari lereng [19].

Gaya penahan
FoS  ................................................ (2.4)
Gaya pendorong
s
FoS  ..................................................................... (2.5)
d

dimana: s = Gaya berupa tegangan geser maksimum tanah (N/m)


d = Gaya berupa tegangan geser akibat beban tanah yang akan longsor
(N/m)

Berdasarkan teori, jika nilai FoS > 1 menunjukkan stabilitas, sedangkan FoS <1
menyiratkan ketidakstabilan. Dengan demikian, transisi antara stabilitas ke
keruntuhan dapat dipertimbangkan secara matematis.

12
2.5 Pengukuran Topografi

Pengukuran topografi pada lokasi yang rawan longsor merupakan upaya yang
diperlukan untuk mengetahui tingkat keamanan lereng yang disajikan dalam peta
topografi [23]. Topografi (berasal dari kata “topos” yang berarti tempat dan
“grapho” yang berarti menulis) adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan
benda langit lain, seperti planet, satelit (alami, seperti bulan), dan asteroid. Hal itu
juga termasuk penggambarannya di peta. Ada dua teknik yang dapat membantu
studi topografi, yaitu survei secara langsung dan penginderaan jarak jauh (remote
sensing). Pengukuran yang dilakukan adalah survei secara langsung atau lebih
dikenal dengan nama survei topografi.

Survei topografi adalah suatu metode untuk menentukan posisi tanda-tanda


(features) buatan manusia maupun alamiah diatas permukaan tanah. Survei
topografi juga digunakan untuk menentukan konfigurasi medan (terrain).
Kegunaan survei topografi adalah dapat mengumpulkan data yang diperlukan
untuk gambar peta topografi. Gambar peta dari gabungan data akan membentuk
suatu peta topografi. Sebuah topografi memperlihatkan karakter vegetasi dengan
memakai tanda-tanda yang sama seperti halnya jarak horizontal diantara beberapa
features dan elevasinya masing-masing diatas datum tertentu. Proses pemetaan
topografi sendiri adalah proses pemetaan yang pengukurannya langsung dilakukan
di permukaan bumi dengan peralatan survei. Teknik pemetaan mengalami
perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan
perkembangan peralatan ukur tanah secara elektronis, maka proses pengukuran
menjadi semakin cepat dengan tingkat ketelitian yang tinggi, dan dengan
dukungan teknologi Geographic Information System (GIS) maka langkah dan
proses perhitungan menjadi semakin mudah dan cepat serta penggambarannya
dapat dilakukan secara otomatis

13
2.6 Uji Triaksial

Uji triaksial hampir sering digunakan untuk studi fenomena baru karena tampak
sederhana dan serbaguna. Uji triaksial adalah yang paling cocok untuk beberapa
studi tersebut yang diperlukan dalam rekayasa geoteknik untuk tujuan rancangan
proyek tertentu dan untuk mempelajari perilaku dari tanah [19]. Uji triaksial
adalah uji laboratorium yang paling banyak digunakan untuk mempelajari
kekuatan geser tanah. Meskipun memiliki beberapa keterbatasan, uji ini sangat
fleksibel dan memberikan informasi yang dapat diandalkan dan beragam tentang
kekuatan tanah dalam kondisi yang berbeda, yang dapat dikontrol sesuai
kebutuhan [5]. Uji triaksial menggunakan sampel tidak terganggu
(undisturbed/UDS) yang diletakkan pada samplers tube yaitu sebuah selongsong
untuk memasukkan sampel tanah. Sampel tanah dibuat di laboratorium dan diuji
pada alat triaksial. Uji triaksial dibagi menjadi 3 yaitu: Consolidated Drained
(CD), Consolidated Undrained (CU) dan Unconsolidated Undrained (UU). Dari
uji triaksial baik dengan CD, CU maupun UU diperoleh parameter kohesi dan
sudut geser dalam.

2.7 Keruntuhan Menurut Mohr Coulomb

Pada model material tanah Mohr-Coulomb ada 6 parameter tanah yang diperlukan
yakni sudut geser dalam tanah (υ), kohesi tanah (C), sudut dilatasi (ψ), modulus
Young (E), poisson rasio (ν) dan berat volume tanah (γ). Dalam metode ini,
parameter kekuatan geser tanah yang tersedia berturut-turut direduksi secara
otomatis hingga kelongsoran terjadi. Cara keruntuhan lereng, lokasi bidang
gelincir dan titik ujung bidang gelincir (out-slip point) berhubungan dengan
besarnya kohesi (C), sudut geser dalam (ϕ) dan kemiringan lereng. Nilai kohesi
(C) yang kecil, sudut geser dalam (ϕ) atau sudut kemiringan lereng yang kecil
dapat membuat bidang gelincir yang dalam dan titik ujung bidang gelincir yang
jauh dari kaki lereng.

14
Pada kriteria Mohr-Coulomb, selubung keruntuhan dianggap sebagai garis lurus
untuk mempermudah perhitungan.

Gambar 2.5 Sudut geser dalam dan kohesi [24]

Berdasarkan kriteria Mohr-Coulomb diperoleh persamaan sebagai berikut :


  C   .....................................................................(2.6)
dimana :
τ = tegangan geser (kg/cm2)
C = kohesi (kg/cm2)
σn = tegangan normal (kg/cm2)
µ = koefisien geser dalam batuan = tg 
  sudut geser dalam ()

2.8 Metode Bishop

Metode Bishop adalah metode yang diperkenalkan oleh A.W. Bishop


menggunakan cara potongan dimana gaya-gaya yang bekerja pada tiap potongan
terlihat pada Gambar 2.6.

15
Gambar 2.6 Gaya-gaya yang bekerja pada suatu potongan [24]

Keterangan:
S = kuat gesek efektif (N/m)
s = kuat gesek yang ada (N/m)
W = berat total pada irisan (N)
EL, ER = gaya antar irisan yang bekerja secara horisontal pada penampang kiri
dan kanan (N)
XL, XR = gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada penampang kiri dan
kanan (N)
P = gaya normal total pada irisan (N)
b = lebar dari irisan (m)
l = panjang dari irisan (m)
c’ = kohesi efektif (kg/cm2)
 = sudut geser dalam ()
u = tegangan pori (kg/cm2)
= sudut Kemiringan lereng ()
R = radius lingkaran bidang gelincir (m)

Metode Bishop dipakai untuk menganalisis permukaan gelincir (slip surface)


yang berbentuk lingkaran. Dalam metode ini diasumsikan bahwa gaya-gaya

16
normal total berada/bekerja dipusat atas potongan dan bisa ditentukan dengan
mengurangi gaya-gaya pada potongan secara vertikal atau normal. Persyaratan
keseimbangan dipakai pada potongan-potongan yang membentuk lereng tersebut.
Metode Bishop menganggap bahwa gaya-gaya yang bekerja pada irisan
mempunyai resultan nol pada arah vertikal. Secara umum prinsip metode Bishop
yaitu: kekuatan geser didefinisikan dengan menggunakan hubungan linier Mohr-
Coulomb, keseimbangan normal, keseimbangan tangensial dan keseimbangan
momen [25].

Dengan mempertimbangkan seluruh keseimbangan gaya, maka rumus untuk


menentukan nilai FoS menggunakan metode Bishop diperoleh sebagai berikut:
 
 sec 
 c' l cos  (W  ub) tan  ' tan  ' tan   ............... (2.7)
1
FoS 
 w sin   1 
 F 

2.9 Uji Sampel Tanah

Uji Sampel Tanah dibagi menjadi 2 yaitu:


1. Sampel terganggu (disturbed/DS)
Sampel yang terganggu telah mengalami modifikasi dalam struktur dan
kadar air tetapi masih melestarikan komposisi mineralogi nya. Sampel yang
terganggu diambil langsung dari permukaan tanah. Sampel ini cocok untuk
tes klasifikasi, mineralogi dan kekompakan [5].

2. Sampel tidak terganggu (undisturbed/UDS)


Sampel yang tidak terganggu adalah sampel yang belum mengalami
perubahan pada struktur atau kadar airnya. Sampel ini diambil dengan
mencapai kedalaman sejauh mungkin hingga mencapai ke lapisan keras
tanah, Sampel diambil menggunakan coring (pengeboran) dan dimasukkan
ke dalam samplers tube yang ditekan atau didorong ke dalam tanah.
Sampel seperti ini diperlukan untuk tes kekuatan, deformabilitas,
permeabilitas dan analisis dari tanah. [5].

17
2.9.1 Indeks Properti Tanah

Tanah memiliki sifat utama berikut ini yaitu kerapatan, konsistensi,


porositas, tekstur, warna, dan struktur. Tekstur tanah diklasifikasikan
berdasarkan proporsi relatif dari tiga jenis partikel tanah, yang merupakan
proporsi partikel pasir, lanau, dan tanah liat. Kepadatan tanah, terutama
kerapatan curah, adalah ukuran pemadatan tanah. Kepadatan tanah adalah
berat per satuan volume suatu benda. Kepadatan partikel tanah biasanya 2,6-
2,7 gram/cm3. Kepadatan suatu tanah sama dengan massa kering tanah
dibagi dengan volume tanah, yang meliputi bahan organik dan rongga di
dalam tanah. Konsistensi tanah adalah bagian dari volume tanah yang
ditempati oleh air dan gas. Fleksibilitas tanah adalah konsistensi tanah dan
warna tanah yang dapat dilihat dari tanah itu sendiri. Properti mungkin
bervariasi sepanjang kedalaman profil tanah [26]. Indeks properti tanah
yang akan diuji yaitu:
1. Berat volume
2. Kadar air
3. Ukuran butiran
4. Jenis tanah.
Parameter-parameter tersebut akan diperoleh melalui uji indeks properti
tanah yang nilainya akan dimasukkan kedalam software Geostudio
SLOPE/W 2012 agar diperoleh nilai FoS.

2.10 GeoStudio SLOPE/W 2012

GeoStudio Office adalah sebuah paket aplikasi untuk pemodelan geoteknik dan
geo-lingkungan. Software ini melingkupi SLOPE/W, SEEP/W, SIGMA/W,
QUAKE/W, TEMP/W, dan CTRAN/W yang sifatnya terintegrasi sehingga
memungkinkan untuk menggunakan hasil dari satu produk ke produk yang lain.

18
Gambar 2.7 Tampilan software Geostudio SLOPE/W 2012

Fitur ini cukup unik dan memberikan fleksibilitas untuk digunakan baik
dikalangan akademisi maupun profesional dalam menyelesaikan berbagai macam
permasalahan geoteknik dan geo-lingkungan seperti tanah longsor, pembangunan
bendungan, penambangan dan lain-lainnya. SLOPE/W merupakan produk
perangkat lunak untuk menghitung faktor keamanan tanah dan kemiringan batuan.
SLOPE/W dapat dilakukan analisis masalah baik secara sederhana maupun
kompleks dengan menggunakan salah satu dari delapan metode kesetimbangan
batas untuk berbagai permukaan yang miring, kondisi tekan pori air, sifat tanah
dan beban terkonsentrasi. Selain itu dapat juga digunakan elemen tekan pori air
yang terbatas, tegangan statis atau tegangan dinamik pada analisis kestabilan
lereng serta dapat juga dikombinasikan dengan analisis probabilistik [27].
Software Geostudio SLOPE/W 2012 sudah banyak diaplikasikan pada penelitian
dan analisis kestabilan lereng, khususnya dengan menggunakan SLOPE/W dan
SEEP/W. Pada penelitian ini analisis kestabilan lereng menggunakan SLOPE/W
dengan memasukkan data indeks properti tanah dan parameter kuat geser tanah
yang diperoleh dari uji triaksial.

19
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian dilakukan di Jalan Way Ratay, Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran


terletak pada titik koordinat 5º33’56’’S dan 105º11’21’’E. Penelitian dilaksanakan
pada tanggal 28 September 2019 untuk pengukuran topografi dan pada tanggal 16
November 2019 dilakukan pengeboran untuk pengambilan data bor. Pemilihan
lokasi Way Ratay, Padang Cermin, Pesawaran sebagai studi kasus pada penelitian
ini dilatar belakangi oleh banyaknya titik longsor yang berada di daerah tersebut
dan merupakan jalur utama menuju destinasi wisata terkenal di Kabupaten
Pesawaran. Selain itu juga disebabkan oleh peningkatan intensitas air hujan akibat
perubahan iklim dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh sehingga kekuatan tanah
berkurang.

Tahapan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Tahapan kegiatan penelitian

Tahapan Agu- Sep- Okt- Nov- Des- Jan- Feb- Mar- Apr- Mei- Jun-
Kegiatan 19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20
Studi
Literatur
Penyusunan
Proposal
Pengambilan
Data
Lapangan
Seminar
Proposal
Revisi
Analisis
Data
Lapangan
Penyusunan
Tugas Akhir
Sidang
Tugas Akhir

20
3.2 Diagram Alir Penelitian

Adapun diagram alir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan Data

Pengukuran Pengambilan
Topografi Data Bor

Kadar Air Uji Saringan Berat Volume Hidrometer Uji Triaksial

Pengolahan Data

Pembuatan Peta Penentuan


Kontur Lereng Factor of
Safety (FoS)

Analisis dan
interpretasi data

Hasil

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

21
3.3 Pengukuran Topografi

Pengukuran topografi dilakukan untuk menentukan posisi tanda-tanda (features)


buatan manusia maupun alamiah diatas permukaan tanah.

A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada survei pengukuran topografi meliputi:
1. Peta topografi: digunakan untuk informasi tentang keadaan, lokasi, jarak,
rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi juga menampilkan variasi
daerah, tingkat tutupan vegetasi dan perbedaan ketinggian kontur.
2. Pita atau tali ukur: digunakan untuk mengukur panjang lintasan atau
ketebalan suatu lapisan.
3. GPS: digunakan untuk menentukan kordinat posisi, kecepatan, arah dan
waktu saat survei. GPS juga berguna untuk mengetahui medan lokasi agar
kita tidak tersesat.
4. Kamera: digunakan untuk mempublikasikan hasil kegiatan lapangan yang
dilakukan, mulai dari lokasi kegiatan.
5. Kompas: merupakan alat navigasi penunjuk arah sesuai dengan magnetik
bumi secara akurat.
6. Satu set total station: adalah instrumen optis/elektronik yang digunakan
dalam pemetaan dan konstruksi bangunan. Total station merupakan teodolit
terintegrasi dengan komponen pengukur jarak elektronik (electronic
distance meter (EDM) untuk membaca jarak dan kemiringan dari
instrumen ke titik tertentu.

Gambar 3.2 Total station untuk pengukuran topografi

22
7. Tripod: adalah kaki tiga untuk menyangga alat total station untuk berdiri
tegaknya alat ukur dengan settingan tinggi kaki tripod yang dapat
disesuaikan.

Gambar 3.3 Tripod sebagai penyangga total station

B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada pengukuran topografi adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan titik pengukuran
2. Menentukan titik berdiri alat
3. Memasang tripod pada titik berdiri alat
4. Memasang total station pada tripod
5. Melakukan centering alat (agar alat tepat berdiri pada titik pengukuran)
6. Memasang tripod dan prisma pada titik backside
7. Melakukan centering
8. Mengatur alat dengan opsi untuk mendapatkan koordinat
9. Mengarahkan teropong pada prisma di titik backside
10. Membidik prisma tersebut sebagai set nol
11. Mengarahkan teropong pada titik yang akan diambil koodrinatnya klik
meas.

23
3.4 Pemeriksaan Ukuran Butiran Tanah

3.4.1 Pemeriksaan Kadar Air Tanah


Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar air dari suatu sampel
tanah.

A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada pemeriksaan analisis saringan adalah
sebagai berikut:
1. Kontainer

Gambar 3.4 Kontainer sampel 1,2,3

2. Timbangan
3. Oven tanah
4. Sarung tangan anti panas.

B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada pemeriksaan analisis saringan adalah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan kontainer dan timbang beratnya sebanyak 3 buah
2. Menyiapkan sampel tanah untuk dioven (tanah lapangan/basah)
3. Tanah dioven dengan suhu 110 ± 5 ºC selama 24 jam
4. Menimbang massa tanah kering + kontainer pada masing-masing
kontainer.

24
C. Perhitungan
Didapatkan data-data sebagai berikut:
1. Massa tanah basah + kontainer (M1)
2. Massa kontainer + tanah kering (M2)
3. Massa kontainer (M3)
4. Massa tanah kering (M4) = M2 – M3
5. Massa air (Mw) = M1 – M2
6. Kadar air:

Mw
w(%)  x100% .............................................................................. (3.1)
M4

3.4.2 Pemeriksaan Berat Volume Tanah


Pemeriksaan ini dilakukan ntuk mengetahui berat volume dari sampel tanah tidak
terganggu (UDS).

A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada pemeriksaan berat volume tanah adalah
sebagai berikut:
1. Cincin sampel

Gambar 3.5 Cincin sampel

2. Extruder (alat untuk mengeluarkan sampel dari tabung)


3. Pisau pemotong
4. Timbangan dengan ketelitian 0.01gram.

25
A. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada pemeriksaan berat volume tanah adalah
sebagai berikut:
1. Mengeluarkan sampel dari tabung dengan menggunakan extruder
2. Membentuk sampel dengan menggunakan cincin, kemudian timbang
massa tanah + cincin
3. Mengeluarkan sampel tanah dari cincin, kemudian timbang massa cincin
sampel (W2)
4. Mengukur diameter (D) dan tinggi dari cincin (H).

Perhitungan
1. Dari penimbangan diperoleh:
 Massa tanah + cincin (M1)
 Massa cincin sampel (M2)
 Massa tanah (M3) = M1 – M2
2. Perhitungan Volume cincin V (cm2)
1
V  D 2 H ............................................................................................... (3.2)
4
3. Berat Volume Tanah  (gram/cm2)
M3
 ....................................................................................................... (3.3)
V

3.4.3 Pemeriksaan Analisis Saringan


Tujuan dari pemeriksaan ini adalah menentukan distribusi butir (gradasi) dari
suatu sampel tanah dengan menggunakan saringan ukuran paling kecil tertahan di
saringan no. 200 dan menentukan klasifikasi tanah (USCS) Unified Soil
Classification Sytem sesuai hasil pemeriksaan gradasi butir tanah.

A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada pemeriksaan analisis saringan adalah
sebagai berikut:
1. Satu set saringan

26
Gambar 3.6 Saringan untuk mencuci tanah

2. Sieve Shaker
3. Air Suling
4. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
5. Oven
6. Sarung tangan anti panas
7. Cawan

B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada pemeriksaan analisis saringan adalah
sebagai berikut:
1. Mengeringkan benda uji di dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110 ±
5 ⁰C
2. Mengambil 500 gram tanah yang sudah dikeringkan
3. Mencuci tanah sampai bersih dengan saringan no. 200 (air cucian menjadi
bening)
4. Setelah itu, sampel tanah yang tersisa/tertahan di saringan no. 200
dikeringkan di dalam oven selama 24 Jam dengan oven bersuhu 110 ± 5
⁰C
5. Menyiapkan satu set saringan. Material tanah kering yang tertahan di
saringan no. 200 diambil untuk diayak di dalam mesin sieve shaker selama
10 – 15 menit
6. Menimbang massa tanah yang tertahan di masing-masing saringan.

27
C. Perhitungan
1. Massa yang tertahan pada masing-masing saringan ditimbang
2. Hitung persentase massa tertahan saringan dengan menggunakan
persamaan berikut:
Massa Tertahan Saringan
% Massa Tertahan Saringan = x 100% .............. (3.4)
Massa Sampel Total
3. Kemudian hitung persentase lolos saringan dengan menggunakan
persamaan berikut:
% Massa Lolos Saringan ke(i-1) = A ................................................... (3.5)
% Massa Tertahan Saringan ke(i) = B...................................................(3.6)
% Massa Lolos Saringan = A – B....................................................... (3.7)
4. Kemudian buat grafik hubungan antara persentase lolos saringan dengan
diameter butiran seperti gambar dibawah ini (grafik biru):

Gambar 3.7 Grafik gradiasi butiran tanah [28]

3.4.4 Pengujian Analisis Hidrometer


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui gradasi tanah yang lolos saringan no.
200 dan untuk mengetahui nilai koefisien gradasi (Cc) dan koefisien keseragaman
(Cu).

A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada analisis hidrometer adalah sebagai berikut:
1. Alat hidrometer

28
2. Gelas ukur 1000 ml
3. Air Suling
4. Stopwatch
5. Termometer
6. Spatula
7. Sodium hexametaphospate
8. Constant Waterbath
9. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
10. Mixer
11. Saringan no. 200
12. Palu karet
13. Pengaduk
14. Cawan.

B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada pemeriksaan berat volume tanah adalah
sebagai berikut:
1. Mengeringkan sampel didalam oven dengan suhu 110 ± 5 ⁰C
2. Mengambil sampel kering oven yang lolos saringan no. 200 sebanyak 50
gram
3. Siapkan deflocculating agent dengan kadar 4% sodium hexametaphospate
didalam larutannya
4. Mengambil sebanyak 125 cm3 larutan pada tahapan 3 dan tambahakan
dengan 50 gram sampel pada tahapan 2, campurkan. Setelah campuran
rata, didiamkan selama 8-12 jam
5. Mengambil gelas ukur 1000 cm3 dan buat larutan dari campuran 125 cm3
larutan pada tahapan 3 dan 875 cm3 air suling
6. Meletakkan larutan pada tahapan 5 di dalam constant waterbath, dicatat
suhunya
7. Meletakkan alat hidrometer pada gelas ukur tersebut (tahapan 6)
8. Memasukkan campuran tanah pada tahapan 4 kedalam mixer. Pastikan
semua sampel tanah masuk kedalam mixer

29
9. Menambahkan air suling sampai 2/3 penuh dari wadah mixer. Campurkan
selama 2 menit
10. Kemudian, dimasukkan campuran tadi kedalam gelas ukur 1000 cm3
kosong
11. Mengaduk campuran tanah dengan pengaduk sampai seluruh tanah
tercampur dengan air secara menyeluruh
12. Meletakkan gelas ukur pada tahapan l kedalam constant temperature
bath.
13. Mengambil bacaan hidrometer pada waktu t=0.25; 0.5; 1, dan 2 menit
selalu baca batas atas meniscus

Gambar 3.8 Meniscus larutan pada uji hidrometer [28]

14. Mengeluarkan hidrometer setiap 2 menit dan masukkan kedalam gelas


ukur disebelahnya (yang disiapkan pada tahapan f)
15. Hidrometer dibaca pada waktu t = 4; 8; 15; 30 menit; 1; 2; 4; 8; 24; dan
48 jam.

C. Perhitungan
1. Massa yang digunakan dalam Analisis hodrometer (Ms)
2. Specific gravity (Gs)
3. Pembacaan Hidrometer (R)
4. Koreksi temperature (FT)
5. Koreksi bacaan nol (FZ)
6. Koreksi Meniscus (FM)
7. Koreksi terhadap nilai Gs (a)

30
Gs *1.65
A ................................................................................. (3.8)
(Gs  1) * 2.65
8. Pembacaan suhu (T)
9. Pembacaan hidrometer terkoreksi (Rcp):
Rcp = R + FT - Fz ................................................................................. (3.9)
10. Bacaan terkoreksi (RcL) untuk menghitung panjang efektif:
RcL = R + Fm ..................................................................................... (3.10)
11. Persen lolos (% lolos)

% lolos = x100% ...................................................................... (3.11)

12. Perhitungan panjang efektif berdasarkan nilai RcL dari tabel pada Lampiran
13. Perhitungan nilai A berdasarkan tabel
14. Nilai diameter (D):

L(cm)
D(mm)  A ........................................................................... (3.12)
t (min)
15. Diameter butiran yang lolos 60% (D60)
16. Diameter butiran yang lolos 30% (D30)
17. Diameter butiran yang lolos 10% (D10)

Gambar 3.9 Grafik gradiasi butiran tanah [28]

18. Koefisien keseragaman (Cu)


D60 .......................................................................................... (3.13)
Cu =
D10

31
19. Koefisien Gradasi (Cc)
2

Cu  D30 .................................................................................... (3.14)


D 60 * D10

3.5 Pengambilan Data Bor

Pengambilan data bor dilakukan untuk pengambilan sampel tidak terganggu yang
akan dilakukan uji triaksial.
A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada pengambilan data bor adalah sebagai
berikut:
1. Handbor
2. Pipa selongsong tempat sampel
3. Palu
4. Cangkul.

B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada pengambilan data bor adalah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan alat bor

Gambar 3.10 Alat bor (Handbor)

2. Menentukan lokasi titik pengeboran


3. Membersihkan area pengeboran menggunakan cangkul
4. Melakukan pengeboran sampai 1,5 meter untuk dibuang
5. Memasang pipa dan dipantek sampai masuk kedalam tanah
6. Menarik pipa untuk mengambil sampel.

32
3.6 Uji Triaksial

Uji triaksial menggunakan sampel tidak terganggu yang diletakkan pada samplers
tube yaitu sebuah selongsong untuk memasukkan sampel tanah. sampel tanah
dibuat di laboratorium dan diuji pada alat triaksial. Uji triaksial dibagi menjadi 3
yaitu: Consolidated Drained (CD), Consolidated Undrained (CU) dan
Unconsolidated Undrained (UU). Dari uji triaksial baik dengan uji CD, CU
maupun UU diperoleh parameter kohesi dan sudut geser dalam.

Gambar 3.11 Uji Triaksial [5]

A. Tes triaksial terkonsolidasi - terdrainase (Tes CD)


Mula-mula tekanan sel diterapkan pada benda uji dengan katup terbuka sampai
konsolidasi selesai. Sesudah itu dengan katup tetap terbuka, tegangan deviator
diterapkan dengan kecepatan rendah sampai runtuh (kecepatan yang rendah agar
tekanan air pori nol selama pengujian). Pada kondisi ini seluruh tekanan pengujian
ditahan oleh gesekan antar butiran tanah. Mula-mula sampel dibebani dengan σ3,
akibatnya tekanan air pori (Uc) bertambah, karena katup terbuka maka nilai ini

33
pelan-pelan menjadi nol. Setelah itu tegangan devitor ∆σ = σ1-σ3 ditambah pelan-
pelan dengan katup tetap terbuka. Hasil dari tegangan deviator adalah tekanan air
pori (Ud) akhirnya berubah menjadi nol. Tegangan deviator ditambah terus
sampai terjadi keruntuhan. Dari hasil beberapa pengujian terhadap benda uji yang
sama (umumnya 3 pengujian), digambarkan lingkaran Mohr.

Gambar 3.12 Mohr circle pada uji triaksial CD [5]

B. Tes triaksial tak terkonsolidasi - tak terdrainase (Tes UU)


Fitur khusus dari jenis tes triaksial ini adalah bahwa katup untuk drainase dan
menerapkan tekanan pori selalu ditutup. Pada fase pertama, hanya tekanan sel
isotropik (σ1=σ3=σc) yang diterapkan untuk mencegah drainase. Jika sampel
jenuh dan karena tidak ada drainase, semua tegangan isotropik total dalam ruang
ditransmisikan ke air pori. Oleh karena itu tidak ada variasi dalam tekanan efektif
di tanah. Bahkan jika tiga tekanan ruang berbeda diterapkan pada tiga sampel
identik, tegangan efektif awal akan sama pada ketiga sampel. Inilah sebabnya
mengapa ketika fase geser dilakukan, juga tanpa drainase, tegangan deviator pada
keruntuhan Δσ1f selalu sama. Dalam fase ini, peningkatan total tegangan vertikal
Δσ1 dan regangan aksial εv diukur. Gambar 3.13 menunjukkan ketiga lingkaran
Mohr pada keruntuhan tiga sampel yang diuji. Diekspresikan dalam tekanan total
(satu-satunya yang diukur) dan memiliki diameter yang sama yaitu tekanan
deviator yang sama pada keruntuhan. Pada kenyataannya, jika tekanan pori pada
saat keruntuhan dalam setiap tes diabaikan, hanya satu lingkaran untuk tegangan
efektif yang akan diperoleh (ditunjukkan titik-titik).

34
Gambar 3.13 Mohr circle pada uji triaksial UU [5]

C. Tes triaksial terkonsolidasi - tak terdrainase (Tes CU)


Pengujian triaksial dengan cara ini dapat juga disebut pengujian terkonsolidasi
cepat (consolidated quick test). Pada pengujian ini benda uji mula-mula dibebani
dengan tegangan sel tertentu dengan mengizinkan air mengalir keluar sampai
proses konsolidasi selesai. Tegangan deviator kemudian diterapkan dengan
drainase dalam keadaan tertutup sampai benda uji mengalami keruntuhan.
Kecepatan pemberian beban ini lebih lambat dibandingkan dengan pengujian
triaksial UU, dan lebih cepat dibandingkan dengan pengujian triaksial CD. Katup
drainase tertutup maka volume tidak berubah selama penggeseran. Pada pengujian
ini akan terjadi kelebihan tekanan air pori dalam benda uji. Pengukuran tekanan
pori dapat dilakukan selama pengujian berlangsung.

3.6.1 Uji triaksial consolidated undrained (CU)


Pada penelitian ini dilakukan Uji triaksial consolidated undrained (CU) dari
sampel tidak terganggu.

A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada uji triaksial consolidated undrained (CU)
adalah sebagai berikut:
1. Bingkai muatan dengan kapasitas 50 kN. Perangkat pemuatan regangan
atau yang dikendalikan oleh tekanan dapat digunakan untuk memuat
sampel tanah.

35
2. Sel triaksial. Sel triaksial terutama terdiri dari plat kepala, plat dasar, dan
silinder plastik transparan.

Gambar 3.14 Sel triaksial

3. Cincin beban terkalibrasi untuk mengukur gaya aksial.

B. Persiapan sampel
1. Transduser tekanan untuk mengukur tekanan pori selama tes CU. Rentang
transduser harus 0 hingga 1000 kPa
2. Dua alat ukur tekanan untuk mengukur tekanan batas dan tekanan balik,
dengan kapasitas 1000 kPa
3. Dial gauge untuk mengukur perpindahan aksial sensitif terhadap 0,01 mm
dan memiliki jangkauan penuh 2,5 cm
4. Menutup alas dan kepala. Ini dibuat dari bahan non-korosif ringan dan
memiliki batu berpori dan koneksi drainase
5. Lengan karet. Ini membungkus sampel dan memberikan perlindungan
yang andal terhadap kebocoran, dengan pengekangan lateral minimum
terhadap sampel. Ketebalan membran berkisar dari 0,05 hingga 0,25 mm.
6. Empat cincin-O dengan diameter sedikit lebih kecil dari alas dan tutup
kepala diperlukan untuk mengikat membran
7. Peralatan untuk menyiapkan sampel. cetakan diperlukan untuk menahan
selongsong karet dan membuat tanah tanpa kohesi dengan diameter
internal cetakan 7,5 cm

36
8. Peralatan saturasi. Regulator udara dan pengukur tekanan untuk
mengontrol tekanan balik, mirip dengan yang digunakan untuk
mengontrol tekanan ruang. Sampel triaksial untuk uji triaksial CU harus
sepenuhnya jenuh sebelum konsolidasi. Saturasi diuji dengan menutup
sistem drainase, dengan menerapkan sedikit peningkatan  3 pada
tekanan pembatas, dan dengan mengukur perubahan yang dihasilkan pada
tekanan pori u .

C. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada uji triaksial adalah sebagai berikut:
 Tahap Penjenuhan
1. Memberi aliran air kedalam tanah
2. Memberi tegangan sel σ3 (horizontal) ssekitar 0,5 kPa, nilai u1 (tegangan
air pori) akan menyesuaikan
3. Menunggu sampai nilai tekanan pori (u1) bertambah sekitar 0,15-0,2 kPa
4. Mengubah nilai σ3 dengan penambahan 0,1 kPa
5. Menunggu sampai jenuh dimana nilai u1 tidak naik lagi (biasanya dalam
2 hari)
6. Jika nilai u1 sudah tidak naik lagi, maka hitung nilai B Value diberi
tegangan pra konsolidasi = + 1.
u
> 0,9 ................................................................... (3.15)
 3

u 2  u1
u  .......................................................... (3.16)
 32   31

 Tahap Konsolidasi
1. Tanah sudah tertekan karena diberi tegangan pra konsolidasi
2. Menunggu sampai nilai tegangan pori (u2) yang terbaca sudah tidak
berubah lagi.

Syarat konsolidasi adalah = 90% ....................................................... (3.17)

37
u  u 2  u1................................................................ (3.18)
u  u 2  u 90% .......................................................... (3.19)

 Tahap Penggeseran
1. Memberi tegangan aksial ( 1) dengan menggunakan kecepatan
penekanan yang di set di alat
2. Kecepatan penekanan bergantung pada tinggi sampel
3. Mengatur nilai ( 1) dari rentang nilai kecepatan penekanan yang tertera
di alat (pilih yang mendekati).

v 1  0,5 - 1%H ............................................... (3.20)


H merupakan tinggi sampel (cm)

 Pengolahan Data
1. Mencari nilai regangan (cm)
L
 ............................................................ (3.21)
L

2. Mencari tegangan (kPa)


P
 ............................................................ (3.22)
A

A0
dimana A  .............................................................................. (3.23)
(1   )

3. Jika di plot grafik terhadap , maka akan diperoleh grafik dengan nilai
maksimum merupakan puncak tegangan (qu)
4. Mencari nilai kohesi
qu
Cu  .......................................................... (3.24)
2

5. Kuat geser tanah  = c +  tan  ....................................................... (3.25)

38
3.7 Interpretasi Data

3.7.1 Pengukuran Topografi


Pada pengukuran topografi diperoleh nilai x (longitude), y (latitude) dan z
(elevasi). Kemudian dapat diolah dengan menggunakan software surfer 13
untuk dapat melihat kontur bukit tempat dilakukannya penelitian.

Gambar 3.15 Tampilan software surfer 13

3.7.2 Pengolahan Data Bor melalui Uji Triaksial


Setelah melalui uji triaksial, diperoleh nilai kohesi (C) dan sudut geser dalam
(  ) yang selanjutnya diinputkan dan disimulasikan dengan menggunakan
software Geostudio SLOPE/W 2012.

Gambar 3.16 Tampilan software Geostudio SLOPE/W 2012

39
BAB IV
HASIL-HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengolahan Data Pengukuran Topografi

Hasil pengukuran topografi diperoleh nilai x (longitude), y (latitude) dan z


(elevasi) pengolahan data topografi menggunakan software surfer 13, diperoleh
kontur bukit daerah penelitian pada Gambar (4.1) dan bentuk bukit daerah
penelitian pada Gambar (4.2).

Peta Kontur Daerah Penelitian

A’

Gambar 4.1 Kontur bukit daerah penelitian

Keterangan: A–A’ = Garis sayatan (slice) untuk mendapatkan bentuk bukit

Hasil pengolahan data topografi didapatkan peta kontur daerah penelitian pada
Gambar (4.1) dengan ketinggian 0 sampai 80000 meter diatas permukaan laut
(mdpl) ditunjukkan dengan warna ungu muda sampai merah muda. Pada daerah
penelitian didominasi dengan warna merah dengan elevasi yang tinggi yaitu
60000 sampai 65000 mdpl.

40
(mdpl)

(mdpl)

Gambar 4.2 Bentuk bukit daerah penelitian

4.2 Hasil Pengujian Berat Volume

Pengujian berat volume yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Berat Volume

Keterangan Nilai Satuan


Massa Tanah + Cincin (gr) 199.4 gram
Massa Cincin (gr) 70.9 gram
Massa Tanah (gr) 128.5 gram
Tinggi Cincin (mm) 79.9 cm
Diameter Cincin (mm) 9 cm
Volume 14.28 cm3
Berat Volume 9 gram/cm3

4.3 Hasil Pengujian Kadar Air

Pengujian kadar air yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kadar Air

Keterangan Nilai Satuan


Massa Cawan 35.17 gram
Massa Cawan + Tanah
Basah 114.06 gram
Massa Cawan + Tanah
Kering 92.77 gram
Massa Tanah Kering 57.6 gram

41
Berat Air 21.29 gram
Kadar Air 36.96 %

4.4 Hasil Pengujian Hidrometer

Pengujian hidrometer yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Hidrometer

Bacaan
Waktu Suhu Persen L
Hidrometer Rcp RcL A D
(Min) (oC) Lolos (cm)
(R)
0.25 49 26 43.65 84.535 50 8.3 0.0135102 0.07784502
0.5 47 26 41.65 80.662 48 8.6 0.0135102 0.05603069
1 46 26 40.65 78.725 47 8.8 0.0135102 0.04007773
2 44 26 38.65 74.852 45 9.1 0.0135102 0.02881824
4 42 26 36.65 70.979 43 9.4 0.0135102 0.02071074
8 40 26 34.65 67.105 41 9.7 0.0135102 0.01487656
15 38 26 32.65 63.232 39 10.1 0.0135102 0.01108605
30 36 26 30.65 59.359 37 10.4 0.0135102 0.00795459
60 32 26 26.65 51.612 33 11.1 0.0135102 0.00581096
120 30 26 24.65 47.739 31 11.4 0.0135102 0.00416412
240 27 26 21.65 41.929 28 11.9 0.0135102 0.00300836
480 26 26 20.65 39.992 27 12 0.0135102 0.00213615
1440 24 26 18.65 36.119 25 12.4 0.0135102 0.00125369
2880 23 26 17.65 34.182 24 12.5 0.0135102 0.00089006

4.5 Hasil Pengujian Analisis Saringan (Sieve Analysis Test)

Pengujian analisis saringan telah dilakukan dan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Analisis Saringan

Massa Komulatif
No. Tertahan Persen Persen Persen
Saringan (gram) Tertahan (%) Tertahan (%) Lolos (%)
No. 4 0.19 0.04 0.04 99.96
No.10 8.43 1.69 1.72 98.28
No. 20 11.19 2.24 3.96 96.04
No. 30 11.16 2.23 6.19 93.81
No. 40 4.22 0.84 7.04 92.96
No. 60 5.59 1.12 8.16 91.84
No. 100 5.73 1.15 9.30 90.70

42
No. 200 90.70 100.00 0.00
Pan 453.49

Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengujian Analisis Saringan

Hasil pengujian indeks properti tanah diperoleh berat volume sebesar 9 gram/cm3
pada pengujian berat volume, kadar air sebanyak 36.96% pada pengujian kadar
air, bacaan hidrometer dan suhu pada pengujian hidrometer dan pada pengujian
analisis saringan diperoleh presentase distribusi ukuran butiran yang lolos 10 %
(D10) sebanyak 0,008%, 30% (D30) sebanyak 0,017 % dan 60% (D60) sebanyak
0,04 %. Selain itu, diperoleh koefisien keseragaman butiran (Cu) sebesar 5 dan
koefisien gradasi (Cc) sebesar 0,903 dimana berdasarkan klasifikasi diperoleh
hasil jenis tanah dari sampel yaitu didominasi oleh lanau sebanyak 90% kemudian
pasir 9,3% dan sedikit lempung yaitu 0,7%.

4.6 Hasil Uji Triaksial CU

Uji triaksial CU yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5 Resume Data (Lingkaran Mohr)

Parameter Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3


σ3 (kg/cm2) 1,660 2,080 0
u (kg/cm2) 0,710 1,010 0
 (kg/cm2) 0,516 0,603 0
σ1 (kg/cm2) 2,176 2,683 0

43
Dari hasil uji triaksial diperoleh data lingkaran Mohr-Coloumb pada sampel 1 dan
sampel 2. Pada sampel 1 diperoleh nilai tegangan sel σ3 (horizontal) 1,660
kg/cm2, tekanan pori u 0,710 kg/cm2, peningkatan nilai tegangan sel (  )
0,516 kg/cm2 dan tegangan aksial σ1 (vertikal) 2,176 kg/cm2. Sedangkan Pada
sampel 2 diperoleh nilai tegangan sel σ3 (horizontal) 2,080 kg/cm2, tekanan pori
u 1,010 kg/cm2, peningkatan nilai tegangan sel (  ) 0,603 kg/cm2 dan
tegangan aksial σ1 (vertikal) 2,683 kg/cm2. Nilai-nilai tersebut sangat
berpengaruh terhadap parameter kuat geser tanah salah satunya nilai kohesi.
Besarnya nilai kohesi berkaitan dengan gaya ikat antar butir tanah yang akan
mempengaruhi kekuatan tanah. Sedangkan untuk nilai tekanan pori yang
diperoleh sangat kecil, hal ini dipengaruhi oleh kadar air tanah yang cukup banyak
yaitu 36.96%. Kadar air tanah ini juga akan mempengaruhi nilai kohesi tanah.

Tabel 4.6 Parameter Kuat Geser Tanah

C 0,07 kg/cm2
C’ 0,01 kg/cm2
 5,65
’ 12,41

Kemudian diperoleh parameter kuat geser tanah yaitu nilai kohesi total 0,07
kg/cm2, nilai kohesi efektif 0,01 kg/cm2, nilai sudut geser total 5,65º dan nilai
sudut geser efektif 12,41º. Parameter kuat geser tanah ini akan diinputkan
kedalam Software Geoslope agar diperoleh nilai FoS dari lereng daerah penelitian.
Parameter kuat geser tanah yang akan diinputkan kedalam software Geostudio
SLOPE/W 2012 adalah nilai kohesi efektif 0,01 dan nilai sudut geser efektif.
Perbedaan dari nilai efektif dan total adalah total jika yang ditinjau partikel air nya
saja. Sedangkan efektif jika yang ditinjau partikel tanahnya saja. Pada simulasi
akan digunakan parameter kuat geser tanah efektif. Nilai kohesi efektif yang
dihasilkan sangat kecil yaitu 0,01 kg/cm2. Hal ini akan mempengaruhi kuat geser
tanah dimana berdasarkan kriteria Mohr-Coulomb kuat geser tanah/tegangan
geser berbanding lurus dengan nilai kohesi.

44
4.7 Hasil Simulasi pada Software Geostudio SLOPE/W 2012

Gambar 4.4 Hasil Simulasi pada Software Geostudio SLOPE/W 2012

Simulasi pada Software Geostudio SLOPE/W 2012 dilakukan untuk memperoleh


nilai Factor of Safety (FoS) yaitu nilai keamanan suatu lereng. Gambar diatas
merupakan bidang gelincir dari lereng daerah penelitian dengan nilai FoS sebesar
0,602. Dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa lereng daerah penelitian
tidak aman karena nilai FoS kurang dari 1. Selain itu dapat diketahui juga
parameter dari massa longsoran (slide mass) dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Parameter dari massa longsoran

Dari gambar di atas dapat dilihat beberapa parameter seperti nilai total volume
yang dilongsorkan sebesar 458,11 m3, total berat sebesar 40,43 kN, total gaya

45
yang menghambat sebesar 2,44 x 105 kN/m dan total gaya yang mendorong
sebesar 4,05 x 105 kN/m. Perbandingan antara total gaya yang menghambat dan
total gaya yang mendorong inilah yang merupakan nilai FoS dari lereng daerah
penelitian.

46
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Dari data topografi lereng di daerah pengukuran diperoleh kontur dan
bentuk bukit daerah penelitian yang curam dengan elevasi yang tinggi
yaitu 60000 sampai 65000 mdpl.
2. Parameter kuat geser tanah dari uji triaksial yaitu nilai kohesi efektif 0,01
kg/cm2 dan nilai sudut geser efektif 12,41º yang menunjukkan bahwa
lereng daerah penelitian labil dan nilai Factor of Safety (FoS) kecil.
3. Nilai Factor of Safety (FoS) dari lereng dengan simulasi menggunakan
software Geostudio SLOPE/W 2012 yaitu sebesar 0,602. Dari hasil yang
diperoleh dapat dikatakan bahwa lereng daerah penelitian tidak aman
karena nilai Factor of Safety (FoS) kurang dari 1.

5.2 Saran

Saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan data bor menggunakan handbor, sebaiknya untuk penelitian
kedepannya agar dapat menggunakan bor sumur agar lebih mudah dan
lebih dalam untuk mengambil sampel tanah undisturbed (tidak terganggu)
dan mencapai ke lapisan keras.
2. Dari hasil simulasi yang diperoleh dapat dikatakan bahwa lereng daerah
penelitian tidak aman karena nilai Factor of Safety (FoS) kurang dari 1.
Maka dari itu, perlu dilakukan penguatan pada lereng agar tidak terjadi
longsor mengingat daerah penelitian merupakan jalur utama pariwisata
ternama di Provinsi Lampung dan terdapat pemukiman warga di kaki
lereng yang dapat membahayakan keselamatan warga.

47
DAFTAR PUSTAKA

[1] R. Wahyuzi, Z. Zakaria, and R. I. Sophian, “Slope stability affected by


percentage of soil water content in Dago Giri, West Bandung regency,” in
AIP Conference Proceedings, 2018, vol. 1987, no. 1, p. 20030.
[2] Data dan Informasi Bencana Indonesia, Data Longsor tahun 2019, data
diperoleh melaui situs internet http://dibi.bnpb.go.id/. Diakses pada tanggal
1 November 2019.
[3] Crudden, A simple definition of landslide. 1991.
[4] K. Tuntas, “Bupati Dendi Sebut Longsor di Way Ratai Pesawaran ada 37
Titik.”
[5] L. G. de Vallejo and M. Ferrer, Geological engineering. CRC Press, 2011.
[6] K.-J. Tsai, J.-L. Chiang, M.-H. Lee, and Y.-R. Chen, “Analysis on the
Critical Rainfall Value For Predicting Large Scale Landslides Caused by
Heavy Rainfall In Taiwan.,” in EGU General Assembly Conference
Abstracts, 2017, vol. 19, p. 2351.
[7] R. I. S. Radhi Wahyuzi, Zufialdi Zakaria, “Slope stability affected by
percentage of soil water content in Dago Giri, West Bandung regency,” in
AIP Conference Proceedings ·, 2018, p. 9.
[8] Z. Zakaria, I. Sophian, Z. S. Sabila, and L. H. Jihadi, “Slope Safety Factor
and Its Relationship with Angle of Slope Gradient to Support Landslide
Mitigation at Jatinangor Education Area, Sumedang, West Java,
Indonesia,” in IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
2018, vol. 145, no. 1, p. 12052.
[9] Data dan Informasi Bencana Indonesia, Data Longsor tahun 2019, data
diperoleh melaui situs internet http://www.esdm.go.id/index.php/gerakan-
tanah/rekapitulasi-gerakan-tanah. Diakses pada tanggal 1 November 2019.
[10] “Situs Resmi Kabupaten Pesawaran, Wilayah Geografis, data diperoleh
melaui situs internet https://pesawarankab.go.id/. Diakses pada tanggal 1
November 2019.

48
[11] S. Deng, Y. Chen, J. Hou, J. Feng, Y. Yang, and W. U. Xin, “Study on the
Influence of Soil Moisture Content on the Probability of Landslide
Instability,” in 2018 8th International Conference on Manufacturing
Science and Engineering (ICMSE 2018), 2018.
[12] Z. Zakaria, F. Hirnawan, and S. Widayati, “Rain and earthquake-induced
landslides in west Java, Indonesia, case study in Subang area near the
Baribis Fault, with implications for an early warning system,” in
Engineering Geology for Society and Territory-Volume 2, Springer, 2015,
pp. 637–640.
[13] S. Moradi, J. Huisman, H. Class, and H. Vereecken, “The effect of bedrock
topography on timing and location of landslide initiation using the local
factor of safety concept,” Water, vol. 10, no. 10, p. 1290, 2018.
[14] Y. Huang and M. Xiong, “Dynamic reliability analysis of slopes based on
the probability density evolution method,” Soil Dyn. Earthq. Eng., vol. 94,
pp. 1–6, 2017.
[15] Y. A. O. Yanling, “Bishop Method for Stability Analysis and Landslide
Control,” China’s Manganese Ind., no. 3, p. 13, 2016.
[16] S. Wan, K. Wang, S. Kong, R. Zhao, Y. Lan, and R. Zhang, “Study on the
Influence of Elevation of Tailing Dam on Stability,” in IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science, 2017, vol. 100, no. 1, p. 12058.
[17] M. Budi and Wiyono, “Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor di Desa
Harapan Jaya Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran.”
[18] Permanasari, Ikah N. P., "Mekanisme Runtuhan Tebing dengan Bidang
Gelincir Melengkung Sebagai Awal Longsoran Lereng, Studi Kasus
Daerah Cililin Kabupaten Bandung Barat," disertasi, Institut Teknologi
Bandung, Bandung, 2018.
[19] F. V. De Blasio, Introduction to the Physics of Landslides, 1st ed. New
York, 2011.
[20] E. Agustina and D. A. S. Sujito, “Identifikasi Bidang Gelincir Zona Rawan
Longsor Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Dipole-
Dipole Di Payung Kota Batu,” SKRIPSI Jur. Fis. MIPA UM, 2014.
[21] D. Karnawati, “Bencana alam gerakan massa tanah di Indonesia dan upaya

49
penanggulangannya,” Penerbit Jur. Tek. Geol. FT Univ. Gadjah Mada,
Jogjakarta, 2005.
[22] A. Hakam, R. Yuliet, and R. Donal, “Studi pengaruh penambahan tanah
lempung pada tanah pasir pantai terhadap kekuatan geser tanah,” J.
Rekayasa Sipil, vol. 6, no. 1, pp. 11–22, 2010.
[23] A. S. Prasidya and R. Rizcanofana, “PEMETAAN TOPOGRAFI AREA
LONGSOR DI JALAN HANTAR KM10 PLTA MUSI, BENGKULU
MENGGUNAKAN TOTAL STATION BERBASIS REFLEKTOR,” in
Seminar Nasional Geomatika, 2019, vol. 3, pp. 1019–1028.
[24] H. & Bray, Rock Slope Engineering. 1981.
[25] O. C. P. Rajagukguk, “Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Bishop,”
Fak. Tek. Jur. Tek. Sipil Univ. Sam Ratulangi Manad., 2014.
[26] Z. S. Janjua and J. Chand, “Correlation of CBR with Index properties of
soil,” Int. J. Civ. Eng. Technol., vol. 7, no. 5, pp. 57–62, 2016.
[27] H. B. S. Hia and others, “ANALISA STABILITAS LERENG DENGAN
MENGGUNAKAN SOFTWARE STABIL 2010,” J. TEDC, vol. 13, no. 3,
pp. 305–310, 2019.
[28] “Modul-Praktikum-KL-2104-Geoteknik-Kelautan-I.”

50
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data pengukuran topografi

51
Lampiran 2. Data uji triaksial CU

52

Anda mungkin juga menyukai