TUGAS AKHIR
Dini Elviani
11116079
2020
ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN
SOFTWARE GEOSTUDIO SLOPE/W 2012 STUDI KASUS
DAERAH WISATA KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Dini Elviani
11116079
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Dini Elviani
11116079
Disahkan oleh,
Koordinator Program Studi Fisika
Jurusan Sains
Institut Teknologi Sumatera
Skripsi ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang ditulis maupun
yang dirujuk telah saya nyatakan benar.
NIM : 11116079
Tanda Tangan :
Tanggal :
iii
Sebagai civitas akademik Institut Teknologi Sumatera, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
Dini Elviani
11116079
iv
ABSTRAK
Longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia,
dimana di Indonesia sendiri longsor merupakan bencana alam urutan kedua yang
paling sering terjadi. Salah satu provinsi di Indonesia yang berpotensi longsor
adalah Provinsi Lampung yang daerahnya berbukit yaitu Kabupaten Pesawaran
tepatnya di Kecamatan Way Ratay yang memiliki 37 titik longsor yang tersebar di
sejumlah dusun. Penelitian ini dilakukan di Jalan Raya Way Ratay, Padang
Cermin, Kabupaten Pesawaran terletak pada titik koordinat 5º33’56’’S dan
105º11’21’’E dimana daerah ini merupakan jalur yang menghubungkan beberapa
destinasi wisata pantai terkenal di Pesawaran seperti Pantai Sari Ringgung, Pantai
Dewi Mandapa hingga Pantai Clara dan apabila terjadi longsor maka akan
mengakibatkan tertutupnya akses jalan utama pada daerah tersebut. Oleh karena
itu, dilakukan penelitian terhadap kestabilan lereng di Jalan Raya Way Ratay
karena selain kawasan wisata, juga ada beberapa pemukiman warga disekitarnya.
Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan pengukuran topografi dan
pengeboran, dimana sampel tanah diuji untuk pemeriksaan ukuran butiran tanah
meliputi pengujian berat volume, kadar air, hidrometer dan analisis saringan.
Kemudian uji kekuatan geser tanah dengan uji triaksial tipe CU (Consolidated
Undrained) agar dapat dicari nilai Factor of Safety (FoS) dari lereng tersebut
melalui simulasi menggunakan software Geostudio SLOPE/W 2012 dengan
metode Bishop. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai FoS dari lereng yaitu
sebesar 0,602 dan dapat dikatakan bahwa lereng daerah penelitian tidak aman
karena nilai FoS kurang dari 1.
Kata kunci: Kestabilan lereng, Factor of Safety (FoS), Kuat geser tanah, Metode
Bishop
v
ABSTRACT
Landslide is one of the natural disasters that often occurs in Indonesia, where in
Indonesia itself is the second most frequent natural disaster. One of the provinces
in Indonesia which has a potential for landslides is Lampung Province, which is
hilly, namely Pesawaran Regency, precisely in Way Ratay District, which has 37
landslides which are spread across a number of hamlets. This research was
conducted on Way Ratay Street, Padang Cermin, Pesawaran Regency located at
the coordinates of 5º33'56''S and 105º11'21''E where this area is a pathway that
connects several famous beach tourism destinations in Pesawaran such as Sari
Ringgung Beach, Dewi Mandapa Beach until Clara Beach and if there is a
landslide it will result in closed access to the main road in the area. Therefore, a
study was carried out on the stability of the slopes on Way Ratay Street because in
addition to the tourist area, there were also several residential settlements
nearby. Slope stability analysis is done by topographic measurements and
drilling, where soil samples are tested for soil grain size checks including volume
weight, water content, hydrometer and sieve analysis test and then shear strength
test with triaxial type CU (Consolidated Undrained) test in order to find the
Factor of Safety (FoS) value of the slope through simulations using Geostudio
SLOPE/W 2012 software with the Bishop method. From the results of the study
the FoS value of the slope is 0.602 and it can be said that the slope of the study
area is unsafe because the FoS value is less than 1.
Keywords: Slope Stability, Factor of Safety (FoS), Soil shear strength, Bishop
Method
vi
RIWAYAT HIDUP
Dini Elviani, dilahirkan di Kota Gajah Kabupaten Lampung Tengah tepatnya pada
tanggal 26 Desember 1997. Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan dari
Bapak Maspar dan Ibu Elfina. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Pertiwi
Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2003. Selama
enam tahun mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri 1 Pekalongan Kabupaten
Lampung Timur dan tamat pada tahun 2010, kemudian melanjutkan pendidikan
ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Pekalongan dan selesai pada
tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 5 Metro dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun
2016 penulis melanjutkan pendidikan pada Perguruan Tinggi Negeri tepatnya di
Institut Teknologi Sumatera Program Studi Fisika.
vii
MOTTO
PERSEMBAHAN
Sujud syukur kusembahkan kepada-Mu ya Allah, Tuhan semesta alam yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas rahmat-Mu penulis dapat menjadi pribadi
yang lebih baik, berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini
menjadi langkah awal masa depan penulis untuk menuju kesuksesan dalam
meraih cita-cita.
Dengan ini penulis persembahkan karya ini untuk, Ayahanda dan Ibunda tercinta.
Terimakasih atas kasih sayang yang berlimpah dari mulai penulis lahir, hingga
sampai saat ini. Terimakasih juga atas limpahan do’a yang tiada henti serta segala
hal yang telah Ayahanda dan Ibunda lakukan, semua yang terbaik.
Terimakasih selanjutnya untuk kedua adikku yang tersayang, semua saudara dan
keluarga besar yang selalu memberikan do’a dan dukungan selama ini kepada
penulis.
Terimakasih juga yang tak terhingga untuk dosen pembimbing dan semua dosen
Program Studi Fisika yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang
bermanfaat kepada penulis.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas Rahmat dan Karunia
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Analisis
Kestabilan Lereng Menggunakan Software Geostudio SLOPE/W 2012 Studi
Kasus Daerah Wisata Kabupaten Pesawaran Lampung. Tugas Akhir ini untuk
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Strata Satu pada Program Studi Fisika, Jurusan Sains, Institut
Teknologi Sumatera.
Penghargaan dan terima kasih penulis berikan kepada Dr. Ikah N. P. Permanasari,
S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Ucapan terimakasih juga penulis berikan kepada:
1. Dr. Alamta Singarimbun selaku Ketua Program Studi Fisika, Institut
Teknologi Sumatera.
2. Vico Luthfi Ipmawan, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Wali yang telah
bersedia memberikan bimbingannya selama masa perkuliahan kepada
penulis.
3. Seluruh staff pengajar Program Studi Fisika atas ilmu dan pengalaman
yang berharga, serta kesan yang luar biasa selama penulis menempuh
pendidikan di Institut Teknologi Sumatera.
4. Teman-teman yang sering datang ke kosan untuk belajar, mengerjakan
tugas dan berdiskusi bersama (Maria, Ira, Riri, Mala, Prima, Fina, Rizky
dan Heru).
5. Seluruh mahasiswa Fisika yang telah memberikan pengalaman berharga
selama masa perkuliahan.
x
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaannya dan semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin Ya Rabbal’alamin
Dini Elviani
xi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
LAMPIRAN ......................................................................................................... 51
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian (Google Earth Pro, 2019) ............................... 5
Gambar 2.2 Bidang miring pada longsor berupa elemen geometris dasar (telah
digambar ulang oleh penulis)[19] ........................................................................... 7
Gambar 2.3 Elemen utama geometri dari longsor [18] ........................................... 9
Gambar 2.4 Jenis-jenis longsor [18] ..................................................................... 11
Gambar 2.5 Sudut geser dalam dan kohesi [24] ................................................... 15
Gambar 2.6 Gaya-gaya yang bekerja pada suatu potongan [24] .......................... 16
Gambar 2.7 Tampilan software Geostudio SLOPE/W 2012 ................................ 19
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ...................................................................... 21
Gambar 3.2 Total station untuk pengukuran topografi ......................................... 22
Gambar 3.3 Tripod sebagai penyangga total station ............................................ 23
Gambar 3.4 Kontainer sampel 1,2,3...................................................................... 24
Gambar 3.5 Cincin sampel .................................................................................... 25
Gambar 3.6 Saringan untuk mencuci tanah .......................................................... 27
Gambar 3.7 Grafik gradiasi butiran tanah [28] ..................................................... 28
Gambar 3.8 Meniscus larutan pada uji hidrometer [28] ....................................... 30
Gambar 3.9 Grafik gradiasi butiran tanah [28] ..................................................... 31
Gambar 3.10 Alat bor (Handbor).......................................................................... 32
Gambar 3.11 Uji Triaksial [5] ............................................................................... 33
Gambar 3.12 Mohr circle pada uji triaksial CD [5] .............................................. 34
Gambar 3.13 Mohr circle pada uji triaksial UU [5] .............................................. 35
Gambar 3.14 Sel triaksial ...................................................................................... 36
Gambar 3.15 Tampilan software surfer 13 ........................................................... 39
Gambar 3.16 Tampilan software Geostudio SLOPE/W 2012 .............................. 39
Gambar 4.1 Kontur bukit daerah penelitian .......................................................... 40
Gambar 4.2 Bentuk bukit daerah penelitian .......................................................... 41
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengujian Analisis Saringan ......................................... 43
Gambar 4.4 Hasil Simulasi pada Software Geostudio SLOPE/W 2012 ............... 45
Gambar 4.5 Parameter dari massa longsoran ........................................................ 45
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada zona subduksi.
Keberadaan zona ini mengakibatkan munculnya gunung api, patahan dan lipatan
yang menyebabkan keanekaragaman morfologi di Indonesia [1]. Daerah dengan
morfologi berbukit dan bergunung di Indonesia memiliki tingkat risiko longsor
yang tinggi. Longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia, dimana di Indonesia sendiri longsor merupakan bencana alam urutan
kedua yang paling sering terjadi [2]. Longsor adalah pergerakan tanah suatu
massa batuan, tanah atau bahan rombakan material penyusun lereng (campuran
tanah dan batuan) yang menuruni lereng [3].
Longsor dapat disebabkan karena dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal dimana faktor internal berkaitan dengan kekuatan tanah, sedangkan
faktor eksternal berkaitan dengan aktivitas manusia [4]. Faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi kestabilan lereng dan dapat menghasilkan tegangan geser
pada seluruh massa tanah, dan suatu gerakan akan terjadi kecuali tahanan geser
pada setiap permukaan runtuh yang mungkin terjadi lebih besar dari tegangan
geser yang bekerja [5]. Selain itu, longsor juga sering dipicu karena meningkatnya
kadar air dalam tanah, dimana hal ini terjadi karena hujan yang menyebabkan
kenaikan air dibawah permukaan [6]–[8]
Pada tahun 2019 telah banyak terjadi bencana longsor di Indonesia yaitu sebanyak
340 kali. Salah satu provinsi yang berpotensi longsor adalah Provinsi Lampung,
yang memiliki daerah berbukit [9]. Kabupaten berpotensi longsor di Provinsi
Lampung salah satunya adalah Kabupaten Pesawaran, dimana pada Kecamatan
Way Ratay memiliki 37 titik longsor yang tersebar di sejumlah dusun [4].
Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan oleh Departemen Energi dan Sumber
1
Daya mineral tahun 2008, potensi longsor di wilayah Kabupaten Pesawaran dapat
dibagi menjadi dua kelas, yaitu potensi rendah dan menengah [10].
Penelitian terkait longsor untuk mencari Factor of Safety (FoS) telah banyak
dilakukan, dimana longsor dipicu karena hujan yang menyebabkan meningkatnya
kadar air dalam tanah [11]–[13]. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mencari FoS yaitu dengan metode Bishop [14]–[16]. Penelitian longsor di daerah
Pesawaran dilakukan oleh [17], hanya analisis risiko longsor dilihat dari deskripsi
fisik daerah penelitian, kependudukan, analisis bahaya, analisis kerentanan fisik
dan analisis kerentanan sosial. Penelitian longsor di daerah Pesawaran belum ada
yang meneliti sampai menunjukkan angka pasti kestabilan lereng berdasarkan
analisis fisis. Penelitian ini dilakukan di Jalan Raya Way Ratay, Padang Cermin,
Kabupaten Pesawaran yang terletak pada titik koordinat 5º33’56’’S dan
105º11’21’’E, dimana daerah ini merupakan jalur yang menghubungkan beberapa
destinasi wisata pantai terkenal di Pesawaran seperti Pantai Sari Ringgung, Pantai
Dewi Mandapa hingga Pantai Clara [10], dimana jika terjadi longsor maka akan
mengakibatkan tertutupnya akses jalan utama pada daerah tersebut. Oleh karena
itu, perlu dilakukan analisis kestabilan lereng di daerah tersebut karena selain
kawasan wisata, juga ada beberapa pemukiman warga disekitarnya. Belum ada
jurnal terkait pencarian nilai FoS didaerah tersebut, maka dari itu dilakukan
penelitian dengan judul “Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Software
Geostudio SLOPE/W 2012 Studi Kasus Daerah Wisata Kabupaten Pesawaran
Lampung”. Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan pengukuran topografi dan
pengeboran untuk selanjutnya dilakukan uji triaksial agar dapat diperoleh FoS dari
lereng tersebut menggunakan metode Bishop.
2
1.3 Tujuan
Tebing yang diteliti berlokasi di Jalan Raya Way Ratay, Padang Cermin,
Kabupaten Pesawaran. Penelitian yang dilakukan untuk menentukan nilai Factor
of Safety (FoS) dari lereng yang diperoleh dari pengukuran topografi, dan uji
triaksial yang di simulasikan menggunakan metode Bishop dengan software
Geostudio SLOPE/W 2012.
Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis dibagi menjadi 5 bab yaitu:
1. BAB I : PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan adalah bab yang menjelaskan tentang latar belakang
penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian
dan sistematika penulisan.
3
3. BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN
Bab Pelaksanaan Penelitian membahas tentang waktu dan tempat
penelitian, diagram alir penelitian, pengukuran topografi, pemeriksaan
ukuran butiran tanah, pengambilan data bor, uji triaksial dan interpretasi
data.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
dalam sembilan kecamatan yaitu; Kecamatan Padang Cermin, Punduh
Pidada, Kedondong, Way Lima, Gedong Tataan, Negeri Katon dan
Kecamatan Tegineneng, Marga Punduh dan Way Khilau.
6
2.2 Longsor
Gambar 2.2 Bidang miring pada longsor berupa elemen geometris dasar (telah digambar ulang
oleh penulis)[19]
Dimisalkan objek seperti buku yang diletakkan di bidang miring dengan sudut .
Karena kita menganggap buku itu statis, menurut hukum dinamika, gaya gravitasi
harus diimbangi oleh gaya reaksi yang diberikan. Gaya gravitasi dapat
7
bidang (Gambar 2). Keseimbangan gaya sejajar dengan bidang lebih kompleks
dan membutuhkan gaya gesekan. Pertama didefinisikan tegangan normal dan
tegangan geser , masing-masing dibagi dengan area S permukaan kontak, normal
dan sejajar dengan bidang. Diekspresikan besaran gaya berat sebagai gD' S ,
dapat tulis:
F gD' S cos
gD' cos gDcos2 ...............................(2.1)
S S
F gD' S sin
gD' sin gDsin cos ...........(2.2)
S S
di mana D' D cos adalah ketebalan objek dan D adalah proyeksi vertikal
ketebalan objek (Gambar 2.2). Untuk mempelajari gaya gesekan ( f ), dapat dilihat
bahwa gaya gesek sebanding dengan gaya berat ( W ). Rasio atau koefisien
gesekan statis yaitu:
f
....................................................(2.3)
W
Longsor terjadi ketika air masuk kedalam tanah dan menambah bobot tanah.
Apabila air tersebut menembus hingga ke tanah kedap air yang berperan sebagai
bidang gelincir, maka tanah akan menjadi licin sehingga tanah pelapukan
8
diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar dari lereng [5]. Pergerakan
massa tanah/batuan pada lereng dapat terjadi akibat interaksi pengaruh antara
beberapa kondisi yang meliputi geologi, morfologi, struktur geologi, hidrogeologi
dan tata guna lahan. Kondisi-kondisi tersebut saling berpengaruh sehingga
mengakibatkan suatu kondisi lereng yang mempunyai kecendurungan atau
berpotensi untuk begerak [21].
2. Robohan (Topple)
Robohan biasa terjadi pada lereng batuan yang sangat terjal hingga
tegak yang mempunyai bidang-bidang diskontinyuitas yang relatif
9
vertikal. Tipe gerakannya hampir sama dengan runtuhan, hanya saja
pada robohan gerakan batuan longsor adalah mengguling hingga
roboh, yang mengakibatkan batuan lepas dari permukaan lerengnya.
Faktor utama yang menyebabkan robohan salah satunya adalah air
yang mengisi retakan.
5. Aliran (Flow)
Jenis longsor ini merupakan perpindahan material berupa tanah atau
lumpur, runtuhan ataupun bongkahan batu yang biasanya disertai
dengan kadar air yang tinggi, dikarenakan tingginya kadar air tersebut
material bersifat fluida, mengalami deformasi secara terus menerus.
Dalam jenis ini, air merupakan faktor utama terjadinya longsor, karena
air menurunkan kuat kohesi dalam tanah.
10
6. Menyebar lateral (Lateral Spreading)
Longsor jenis ini adalah bergeraknya lempengan batu dengan sangat
lambat dan dalam kemiringan yang rendah yang disebabkan oleh
hilangnya tegangan pada lapisan bawah material yang juga menjalar
atau merusak bawah lempengan batuan.
7. Kompleks (Complex)
Longsor jenis ini merupakan longsor yang dalam pergerakannya
mengalami perubahan dari keadaan awal bergerak, hal ini disebabkan
adanya perubahan kohesi di dalam perjalanan alirannya.
11
gaya yang bekerja mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi kedudukannya
cenderung bergerak ke arah bawah. Gaya yang mendorong tersebut berupa gaya
berat dan gaya tiris/muatan dimana gaya-gaya inilah yang menyebabkan
kelongsoran. Selain itu, terdapat pula gaya-gaya dalam tanah yang bekerja
menahan/melawan sehingga kedudukan tanah tersebut tetap stabil. Gaya penahan
ini berupa gaya gesekan/geseran, lekatan (dari kohesi) dan kekuatan geser tanah.
Curah hujan yang turun akan mempengaruhi kondisi air tanah. Tanah yang
kandungan airnya meningkat akan meningkatkan massanya dan mengurangi
kepadatan dan kekompakannya [22].
Secara kuantitatif menilai stabilitas lereng, dicari parameter FoS yang dikenal
sebagai Factor of Safety yaitu merupakan rasio antara gaya penahan dengan gaya
pendorongnya. Gaya penahan adalah kekuatan pada material yang menghambat
terjadinya longsor. Gaya penahan ini terkait dengan karakteristik fisis dari batuan
dan tanah yaitu kohesi dan koefisien gesek. Sedangkan pada gaya pendorong yang
paling besar berpengaruh adalah gaya gravitasi, yaitu gravitasi yang searah
dengan lereng dan mengarah keluar dari lereng [19].
Gaya penahan
FoS ................................................ (2.4)
Gaya pendorong
s
FoS ..................................................................... (2.5)
d
Berdasarkan teori, jika nilai FoS > 1 menunjukkan stabilitas, sedangkan FoS <1
menyiratkan ketidakstabilan. Dengan demikian, transisi antara stabilitas ke
keruntuhan dapat dipertimbangkan secara matematis.
12
2.5 Pengukuran Topografi
Pengukuran topografi pada lokasi yang rawan longsor merupakan upaya yang
diperlukan untuk mengetahui tingkat keamanan lereng yang disajikan dalam peta
topografi [23]. Topografi (berasal dari kata “topos” yang berarti tempat dan
“grapho” yang berarti menulis) adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan
benda langit lain, seperti planet, satelit (alami, seperti bulan), dan asteroid. Hal itu
juga termasuk penggambarannya di peta. Ada dua teknik yang dapat membantu
studi topografi, yaitu survei secara langsung dan penginderaan jarak jauh (remote
sensing). Pengukuran yang dilakukan adalah survei secara langsung atau lebih
dikenal dengan nama survei topografi.
13
2.6 Uji Triaksial
Uji triaksial hampir sering digunakan untuk studi fenomena baru karena tampak
sederhana dan serbaguna. Uji triaksial adalah yang paling cocok untuk beberapa
studi tersebut yang diperlukan dalam rekayasa geoteknik untuk tujuan rancangan
proyek tertentu dan untuk mempelajari perilaku dari tanah [19]. Uji triaksial
adalah uji laboratorium yang paling banyak digunakan untuk mempelajari
kekuatan geser tanah. Meskipun memiliki beberapa keterbatasan, uji ini sangat
fleksibel dan memberikan informasi yang dapat diandalkan dan beragam tentang
kekuatan tanah dalam kondisi yang berbeda, yang dapat dikontrol sesuai
kebutuhan [5]. Uji triaksial menggunakan sampel tidak terganggu
(undisturbed/UDS) yang diletakkan pada samplers tube yaitu sebuah selongsong
untuk memasukkan sampel tanah. Sampel tanah dibuat di laboratorium dan diuji
pada alat triaksial. Uji triaksial dibagi menjadi 3 yaitu: Consolidated Drained
(CD), Consolidated Undrained (CU) dan Unconsolidated Undrained (UU). Dari
uji triaksial baik dengan CD, CU maupun UU diperoleh parameter kohesi dan
sudut geser dalam.
Pada model material tanah Mohr-Coulomb ada 6 parameter tanah yang diperlukan
yakni sudut geser dalam tanah (υ), kohesi tanah (C), sudut dilatasi (ψ), modulus
Young (E), poisson rasio (ν) dan berat volume tanah (γ). Dalam metode ini,
parameter kekuatan geser tanah yang tersedia berturut-turut direduksi secara
otomatis hingga kelongsoran terjadi. Cara keruntuhan lereng, lokasi bidang
gelincir dan titik ujung bidang gelincir (out-slip point) berhubungan dengan
besarnya kohesi (C), sudut geser dalam (ϕ) dan kemiringan lereng. Nilai kohesi
(C) yang kecil, sudut geser dalam (ϕ) atau sudut kemiringan lereng yang kecil
dapat membuat bidang gelincir yang dalam dan titik ujung bidang gelincir yang
jauh dari kaki lereng.
14
Pada kriteria Mohr-Coulomb, selubung keruntuhan dianggap sebagai garis lurus
untuk mempermudah perhitungan.
15
Gambar 2.6 Gaya-gaya yang bekerja pada suatu potongan [24]
Keterangan:
S = kuat gesek efektif (N/m)
s = kuat gesek yang ada (N/m)
W = berat total pada irisan (N)
EL, ER = gaya antar irisan yang bekerja secara horisontal pada penampang kiri
dan kanan (N)
XL, XR = gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada penampang kiri dan
kanan (N)
P = gaya normal total pada irisan (N)
b = lebar dari irisan (m)
l = panjang dari irisan (m)
c’ = kohesi efektif (kg/cm2)
= sudut geser dalam ()
u = tegangan pori (kg/cm2)
= sudut Kemiringan lereng ()
R = radius lingkaran bidang gelincir (m)
16
normal total berada/bekerja dipusat atas potongan dan bisa ditentukan dengan
mengurangi gaya-gaya pada potongan secara vertikal atau normal. Persyaratan
keseimbangan dipakai pada potongan-potongan yang membentuk lereng tersebut.
Metode Bishop menganggap bahwa gaya-gaya yang bekerja pada irisan
mempunyai resultan nol pada arah vertikal. Secara umum prinsip metode Bishop
yaitu: kekuatan geser didefinisikan dengan menggunakan hubungan linier Mohr-
Coulomb, keseimbangan normal, keseimbangan tangensial dan keseimbangan
momen [25].
17
2.9.1 Indeks Properti Tanah
GeoStudio Office adalah sebuah paket aplikasi untuk pemodelan geoteknik dan
geo-lingkungan. Software ini melingkupi SLOPE/W, SEEP/W, SIGMA/W,
QUAKE/W, TEMP/W, dan CTRAN/W yang sifatnya terintegrasi sehingga
memungkinkan untuk menggunakan hasil dari satu produk ke produk yang lain.
18
Gambar 2.7 Tampilan software Geostudio SLOPE/W 2012
Fitur ini cukup unik dan memberikan fleksibilitas untuk digunakan baik
dikalangan akademisi maupun profesional dalam menyelesaikan berbagai macam
permasalahan geoteknik dan geo-lingkungan seperti tanah longsor, pembangunan
bendungan, penambangan dan lain-lainnya. SLOPE/W merupakan produk
perangkat lunak untuk menghitung faktor keamanan tanah dan kemiringan batuan.
SLOPE/W dapat dilakukan analisis masalah baik secara sederhana maupun
kompleks dengan menggunakan salah satu dari delapan metode kesetimbangan
batas untuk berbagai permukaan yang miring, kondisi tekan pori air, sifat tanah
dan beban terkonsentrasi. Selain itu dapat juga digunakan elemen tekan pori air
yang terbatas, tegangan statis atau tegangan dinamik pada analisis kestabilan
lereng serta dapat juga dikombinasikan dengan analisis probabilistik [27].
Software Geostudio SLOPE/W 2012 sudah banyak diaplikasikan pada penelitian
dan analisis kestabilan lereng, khususnya dengan menggunakan SLOPE/W dan
SEEP/W. Pada penelitian ini analisis kestabilan lereng menggunakan SLOPE/W
dengan memasukkan data indeks properti tanah dan parameter kuat geser tanah
yang diperoleh dari uji triaksial.
19
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Tahapan Agu- Sep- Okt- Nov- Des- Jan- Feb- Mar- Apr- Mei- Jun-
Kegiatan 19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20
Studi
Literatur
Penyusunan
Proposal
Pengambilan
Data
Lapangan
Seminar
Proposal
Revisi
Analisis
Data
Lapangan
Penyusunan
Tugas Akhir
Sidang
Tugas Akhir
20
3.2 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan Data
Pengukuran Pengambilan
Topografi Data Bor
Pengolahan Data
Analisis dan
interpretasi data
Hasil
Kesimpulan
Selesai
21
3.3 Pengukuran Topografi
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada survei pengukuran topografi meliputi:
1. Peta topografi: digunakan untuk informasi tentang keadaan, lokasi, jarak,
rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi juga menampilkan variasi
daerah, tingkat tutupan vegetasi dan perbedaan ketinggian kontur.
2. Pita atau tali ukur: digunakan untuk mengukur panjang lintasan atau
ketebalan suatu lapisan.
3. GPS: digunakan untuk menentukan kordinat posisi, kecepatan, arah dan
waktu saat survei. GPS juga berguna untuk mengetahui medan lokasi agar
kita tidak tersesat.
4. Kamera: digunakan untuk mempublikasikan hasil kegiatan lapangan yang
dilakukan, mulai dari lokasi kegiatan.
5. Kompas: merupakan alat navigasi penunjuk arah sesuai dengan magnetik
bumi secara akurat.
6. Satu set total station: adalah instrumen optis/elektronik yang digunakan
dalam pemetaan dan konstruksi bangunan. Total station merupakan teodolit
terintegrasi dengan komponen pengukur jarak elektronik (electronic
distance meter (EDM) untuk membaca jarak dan kemiringan dari
instrumen ke titik tertentu.
22
7. Tripod: adalah kaki tiga untuk menyangga alat total station untuk berdiri
tegaknya alat ukur dengan settingan tinggi kaki tripod yang dapat
disesuaikan.
B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada pengukuran topografi adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan titik pengukuran
2. Menentukan titik berdiri alat
3. Memasang tripod pada titik berdiri alat
4. Memasang total station pada tripod
5. Melakukan centering alat (agar alat tepat berdiri pada titik pengukuran)
6. Memasang tripod dan prisma pada titik backside
7. Melakukan centering
8. Mengatur alat dengan opsi untuk mendapatkan koordinat
9. Mengarahkan teropong pada prisma di titik backside
10. Membidik prisma tersebut sebagai set nol
11. Mengarahkan teropong pada titik yang akan diambil koodrinatnya klik
meas.
23
3.4 Pemeriksaan Ukuran Butiran Tanah
A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada pemeriksaan analisis saringan adalah
sebagai berikut:
1. Kontainer
2. Timbangan
3. Oven tanah
4. Sarung tangan anti panas.
B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada pemeriksaan analisis saringan adalah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan kontainer dan timbang beratnya sebanyak 3 buah
2. Menyiapkan sampel tanah untuk dioven (tanah lapangan/basah)
3. Tanah dioven dengan suhu 110 ± 5 ºC selama 24 jam
4. Menimbang massa tanah kering + kontainer pada masing-masing
kontainer.
24
C. Perhitungan
Didapatkan data-data sebagai berikut:
1. Massa tanah basah + kontainer (M1)
2. Massa kontainer + tanah kering (M2)
3. Massa kontainer (M3)
4. Massa tanah kering (M4) = M2 – M3
5. Massa air (Mw) = M1 – M2
6. Kadar air:
Mw
w(%) x100% .............................................................................. (3.1)
M4
A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada pemeriksaan berat volume tanah adalah
sebagai berikut:
1. Cincin sampel
25
A. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada pemeriksaan berat volume tanah adalah
sebagai berikut:
1. Mengeluarkan sampel dari tabung dengan menggunakan extruder
2. Membentuk sampel dengan menggunakan cincin, kemudian timbang
massa tanah + cincin
3. Mengeluarkan sampel tanah dari cincin, kemudian timbang massa cincin
sampel (W2)
4. Mengukur diameter (D) dan tinggi dari cincin (H).
Perhitungan
1. Dari penimbangan diperoleh:
Massa tanah + cincin (M1)
Massa cincin sampel (M2)
Massa tanah (M3) = M1 – M2
2. Perhitungan Volume cincin V (cm2)
1
V D 2 H ............................................................................................... (3.2)
4
3. Berat Volume Tanah (gram/cm2)
M3
....................................................................................................... (3.3)
V
A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada pemeriksaan analisis saringan adalah
sebagai berikut:
1. Satu set saringan
26
Gambar 3.6 Saringan untuk mencuci tanah
2. Sieve Shaker
3. Air Suling
4. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
5. Oven
6. Sarung tangan anti panas
7. Cawan
B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada pemeriksaan analisis saringan adalah
sebagai berikut:
1. Mengeringkan benda uji di dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110 ±
5 ⁰C
2. Mengambil 500 gram tanah yang sudah dikeringkan
3. Mencuci tanah sampai bersih dengan saringan no. 200 (air cucian menjadi
bening)
4. Setelah itu, sampel tanah yang tersisa/tertahan di saringan no. 200
dikeringkan di dalam oven selama 24 Jam dengan oven bersuhu 110 ± 5
⁰C
5. Menyiapkan satu set saringan. Material tanah kering yang tertahan di
saringan no. 200 diambil untuk diayak di dalam mesin sieve shaker selama
10 – 15 menit
6. Menimbang massa tanah yang tertahan di masing-masing saringan.
27
C. Perhitungan
1. Massa yang tertahan pada masing-masing saringan ditimbang
2. Hitung persentase massa tertahan saringan dengan menggunakan
persamaan berikut:
Massa Tertahan Saringan
% Massa Tertahan Saringan = x 100% .............. (3.4)
Massa Sampel Total
3. Kemudian hitung persentase lolos saringan dengan menggunakan
persamaan berikut:
% Massa Lolos Saringan ke(i-1) = A ................................................... (3.5)
% Massa Tertahan Saringan ke(i) = B...................................................(3.6)
% Massa Lolos Saringan = A – B....................................................... (3.7)
4. Kemudian buat grafik hubungan antara persentase lolos saringan dengan
diameter butiran seperti gambar dibawah ini (grafik biru):
A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada analisis hidrometer adalah sebagai berikut:
1. Alat hidrometer
28
2. Gelas ukur 1000 ml
3. Air Suling
4. Stopwatch
5. Termometer
6. Spatula
7. Sodium hexametaphospate
8. Constant Waterbath
9. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
10. Mixer
11. Saringan no. 200
12. Palu karet
13. Pengaduk
14. Cawan.
B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada pemeriksaan berat volume tanah adalah
sebagai berikut:
1. Mengeringkan sampel didalam oven dengan suhu 110 ± 5 ⁰C
2. Mengambil sampel kering oven yang lolos saringan no. 200 sebanyak 50
gram
3. Siapkan deflocculating agent dengan kadar 4% sodium hexametaphospate
didalam larutannya
4. Mengambil sebanyak 125 cm3 larutan pada tahapan 3 dan tambahakan
dengan 50 gram sampel pada tahapan 2, campurkan. Setelah campuran
rata, didiamkan selama 8-12 jam
5. Mengambil gelas ukur 1000 cm3 dan buat larutan dari campuran 125 cm3
larutan pada tahapan 3 dan 875 cm3 air suling
6. Meletakkan larutan pada tahapan 5 di dalam constant waterbath, dicatat
suhunya
7. Meletakkan alat hidrometer pada gelas ukur tersebut (tahapan 6)
8. Memasukkan campuran tanah pada tahapan 4 kedalam mixer. Pastikan
semua sampel tanah masuk kedalam mixer
29
9. Menambahkan air suling sampai 2/3 penuh dari wadah mixer. Campurkan
selama 2 menit
10. Kemudian, dimasukkan campuran tadi kedalam gelas ukur 1000 cm3
kosong
11. Mengaduk campuran tanah dengan pengaduk sampai seluruh tanah
tercampur dengan air secara menyeluruh
12. Meletakkan gelas ukur pada tahapan l kedalam constant temperature
bath.
13. Mengambil bacaan hidrometer pada waktu t=0.25; 0.5; 1, dan 2 menit
selalu baca batas atas meniscus
C. Perhitungan
1. Massa yang digunakan dalam Analisis hodrometer (Ms)
2. Specific gravity (Gs)
3. Pembacaan Hidrometer (R)
4. Koreksi temperature (FT)
5. Koreksi bacaan nol (FZ)
6. Koreksi Meniscus (FM)
7. Koreksi terhadap nilai Gs (a)
30
Gs *1.65
A ................................................................................. (3.8)
(Gs 1) * 2.65
8. Pembacaan suhu (T)
9. Pembacaan hidrometer terkoreksi (Rcp):
Rcp = R + FT - Fz ................................................................................. (3.9)
10. Bacaan terkoreksi (RcL) untuk menghitung panjang efektif:
RcL = R + Fm ..................................................................................... (3.10)
11. Persen lolos (% lolos)
12. Perhitungan panjang efektif berdasarkan nilai RcL dari tabel pada Lampiran
13. Perhitungan nilai A berdasarkan tabel
14. Nilai diameter (D):
L(cm)
D(mm) A ........................................................................... (3.12)
t (min)
15. Diameter butiran yang lolos 60% (D60)
16. Diameter butiran yang lolos 30% (D30)
17. Diameter butiran yang lolos 10% (D10)
31
19. Koefisien Gradasi (Cc)
2
Pengambilan data bor dilakukan untuk pengambilan sampel tidak terganggu yang
akan dilakukan uji triaksial.
A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada pengambilan data bor adalah sebagai
berikut:
1. Handbor
2. Pipa selongsong tempat sampel
3. Palu
4. Cangkul.
B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada pengambilan data bor adalah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan alat bor
32
3.6 Uji Triaksial
Uji triaksial menggunakan sampel tidak terganggu yang diletakkan pada samplers
tube yaitu sebuah selongsong untuk memasukkan sampel tanah. sampel tanah
dibuat di laboratorium dan diuji pada alat triaksial. Uji triaksial dibagi menjadi 3
yaitu: Consolidated Drained (CD), Consolidated Undrained (CU) dan
Unconsolidated Undrained (UU). Dari uji triaksial baik dengan uji CD, CU
maupun UU diperoleh parameter kohesi dan sudut geser dalam.
33
pelan-pelan menjadi nol. Setelah itu tegangan devitor ∆σ = σ1-σ3 ditambah pelan-
pelan dengan katup tetap terbuka. Hasil dari tegangan deviator adalah tekanan air
pori (Ud) akhirnya berubah menjadi nol. Tegangan deviator ditambah terus
sampai terjadi keruntuhan. Dari hasil beberapa pengujian terhadap benda uji yang
sama (umumnya 3 pengujian), digambarkan lingkaran Mohr.
34
Gambar 3.13 Mohr circle pada uji triaksial UU [5]
A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada uji triaksial consolidated undrained (CU)
adalah sebagai berikut:
1. Bingkai muatan dengan kapasitas 50 kN. Perangkat pemuatan regangan
atau yang dikendalikan oleh tekanan dapat digunakan untuk memuat
sampel tanah.
35
2. Sel triaksial. Sel triaksial terutama terdiri dari plat kepala, plat dasar, dan
silinder plastik transparan.
B. Persiapan sampel
1. Transduser tekanan untuk mengukur tekanan pori selama tes CU. Rentang
transduser harus 0 hingga 1000 kPa
2. Dua alat ukur tekanan untuk mengukur tekanan batas dan tekanan balik,
dengan kapasitas 1000 kPa
3. Dial gauge untuk mengukur perpindahan aksial sensitif terhadap 0,01 mm
dan memiliki jangkauan penuh 2,5 cm
4. Menutup alas dan kepala. Ini dibuat dari bahan non-korosif ringan dan
memiliki batu berpori dan koneksi drainase
5. Lengan karet. Ini membungkus sampel dan memberikan perlindungan
yang andal terhadap kebocoran, dengan pengekangan lateral minimum
terhadap sampel. Ketebalan membran berkisar dari 0,05 hingga 0,25 mm.
6. Empat cincin-O dengan diameter sedikit lebih kecil dari alas dan tutup
kepala diperlukan untuk mengikat membran
7. Peralatan untuk menyiapkan sampel. cetakan diperlukan untuk menahan
selongsong karet dan membuat tanah tanpa kohesi dengan diameter
internal cetakan 7,5 cm
36
8. Peralatan saturasi. Regulator udara dan pengukur tekanan untuk
mengontrol tekanan balik, mirip dengan yang digunakan untuk
mengontrol tekanan ruang. Sampel triaksial untuk uji triaksial CU harus
sepenuhnya jenuh sebelum konsolidasi. Saturasi diuji dengan menutup
sistem drainase, dengan menerapkan sedikit peningkatan 3 pada
tekanan pembatas, dan dengan mengukur perubahan yang dihasilkan pada
tekanan pori u .
C. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada uji triaksial adalah sebagai berikut:
Tahap Penjenuhan
1. Memberi aliran air kedalam tanah
2. Memberi tegangan sel σ3 (horizontal) ssekitar 0,5 kPa, nilai u1 (tegangan
air pori) akan menyesuaikan
3. Menunggu sampai nilai tekanan pori (u1) bertambah sekitar 0,15-0,2 kPa
4. Mengubah nilai σ3 dengan penambahan 0,1 kPa
5. Menunggu sampai jenuh dimana nilai u1 tidak naik lagi (biasanya dalam
2 hari)
6. Jika nilai u1 sudah tidak naik lagi, maka hitung nilai B Value diberi
tegangan pra konsolidasi = + 1.
u
> 0,9 ................................................................... (3.15)
3
u 2 u1
u .......................................................... (3.16)
32 31
Tahap Konsolidasi
1. Tanah sudah tertekan karena diberi tegangan pra konsolidasi
2. Menunggu sampai nilai tegangan pori (u2) yang terbaca sudah tidak
berubah lagi.
37
u u 2 u1................................................................ (3.18)
u u 2 u 90% .......................................................... (3.19)
Tahap Penggeseran
1. Memberi tegangan aksial ( 1) dengan menggunakan kecepatan
penekanan yang di set di alat
2. Kecepatan penekanan bergantung pada tinggi sampel
3. Mengatur nilai ( 1) dari rentang nilai kecepatan penekanan yang tertera
di alat (pilih yang mendekati).
Pengolahan Data
1. Mencari nilai regangan (cm)
L
............................................................ (3.21)
L
A0
dimana A .............................................................................. (3.23)
(1 )
3. Jika di plot grafik terhadap , maka akan diperoleh grafik dengan nilai
maksimum merupakan puncak tegangan (qu)
4. Mencari nilai kohesi
qu
Cu .......................................................... (3.24)
2
38
3.7 Interpretasi Data
39
BAB IV
HASIL-HASIL DAN PEMBAHASAN
A’
Hasil pengolahan data topografi didapatkan peta kontur daerah penelitian pada
Gambar (4.1) dengan ketinggian 0 sampai 80000 meter diatas permukaan laut
(mdpl) ditunjukkan dengan warna ungu muda sampai merah muda. Pada daerah
penelitian didominasi dengan warna merah dengan elevasi yang tinggi yaitu
60000 sampai 65000 mdpl.
40
(mdpl)
(mdpl)
Pengujian berat volume yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Pengujian kadar air yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
41
Berat Air 21.29 gram
Kadar Air 36.96 %
Bacaan
Waktu Suhu Persen L
Hidrometer Rcp RcL A D
(Min) (oC) Lolos (cm)
(R)
0.25 49 26 43.65 84.535 50 8.3 0.0135102 0.07784502
0.5 47 26 41.65 80.662 48 8.6 0.0135102 0.05603069
1 46 26 40.65 78.725 47 8.8 0.0135102 0.04007773
2 44 26 38.65 74.852 45 9.1 0.0135102 0.02881824
4 42 26 36.65 70.979 43 9.4 0.0135102 0.02071074
8 40 26 34.65 67.105 41 9.7 0.0135102 0.01487656
15 38 26 32.65 63.232 39 10.1 0.0135102 0.01108605
30 36 26 30.65 59.359 37 10.4 0.0135102 0.00795459
60 32 26 26.65 51.612 33 11.1 0.0135102 0.00581096
120 30 26 24.65 47.739 31 11.4 0.0135102 0.00416412
240 27 26 21.65 41.929 28 11.9 0.0135102 0.00300836
480 26 26 20.65 39.992 27 12 0.0135102 0.00213615
1440 24 26 18.65 36.119 25 12.4 0.0135102 0.00125369
2880 23 26 17.65 34.182 24 12.5 0.0135102 0.00089006
Pengujian analisis saringan telah dilakukan dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Massa Komulatif
No. Tertahan Persen Persen Persen
Saringan (gram) Tertahan (%) Tertahan (%) Lolos (%)
No. 4 0.19 0.04 0.04 99.96
No.10 8.43 1.69 1.72 98.28
No. 20 11.19 2.24 3.96 96.04
No. 30 11.16 2.23 6.19 93.81
No. 40 4.22 0.84 7.04 92.96
No. 60 5.59 1.12 8.16 91.84
No. 100 5.73 1.15 9.30 90.70
42
No. 200 90.70 100.00 0.00
Pan 453.49
Hasil pengujian indeks properti tanah diperoleh berat volume sebesar 9 gram/cm3
pada pengujian berat volume, kadar air sebanyak 36.96% pada pengujian kadar
air, bacaan hidrometer dan suhu pada pengujian hidrometer dan pada pengujian
analisis saringan diperoleh presentase distribusi ukuran butiran yang lolos 10 %
(D10) sebanyak 0,008%, 30% (D30) sebanyak 0,017 % dan 60% (D60) sebanyak
0,04 %. Selain itu, diperoleh koefisien keseragaman butiran (Cu) sebesar 5 dan
koefisien gradasi (Cc) sebesar 0,903 dimana berdasarkan klasifikasi diperoleh
hasil jenis tanah dari sampel yaitu didominasi oleh lanau sebanyak 90% kemudian
pasir 9,3% dan sedikit lempung yaitu 0,7%.
43
Dari hasil uji triaksial diperoleh data lingkaran Mohr-Coloumb pada sampel 1 dan
sampel 2. Pada sampel 1 diperoleh nilai tegangan sel σ3 (horizontal) 1,660
kg/cm2, tekanan pori u 0,710 kg/cm2, peningkatan nilai tegangan sel ( )
0,516 kg/cm2 dan tegangan aksial σ1 (vertikal) 2,176 kg/cm2. Sedangkan Pada
sampel 2 diperoleh nilai tegangan sel σ3 (horizontal) 2,080 kg/cm2, tekanan pori
u 1,010 kg/cm2, peningkatan nilai tegangan sel ( ) 0,603 kg/cm2 dan
tegangan aksial σ1 (vertikal) 2,683 kg/cm2. Nilai-nilai tersebut sangat
berpengaruh terhadap parameter kuat geser tanah salah satunya nilai kohesi.
Besarnya nilai kohesi berkaitan dengan gaya ikat antar butir tanah yang akan
mempengaruhi kekuatan tanah. Sedangkan untuk nilai tekanan pori yang
diperoleh sangat kecil, hal ini dipengaruhi oleh kadar air tanah yang cukup banyak
yaitu 36.96%. Kadar air tanah ini juga akan mempengaruhi nilai kohesi tanah.
C 0,07 kg/cm2
C’ 0,01 kg/cm2
5,65
’ 12,41
Kemudian diperoleh parameter kuat geser tanah yaitu nilai kohesi total 0,07
kg/cm2, nilai kohesi efektif 0,01 kg/cm2, nilai sudut geser total 5,65º dan nilai
sudut geser efektif 12,41º. Parameter kuat geser tanah ini akan diinputkan
kedalam Software Geoslope agar diperoleh nilai FoS dari lereng daerah penelitian.
Parameter kuat geser tanah yang akan diinputkan kedalam software Geostudio
SLOPE/W 2012 adalah nilai kohesi efektif 0,01 dan nilai sudut geser efektif.
Perbedaan dari nilai efektif dan total adalah total jika yang ditinjau partikel air nya
saja. Sedangkan efektif jika yang ditinjau partikel tanahnya saja. Pada simulasi
akan digunakan parameter kuat geser tanah efektif. Nilai kohesi efektif yang
dihasilkan sangat kecil yaitu 0,01 kg/cm2. Hal ini akan mempengaruhi kuat geser
tanah dimana berdasarkan kriteria Mohr-Coulomb kuat geser tanah/tegangan
geser berbanding lurus dengan nilai kohesi.
44
4.7 Hasil Simulasi pada Software Geostudio SLOPE/W 2012
Dari gambar di atas dapat dilihat beberapa parameter seperti nilai total volume
yang dilongsorkan sebesar 458,11 m3, total berat sebesar 40,43 kN, total gaya
45
yang menghambat sebesar 2,44 x 105 kN/m dan total gaya yang mendorong
sebesar 4,05 x 105 kN/m. Perbandingan antara total gaya yang menghambat dan
total gaya yang mendorong inilah yang merupakan nilai FoS dari lereng daerah
penelitian.
46
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Dari data topografi lereng di daerah pengukuran diperoleh kontur dan
bentuk bukit daerah penelitian yang curam dengan elevasi yang tinggi
yaitu 60000 sampai 65000 mdpl.
2. Parameter kuat geser tanah dari uji triaksial yaitu nilai kohesi efektif 0,01
kg/cm2 dan nilai sudut geser efektif 12,41º yang menunjukkan bahwa
lereng daerah penelitian labil dan nilai Factor of Safety (FoS) kecil.
3. Nilai Factor of Safety (FoS) dari lereng dengan simulasi menggunakan
software Geostudio SLOPE/W 2012 yaitu sebesar 0,602. Dari hasil yang
diperoleh dapat dikatakan bahwa lereng daerah penelitian tidak aman
karena nilai Factor of Safety (FoS) kurang dari 1.
5.2 Saran
Saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan data bor menggunakan handbor, sebaiknya untuk penelitian
kedepannya agar dapat menggunakan bor sumur agar lebih mudah dan
lebih dalam untuk mengambil sampel tanah undisturbed (tidak terganggu)
dan mencapai ke lapisan keras.
2. Dari hasil simulasi yang diperoleh dapat dikatakan bahwa lereng daerah
penelitian tidak aman karena nilai Factor of Safety (FoS) kurang dari 1.
Maka dari itu, perlu dilakukan penguatan pada lereng agar tidak terjadi
longsor mengingat daerah penelitian merupakan jalur utama pariwisata
ternama di Provinsi Lampung dan terdapat pemukiman warga di kaki
lereng yang dapat membahayakan keselamatan warga.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
[11] S. Deng, Y. Chen, J. Hou, J. Feng, Y. Yang, and W. U. Xin, “Study on the
Influence of Soil Moisture Content on the Probability of Landslide
Instability,” in 2018 8th International Conference on Manufacturing
Science and Engineering (ICMSE 2018), 2018.
[12] Z. Zakaria, F. Hirnawan, and S. Widayati, “Rain and earthquake-induced
landslides in west Java, Indonesia, case study in Subang area near the
Baribis Fault, with implications for an early warning system,” in
Engineering Geology for Society and Territory-Volume 2, Springer, 2015,
pp. 637–640.
[13] S. Moradi, J. Huisman, H. Class, and H. Vereecken, “The effect of bedrock
topography on timing and location of landslide initiation using the local
factor of safety concept,” Water, vol. 10, no. 10, p. 1290, 2018.
[14] Y. Huang and M. Xiong, “Dynamic reliability analysis of slopes based on
the probability density evolution method,” Soil Dyn. Earthq. Eng., vol. 94,
pp. 1–6, 2017.
[15] Y. A. O. Yanling, “Bishop Method for Stability Analysis and Landslide
Control,” China’s Manganese Ind., no. 3, p. 13, 2016.
[16] S. Wan, K. Wang, S. Kong, R. Zhao, Y. Lan, and R. Zhang, “Study on the
Influence of Elevation of Tailing Dam on Stability,” in IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science, 2017, vol. 100, no. 1, p. 12058.
[17] M. Budi and Wiyono, “Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor di Desa
Harapan Jaya Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran.”
[18] Permanasari, Ikah N. P., "Mekanisme Runtuhan Tebing dengan Bidang
Gelincir Melengkung Sebagai Awal Longsoran Lereng, Studi Kasus
Daerah Cililin Kabupaten Bandung Barat," disertasi, Institut Teknologi
Bandung, Bandung, 2018.
[19] F. V. De Blasio, Introduction to the Physics of Landslides, 1st ed. New
York, 2011.
[20] E. Agustina and D. A. S. Sujito, “Identifikasi Bidang Gelincir Zona Rawan
Longsor Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Dipole-
Dipole Di Payung Kota Batu,” SKRIPSI Jur. Fis. MIPA UM, 2014.
[21] D. Karnawati, “Bencana alam gerakan massa tanah di Indonesia dan upaya
49
penanggulangannya,” Penerbit Jur. Tek. Geol. FT Univ. Gadjah Mada,
Jogjakarta, 2005.
[22] A. Hakam, R. Yuliet, and R. Donal, “Studi pengaruh penambahan tanah
lempung pada tanah pasir pantai terhadap kekuatan geser tanah,” J.
Rekayasa Sipil, vol. 6, no. 1, pp. 11–22, 2010.
[23] A. S. Prasidya and R. Rizcanofana, “PEMETAAN TOPOGRAFI AREA
LONGSOR DI JALAN HANTAR KM10 PLTA MUSI, BENGKULU
MENGGUNAKAN TOTAL STATION BERBASIS REFLEKTOR,” in
Seminar Nasional Geomatika, 2019, vol. 3, pp. 1019–1028.
[24] H. & Bray, Rock Slope Engineering. 1981.
[25] O. C. P. Rajagukguk, “Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Bishop,”
Fak. Tek. Jur. Tek. Sipil Univ. Sam Ratulangi Manad., 2014.
[26] Z. S. Janjua and J. Chand, “Correlation of CBR with Index properties of
soil,” Int. J. Civ. Eng. Technol., vol. 7, no. 5, pp. 57–62, 2016.
[27] H. B. S. Hia and others, “ANALISA STABILITAS LERENG DENGAN
MENGGUNAKAN SOFTWARE STABIL 2010,” J. TEDC, vol. 13, no. 3,
pp. 305–310, 2019.
[28] “Modul-Praktikum-KL-2104-Geoteknik-Kelautan-I.”
50
LAMPIRAN
51
Lampiran 2. Data uji triaksial CU
52