Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH UNTUK

MENINGKATKAN BUDAYA MEMBACA DI SMK NEGERI 8 PONTIANAK


Desy Indah Susanti, Aminuyati, Achmadi
Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan Pontianak
Email : Desindahsusanti2104@gmail.com

Abstract
This study aims to determine how the application of the school literacy
movement to improve the reading culture of XI Marketing class students at
SMK Negeri 8 Pontianak. The research method used is descriptive research
with a qualitative form of research. The data source of this research is class
XI Marketing students and the data is a list of names of students who visited
the library during the past year collected by library staff and interviews with
school principals, deputy head of facilities and infrastructure and public
relations, and class XI Marketing students. The results showed that the
implementation of the school literacy movement to improve reading culture in
SMK Negeri 8 Pontianak in the past year was in accordance with the
guidelines for the school literacy movement and some were not yet suitable
and not yet implemented at the SMK Negeri 8 Pontianak school. Factors that
can support the school literacy movement to improve reading culture in SMK
Negeri 8 Pontianak are facilities and infrastructure. The available facilities
and infrastructure are still not optimal in accordance with good school literacy
movement guidelines to support the school literacy movement.

Keywords: Literacy, Reading Culture, School Literacy Movement


PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap Menurut Kementrian Pendidikan dan
manusia yang harus dipenuhi untuk Kebudayaan (2016) GLS merupakan suatu
mengembangkan pikirannya. Pendidikan usaha atau kegiatan yang bersifat pertisipatif,
diharapkan akan membuat peserta didik dengan melibatkan warga sekolah (peserta
menjadi manusia yang berilmu dan dapat didik, guru, kepala sekolah, tenaga
mengembangkan keterampilan yang dimiliki. kependidikan, pengawas sekolah, komite
Akan tetapi masih banyak permasalahan yang sekolah, orang tua/wali murid peserta didik),
dihadapi oleh pendidikan, kususnya di bidang akademisi, penerbit, media massa, masyarakat
literasi. Kemampuan berliterasi peserta didik (tokoh masyarakat yang dapat
berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan mempresentasikan keteladanan, dunia usaha,
membaca yang berujung pada kemampuan dll.), serta pemangku kepentingan di bawah
memahami informasi secara analitik, kritis, koordinasi Direktorat Jendral Pendidikan
dan reflektif. Keterampilan membaca berperan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan
penting dalam kehidupan kita karena dan Kebudayaan.
pengetahuan diperoleh terutama melalui Dalam peraturan Mentri Pendidikan dan
membaca. Oleh karena itu, keterampilan Kebudayaan ini terdapat himbauan agar setiap
membaca harus dikuasai peserta didik sejak pemangku kepentingan pendidikan ikut serta
dini. Ada banyak cara untuk meningkatkan dalam menjalankan setiap pembiasaan yang
keterampilan membaca peserta didik, salah tertuang dalam peraturan tersebut. Salah satu
satunya adalah Gerakan Literasi Sekolah pembiasaan yang terus digemakan oleh
(GLS).

1
Pemerintah yaitu dengan adanya Gerakan estetika, penanaman budi pekerti, dan
Literasi Sekolah (GLS) ini. pembelajaran sepanjang hayat. Salah satu hal
Menurut Abidin dkk (2017) GLS adalah yang perlu dikembangkan adalah budaya
gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif membaca.
dari berbagai elemen. Upaya yang di tempuh Menurut ma’mur dalam Gustini dkk
untuk mewujudkannya berupa pembiasaan (2016) Membaca merupakan kegiatan rutin
membaca peserta didik. Pembiasaan ini yang tidak dapat dipisahkan dari gaya
dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca kehidupan manusia modern, terlebih lagi
(guru membacakan buku dan warga sekolah dalam dunia pendidikan. Budaya membaca
membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan salah satu karakter yang baik untuk dijadikan
konteks atau target sekolah). contoh bagi anak muda zaman sekarang,
Menurut Hayat & Yusuf (2010) karena jika dilihat untuk zaman globalisasi ini
Rendahnya literasi membaca bangsa kita saat banyak sekali budaya-budaya asing yang
ini dan dimasa depan akan membuat rendahnya masuk ke Indonesia, apabila kaum muda
daya saing bangsa dalam persaingan global. penerus bangsa tidak cerdas dalam memahami
Hasil studi tahun 2000 mengungkapkan bahwa informasi maka tentu saja Indonesia menjadi
literasi membaca siswa Indonesia dapat negara yang mudah dipengaruhi oleh negara
digolongkan sangat rendah dibandingkan asing.
dengan siswa seusia mereka yang ada di manca Pentingnya gerakan literasi sekolah (GLS)
negara. Dari 42 negara yang di survei, siswa dalam meningkatkan budaya membaca siswa
Indonesia menduduki peringkat ke-39 dengan didasarkan pada alasan bahwa banyaknya
rerata nilai 371. siswa yang kurang antusias perihal membaca.
Menurut Utama dkk (2016) Gerakan SMK Negeri 8 Pontianak melakukan berbagai
Literasi Sekolah (GLS) memiliki tujuan umum upaya dan cara untuk meningkatkan budaya
dan tujuan khusus. Tujuan umum dari Gerakan membaca siswa, yaitu menghimbau kepada
Literasi Sekolah (GLS) yaitu untuk guru-guru untuk menerapkan pembelajaran
menumbuhkan budi pekerti peserta didik literasi ini ke dalam indikator pembelajaran di
melalui pembudayaan ekosistem literasi setiap mata pelajaran. Selain menghimbau
sekolah yang di wujudkan dalam Gerakan kepada guru-guru, siswa juga dihimbau apabila
Literasi Sekolah (GLS) agar mereka menjadi ada jam pelajaran yang kosong agar
pembelajar sepanjang hayat, sedangkan tujuan dimanfaatkan untuk membaca buku di
khusus dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS) perpustakaan.
adalah untuk menumbuhkembangkan budaya Rendahnya budaya membaca sering
literasi di sekolah, meningkatkan kapasitas ditemui di lingkungan sekolah. Sebagai contoh
warga dan lingkungan sekolah agar literat rendahnya budaya membaca tersebut antara
menjadikan sekolah sebagai teman belajar lain masih banyak sekali siswa yang malas
yang menyenangkan dan ramah anak agar datang ke perpustakaan untuk membaca. Siswa
warga sekolah mampu mengelola kebanyakan datang ke perpustakaan apabila
pengetahuan, dan menjaga keberlanjutan ada tugas-tugas yang diberikan guru, yang
pembelajaran dengan menghadirkan beragam memang tugas yang dikerjakan itu bukunya
buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi ada di perpustakaan.
membaca. Berdasarkan hasil observasi dan
Implementasi gerakan literasi sekolah wawancara yang dilakukan dengan kepala
dalam meningkatkan budaya membaca siswa sekolah, waka sarana pasarana dan humas, dan
yang dilakukan sekolah, tidak semata mata juga siswa, gerakan literasi sekolah yang telah
pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih terlaksana di SMK Negeri 8 Pontianak
dari itu yaitu penanaman moral, nilai-nilai berfokus pada membaca, karena rendahnya

2
minat membaca siswa dalam masing-masing METODE
kelas. Dari banyaknya kelas, peneliti lebih Menurut Gunawan (2016) Metode
memilih meneliti di kelas XI Pemasaran. penelitian ilmiah untuk ilmu-ilmu sosial,
Alasan peneliti memilih kelas XI karena dibedakan menjadi dua golongan pendekatan,
peneliti ingin melihat dari perkembangan siswa yaitu pendekatan kuantitatif dan pedekatan
saat mereka menjalani program literasi yang kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan
dilaksanakan sekolah dari kelas X sampai adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
mereka naik kelas XI, apakah berjalan sesuai penelitian deskriptif. Metode penelitian
dengan aturan yang dianjurkan di Kementrian kualitatif adalah metode penelitian yang
Pendidikan dan Kebudayaan dalam satu tahun berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
terakhir. Kemudian apakah saat siswa di kelas digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
X minat membacanya rendah kemudian yang alamiah (Sugiyono, 2017).
dengan adanya pelaksanaan gerakan literasi Pada penelitian ini peneliti menggunakan
membaca yang mereka jalani selama satu tahun teknik dengan memberikan beberapa
dapat meningkatkan budaya membaca siswa pertanyaan yang berhubungan dengan data
tersebut. yang akan peneliti analisis. Hasil dari beberapa
Selanjutnya peneliti lebih mengkhususkan pertanyaan yang peneliti tanyakan pada
pada jurusan pemasaran dikarenakan pada narasumber kemudian diolah untuk
kelas pemasaran mereka lebih banyak mata mendapatkan hasil yang dapat mendukung
pelajaran teori yang lebih membantu siswa peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen
untuk meningkatkan kebiasaan membacanya yang digunakan untuk penelitian ini adalah
dibandingkan dengan jurusan lain di SMK pedoman wawancara dan lembar observasi.
Negeri 8 Pontianak seperti jurusan Akuntansi Sumber data dalam penelitian ini
yang lebih banyak mata pelajaran menghitung, diperoleh dari sumber data primer dan sumber
jurusan DKV (Desain Komunikasi Visual) data sekunder yang bersifat kualitatif. Menurut
yang lebih banyak mata pelajaran praktek Herdiansyah (2013) Data adalah suatu atribut
tentang photography/komputer, dan jurusan yang melekat pada suatu objek tertentu,
TGB (Teknik Gambar dan Bangunan) yang berfungsi sebagai informasi yang dapat di
lebih banyak mata pelajaran tentang pertanggungjawabkan, dan diperoleh melalui
menghitung dan menggambar banguan. Atas suatu metode instrumen pengumpulan data.
dasar itulah dari keempat jurusan yang ada di Sumber data primer diperoleh dengan cara
sekolah SMK Negeri 8 Pontianak peneliti lebih melakukan wawancara langsung antara
memilih penelitian dikelas Pemasaran. peneliti dan para informan yang dianggap
Berdasarkan masalah yang terjadi maka paling penting dalam mengetahui secara rinci
peneliti ingin mengetahui bagaimana dan jelas mengenai fokus penelitian. Informan
implementasi gerakan literasi sekolah yang di tersebut adalah Kepala Sekolah, Waka Sarana
mulai dari bagaimana perencanaan yang diatur Prasarana dan Humas, dan Siswa kelas XI
oleh sekolah untuk membuat gerakan literasi Pemasaran. Sumber data sekunder diperoleh
sekolah berjalan lancar sesuai harapan, misalnya melalui orang lain atau dokumen.
kemudian bagaimana pelaksanaan gerakan Data sekunder adalah data yang berbentuk fisik
literasi sekolah tersebut, apakah terlaksana seperti catatan, dokumen, dan lain-lain. Dalam
sesuai dengan perencanaan awal yang telah di penelitian ini yang menjadi data sekunder
atur, dan apa saja faktor-faktor penunjang adalah data nama siswa yang mengunjungi
gerakan literasi sekolah yang dilaksanakan perpustakaan selama satu tahun terakhir yang
oleh SMK Negeri 8 Pontianak untuk dikumpulkan oleh staf perpustakaan, foto
meningkatkan budaya membaca siswa. kegiatan pelaksanaan gerakan literasi sekolah
pada proses kegiatan pembelajaran, foto saat

3
proses wawancara bersama informan, dan foto yang diperoleh dari hasil observasi dan
ruang perpustakaan sekolah SMK Negeri 8 wawancara sehingga data yang diperoleh
Pontianak. menjadi lebih akurat. Perolehan data melalui
Prosedur pengumpulan data dalam dokumentasi ini berupa data nama siswa yang
penelitian ini menggunakan teknik observasi, mengunjungi perpustakaan selama satu tahun
wawancara, dan dokumentasi. Observasi terakhir, foto kegiatan pelaksanaan gerakan
adalah kegiatan yang digunakan oleh peneliti literasi sekolah pada proses kegiatan
untuk memperoleh data yang digunakan pada pembelajaran, foto saat proses wawancara
saat pra penelitian dan pelaksanaan penelitian. bersama informan, dan foto ruang
Menurut Marshall dalam Sugiyono (2017) perpustakaan sekolah SMK Negeri 8
Throught observation, the researcher learn Pontianak.
about behavior and the meaning attached to Menurut Gunawan (2016) Analisis data
those behavior. Definisi ini menjelaskan adalah sebuah kegiatan untuk mengatur,
bahwa melalui observasi, peneliti belajar mengurutkan, mengelompokkan, memberi
tentang perilaku, dan makna dari perilaku kode/tanda, dan mengkategorikannya sehingga
tersebut.Wawancara adalah kegiatan untuk diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau
mendapatkan informasi dimana sang masalah yang ingin dijawab. Teknis analisis
pewawancara melontarkan pertanyaan- data dalam penelitian ini adalah tahap reduksi
pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang di data (data reduction); (2) paparan data (data
wawancarai. Menurut Esterberg dalam display); dan (3) penarikan kesimpulan dan
Sugiyono (2017) A meeting of two persons to verifikasi (conclusion drawing/verifying).
exchange information an idea through Uji keabsahan data dalam penelitian,
question and responses, resulting in sering hanya ditekankan pada uji validitas dan
communication and joint construction of reliabilitas. Menurut Sugiyono (2017)
meaning about a particular topic. Definisi ini Validitas merupakan derajat ketepatan antara
menjelaskan bahwa wawancara adalah data yang terjadi pada obyek penelitian dengan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat Dengan demikian data yang valid adalah data
dikonstruksikan makna dalam suatu topik “yang tidak berbeda” antar data yang
tertentu. Peneliti menggunakan teknik dilaporkan oleh peneliti dengan data yang
wawancara untuk memperoleh data dan sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.
informasi tentang pelaksanaan Gerakan Menurut Creswell (2017) Validitas
Literasi Sekolah (GLS) yang dilakukan oleh kualitatif adalah upaya pemeriksaan terhadap
sekolah. Kegiatan wawancara ditujukan akurasi hasil penelitian dengan menerapkan
kepada Kepala Sekolah, Waka Sarana prosedur-prosedur tertentu. Sementara itu
Prasarana dan Humas, dan Siswa Kelas XI reliabilitas kualitatif mengidentifikasikan
Pemasaran SMK Negeri 8 Pontianak. bahwa pendekatan yang digunakan penelitian
Pertanyaan disusun berdasarkan fokus dan konsisten jika diterapkan oleh penelitian lain
rumusan masalah. Peneliti menggunakan (dan) untuk proyek yang berbeda. Untuk
teknik wawancara untuk mendapatkan data meningkatkan kemampuan peneliti dalam
yang valid dari informan. Menurut Arikunto menilai keakuratan hasil penelitian serta untuk
(2014) Metode dokumentasi adalah mencari meyakinkan pembaca akan akurasi maka
data mengenai hal-hal atau variabel yang diperlukan strategi validitas. Menurut Creswell
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, (2017) Terdapat 8 strategi validitas yaitu
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, triangulasi, member cheking, deskripsi yang
agenda, dan sebagainya. Peneliti menggunakan kaya dan padat, klarifikasi bias, informasi
teknik dokumentasi untuk melengkapi data “yang berbeda” atau “negatif”, waktu lama

4
dilapangan, tanya jawab rekan peneliti, seperti Kepala Sekolah, Guru, Pustakawan,
auditor. Jadi dalam penelitian ini peneliti akan Komite Sekolah, dan Siswa.
menggunakan strategi triangulasi. Triangulasi Saat peneliti melakukan observasi ke
adalah salah satu strategi dimana perpustakaan, disana pustakawan yang
mentriangulasi sumber data informan yang dibentuk terdiri atas kepala perpustakaan dan
berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang satu orang staf perpustakaan, tugas yang
berasal dari sumber tersebut dan dilakukan oleh pustakawan yaitu mengontrol
menggunakannya untuk membangun pelaksanaan literasi dan membantu siswa saat
justifikasi tema-tema secara koheren. di perpustakaan. Menurut Antoro (2017) Tim
(Creswell, 2017). Maka, untuk meningkatkan literasi sekolah bertugas memastikan program-
keakuratan digunakan strategi triangulasi program literasi sekolah berjalan sesuai
dimana informasi yang diperoleh dari hasil harapan. Dengan demikian perencanaan yang
wawancara akan dikoreasikan dengan bukti- dilakukan sekolah SMK Negeri 8 Pontianak
bukti dokumen yang ada. direncanakan sesuai panduan gerakan literasi
sekolah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kemudian saat di perpustakaan peneliti
Hasil melihat foto-foto dokumentasi saat sekolah
Hasil Observasi mengadakan rapat bersama orang tua/ wali
Sesuai dengan metode pengumpulan data, siswa, peneliti pun mendengarkan keterangan
maka peneliti melakukan observasi yang dari salah satu pustakawan yang berada di
berpedoman pada lembar observasi. Data perpustakaan, bahwa foto tersebut diambil
observasi dalam penelitian ini diperoleh dari pada saat sekolah ingin merencanakan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pelaksanaan gerakan literasi, sekiranya agar
terhadap program pelaksanaan gerakan literasi orang tua juga dapat membantu pelaksanaan
sekolah di SMK Negeri 8 Pontianak. Observasi gerakan literasi dapat berjalan lancar.
dilakukan sebanyak 1 (satu) kali yang Pada saat proses pembelajaran
dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2019. berlangsung, peneliti ikut masuk ke dalam
Berdasarkan observasi yang dilakukan salah satu kelas yang melakukan kegiatan
pada tanggal 14 Oktober 2019, peneliti pembelajaran literasi dari awal pembelajaran
mengamati bagaimana kesiapan sekolah dalam sampai selesai. Disana peneliti melihat adanya
melaksanakan program literasi. Dari penerapan kegiatan 15 menit membaca yang dilakukan di
literasi dalam pembelajaran di kelas, awal, tengah, dan menjelang akhir
penerapan literasi di lingkungan sekolah, dan pembelajaran, peneliti juga mengamati bahwa
sarana prasarana yang menunjang program guru menjadi model dalam kegiatan 15 menit
literasi. membaca dengan ikut membaca selama
Saat peneliti melakukan wawancara kegiatan berlangsung. Pada saat kegiatan
dengan kepala sekolah, kepala sekolah membaca berlangsung, peneliti mengamati
memberikan pernyataan bahwa dalam siswa-siswa mencatat judul bacaan dan
perencanaan kepala sekolah membentuk tim halaman ke dalam buku kecil atau jurnal,
literasi sekolah. Menurut Antoro (2017) kemudian peneliti bertanya kepada salah satu
Keanggotaan TLS berasal dari beragam unsur siswa, ternyata mereka diwajibkan untuk
seperti Kepala Sekolah, Guru, Pustakawan, memiliki jurnal membaca harian oleh guru. Hal
Komite Sekolah, dan Siswa. Jika dilihat ini dilakukan sekolah sesuai dengan panduan
berdasarkan teori diatas keanggotaan TLS di gerakan literasi sekolah yang diterapkan oleh
SMK Negeri 8 Pontianak terdiri dari berbagai Kemendikbud.
unsur sesuai dengan aturan Kemendikbud Setelah selesai mengikuti proses
pembelajaran, peneliti berjalan-jalan di area

5
sekolah untuk mengamati lingkungan sekolah
apakah sudah sesuai dengan panduan gerakan Pembahasan
literasi sekolah yang diterapkan oleh Perencanaan Gerakan Literasi Sekolah
Kemendikbud. Ternyata ada sebagian yang Berdasarkan hasil wawancara dan
sudah dilaksanakan sesuai dengan panduan dan observasi maka sub masalah pertama dalam
ada juga yang belum dilaksanakan. Seperti penelitian ini dapat terjawab yaitu perencanaan
peneliti mengamati adanya bahan kaya teks yang dilakukan sekolah SMK Negeri 8
yang terpampang di tiap kelas dan koridor Pontianak dalam pelaksanaan gerakan literasi
sekolah, peneliti juga mengamati adanya sekolah untuk meningkatkan budaya membaca
poster-poster kampanye membaca untuk siswa diawali dengan menentukan tujuan.
memperluas pemahaman dan tekad warga Tujuan sekolah melaksanakan program literasi
sekolah untuk menjadi pembelajar sepanjang sekolah yaitu untuk menumbuhkembangkan
hayat. Namun peneliti mengamati belum ketertarikan siswa untuk kembali membaca
adanya perpustakaan mini atau sudut baca di agar budaya membaca di sekolah tetap terjaga.
tiap kelas sesuai dengan panduan gerakan Kemudian setelah menentukan tujuan,
literasi sekolah dari Kemendikbud, peneliti sekolah SMK Negeri 8 Pontianak menyusun
juga mengamati belum adanya poster-poster rencana program literasi sekolah yang dibagi
tentang pembiasaan hidup bersih, sehat, dan menjadi dua yaitu rencana jangka panjang dan
indah di kebun sekolah, kantin, dan UKS. rencana jangka pendek. Rencana jangka
Selanjutnya peneliti mengamati adanya panjang berlangsung selama 5 tahun, dalam 5
beragam buku bacaan di perpustakaan yaitu tahun ini sekolah ingin membenahi
adanya buku teks pelajaran, buku panduan perpustakaan. Dalam panduan gerakan literasi
pendidik, buku pengayaan fiksi, buku sekolah yang dibuat oleh Kemendikbud,
referensi, dan sumber belajar lain. Hal itu perpustakaan yang memadai merupakan salah
sudah disediakan oleh sekolah sesuai dengan satu keberhasilan dalam pelaksanaan gerakan
panduan gerakan literasi sekolah dari literasi sekolah. Saat peneliti melakukan
Kemendikbud. Peneliti juga mengamati sarana penelitian di SMK Negeri 8 Pontianak memang
dan prasarana di sekolah yaitu adanya perpustakaannya masih belum sesuai dengan
langganan media online seperti koran dan panduan untuk menunjang program literasi
majalah, adanya komputer sekolah, adanya sekolah. Menurut Antoro (2017) Manajemen
jaringan internet, adanya komputer yang perpustakaan juga harus berorientasi pada
terhubung internet, tetapi masih belum tersedia kebutuhan siswa. Konsep perpustakaan yang
area khusus untuk mengakses internet. hanya mengurusi kegiatan administratif yaitu
melayani peminjaman dan pengembalian buku
Hasil Wawancara semata sudah usang. Ketinggalan zaman.
Berdasarkan lembar pernyataan yang Perpustakaan seyogianya menjadi mitra
dibuat oleh peneliti, terdapat 8 (delapan) sekolah dalam membentuk karakter dan
responden. Responden pertama yaitu kepala keterampilan literasi siswa. Dengan demikian
sekolah, responden kedua yaitu waka sarana sekolah masih perlu untuk membenahi
prasarana & humas, responden ketiga yaitu perpustakaan agar sesuai dengan panduan
siswa kelas XI Pemasaran 1, responden gerakan literasi sekolah. Sedangkan rencana
keempat yaitu siswa kelas XI Pemasaran 1, jangka pendek berlangsung selama 1 tahun,
responden kelima yaitu siswa kelas XI dalam 1 tahun ini sekolah ingin siswa lebih
Pemasaran 1, responden keenam yaitu siswa terbiasa membaca buku dengan menghimbau
kelas XI Pemasaran 2, responden ketujuh yaitu kepada siswa saat jam pelajaran kosong untuk
siswa kelas XI Pemasaran 2, responden pergi ke perpustakaan.
kedelapan yaitu siswa kelas XI Pemasaran 2.

6
Setelah menyusun rencana program, literasi sekolah yang dibuat oleh
sekolah SMK Negeri 8 Pontianak merumuskan Kemendikbud.
langkah-langkah yang akan diambil dalam Dalam tahap pembiasaan siswa
perencanaan program literasi sekolah. Langkah diharapkan untuk membaca 15 menit sebelum
yang sudah diambil sekolah yaitu membentuk memulai pembelajaran, kemudian dalam tahap
Tim Literasi Sekolah, dimana tim literasi pengembangan guru bisa memanfaatkan untuk
sekolah ini diharapkan dapat mengontrol memberikan pengayaan atau memberikan
perkembangan program literasi sekolah dan tugas kepada siswa untuk pergi ke
mengelola perpustakaan agar dapat dibenahi perpustakaan membaca materi yang sedang
secara ideal. Menurut Antoro (2017) Tim dipelajari untuk lebih mengkayakan
literasi sekolah bertugas untuk memastikan pemahaman atau pengetahuan siswa,
program-program literasi di sekolah berjalan selanjutnya pada tahap pembelajaran guru
sesuai harapan. Untuk itu langkah yang menindaklanjuti sejauh mana pemahaman
diambil oleh sekolah SMK Negeri 8 Pontianak siswa tentang apa yang sudah dipelajari atau
sudah sesuai dengan aturan pemerintah. dibaca, bisa dalam bentuk menghasilkan
respon secara lisan maupun tulisan yang
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah kemudian akan dimasukkan ke dalam penilaian
Berdasarkan hasil wawancara dan akademik yang terintegrasi dalam nilai mata
observasi maka sub masalah kedua dalam pelajaraan. Tahapan tersebut dilakukan
penelitian ini dapat terjawab terkait bagaimana sekolah berdasarkan panduan yang dibuat oleh
pelaksanaan gerakan literasi yang sudah Kemendikbud dan tiga tahapan pelaksanaan
dijalankan sekolah SMK Negeri 8 Pontianak. tersebut sudah sesuai dengan panduan
Tahapan awal pelaksanaan gerakan literasi Kemendikbud.
sekolah di SMK Negeri 8 Pontianak Kemudian upaya yang dilakukan sekolah
dilaksanakan sejak satu tahun yang lalu yaitu untuk meningkatkan budaya membaca siswa
sekolah membuat jadwal khusus literasi yang sampai saat ini sudah berjalan baik tetapi
dimasukkan ke dalam jadwal pelajaran, jadi belum maksimal, hal itu ditunjukkan dari
setiap kelas memiliki jadwal literasi masing- sudah ada beberapa siswa yang mengalami
masing dimana kegiatan ini dijadwalkan peningkatan dalam kebiasaan membacanya,
selama satu minggu sekali selama satu jam namun dikatakan belum maksimal karena
pelajaran dan mewajibkan siswa ke belum semua siswa mengalami peningkatan.
perpustakaan untuk membaca buku. Namun Karena kendala yang dihadapi sekolah selama
hal ini tidak berjalan lancar sesuai harapan pelaksanaan kegiatan literasi sekolah yang
sekolah, untuk itu pada semester ini sekolah paling sulit dihadapi adalah faktor internal
menerapkan tahapan pelaksanaan kegiatan dalam diri siswanya masing-masing masih
literasi ke dalam proses pembelajaran di kelas sangat rendah untuk membiasakan diri
dan diterapkan pada semua bidang studi. membaca, hal itu dibuktikan dalam satu kelas
Menurut Antoro (2017) Implementasi hanya beberapa siswa saja yang kebiasaan
GLS dibagi dalam tiga tahap: pembiasaan, membacanya meningkat.
pengembangan, dan pembelajaran. Tahapan Selama proses pembelajaran berlangsung
pelaksanaan gerakan literasi sekolah yang guru mata pelajaran dituntut untuk memiliki
diterapkan di SMK Negeri 8 Pontianak dibagi cara masing-masing agar dapat membantu
menjadi tiga yaitu tahap pembiasaan, tahap siswa termotivasi untuk senang membaca.
pengembangan, dan tahap pembelajaran. Seperti yang peneliti ketahui bahwa selama
Berdasarkan teori diatas maka pelaksanaan satu tahun terakhir dilaksanakannya program
yang diterapkan di sekolah SMK Negeri 8 literasi sekolah, pelaksanaan kegiatan literasi
Pontianak sesuai dengan panduan gerakan sudah berjalan dengan baik namun belum

7
maksimal dan hanya beberapa siswa saja yang dengan panduan gerakan literasi sekolah dari
kebiasaan membacanya meningkat, hal itu Kemendikbud. Selanjutnya buku-buku di
peneliti ketahui berdasarkan hasil wawancara perpustakaan tersusun rapi dan juga sudah
dengan siswa dan data pengunjung cukup menunjang pelaksanaan gerakan literasi
perpustakaan, yang memang ada beberapa sekolah, dikarenakan setiap tahunnya sekolah
nama siswa yang berulang kali berkunjung ke menggunakan bantuan dana BOS yang
perpustakaan untuk membaca buku ataupun merupakan dana khusus untuk pembelanjaan
meminjam buku. buku-buku.
Tetapi saat pelaksanaan kegiatan literasi Kemudian saat peneliti melakukan
dimasukkan ke dalam proses pembelajaran wawancara kepada siswa, sarana dan prasarana
pada semester ini respon beberapa siswa cukup untuk membantu siswa menunjang gerakan
baik, karena siswa melakukan kegiatan literasi sekolah dengan nyaman saat ini masih
membaca setiap hari dan itu lama kelamaan belum cukup karena tidak adanya sarana
menjadi rutinitas yang harus dijalani siswa, prasarana seperti perpustakaan mini di setiap
pada akhirnya membaca menjadi kebiasaan kelas. Dalam panduan gerakan literasi sekolah
yang dilakukan siswa. Kebiasaan membaca yang dibuat oleh Kemendikbud diperlukannya
siswa menjadi lebih meningkat walaupun tidak perpustakaan mini / sudut baca dikelas yang
semua siswa mengalami peningkatan, namun apabila jika sarana tersebut diwujudkan oleh
kegiatan tersebut cukup berdampak positif bagi sekolah akan sangat membantu dan
peningkatan budaya membaca siswa pada memudahkan siswa untuk mengakses buku
semester ini. tanpa harus pergi ke perpustakaan sekolah,
namun untuk saat ini masih belum terlaksana
Faktor-Faktor Penunjang Gerakan Literasi di sekolah SMK Negeri 8 Pontianak.
Sekolah Terlebih lagi fasilitas yang tersedia di
Berdasarkan hasil wawancara dan perpustakaan masih belum nyaman untuk
observasi maka sub masalah ketiga dalam siswa membaca disana, karena suasana
penelitian ini dapat terjawab yaitu faktor-faktor ruangan yang panas pada siang hari dan terasa
apa saja yang menunjang gerakan literasi gerah apabila banyak siswa yang mengunjungi
sekolah di SMK Negeri 8 Pontianak. Faktor perpustakaan di waktu yang bersamaan.
yang dapat menunjang gerakan literasi di Keadaan yang seperti ini tentu saja membuat
sekolah SMK Negeri 8 Pontianak tentu saja semangat siswa untuk membaca di
sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah, perpustakaan menjadi menurun.
namun sarana yang menunjang gerakan literasi
sekolah yang paling penting yaitu SIMPULAN DAN SARAN
perpustakaan. Apabila perpustakaan sudah Simpulan
memadai tentu saja akan lebih mudah untuk Hasil penelitian dan pembahasan yang
menunjang program literasi sekolah. Namun telah peneliti lakukan mengenai implementasi
setelah peneliti melakukan penelitian di SMK gerakan literasi sekolah untuk meningkatkan
Negeri 8 Pontianak perpustakaan di sekolah budaya membaca siswa kelas XI Pemasaran di
masih belum maksimal, jadi ruang SMK Negeri 8 Pontianak, adapun
perpustakaan yang dibangun di SMK Negeri 8 kesimpulannya sebagai berikut: (1)
Pontianak itu awalnya merupakan ruang kelas, Perencanaan yang dilakukan sekolah SMK
tetapi dijadikan ruang perpustakaan karena Negeri 8 Pontianak masih belum maksimal,
keterbatasan ruang di sekolah. Kemudian sekolah menentukan tujuan dilaksanakannya
poster-poster kampanye membaca sudah program literasi sekolah untuk
cukup menunjang, karena sudah cukup banyak menumbuhkembangkan ketertarikan siswa
dipajang di berbagai area sekolah sesuai untuk kembali membaca, karena memang

8
kenyataannya siswa di SMK Negeri 8 kampanye membaca sudah cukup banyak
Pontianak kebiasaan membacanya masih dipajang di berbagai area sekolah dan buku-
sangat rendah, alasan itulah yang mendasari buku di perpustakaan juga sudah cukup
tujuan dilaksanakan program literasi sekolah menunjang pelaksanaan gerakan literasi
untuk meningkatkan budaya membaca siswa. sekolah. Dan saat peneliti melakukan
Kemudian peneliti melihat rencana yang wawancara kepada siswa, sarana dan prasarana
disusun oleh sekolah belum berjalan dengan untuk membantu siswa menunjang gerakan
lancar sesuai panduan gerakan literasi sekolah literasi sekolah dengan nyaman saat ini belum
yang dibuat oleh Kemendikbud. Selanjutnya cukup, karena tidak adanya sarana prasarana
langkah khusus yang diambil dalam seperti perpustakaan mini di setiap kelas yang
perencanaan yaitu membentuk tim literasi apabila jika sarana tersebut di wujudkan oleh
sekolah sudah berjalan baik sesuai dengan sekolah akan sangat memudahkan siswa untuk
aturan dalam Kemendikbud. (2) Pelaksanaan mengakses buku tanpa harus pergi ke
gerakan literasi sekolah pada tahapan awal perpustakaan lagi, karena kondisi perpustakaan
sudah dilakukan sejak satu tahun lalu yaitu juga kurang nyaman untuk siswa membaca
sekolah membuat jadwal khusus literasi yang disana, dimana suasana perpustakaan yang
dimasukkan ke dalam jadwal pelajaran yang terasa panas.
dijadwalkan selama satu minggu sekali selama
satu jam pelajaran dimana kegiatan ini Saran
mewajibkan siswa ke perpustakaan untuk Dengan melihat hasil implementasi
membaca buku. Namun hal ini tidak berjalan gerakan literasi sekolah untuk meningkatkan
lancar sesuai harapan sekolah untuk itu pada budaya membaca siswa kelas XI Pemasaran di
semester ini sekolah menerapkan tahapan SMK Negeri 8 Pontianak yang peneliti peroleh
pelaksanaan kegiatan literasi ke dalam proses dalam penelitian, sehingga peneliti
pembelajaran di kelas dan diterapkan pada menyarankan: (1) Bagi kepala sekolah untuk
semua bidang studi. Tahapan pada proses selalu mengevaluasi setiap satu tahun sekali
pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu tahapan apakah kegiatan literasi di sekolah SMK
pembiasaan, tahapan pengembangan, dan Negeri 8 Pontianak sudah sesuai dengan
tahapan pembelajaran. Kemudian upaya yang panduan gerakan literasi sekolah yang dibuat
dilakukan sekolah untuk meningkatkan budaya oleh kemendikbud selama satu tahun saat
membaca siswa sampai saat ini sudah berjalan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Apa-
baik tetapi belum maksimal. Namun pada saat apa saja yang belum terlaksana sesuai dengan
pelaksanaan kegiatan literasi dimasukkan ke panduan dan apa-apa saja yang masih kurang
dalam proses pembelajaran pada semester ini untuk menunjang pelaksanaan gerakan literasi
respon siswa cukup baik karena siswa di sekolah. Kemudian diharapkan sebagai
melakukan kegiatan membaca setiap hari kepala sekolah untuk melengkapi fasilitas apa
secara rutin, hal tersebut berdampak positif saja yang masih belum tersedia di sekolah
bagi peningkatan budaya membaca siswa pada untuk membantu siswa dalam mengikuti
semester ini. (3) Faktor yang dapat menunjang pelaksanaan gerakan literasi sekolah. (2) Bagi
gerakan literasi di sekolah SMK Negeri 8 waka sarana prasarana dan humas sekiranya
Pontianak tentu saja sarana dan prasarana yang untuk meningkatkan pembangunan
tersedia di sekolah, namun sarana yang perpustakaan sesuai dengan panduan gerakan
menunjang gerakan literasi sekolah yang literasi sekolah yang dibuat oleh kemendikbud
paling penting yaitu perpustakaan. Setelah agar terlihat nyaman bagi siswa dalam
peneliti melakukan penelitian di SMK Negeri mengikuti pelaksanaan gerakan literasi
8 Pontianak perpustakaan di sekolah masih sekolah. (3) Bagi siswa sebaiknya meniatkan
belum maksimal. Kemudian poster-poster pergi ke perpustakaan untuk membaca lebih

9
ditingkatkan, jangan pergi ke perpustakaan Faizah, Dewi Utama, dkk. (2016). Panduan
hanya untuk mengerjakan tugas saja tetapi Gerakan Literasi Sekolah. (cet ke-1).
pergi ke perpustakaan untuk membaca agar Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
kebiasaan membaca di sekolah meningkat. Dasar dan Menengah Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
DAFTAR RUJUKAN Gunawan, Imam. (2016). Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Abidin, Yunus, dkk. (2017). Pembelajaran
Gustini, Neng, dkk. (2016). Budaya Literasi:
Literasi: Strategi Meningkatkan
Model Pengembangan Budaya Baca
Kemampuan Literasi Matematika,
Tulis Berbasis Kecerdasan Majemuk
Sains, Membaca, dan Menulis. Jakarta:
Melalui Tutor Sebaya. Yogyakarta:
Bumi Aksara.
Deepublish.
Antoro, Billy. (2017). Gerakan Literasi
Hayat, B. dan Yusuf, S. (2011). Mutu
Sekolah: Dari Pucuk Hingga Akar
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sebuah Refleksi. Jakarta: Direktorat
Herdiansyah, Haris. (2013). Wawancara,
Jendral Pendidikan Dasar dan
Observasi, dan Focus Groups Sebagai
Menengah Kementrian Pendidikan dan
Instrumen Penggalian Data Kualitatif.
Kebudayaan.
Jakarta: Rajawali Press.
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka (2016). Desain Induk Gerakan Literasi
Cipta. Sekolah. Jakarta: Kementrian
Creswell, Jhon W. (2017). Research Design: Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Pendekatan Metode Kualitatif, Marshall, Catherine, Gretchen B Rossman.
Kuantitatif, dan Campuran (Cetakan (1995). Metode Penelitian:
ke-2 ed. 4). In Acmad Fawaid & Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. In
Rianayati Kusmini Pancasari. Sugiyono. Bandung: Alfabeta.
Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian:
Esterberg, Kristin G. (2002). Metode Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Bandung: Alfabeta.
R&D. In Sugiyono. Bandung:
Alfabeta.

10

Anda mungkin juga menyukai