Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MILITUS

DISUSUN OLEH

Nama : JOKO SUSILO


Nim : 2019011369

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN ASIH HUSADA SEMARANG
2020/2021
A. Definisi
Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang dikarakteristikkan
dengan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya
(Sangam et al., 2015). Kelainan metabolik pada karbohidrat, lipid, dan protein
diakibatkan oleh pentingnya insulin sebagai hormon anabolik. Tingkat insulin yang
rendah untuk mencapai respons yang memadai dan / atau resistensi insulin pada
jaringan target, terutama otot rangka, jaringan adiposa, dan pada tingkat yang lebih
rendah, hati, pada tingkat reseptor insulin, sistem transduksi sinyal, dan / atau enzim
atau gen efektor bertanggung jawab atas kelainan metabolisme ini (Kharroubi, 2015).
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme heterogen yang ditandai
dengan adanya hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, kerusakan kerja insulin
atau keduanya. Hiperglikemia kronis pada diabetes dikaitkan dengan komplikasi
mikrovaskuler jangka panjang yang relatif spesifik yang mempengaruhi mata, ginjal
dan saraf, serta peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (CVD). Kriteria diagnosis
diabetes didasarkan pada ambang batas glikemia yang terkait dengan penyakit
mikrovaskuler, terutama retinopati (Punthakee, Goldenberg, & Katz, 2018).
Diabetes mellitus tipe 1 ditandai dengan penghancuran sel beta pancreas karena
genetic, imunologis, dan mungkin factor lingkungan (misalnya virus) serta diperlukan
suntikan insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah. Diabetes tipe 2 dapat diobati
dengan diet dan olahraga, serta mengkonsumsi obat hipoglikemik oral sesuai dengan
kebutuhan. Diabetes tipe 2 ini sering terjadi pada pasien yang berusia lanjut dan pada
pasien dengan obesitas (Smeltzer, 2014).
B. Etiologi
Diabetes mellitus terjadi akibat berbagai factor yang mempengaruhi seperti factor
genetic, lingkungan, retensi ataupun gangguan sekresi insulin. Obesitas, tingkat stress
maupun aktivitas fisik serta berbagai komplikasi dari penggunaan obat juga dapat
sebagai pemicu timbulnya diabetes melitus (Herrera, Triplitt, Reasner, DeFronzo, &
Cersosimo, 2018).
Berikut adalah etiologi menurut Olobaka, dkk (2012):
a. Diabetes Melitus Tipe I
1) Genetic
2) Imunologi
3) Lingkungan
b. Diabetes Melitus Tipe II
1) Usia (mayoritas pasien berusia antara 45 dan 64 tahun)
2) Gaya hidup (aktivitas fisik, gaya hidup yang tidak banyak bergerak,
merokok, dan konsumsi alcohol yang banyak)
3) Obesitas
4) Riwayat keluarga
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita diabetes mellitus adalah sebagai
berikut(Digiulio, Jackson & Keogh, 2014) :
a. Haus meningkat (Polydipsia)
b. Urin meningkat (Polyuria)
c. Nafsu makan meningkat/sering lapar
d. Penglihatan kabur
e. Beberapa kasus lain tidak ada gejala
f. Serangan cepat karena tidak ada insulin yang diproduksi
g. Berat badan menurun
h. Sering mengalami infeksi
i. Penyembuhan luka lama
D. Komplikasi

Pada DM yang tidak terkendali atau tidak segera ditangani dapat terjadi
komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler kronik, baik mikroangiopati
maupun makroangiopati. Di Amerika Serikat, DM merupakan penyebab utama dari
end-stage renal disease (ESRD), nontraumatic lowering amputation, dan adult
blindness. Sejak ditemukan banyak obat untuk menurunkan glukosa darah, terutama
setelah insulin ditemukan, angka kematian penderita diabetes akibat komplikasi akut
menurun drastis. Kelangsungan hidup penderita diabetes lebih panjang dan diabetes
dapat dikontrol lebih lama. (Ndraha, 2014)
Komplikasi kronis akibat diabetes yang tidak terkendali dapat menyebabkan
kerusakan organ-organ tubuh diantaranya (Ndraha, 2014):
a. Kerusakan saraf (neuropati)
b. Kerusakan mata (retinopati)
c. Kerusakan ginjal (nefropati)
d. Penyakit jantung koroner
e. Stroke
f. Hipertensi
g. Penyakit paru
h. Infeksi
i. Gangguan saluran cerna
j. Penyakit pembuluh darah perifer
k. Gangguan pada hati
E. Patofisiologi
Proses penyakit pada diabetes militus tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin. Yaitu resisyensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes
Militus tipe II di sertai dengan penurunan reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak
efektifnya insulin untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleg jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namun pada penderita
folorensi glukosa terganggu, keadaan ini akibat sekresi insulin berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan dalam tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian bila sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin. Maka kadar glukosa akan meningkat dan mengakibatkan Diabetes Militus
tipe II.
(Smeltzer,S.C dan Bore,B.G,2014)
F. PATHWAY
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dan pengelolaan DM menitik beratkan pada 4 pilar
penatalaksanaan yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani/aktivitas fisik, dan
intervensi farmakologis (PERKENI, 2014).
a. Penatalksanaan Keperawatan
1) Perawatan luka
2) Pemantauan gula darah
3) Pendidikan kesehatan (diit, aktivitas fisik, terapi/pengobatan)
b. Penatalaksanaan Medis
1) Obat Hiperglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan:
a) Pemicu sekresi insulin
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin
c) Penghambat gluconeogenesis
d) Penghambat glukosidase
2) Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
a) Penurunan berat badan yang cepat
b) Hiperglikemi berat yang disertai ketoasidosis
c) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
3) Terapi kombinasi
Pemberian OHO maupun insuli selalu dimiluai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinikmati secara bertahap sesuai dengan respo ladal glukosa darah.

H. Fokus Pengkajian

a) Identitas
Terdiri atas identitas pasien dan identitas penganggung jawab pasien meliputi nama,
umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status, no. RM, diagnosa medis dan
hubungan dengan pasien.
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Kronologi yang dialami pasien hingga masuk rumah sakit.
3) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mempunyai penyakit yang sama atau penyakit lain.
4) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga mempunyai penyakit yang sama atau mempunyai penyakit
keturunan.
c) Pola Kesehatan Fungsional
Pola-pola fungsional kesehatan menurut Gordon adalah :
 Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan. Gambaran
kesehatan, Secara umum dan saat ini, gambaran terhadap sakit, penyebab
dan penangan yang dilakukan.
 Pola nutrisi metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi. Gambaran yang biasa
dimakan (pagi, siang, sore), gambaran nafsu makan.
 Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit. Berapa kali
miksi dalam sehari, karakteristik urine, adakah masalah dalam proses miksi,
apakah menggunakan alat bantu, gambaran pola BAB, karakteristik feses,
bau badan, keringat berlebih, lesi dan prunitus.  
 Pola aktivitas-latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan. Fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Gambaran kegiatan sehari-hari dan olahraga. Apakah mengalami kesulitan
dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada.
 Pola istirahat-tidur
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi. Berapa
lama tidur di malam hari, jam berapa tidur-bangun, apakah terasa efektif,
adakah kebiasaan sebelum tidur, apakah mengalami kesulitan dalam tidur.
 Pola kognitif-persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman,
dan persepsi nyeri.
 Persepsi diri-konsep diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,
harga diri dan perasaan terhadap diri sendiri.
 Pola peran-hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
 Pola seksualitas-reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi. Apakah
menggunakan alat bantu/pelindung, apakah mengalami kesulitan.
 Pola koping-toleransi stress
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan
sistem pendukung.
 Pola nilai-kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam
hidup.
d) Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik meliputi :
 Keadaan umum pasien
 GCS
 Tanda-tanda vital
 Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
 Pemeriksaan antropometri (TB, BB, LiLa, IMT)
e) Pemeriksaan Penunjang
1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya,
tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat
dibawah kondisi stress.
2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya
aterosklerosis.

I. Diagnose Keperawatan

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran


darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.
d. Deficit nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
f. Deficit pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

J. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Gangguan perfusi Setelah dilakukan perawatan Terapeutik
jaringan Setelah dilakukan tindakan 1) Ajarkan pasien untuk
berhubungan keperawatan selam2x24 jam melakukan mobilisasi
dengan diharapkan dapat 2) Ajarkan tentang faktor-
melemahnya / mempertahankan sirkulasi faktor yang dapat
menurunnya aliran perifer tetap normal dengan meningkatkan aliran
darah ke daerah kriteria hasil: darah: tinggika kaki
gangren akibat 1) Denyut nadi perifer sedikit lebih rendah dari
adanya obstruksi teraba kuat dan regular jantung (posisi elevasi
2) Warna kulit sekitar luka
pembuluh darah. pada waktu istirahat),
tidak pucat/sianosis
3) Kulit sekitar lukan terba hindari menyilangkan
hangat kaki, hindari balutan ketat,
4) Oedema tidak terjadi dan
hindari penggunaan bantal
luka tidak bertambah
parah di belakang lutut dan
5) Sensorik dan motoric sebagainya.
membaik
Edukasi
1) Ajarkan tentang
modifikasi faktor-faktor
resiko berupa : Hindari
diet tinggi kolestrol,
teknik relaksasi,
menghentikan kebiasaan
merokok, dan penggunaan
obat vasokontriksi.
Kolaborasi
1) Kerja sama dengan tim
kesehatan lain dalam
pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah
secara rutin dan terapi
oksigen (HBO)
Gangguan Setelah dilakukan perawatan Observasi
integritas jaringan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji luas dan keadaan luka
berhubungan keperawatan selama 2x24 jam serta proses penyembuhan
dengan adanya diharapkan tercapainya Terapeutik
gangren pada proses penyembuhan luka 2) Rawat luka dengan baik
ekstrimitas. dengan kriteria hasil: dan benar: Membersihkan
1) Berkurangnya oedema luka secara abseptik
sekitar luka menggunakan larutan yang
2) Pus dan jaringan tidak aktif, angkat sisa
berkurang balutan yang menempeel
3) Adanya jaringan pada luka dan nekrotomi
granulasi Kolaborasi
4) Bau busuk luka 3) Kolaborasi dnegan dokter
berkurang untuk pemberian insulin,
pemeriksaan kultur pus,
pemeriksaan gula darah
Gangguan rasa Setelah dilakukan perawatan Observasi
nyaman (nyeri) Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tingkat, frekuensi, dan
berhubungan keperawatan selama 2x24 jam reaksi nyeri yang dialami
dengan iskemik diharapkan rasa nyeri pasien
jaringan. berkurang dengan kriteria Terapeutik
hasil: 2) Ciptakan lingkungan yang
1) Penderita secara verbal tenang
mengatakan nyeri 3) Ajarkan teknik distraksi
berkurang atau hilang dan relaksasi
2) Penderita dapat 4) Atur posisi pasien
melakukan metode atau senyaman mungkin sesuai
tindakan untuk mengatasi keinginan pasien
nyeri 5) Lakukan massage saat
3) Elpresi wajah klien rileks rawat luka
4) Tidak ada keringet dingin, Edukasi
tanda vital dalam batas 6) Jelaskan pada pasien
normal (S: 36-37,50C, N: tentang sebab-sebab
60-80x/menit, T: 120/80 timbulnya nyeri
mmHg, RR: 18-20 Kolaborasi
x/menit) 7) Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian analgesik
Deficit nutrisi Setelah dilakukan perawatan Observasi
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji status nutrisi dan
dengan intake keperawatan selama 3x… jam kebiasaan makan
makanan yang diharapkan kebutuhan nutrisi Terapeutik
kurang. dapat terpenuhi dengan 2) Timbang berat badan setiap
kriteria hasil: seminggu sekali
1) Berat badan dan tinggi 3) Identifikasi perubahan pola
badan ideal. makan
2) Pasien mematuhi dietnya. Edukasi
3) Kadar gula darah dalam 4) Anjurkan pasien untuk
batas normal. mematuhi diet yang telah
4) Tidak ada tanda-tanda diprogramkan
hiperglikemia/hipoglikem Kolaborasi
ia 5) Kerjasama dengan tim
kesehatanlain untuk
pemberian insulin dan diet
diabetik
Resiko infeksi Setelah dilakukan perawatan Observasi
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji adanya tanda-tanda
dengan tingginya keperawatan selama 2x24 jam penyebaran infeksi pada
kadar gula darah diharapkan tidak terjadi luka
penyebaran infeksi (sepsis) Terapeutik
dengan kriteria hasil: 2) Lakukan perawatan luka
1) Tanda-tanda infeksi tidak secara aseptic
ada. Edukasi
2) Tanda-tanda vital dalam 3) Anjurkan kepada pasien
batas normal (S:36 dan keluarga untuk selalu
-37,50C) menjaga kebersihan diri
3) Keadaan luka baik dan selama perawatan
kadar gula darah normal.
4) Anjurkan pada pasien agar
menaati diet, latihan fisik,
pengobatan yang
ditetapkan
Kolaborasi
5) Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian
antibiotika dan insulin
Deficit Setelah dilakukan perawatan Observasi
pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tingkat pengetahuan
tentang proses keperawatan selama 2x24 jam pasien/keluarga tentang
penyakit, diet, diharapkan pasien penyakit DM dan gangrene
perawatan dan memperoleh informasi yang 2) Kaji latar belakang
pengobatan jelas dan benar tentang pendidikan pasien
berhubungan penyakitnya dengan kriteria Terapeutik
dengan kurangnya hasil: 3) Gunkan gambar-gambar
informasi 1) Pasien mengetahui tentang dalam memberikan
proses penyakit, diet, penjelasan
perawatan dan Edukasi
pengobatannya dan dapat 4) Jelaskan tentang proses
menjelaskan kembali bila penyakit, diet, perawatan
ditanya. dan pengobatan pada
2) Pasien dapat melakukan pasien dengan bahasa dan
perawatan diri sendiri kata-kata yang mudah
berdasarkan pengetahuan dimengerti
yang diperoleh 5) Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan,
manfaatnya bagi pasien dan
libatkan pasien didalamnya
A. Evaluasi Keperawatan

Tangga No. Evaluasi Tanda


l DP tangan
/jam
30-03- 1. S : Pasien mengeluh nyeri luka tangan kiri
2021 O:
TTV : TD : 120/80 mmHg
10.00 N : 68X/menit
S : 36,5 C
GDS : 383
GDS : 524 mg/dL (<200 mg/dL)
A: Nyeri
P : Lanjutkan intervensi
- Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
- Anjurkan relaksasi
-

9-02- 2. S : Pasien mengeluh Jari tangan kiri


2021 O: luka tampak basah dan sedikit bau

A: Masalah teratasi sebagian


Pukul
P : Lanjutkan intervensi
13.00
- Rawat luka dengan baik dan benar
- Anjurkan relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Arora, M., Koley, S., Gupta, S.,& Shandu, J.S., 2007. A Study on Lipid Profile And Body Fat in
Patients with Diabetes Melitus. Anthropologist, 9(4): 295- 298.
DiGiulio. M , Jackson. D, Keogh. J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Dolensek, J, Rupnik, MS & Stozer, A, 2015,StructuralSimilarities and Differences Between The
Human andThe Mouse Pancreas, Islets, Vol 7, viewed 28 maret 2019,
http://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/19382014.2015.1024405
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Compendio de fisiología médica. Elsevier.
Kharroubi, A. T. (2015). Diabetes mellitus: The epidemic of the century. World Journal of
Diabetes, 6(6), 850. https://doi.org/10.4239/wjd.v6.i6.850
Ndraha S., 2014. Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini. Medicinus Vol.27(2): 9-16.
Olokoba, A. B., Obateru, O. A., & Olokoba, L. B. (2012). Type 2 diabetes mellitus: A review of
current trends. Oman Medical Journal, 27(4), 269–273.
https://doi.org/10.5001/omj.2012.68
Ozougwu, O. (2013). The pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes
mellitus. Journal of Physiology and Pathophysiology, 4(4), 46–57.
https://doi.org/10.5897/jpap2013.0001
Punthakee, Z., Goldenberg, R., & Katz, P. (2018). Definition, Classification and Diagnosis of
Diabetes, Prediabetes and Metabolic Syndrome. Canadian Journal of Diabetes, 42, S10
S15. https://doi.org/10.1016/j.jcjd.2017.10.003
Sangam, S., Naveed, A., Athar, M., Prathyusha, P., Moulika, S., & Lakshmi, S. (2015).
International Journal of Health Sciences and Research. 5(1), 156–164.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta.
Soegondo S.2006, Penyuluhan sebagai Komponen Terapi Diabetes dan Penatalaksanaan
Terpadu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai