DIABETES MILITUS
DISUSUN OLEH
Pada DM yang tidak terkendali atau tidak segera ditangani dapat terjadi
komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler kronik, baik mikroangiopati
maupun makroangiopati. Di Amerika Serikat, DM merupakan penyebab utama dari
end-stage renal disease (ESRD), nontraumatic lowering amputation, dan adult
blindness. Sejak ditemukan banyak obat untuk menurunkan glukosa darah, terutama
setelah insulin ditemukan, angka kematian penderita diabetes akibat komplikasi akut
menurun drastis. Kelangsungan hidup penderita diabetes lebih panjang dan diabetes
dapat dikontrol lebih lama. (Ndraha, 2014)
Komplikasi kronis akibat diabetes yang tidak terkendali dapat menyebabkan
kerusakan organ-organ tubuh diantaranya (Ndraha, 2014):
a. Kerusakan saraf (neuropati)
b. Kerusakan mata (retinopati)
c. Kerusakan ginjal (nefropati)
d. Penyakit jantung koroner
e. Stroke
f. Hipertensi
g. Penyakit paru
h. Infeksi
i. Gangguan saluran cerna
j. Penyakit pembuluh darah perifer
k. Gangguan pada hati
E. Patofisiologi
Proses penyakit pada diabetes militus tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin. Yaitu resisyensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes
Militus tipe II di sertai dengan penurunan reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak
efektifnya insulin untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleg jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namun pada penderita
folorensi glukosa terganggu, keadaan ini akibat sekresi insulin berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan dalam tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian bila sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin. Maka kadar glukosa akan meningkat dan mengakibatkan Diabetes Militus
tipe II.
(Smeltzer,S.C dan Bore,B.G,2014)
F. PATHWAY
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dan pengelolaan DM menitik beratkan pada 4 pilar
penatalaksanaan yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani/aktivitas fisik, dan
intervensi farmakologis (PERKENI, 2014).
a. Penatalksanaan Keperawatan
1) Perawatan luka
2) Pemantauan gula darah
3) Pendidikan kesehatan (diit, aktivitas fisik, terapi/pengobatan)
b. Penatalaksanaan Medis
1) Obat Hiperglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan:
a) Pemicu sekresi insulin
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin
c) Penghambat gluconeogenesis
d) Penghambat glukosidase
2) Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
a) Penurunan berat badan yang cepat
b) Hiperglikemi berat yang disertai ketoasidosis
c) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
3) Terapi kombinasi
Pemberian OHO maupun insuli selalu dimiluai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinikmati secara bertahap sesuai dengan respo ladal glukosa darah.
H. Fokus Pengkajian
a) Identitas
Terdiri atas identitas pasien dan identitas penganggung jawab pasien meliputi nama,
umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status, no. RM, diagnosa medis dan
hubungan dengan pasien.
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Kronologi yang dialami pasien hingga masuk rumah sakit.
3) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mempunyai penyakit yang sama atau penyakit lain.
4) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga mempunyai penyakit yang sama atau mempunyai penyakit
keturunan.
c) Pola Kesehatan Fungsional
Pola-pola fungsional kesehatan menurut Gordon adalah :
Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan. Gambaran
kesehatan, Secara umum dan saat ini, gambaran terhadap sakit, penyebab
dan penangan yang dilakukan.
Pola nutrisi metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi. Gambaran yang biasa
dimakan (pagi, siang, sore), gambaran nafsu makan.
Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit. Berapa kali
miksi dalam sehari, karakteristik urine, adakah masalah dalam proses miksi,
apakah menggunakan alat bantu, gambaran pola BAB, karakteristik feses,
bau badan, keringat berlebih, lesi dan prunitus.
Pola aktivitas-latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan. Fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Gambaran kegiatan sehari-hari dan olahraga. Apakah mengalami kesulitan
dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada.
Pola istirahat-tidur
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi. Berapa
lama tidur di malam hari, jam berapa tidur-bangun, apakah terasa efektif,
adakah kebiasaan sebelum tidur, apakah mengalami kesulitan dalam tidur.
Pola kognitif-persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman,
dan persepsi nyeri.
Persepsi diri-konsep diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,
harga diri dan perasaan terhadap diri sendiri.
Pola peran-hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
Pola seksualitas-reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi. Apakah
menggunakan alat bantu/pelindung, apakah mengalami kesulitan.
Pola koping-toleransi stress
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan
sistem pendukung.
Pola nilai-kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam
hidup.
d) Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik meliputi :
Keadaan umum pasien
GCS
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
Pemeriksaan antropometri (TB, BB, LiLa, IMT)
e) Pemeriksaan Penunjang
1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya,
tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat
dibawah kondisi stress.
2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya
aterosklerosis.
I. Diagnose Keperawatan
J. Intervensi Keperawatan
Arora, M., Koley, S., Gupta, S.,& Shandu, J.S., 2007. A Study on Lipid Profile And Body Fat in
Patients with Diabetes Melitus. Anthropologist, 9(4): 295- 298.
DiGiulio. M , Jackson. D, Keogh. J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Dolensek, J, Rupnik, MS & Stozer, A, 2015,StructuralSimilarities and Differences Between The
Human andThe Mouse Pancreas, Islets, Vol 7, viewed 28 maret 2019,
http://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/19382014.2015.1024405
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Compendio de fisiología médica. Elsevier.
Kharroubi, A. T. (2015). Diabetes mellitus: The epidemic of the century. World Journal of
Diabetes, 6(6), 850. https://doi.org/10.4239/wjd.v6.i6.850
Ndraha S., 2014. Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini. Medicinus Vol.27(2): 9-16.
Olokoba, A. B., Obateru, O. A., & Olokoba, L. B. (2012). Type 2 diabetes mellitus: A review of
current trends. Oman Medical Journal, 27(4), 269–273.
https://doi.org/10.5001/omj.2012.68
Ozougwu, O. (2013). The pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes
mellitus. Journal of Physiology and Pathophysiology, 4(4), 46–57.
https://doi.org/10.5897/jpap2013.0001
Punthakee, Z., Goldenberg, R., & Katz, P. (2018). Definition, Classification and Diagnosis of
Diabetes, Prediabetes and Metabolic Syndrome. Canadian Journal of Diabetes, 42, S10
S15. https://doi.org/10.1016/j.jcjd.2017.10.003
Sangam, S., Naveed, A., Athar, M., Prathyusha, P., Moulika, S., & Lakshmi, S. (2015).
International Journal of Health Sciences and Research. 5(1), 156–164.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta.
Soegondo S.2006, Penyuluhan sebagai Komponen Terapi Diabetes dan Penatalaksanaan
Terpadu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta