Anda di halaman 1dari 13

MTBS PADA ANAK MENINGITIS

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Ranikawati Damanik, S.Kep., M.Kep

KELOMPOK 3 :

Yessi Grasella Simanjuntak ( 190204067 ) Evalina Nababan ( 190204008 )

Delima Purba ( 190204009 ) Rahul Halianja Saragih ( 190204033 )

Caca Rohali Sinaga ( 190204025 ) Nova Andriani ( 190204308 )

Anisa Maharani ( 190204019 ) Hutari Wan Peristiwa ( 190204034 )

Deswita Permatasari ( 190204023 ) Novica Ayu Saputri Pasaribu


( 190204042)

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

KEPERAWATAN 2021
TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN

Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum pada araknoid dan piameter,
disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan
kronis. (Arief Mansjoer : 2000)

Meningitis adalah peradangan yang hebat pada selapus otak.Peradangan itu mungkin terjadi
sesudah serangan otitis media,radang mastoid,abses otak ,malahan radang tonsil. Sesuatu retak
pada tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus mungkin mengakibatkan radang selaput
otak. (Clifford R Anderson : 1975)

Meningitis adalah Infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan medula
spinalis). Infeksi ini dapat disebabkan oleh :

 Bakteri, seperti pneumococcus, meningecoccus, stapilococcus, streptococcus, salmonella,
dll.

 Virus, seperti Hemofilus influenza dan herpes simplex. (Depkes : 1995)

 Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai
radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla
spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan
cepat sekali menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis
terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu
proses serebrospinal. (Harsono : 1996)

2. ETIOLOGI

 Bakteri:

1. Neonatus sampai 2 bulan: GBS, basili gram negative, missal, Escherichia


coli, Liateria monocytogenes, S. agalactiae (streptokokus gram B)
2. 1 bulan sampai 6 tahun: Neisseria meningitidis (meningokokus),
Streptococcus pneumoniae, Hib

3. > 6 tahun: Neisseria meningitides, Streptococcus pneumoniae, parotitis


(pre-MMR)

4.  Mycobacterium tuberculosis: dapat menyebabkan meningitis TB pada


semua umur. Pling sering pada anak umur 6 bulan sampai 6 tahun 

5. Virus: Enterovirus (80%), CMV, arbovirus, dan HSV

3. PATOFISIOLOGI

Keluhan pertama biasanya Nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi, kesadaran menurun. Tanda
Kernig&Brudzinsky positif. (Arief Mansjoer : 2000)

Terjadi secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang, nafsu
makan berkurang, minum sangat berkurang, konstipasi diare, biasanya disertai septicemia dan
pneumonitis. Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab hemofilus influenza,
25% streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi meningokok.

Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi koagulasi
intravaskularis diseminata.

Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan fontanela
menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa,
permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang bisa hebat sekali, malaise
umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung. 

Biasa dimulai dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas. Selanjutnya terjadi kaku kuduk,
opistotonus, dapat terjadi renjatan, hipotensi dan taki kardi karena septicemia. Gangguan
kesadaran berupa letargi sampai koma yang dalam dapat dijumpai pada penderita. Nyeri kepala
dapat hebat sekali, rasanya seperti mau pecah dan bertambah hebat bila kepala digerakkan. Nyeri
kepala dapat disebabkan oleh proses radang pembuluh darah. Meningeal, tetapi juga dapat
disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial yang disertai fotofobi dan hiperestesi, suhu
badan makin meningkat, tetapi jarang disertai gemetar (chills). (Harsono : 1996)

4. MANIFESTASI KLINIK

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,
yaitu :

1. Meningitis Tuberkulosis Generalisata 

Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.
Penyebab terjadinya adalah Mycobacterium Tuberculosa,  Penyebab lain
seperti Lues, Virus,Toxoplasma gondhii, Ricketsia.

Manifestasi Klinik :

Penyakit ini dimulai akut, subakut atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal, marah-marah,
obstipasi, muntah-muntah.

Dapat ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada pemeriksaan
terdapat kaku kuduk dan tanda-tanda perangsangan meningen lainnya. Suhu badan naik turun,
kadang-kadang suhu malah merendah, nadi sangat stabil, lebih sering dijumpai nadi yang lambat,
abdomen nampak mencekung.

Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-saraf ini. Yang sering
terkena nervus III & VII. Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal, monoparesis,
hemiparesis, dan gangguan sensibilitas.

Tanda-tanda khas penyakit ini adalah Apatis, refleks pupil yang lambat dan refleks-refleks tendo
yang lemah.

Pemeriksaan Penunjang :

1. Pemeriksaan Darah

Dilakukan pemeriksaan kadar hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah (LED),
kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu pada meningitis
tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.

1. Cairan Otak

Periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis. Pada meningitis serosa diperoleh hasil
pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan jumlah protein
yang meninggi

1. Pemeriksaan Radiologis

 Foto data

 Foto kepala bila mungkin CT – Scan

Penatalaksanaan :

Medis

1. 1.     Rejimen terapi : 2 HRZE – 7RH.

2 Bulan Pertama :

 INH                      : 1 x 400 mg / hari, oral

 Rifampisin           : 1 x 600 mg / hari, oral

 Pirazinamid          : 15-30 mg / kg / hari, oral

 Streptomisin a/     : 15 mg / kg / hari, oral

 Etambutol             : 15-20 mg / kg / hari, oral.

1. 2.     Steroid diberikan untuk :

 Menghambat reaksi inflamasi

 Mencegah komplikasi infeksi


 Menurunkan edema serebri

 Mencegah perlekatan

 Mencegah arteritis / infark otak.

1. 3.     Indikasi

 Kesadaran menurun

 Defisit neurologis fokal.

1. 4.     Dosis

Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg intravena selama 2-3 minggu,


selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.

Disamping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan deksametason untuk


menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan antara araknoid dan otak.

1. Meningitis Purulenta 

Adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Penyebabnya antara lain : Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseriameningitidis (meningokok), Streptococcus
haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia Coli, Klebsiella
pneumoniae,Pseudomonas aeruginosa.

Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda penting adalah demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, dan kesadaran
menurun.

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Darah

Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah (LED),
kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur. Pada meningitis purulenta di dapatkan
peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis.
1. Cairan Serebrospinal : lengkap & kultur

Pada meningitis purulenta, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang keruh karena
mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit yang hidup dan mati, jaringan yang
mati dan bakteri.

1. Pemeriksaan Radiologi

 Foto kepala : periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi

 Foto dada.

Penatalaksanaan

Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif, suportif untuk
membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa
diberikan obat sebagai berikut :

 Kombinasi Ampisilin 12-18 gr, Kloramfenikol 4 gr, Intravena dalam dosis terbagi 4 x /
hari.

 Dapat ditambahkan campuran Trimetoprim 80 mg, Sulfametoksazol 400 mg Intravena.

 Dapat pula ditambahkan Seftriakson 4-6 gr Intravena. (Arief Mansjoer : 2000)

5. DIAGNOSIS PENUNJANG

Adanya gejala-gejala seperti panas yang mendadak dan tidak dapat diterangkan sebabnya,
letargi, muntah, kejang dan lain-lainya harus difikirkan kemungkinan meningitis.   Diagnosis
pasti adalah dengan pemeriksaan CSS melalui fungsi lumbal. Pada setiap penderita dengan iritasi
meningeal,apalagi yang berlangsung beberapa hari atau dengan gejala-gejala kemungkinan
meningitis atau penderita dengan panas yang tidak diketahui sebabnya, harus dilakukan fungsi
lumbal. Kadang-kadang pada fungsi lumbal pertama tidak didapatkan derita yang sebelumnya
telah mendapat pengobatan antibiotika,tetapi pada pembiakan ternyata ada bakteri. Walaupun
fungsi lumbal merupakan faktor resiko untuk terjadi meningitis, untuk kepentingan diagnosis
cara ini mutlak dilakukan.
Bila terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (koma, kekakuan descrebrasi, reaksi
cahaya negatif) dapat dilakukan fungsi melalui sisterna makna. Cara ini untuk menghindarkan
terjadinya dekompresi dibawah foramen maknum dan herniasi tonsila cerebellum. Bila tekanan
permukaan CSS di atas 200 mmH2O, sebaiknya diberikan manitol 0,25 -0,50 mg/kg BB secara
bolus segera sesudah fungsi lumbal untuk menghindari herniasi otak. Jumlah CSS yang diambil
secukupnya untuk pemeriksaan. Pada umumnya tekanan CSS 200-500 mmH2O dan CSS tampak
kabur, keruh dan purulen.

Pada meningitis bacterial stadium akut terdapat leukosit polimor fonukleat. Jumlah sel berkisar
antara 1000-10000 dan pada kasus tertentu bisa mencapai 100000/mm3 , dapat disertai sedikit
eritrosit. Bila jumlah sel diatas 50.000/mm3 , maka kemungkinannya adalah abses otak yang
pecah dan masuk ke dalam ventrikulus. (Harsono : 1996)

1. Pemeriksaan cairan serebrospinalis baik secara makroskopis maupun


secara   mikroskopis.

v  Warna (Infeksi bakteri = purulent, infeksi virus dan tuberculosis = Xantocrom)

v  Tekanan meningkat

v  Sel PMN (Polimorfonukleus) meningkat

v  Protein meningkat

v  Glukosa menurun

v  None (+)

v  Pandi (+).

1. Pemeriksaan Tambahan

v  Darah lengkap, LED

v  Kultur darah

v  Foto kepala, thorax, vertebra

v  Kultur Swab hidung dan tenggorokan


v  EEG, CT – Scan Otak. 

6. PENATALAKSANAAN

Infeksi Intrakranial → Lapisan yang menutupi otak dan medulla spinalis (Meningitis). Sumber
penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya / penyembuhannya dapat
komplet (sembuh total) sampai pada menimbulkan penurunan neurologis dan juga sampai terjadi
kematian.

MEDIS

 PEMBERIAN ANTIBIOTIK

Pemberian antibiotic harus tepat dan cepat sesuai dengan bakteri penyebabnya dan dalam dosis
yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil biakan sebaiknya diberikan antibiotic dengan
spectrum luas. Antibiotic diberikan selama 10 – 14 hari atau sekurang-kurangnya 7 hari setelah
demam bebas. Pemberian antibiotic sebaiknya secara parental.

Kadang – kadang pada pemberian antibiotic selama 4 hari, tiba-tiba suhu meningkat lagi.
Keadaan demikian ini dapat disebabkan oleh flebitis di tempat pemberian cairan parental atau
intravena. Sementara itu, suhu yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh pemberian antibiotic yang
tidak tepat atau dosis yang tidak cukup atau telah terjadi efusi subdural,empiema, atau abses
otak.

Penisilin G diberikan untuk mengatasi infeksi pneumokok, streptokok dan meningokok dengan
dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam. Terhadap infeksi hemofilus sebaiknya diberikan kloramfenikol 4
x 1 gram/24 jam atau ampisilin 4 x 3 gram setiap 24 jam intravena. Untuk meningkok dipakai
sulfadiazine sampai 12 x 500 mg dalam 24 jam selama kurang lebih 10 hari. Gentamisin
dipergunakan untuk memberantas Escheria coli, klebsiela, proteus, dan kuman-kuman gram
negatif.

2. MANAJEMEN TERAPI
1. Isolasi

2. Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur


3. Mempertahankan dehidrasi,monitor balance cairan (hubungan dengan edema
serebral)

4. Mencegah dan mengobati komplikasi

5. Mengontrol kejang

6. Mempertahankan ventrilasi

7. Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial

8. Penatalaksanaan syok septic

9. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.

MTBS MENINGITIS

Contoh kasus

Ny. Y datang ke puskesmas, Ny. Y membawa anaknya bernama radit umur 4 bulan dengan
keluhan demam disertai batul pilek. Dari hasil pemeriksaan diperoleh data respirasi rate
60x/menit, nafas cepat dan pendek, bunyi nafas stridor, terlihat adanya tarikan dinding dada
bagian bawah dalam (TDdK), Suhu tubuh 380C, BB : 6,3 kg dan panjang badan 60 cm, ibu
mengatakan saat ini anaknya belum mendapatkan imunisasi, imunisasi terakhir dilakukan 1
bulan yang lalu.

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT

GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN


 Ada tanda bahaya PNEUMONIA BERAT  Beri dosis pertama
umum Atau antibiotik yang sesuai
ATAU PENYAKIT SANGAT  Rujuk SEGERA
 Tarikan dinding dada BERAT
ke dalam
ATAU
 Stridor

Apakah anak Demam ?

Klasifikasi demam : Demam tanpa resiko Malaria

GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN


 Tidak ada tanda DEMAM  Berikan dosis pertama
bahaya umum BUKAN MALARIA parasetamol jika
ATAU demam tinggi
 Tidak ada kaku kuduk ( >38,50C)
 Obati penyebab lain
dari demam
 Jika demam tiap hari
selama >7 hari, RUJUK
untuk pemeriksaan
lanjut
 Nasihati kapan kembali
segera
 Kunjungan ulang 2 hari
jika tetap demam
Memeriksa status imunisasi

An. Radit berusia 4 bulan :

UMUR JENIS VAKSIN TEMPAT


0 bulan HB 0 , BCG , RB / RB / Bidan
Polio 1
2 bulan DPT / HB 1 , RB / RB / Bidan
Polio 2 / Posyandu
JADWAL 3 bulan DPT / HB 2 , RB / RB / Bidan
IMUNISASI Polio 3 / Posyandu
4 bulan DPT / HB 3 , RB / RB / Bidan
Polio 4 / Posyandu
9 bulan Campak RB / RB / Bidan
/ Posyandu
PENGOBATAN

GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN / PENGOBATAN


 Demam ( suhu tubuh  Beri dosis pertama paracetamol
39,50C ) Demam ( 1x 100mg tab/ 6 jam)
 Batuk-batuk  Ajari ibu cara mengobati infeksi
local dirumah (kecap manis atau
madu dicampur dengan air jeruk
nipis )

Pemberian Antibiotik Oral ulang sesuai

UMUR KOTRIMOKSAZOL AMOKSISILIN


Atau 2x sehari selama 3 hari untuk pneumonia 2x sehari selama 3 hari
BERAT untuk pneumonia
TAB TAB ANAK SIRUP / 5 TABLET SIRUP /
BADAN
DEWASA ( 20mg tmp + ml (40mg (500mg) 5ml
( 80mg tmp + 100mg smz ) tmp + (125mg)
400mg smz) 200mg smz)
4 bln - < 12
bln 1/2 2 5 ml ( 1 1/2 10 ml (2
(6 - < 10 sendok takar) sendok
kg ) takar )

Pemberian Antibiotik Intramuskular


UMUR AMPISILIN GENTAMICIN
Atau Dosis : 50 mg/kg BB Dosis : 7,5 mg/kg BB
BERAT BADAN Tambaham : 4,0 ml aquadest dalam 1 Sediaan : 80 mg/ 2ml
vial 1000 mg sehingga menjadi 1000
mg / 5 ml atau 200 mg/ml
4 bulan ( - < 9 1,75 ml = 350 mg 1,25 ml = 50 mg
bulan
6 -< 8kg (

Pelayanan tindak lanjut

Sesudah 2 hari :

Tanyakan :

 Apakah nafsu makan membaik ?


 Apakah nafas lebih lambat ?

Periksa :

 Tanda bahaya umum


 Lakukan penilaian untuk batuk atau sukar bernafas

Tindakan :

 Jika tidak ada bahaya umum atau tarikan dada kedalam dari 1 dosis antibiotic pra
rujukan. Selanjutkan RUJUK SEGERA.
 Jika frekuensi nafas atau nafsu makan anak menunjukkan perbaikan, gantilah dengan
antibiotic pilihan kedua dan anjurkan ibu untuk kembali 2 hari atau RUJUK jika anak
menderita campak dalam 3 bulan terakhir
 Jika nafas melambat atau nafsu makan membaik, lanjutkan pemberian antibiotic hingga
seluruhnya 3 hari.

Anda mungkin juga menyukai