Anda di halaman 1dari 7

Materi rinhitis fix

1. Pengertian

Menurut Allergic Rinitis and its Impact on Asthma (ARIA) tahun 2008, rinitis alergi
merupakan suatu kelainan simptomatik pada hidung yang timbul akibat paparan
alergen melalui reaksi inflamasi yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE), dengan
gejala seperti pilek encer, bersin-bersin, hidung tersumbat, gatal pada hidung, mata dan

5,6,7
telinga maupun palatum.

2. Epidemiologi
Secara umum RA sering terjadi pada 10-30% orang dewasa dan hampir 40% pada anak-
anak. Di beberapa negara lebih dari 50% remaja dilaporkan menderita keluhan rinitis. Di
Amerika Serikat sebuah survei kesehatan yang dilakukan oleh Centersfor Disease Control
(CDC) pada tahun 2009 mendapatkan 8,2 juta anak-anak(11%) dilaporkan menderita
keluhan pernafasan terkait alergi dalam 12 bulan terakhir. Disebutkan pula bahwa di
Amerika Serikat, RA merupakan penyebab kedua terbanyak dari penyakit kronis yang
mengenai hampir 60 juta penduduk Amerika, dimana kira-kira terdapat 1 orang diantara 4
rumah tangga. Dari yang menderita tersebut lebih dari setengahnya memiliki gejala RA
lebih dari 10 tahun.

1) Klasifikasi Rinitis Alergi

Menurut ARIA World Health Association (WHO), rinitis alergidibagi

dalam dua kelompok yaitu intermiten dan persisten


Intermiten Persisten
≤4 hari perminggu >4 hari perminggu
Atau ≤4minggu Dan >4minggu

Ringan Sedang-Berat
Tidur normal  Satu atau lebih hal berikut:

Tidak ada gangguan pada aktivitas harian, olahraga, santai Tidurterganggu
Bekerja dan sekolah normal Tidak ada keluhan yang mengganggu
Gangguan pada aktivitas harian, olahraga dan santai Gangguan pada kegiatan pekerjaan dan sekol

 

3. patofisiologi

Reaksi hipersensitifitas yang diperantarai oleh IgE (Reaksi tipe I Gel dan Coombs)
mendasari penyakit-penyakit alergi. Suatu alergen dikenali oleh AntigenPresenting Cell
(APC) dan kemudian akan dipresentasikan kepada sel limfosit Thyang membutuhkan
reseptor Human Leukosit Antigen (HLA). Sel Th2 akan mempresentasikan alergen ke
limfosit B yang mempunyai reseptor khusus terhadap alergen tersebut. Interleukin 4 (IL4)
dan sitokin lainnya dapat menginduksi limfosit B menjadi sel plasma yang akan
menghasilkan IgE. IgE kemudian beredar dalam sirkulasi dan berikatan pada reseptornya di
basofil dan sel mast di seluruh tubuh. Pada paparan kembali alergen tersebut menyebabkan
degranulasi basofil dan sel mast yang diperantarai oleh IgE, melepaskan mediator-mediator
inflamasi diantaranya histamin, IL-2, IL-5, dan leukotrien. Histamin berikatan dengan
reseptornya pada sel endotel dan otot polos pembuluh darah menyebabkan terjadinya
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas, sehingga pasien akan mengalami keluhan pilek
encer, bersin-bersin dan hidung tersumbat. IL-5 dan leukotrien akan mencetuskan reaksi
inflamasi fase lambat. Reaksi inflamasi tersebut akan dibatasi oleh IL10 dan sel Tregulator.

4. DIAGNOSA 
Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan uji
laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat keluarga.
pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, pemeriksaan rinoskopi anterior dan nasoendoskopi.
Selanjutnya diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan yang menunjukkan adanya IgE baik di kulit
maupun di darah (tes alergi). Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan yaitu pemeriksaan eosinofil
sekret hidung, tes transpor mukosilier, tes buntu hidung, tes penciuman dan pemeriksaan radiologi

7
(CT scan dan MRI).

Gejala klinis pasien yang menderita RA biasanya sangat spesifik yaitu bersin- bersin, pilek
encer, hidung buntu, gatal di hidung disertai mata gatal dan berair.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai adanya allergic shinners, allergic salute,nasal crease,
facial grimacing, Dennie's line. Pemeriksaan rinoskopi anterior atau Endoskopi hidung
dilakukan untuk menilai apakah konka udem, warnanya pucat, ada sekret encer, kondisi meatus
medius, nasofaring dan apakah ada kelainan anatomi (septum deviasi dan polip).

Untuk menunjang diagnosis perlu dilakukan tes alergi untuk menilai IgE secara in vivo
maupun invitro. Tes kulit (skin prick test) atau tes intradermal (intradermal test) dilakukan
untuk menilai IgE secara in vivo, sedangkan pemeriksaan Radio Allergo Sorbent Test (RAST)
untuk menilai IgE secara in vitro.

Menurut KODI Alergi dan Imunologi Perhati-KL, diagnosis RA dimulai dari anamnesis
adanya pilek yang tidak sembuh-sembuh ≥ 3 bulan disertai dengan keluhan hidung gatal, bersin-
bersin, pilek encer, buntu hidung hilang timbul.

Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan eosinofil hidung, apabila ada gejala tetapi
hasilnya negatif, maka perlu diulang sampai 3x. Apabila pemeriksaan eosinofil hidung positif
pasien selanjutnya dilakukan tes alergi yaitu tes kulit cukit. Bila hasil tes kulit positif maka perlu
dievaluasi apakah ada keluhan komorbid, baru ditentukan diagnosisnya menurut ARIAWHO.
5. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan rinitis alergika meliputi edukasi, penghindaran alergen, farmakoterapi dan
imunoterapi. Intervensi tunggal mungkin tidak cukup dalam penatalaksanaan rinitis alergika,
penghindaran alergen hendaknya merupakan bagian terpadu dari strategi penatalaksanaan, terutama bila
alergen penyebab dapat diidentifikasi. Edukasi sebaiknya selalu diberikan berkenaan dengan penyakit
yang kronis, yang berdasarkan kelainan atopi. Farmakoterapi hendaknya mempertimbangkan keamanan
obat, efektifitas, dan kemudahan pemberian. Farmakoterapi masih merupakan andalan utama sehubungan
dengan kronisitas penyakit.
Pemilihan obat-obatan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain:
1. Obat-obat yang tidak memiliki efek jangka panjang.
2. Tidak menimbulkan takifilaksis.
3. Beberapa studi menemukan efektifitas kortikosteroid intranasal. Meskipun demikian pilihan terapi
harus dipertimbangkan dengan kriteria yang lain.
4. Kortikosteroid intramuskuler dan intranasal tidak dianjurkan sehubungan dengan adanya efek
samping sistemik.
5. Jenis obat dan efek terapetik. 
e. Prognosis

Rinitis alergi pada masa anak akan bertambah berat dengan bertambahnya usia. Kadangkala
rinitis alergi dapat merupakan masalah pada usia tua. Dengan mengetahui faktor penyebab, dengan
penghindaran dapat mengurangi kekerapan timbulnya gejala. Penggunaan beberapa jenis
medikamentosa profilaksis juga dapat mengurangi gejala yang timbul.
Rinitis Alergi adalah penyakit kronik yang gejalanya akan hilang timbul. Komunikasi dengan
pasien dan orangtua diperlukan agar pemeriksaan berkala dilakukan dan pemberian obat dapat
disesuaikan dengan fluktuasi gejala. Bila alergen penyebab diketahui, maka penghindaran alergen
pencetus perlu terus menerus dilakukan. Pada gejala yang menetap dan berat, diperlukan penilaian
menyeluruh dan tatalaksana lanjut, antara lainimunoterapi.

F. CONTOH KASUS

Studi Kasus 1. Rinitis Alergi

Seorang anak perempuan berusia 5 tahun 2 bulan dibawa oleh orang tuanya ke poliklinik anak
dengan keluhan sering pilek pilek sejak usia 2 tahun. Pilek disertai bersin, ingus cair bening. Jarang
disertai demam. Batuk tak ada/jarang. Hidung sering di gosok-gosok. Pasien mendapat ASIsampai
dengan usia 3 bulan, selain pemberian susu formula (susu sapi) sesuai usia sampai sekarang. Pasien
anak pertama dari seorang ibu yang diketahui menderita asma sejak kecil sampai sekarang. Kakek
dari ibu menderita eksim yang tidak kunjung sembuh pada kaki.

Penilaian

1. Apa yang harus anda lakukan untuk menilai keadaan anak ini?
2. Berdasarkan pada temuan yang ada, apakah diagnosis yang paling mungkin pada anak
tersebut?
3. Berdasarkan diagnosis, apakah rencana penatalaksanaan pada pasienini?

Diagnosis (identifikasi masalah/kebutuhan)

- Identifikasi ulang faktor risiko alergi (status atopi) pada orang tua dankeluarga
- Identifikasi masalah pemberian ASI/PASI sejak bayi, jenis dan waktu pemberian makanan
tambahan serta makanan saat ini
- Identifikasi adanya gejala penyakit alergi pada anak yang telah timbul pada masabayi
- Anamnesis secara rinci mengenai lingkungan rumah untuk kemungkinan alergeninhalan
- Anamnesis rinci mengenai gejala pilek : waktu timbulnya, lama gejala, frekuensi dan
beratnya penyakit. Juga mengenai hidung berair, hidung tersumbat, gatal di hidung dan
palatum. Perlu ditanya gejala mata merah, gatal danberair?
- Pemeriksaan penunjang : Laboratorium darah tepi, IgEtotal dan hitung eosinofiltotal.

Hasil penilaian yg ditemukan pada keadaan tersebut adalah :


Dari anamnesis tambahan: selain bersin dan hidung berair pada pagi dan sore hari, kadang-kadang
hidung tersumbat terutama pada malam hari. Banyak boneka berbulu di kamar pasien dan lantai
kamar ditutup karpet. Karena susah minum susu, orang tua menambah coklat pada susu yang
diminum 3 x 200 cc/hari. Terdapat riwayat dermatitis atopi di pipi pada masa bayi (sebelum 1
tahun).
Anak cukup aktif, tidak demam, tanda vital dalam batas normal. Berat badan 28 kg dengan
tinggi badan 118 cm. Pada muka dijumpai allergic shiner, lidah: geographic tongue. Sekresi hidung
encer bening, mukosa hidung edema dan pucat. Faring tak hiperemis. Laboratorium darah tepi
dalam batas normal. IgE total dan hitung eosinofil total dalam batas normal.

1. Berdasarkan pada temuan yang ada, apakah diagnosis yang paling mungkin pada
anak tersebut?
Jawaban : Rinitisalergi
Pelayanan (perencanaan dan intervensi)

2. Berdasarkan diagnosis, apakah rencana penatalaksanaan pada


pasienini? Jawaban:
Tata laksana utama adalah penghindaran alergen, baik alergen inhalan maupun alergen
makanan. Pengobatan medikamentosa tergantung dari lama dan berat – ringannya
gejala. Pengobatan medikamentosa dapat berupa pilihan tunggal maupun kombinasi
dari antihistamin H1 generasi I maupun generasi 2.
Bila terdapat gejala hidung tersumbat dapat ditambah dekongestan seperti
pseudoefedrin 1 mg/kg/dosis, diberikan 3 kali/hari. Bila tidak ada perbaikan atau
bertambah berat dapat diberikan kortikosteroid misalnya prednison 1mg/kg/hari dibagi
3 dosis, paling lama 7hari.

Penilaian Ulang

Pasien dianjurkan kontrol kembali untuk penilaian hasil tata laksana yang telah diberikan.
Sangat penting untuk mengetahui faktor penyebab (pencetus), karena dengan
penghindaran yang baik dan tepat, gejala rinitis lebih jarang timbul sehingga prognosis
dapat lebih baik. Skin Prick Test dapat dilakukan bila sudah memungkinkan, untuk
menentukan status atopi serta menentukan kemungkinan alergenpenyebab
Mengingat rinitis alergi adalah penyakit kronis yang gejalanya akan hilang timbul,
perlu dijalin komunikasi yang erat antara dokter yang mengobati dengan orangtua dan
pasien. Pemeriksaan berkala juga perlu dilakukan agar pemberian obat dapat disesuaikan
dengan fluktuasi gejala yang timbul.
Pada gejala yang menetap dan berat, diperlukan penilaian menyeluruh dan tata
laksana lanjut antara lainimunoterapi.

Anda mungkin juga menyukai