Anda di halaman 1dari 3

EKONOMI POLITIK KLASIK

Ekonomi Poitik dalam Tradisi Klasik

Ekonomi Politik klasik berakar dari mazhab ekonomi klasik yang menjadi sumber
terpenting perumusan kebijakan ekonomi . Mazhab ini yang menjadi cikal bakal system
ekonomi kapitalis. Sistem ekonomi kapitalis tegak oleh 4 pilar dasar yaitu : 1. Kegiatan
ekonomi dalam sistem kapitalis digerakkan dan dikoordinasi oleh pasar (bebas) dengan
instrument harga sebagai penanda (sinyal). 2. Setiap individu mempunyai kebebasan untuk
mempunyai hak kepemilikan (property rights) sebagai dasar melakukan transaksi (exchange).
3. Kegiatan ekonomi dipisahkan oleh tiga pemilik factor produksi, yakni pemodal (capital),
tenaga kerja (labor), dan pemilik lahan (land). 4. Tidak ada halangan bagi pelaku ekonomi
untuk masuk dan keluar pasar (free entry and exit barriers).

Dalam hal penguatan pasar, kegiatan ekonomi digerakkan oleh sector swasta lewat
pasar, sehingga bisa mendeskripsikan preferensi setiap individu. Ekonomi kapitalis sangat
tergantung dari kelembagaan yang memapankan dan menjamin hak kepemilikan privat secara
sukarela berdasarkan kontrak.

Ekonomi politik klasik dibangun dengan dua pokok pikiran, yaitu pasar dapat
meregulasi sendiri (self- regulating market) dan eksistensi teori nilai dan distribusi (value
and distribution). Premis self- regulating market merupakan doktrin tentang ketangguhan
pasar dalam mengorganisasi kegiatan atau transaksi ekonomi yang dipandu oleh sinyal harga
dan perilaku mencari keuntungan (profit-seeking behavior). Sedangkan teori value and
distribution menyatakan bahwa nilai suatu barang atau jasa diturunkan dari system
pembagian kerja, disini harga suatu barang atau jasa dihitung dari jumlah (jam kerja) tenaga
kerja yang digunakan.

Ekonomi politik dalam pendekatan klasik dimaknai sebagai hubungan di antara dua
kelembagaan, yaitu pasar dan Negara. Ekonomi politik mempercayai bahwa seluruh kegiatan
ekonomi seharusnya dapat diorganisir oleh pasar. Hanya dalam aspek distribusi pendaatan
saja Negara diharapkan kehadirannya karena dalam realitas soal distribusi pendapatan ini
berkait dengan perjuangan kelas.

Pemikiran-Pemikiran Tokoh Ekonomi Politik Klasik


Watak dasar dari Ekonomi Politik Klasik adalah memberikan garansi sepenuhnya
pada pasar untuk menggerakkan dan mengartikulasikan kegiatan ekonomi. Peran Negara
dibatasi pada persoalan non-ekonomi. Disini soal distribusi pendapatan pun dianggap sebagai
masalah politik ketimbang ekonomi.

Ekonomi Politik Neoklasik sendiri tumbuh seiring dengan munculnya marginalist


pada era 1780-an. Pusat pemikiran neoklasik adalah menempatkan individu sebagai
“constrained choice”. Inti dari pandangan ini adalah individu merupakan agen yang memilih,
yaitu seseorang yang memutuskan beberapa alternatif dari tindakannya berdasarkan imajinasi
tentang dampak dari keputusan tersebut terhadap dirinya.

Secara singkat, Ekonomi Politik Neoklasik sebetulnya bertumpu pada pemahaman


tentang keterbatasan pasar sebagai kelembagaan yang dapat memfasilitasi kepuasan individu.

Pandangan Adam Smith atas konsep nilai dibedakan menjadi 2 yaitu nilai pemakaian
dan nilai penukaran. Hal ini menimbulkan paradok nilai, yaitu barang yang mempunyai nilai
pemakaian (nilai guna_ yang sangat tinggi, misalnya air dan udara, tetapi mempunyai nilai
penukaran yang sangat rendah. Malahan boleh dikatakan tidak mempunyai nilai penukaran.
Sedangkan di sisi lain barang yang nilai gunanya sedikit tetapi dapat memiliki nilai
penukaran yang tinggi, seperti berlian. Hal ini baru diselesaikan oleh ajaran nilai subyektif.

David Ricardo (1772-1823) seorang tokoh aliran klasik menyatakan bahwa nilai
penukaran ada jikalau barang tersebut memiliki nilai kegunaan. Dengan demikian sesuatu
barang dapat ditukarkan bilamana barang tersebut dapat digunakan. Seseorang akan membuat
sesuatu barang, karena barang itu memiliki nilai guna yang dibutuhkan oleh orang.
Selanjutnya David Ricardo (1772-1823) juga membuat perbedaan antara barang yang dapat
dibuat dan atau diperbanyak sesuai dengan kemauan orang, di lain pihak ada barang yang
sifatnya terbatas ataupun barang monopoli (misalnya lukisan dari pelukis ternama, barang
kuno, hasil buah anggur yang hanya tumbuh di lereng gunung tertentu dan sebagainya).
Dalam hal ini untuk barang yang sifatnya terbatas tersebut nilainya sangat subyektif dan
relatif sesuai dengan kerelaan membayar dari para calon pembeli. Sedangkan untuk barang
yang dapat ditambah produksinya sesuai dengan keinginan maka nilai penukarannya
berdasarkan atas pengorbanan yang diperlukan.

David Ricardo (1772-1823) mengemukakan bahwa berbagai kesulitan yang timbul dari
ajaran nilai kerja:
1. Perlu diperhatikan adanya kualitas kerja, ada kualitas kerja terdidik dan tidak terdidik,
kualitas kerja keahlian dan lain sebagainya. Aliran yang klasik dalam hal ini tidak
memperhitungkan jam kerja yang dipergunakan untuk pembuatan barang, tetapi
jumlah jam kerja yang biasa dan semestinya diperlukan untuk memproduksi barang.
Dari situ maka Carey kemudian mengganti ajaran nilai kerja dengan ”teori biaya
produksi”
2. . Kesulitan yang terdapat dalam nilai kerja itu bahwa selain kerja masih banyak lagi
jasa produktif yang ikut membantu pembuatan barang itu, harus dihindarkan

Contoh Kasus Kebijkan Ekonomi Politik Klasik

Misalnya menyangkut pasar bebas yang ada di 4 wilayah ( Batam . Karimun . Natuna Dan
Bintan ). Pemerintah memberikan kebesana untuk mengatur sendiri penjualan yang ada
didaerah tersebut tanpa ada campur tangan dari pemerintah. Ada lagi misalnya penentuan
suku bunga bank Swasta maupun negeri . Pihak Bank bebas menentukan suku Bunganya
sendiri tetapi ada margin atau batasan dari Bank Indonesia sehingga suku bunga itu tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah ini adalah salah satu contoh kebijakan Ekonomi Politik
Klasik karena pemerintah tidak turut mencampuri masalah penentuan suku bungan ini.

Anda mungkin juga menyukai