Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA

MASA PRESIDEN JOKOWI

(Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia)

Dirangkum oleh :

ROZAYATUL ANISWATI (170203054)

Prodi Akuntansi

Universitas Samudra

Langsa
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI SELAMA PERIODE PRESIDEN JOKOWI

Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla segera
berakhir. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, akhir periode
pemerintahan kali ini ditutup dengan situasi ekonomi yang menantang. Sebab, sedang terjadi
perlambatan ekonomi secara global yang berimbas pula pada kondisi ekonomi di dalam negeri.
Masa awal pemerintahan Jokowi Jilid I ditandai dengan optimisme tinggi atas prospek ekonomi.
Target pertumbuhan ditetapkan di kisaran angka 7%. Namun, kondisi faktor eksternal yang kurang
kondusif dan butuhnya koordinasi yang lebih baik antar K/L dalam mendorong investasi
menyebabkan target tersebut belum tercapai. Secara rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam periode
2014-2018 kurang lebih 5%. Laju pertumbuhan ekspor sebesar 3,76% lebih rendah daripada laju
pertumbuhan impor sebesar 4,56%. Pembentukan PDB dari sektor investasi relatif bertumbuh
lambat sehingga perlu didorong tingkat konsumsi masyarakat untuk menjamin bergeraknya
pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu terjaga stabil di atas 5%. Di tengah gejolak
perekonomian dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global selama dua tahun terakhir, angka
pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5% terbilang bagus. Pertumbuhan ekonomi diukur
melalui produk domestik bruto (PDB). PDB salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu. Laju pertumbuhan tersebut ditunjukkan
melalui kenaikan PDB atas dasar harga konstan. Setiap periode kepresidenan biasanya punya
kebijakan berbeda terkait pertumbuhan ekonomi. Badan

Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 sebesar 5,02%.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi di 2018 sebesar 5,17%. Pertumbuhan ekonomi 2019 ini meleset
dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 5,3%. Selama era Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menjabat, rata-rata pertumbuhan ekonomi hanya 5,04% per tahun.

Berikut data pertumbuhan ekonomi era Presiden Jokowi:

Pertumbuhan ekonomi 2015 sebesar 4,88%

Pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,03%

Pertumbuhan ekonomi 2017 sebesar 5,07%

Pertumbuhan ekonomi 2018 sebesar 5,17%

Pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,02%


Selama pemerintahan Jokowi-JK pertumbuhan ekonomi Indonesia tak mampu berada di atas 5,2%.
Paling tinggi hanya mampu mencapai 5,17% di 2018 lalu. melambatnya pertumbuhan ekonomi
Indonesia akibat faktor eksternal, yaitu perang dagang AS-China. Perang dagang membuat
perekonomian dunia melambat, termasuk Indonesia.

Laporan Bank Dunia pada September 2019 menunjukkan salah satu kelemahan yang harus
diperbaiki Indonesia ialah kemampuan memperbaiki posisi current account deficit (CAD) dengan
meningkatkan FDI dan bukan mengandalkan portfolio investment. Peningkatan FDI memerlukan
perbaikan radikal pada sisi kemampuan meyakinkan investor bahwa kebijakan yang diambil
bersifat kredibel yang mana Indonesia terbuka untuk bisnis, adanya kepastian hukum (certainty),
tidak diskriminatif, serta adanya disiplin terhadap implementasi kebijakan ekonomi yang telah
ditetapkan.Pertumbuhan ekonomi Vietnam yang mencapai rata-rata 7% dalam 3 tahun terakhir
merupakan buah dari reformasi ekonomi radikal yang memperkuat aspek kelembagaan dan
penciptaan iklim bisnis yang kompetitif.

Salah satu fokus pembangunan ekonomi era Jokowi Jilid I ialah pembangunan infrastruktur.
Kebijakan itu diambil dalam rangka peningkatan daya saing ekonomi, yang mana peringkat
infrastruktur Indonesia dalam peringkat WEF dianggap yang paling rendah jika dibandingkan
dengan ukuran komponen lainnya, seperti besarnya pasar domestik, stabilitas makroekonomi, dan
budaya bisnis yang dinamis. Belanja infrastruktur diharapkan akan meningkatkan konektivitas dan
memicu daya saing antardaerah. Pada tahun 2019, anggararan belanja infrastruktur ialah Rp420
triliun atau meningkat 157% jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar Rp163 triliun. Manfaat
pembangunan infrastruktur itu mulai terlihat dari meningkatnya statistik pertumbuhan angkutan
penumpang dan barang lewat jalur darat-laut-udara yang rata-rata bertumbuh hampir 3%. Salah
satu pelaku usaha yang mendukung pembangunan infrastruktur itu ialah perusahaan milik negara.

Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN (State Owned Enterprises) merupakan pelaku
bisnis yang dominan di banyak negara berkembang, termasuk di Indonesia. Meskipun rata-rata
kinerja operasionalnya memprihatinkan. Namun, perannya dalam perekonomian masih sangat
besar. Kebutuhan publik akan listrik, bahan bakar migas, air bersih, telekomunikasi, bahan pangan,
serta perbankan sebagian besar masih dikerjakan BUMN. BUMN Indonesia menghadapi kondisi
laten lemahnya daya saing karena kondisi struktural yang dihadapi. Laporan PWC pada 2015
menunjukkan BUMN Indonesia menghadapi pareto condition yang mana dari total US$11,8 miliar
laba bersih keseluruhan BUMN di Indonesia yang jumlahnya di atas 100 perusahaan,
hampir US$10,5 miliar laba bersih tersebut hanya disumbangkan 20 BUMN terbesar di Indonesia.
Sampai dengan 2018, tren pareto itu tampaknya juga masih terjadi pada BUMN di Indonesia.
LAJU INFLASI PADA PERIODE TERSEBUT

Selama pemerintahan Jokowi, inflasi cenderung stabil dan terkendali. Hal ini lantaran inflasi
Indonesia berada di bawah 5%. Sebelumnya pada 2012, inflasi pernah mencapai 4,3 %. Kemudian
kembali melonjak hingga 8,38 % pada 2013. Mengutip data Bank Indonesia (BI), inflasi tercatat
8,36 % pada 2014. Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya mampu menekan inflasi
menjadi 3,35 % pada 2015. Kemudian kembali turun menjadi 3,02% pada 2016. Akan tetapi,
inflasi kembali naik menjadi 3,61% pada 2017. Inflasi sepanjang 2017 merupakan tertinggi pada
masa pemerintahan Jokowi-JK. Setelah Joko Widodo diresmikan sebagai presiden ketujuh
Indonesia pada Oktober 2014, salah satu langkah pertama yang ia lakukan yaitu menaikkan harga
BBM bersubsidi. Efek samping negatifnya adalah laju inflasi negara, yang baru saja mulai pulih
menuju target Bank Indonesia sebesar 4,5 % (setelah kenaikan harga BBM bersubsidi pada 2013),
tidak punya waktu untuk pulih lebih lanjut, dan malah berakselerasi lagi menjadi 8,4 % (y/y) pada
akhir 2014. Ini sebuah keputusan yang susah tetapi diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi
struktural jangka panjang.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, penyebab inflasi 2017 didorong kenaikan tarif listrik
yang menyumbang 0,81 %. Lalu pemerintah mampu menekan inflasi menjadi 3,13 % pada 2018.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, selama empat tahun pemerintahan
Jokowi-JK, pemerintah serius menjaga inflasi. Salah satunya dengan membangun konektivitas
lewat infrastruktur. Hal itu membuat arus pengalihan barang dari Jawa ke wilayah lainnya
termasuk ke Indonesia timur menjadi lebih mudah. Infrastruktur meningkat memberi kemudahan
mengalihkan suplai secara keseluruhan dari daerah ke Jawa dan sebaliknya. Selain itu, TPID
semakin diperkuat, koordinasi termasuk di daerah didorong sehingga menciptakan harga stabil.
Namun secara global, harga komoditas cenderung turun. Namun meskipun harga minyak global
rendah, keputusan untuk memotong subsidi BBM pada akhir 2014 mendorong laju inflasi bulanan
Indonesia menjadi 1,50 % dan 2,46 % pada bulan November dan Desember 2014, masing-masing.
Tingkat inflasi bulanan yang sangat tinggi ini bisa saja mendorong sebagian penduduk yang hidup
sedikit di atas garis kemiskinan jatuh di bawah garisnya itu. Oleh karena itu, diperlukan program
bantuan sosial pemerintah yang tepat sasaran untuk mencegah peningkatan kemiskinan.

Secara historis, tingkat dan volatilitas inflasi Indonesia lebih tinggi dibanding dengan negara-
negara berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang lain mengalami tingkat inflasi di
antara 3 - 5 % per tahun pada periode 2005 - 2014, Indonesia memiliki rata-rata tingkat inflasi
tahunan sekitar 8,5 % dalam periode yang sama. Baru mulai dari tahun 2015 inflasi di Indonesia
boleh dikatakan terkendali. Di bawah ini kami mendiskusikan mengapa tingkat inflasi Indonesia
agak tinggi (dibanding negara berkembang lain dan negara maju), menyediakan analisis mengenai
perkembangan terbaru, dan memberikan proyeksi untuk inflasi masa mendatang di Indonesia.
TINGKAT KEMISKINAN DALAM PERIODE TERSEBUT

Kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla selama periode pertama
tahun 2014-2019 mampu menurunkan tingkat kemiskinan, ketimpangan dan
pengangguran.Tercatat, tingkat kemiskinan turun dari 11,3% menjadi 9,4%. Sementara, tingkat
ketimpangan sosial membaik dari semula di angka 0,406 menjadi 0,382, dan tingkat pengangguran
terbuka 5,7% menjadi 5,0%. Angka kemiskinan dalam lima tahun pertama pemerintahan Presiden
Joko Widodo (Jokowi) menunjukkan tren penurunan seperti terlihat pada grafik. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) menunjukkan, pada 2014 jumlah penduduk miskin mencapai 27,73 juta jiwa atau
sekitar 10,96% dari total populasi. Ketika pemerintah mencabut subsidi BBM pada 2015, jumlah
penduduk miskin sempat naik menjadi 28,59 juta jiwa. Namun secara bertahap mengalami
penurunan hingga 2019. Per Maret 2019, jumlah penduduk miskin sebesar 25,14 juta jiwa. Jumlah
ini susut 2,59 juta jiwa dibanding posisi September 2014, sebulan sebelum Jokowi menjabat
sebagai presiden. Demikian pula persentase penduduk miskin turun 155 basis poin menjadi 9,41%.

Presiden Jokowi dalam jangka waktu empat tahun, hanya mampu menurunkan angka kemiskinan
1,01% Sangat kecil sekali dibandingkan dengan presiden-presiden yang lain. Lebih ironi lagi
bahwa Jokowi empat tahun orang miskin turun 1%, sementara orang kaya naik 10%. Hasil survei
terbaru yang berjudul Global Wealth Report 2017 yang diterbitkan oleh Credit Suisse, Indonesia
kini memiliki 868 orang super kaya atau yang masuk dalam kategori Ultra High Net Worth
Individual (UNHWI). 111 ribu penduduk Indonesia juga digolongkan sebagai miliuner atau orang
yang memiliki pendapatan di atas US$ 1 juta atau setara Rp 13,5 miliar (kurs US$ 1: Rp 13.505).
Orang kaya meningkat lebih dari 10% hampir tiap tahun
PENDAPATAN PERKAPITA PENDUDUK DALAM PERIODE TEREBUT

Salah satu pencapaian positif pemerintahan Jokowi-JK adalah pendapatan per kapita yang makin
membaik. Dari data pemerintah, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia pada 2014 sebesar
Rp 41,92 juta per kapita per tahun. Jumlah tersebut lantas naik menjadi Rp 47,96 juta per kapita
per tahun pada 2016. Produk domestik bruto (PDB) Indonesia secara konsisten membaik. Dimana
dalam tiga tahun ini, laju inflasi menurun dari 4,49 % secara year-on-year (yoy) pada September
2014 menjadi 3,72 % pada September tahun ini. Secara konsisten, pemerintah berhasil menjaga
angka inflasi di angka 4%.
Perekonomian Indonesia pada 2017 yang diukur menurut Produk Domestik Bruto (PDB) atas
dasar harga berlaku mencapai Rp 13.588,8 triliun. Dengan jumlah penduduk 261,8 juta jiwa
maka PDB per kapita Indonesia mencapai Rp 51,89 juta setara US$ 3.876,8. Pendapatan penduduk
Indonesia tahun lalu naik 8,1% dibanding tahun sebelumnya hanya Rp 47,97 juta/tahun. PDB per
kapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan
nasional dibagi dengan jumlah penduduk. PDB per kapita merupakan salah satu indikator untuk
mengukur kemakmuran suatu wilayah. Semakin besar pendapatan perkapita mengindikasikan
bahwa wilayah tersebut semakin makmur. Sebaliknya, semakin kecil PDB perkapita
mengindikasikan bahwa wilayah tersebut kurang makmur.

Berdasarkan struktur perekonominan Indonesia secara spasial pada 2017 masih didominasi oleh
provinsi-provinsi yang berada di Pulau Jawa dengan kontribusi 58,49%. Artinya perekonomian
masih didominasi penduduk di Pulau Jawa. Sedangkan kontribusi Pulau Sumatera hanya 21,66%,
Pulau Kalimantan 8,2%, Pulau Sulawesi 6,11%, dan pulau-pulau lainnya 5,54%. Peneliti CSIS
Fajar B Hirawan menjelaskan jika dilihat datanya secara seksama pada 2018 produk domestik
bruto (PDB) per kapita Indonesia mencapai US$ 4.200 atau Rp 60 juta per tahun atau Rp 5 juta
per bulan. Pasalnya, jika mengevaluasi perkembangan pertumbuhan PDB per kapita Indonesia di
tahun 2017-2018 hanya tumbuh 4%, sedangkan jika ditarik 5 tahun ke belakang yakni 2013 hanya
tumbuh 20% selama 2013-2018.

Jokowi menyampaikan, pemerintahannya akan membuat basis program agar pendapatan per kapita
masyarakat Indonesia mencapai Rp27 juta per bulan, pada tahun 2045. Dengan capaian itu,
Indonesia secara tidak langsung akan masuk daftar lima negara ekonomi terbesar di dunia. Di satu
abad Indonesia merdeka, Indonesia semestinya telah keluar dari jebakan pendapatan kelas
menengah. Indonesia semestinya menjadi negara maju dengan pendapatan Rp320 juta per kapita
per tahun atau Rp27 juta per kapita per bulan. Itulah target Jokowi, mimpi kita di tahun 2045
produk domestik bruto menjadi US$7 triliun dengan kemiskinan mendekati 0 %.

Anda mungkin juga menyukai