Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu:
Sri Tumpuk,Amd.AK,S.Si,M.Kes
Rahmaniar,S.Si
Amalia Selviani, S,Tr, TLM
Disusun Oleh :
Dinda Aridha Fitri Hutabarat
191071010
FASE II
FASE III
Pembahasan Darah donor dan pasien yang di crossmatch ini, kecuali
golongan darah ABO dan Rhesus yang kita ketahui
(diperiksa lebih dahulu), kita tidak mengetahui antigen
lainya yang ada didalam sel donor dan pasien, dan kita
tidak mengetahuipula adanya antibody lain (irregular)
yang complet maupun incomplete di dalam serum pasien
atau plasma donor.
Dalam Cross Match ini, sesuai dengan maksudnya kita
berusaha mencari semua kemungkinan adanya semua jenis
antibody complete maupun incomplete terutama yang
mempunyai arti klinis yang bisa menyebabkan Cross
Match invitro tidak cocok atau incompatible. Maka Cross
Match harus kita jalankan dalam medium dan temperatur
yang berbeda, yang dalam praktiknya dikenal dengan fase
1, fase 2, dan fase 3.
Untuk fase dalam cross matching terdiri atas : (Febriyanti,
2011)
1. Test fase I Cross Match yaitu fase suhu kamar
Pada fase ini antibody complete yang akan
mengaglutinasikan sel dalam saline medium atau
bovine albumin yang kebanyakan kelas Ig M bisa
terdeteksi misalnya : tidak cocok golongan ABO ;
adanya allo antibody : M, N, Lea, I, IH, E ; serta
adanya auto cold antibody. Pada fase ini bertujuan
untuk mendeteksi antibodi yang bersifat Igm (Natural).
2. Tes fase II Cross Match yaitu fase inkubasi 37o C
Pada fese ini bila mediumnya bovine albumin,
beberapa antibody dalam sistem Rhesus bisa terdeteksi
aglutinasi,(misalnya anti D, anti E, anti c) anti Lea dan
anti Leb. Bila mediumnya saline bisa terdeteksi
aglutinasi anti E, anti Lea. Antibody yang bersifat
incomplete, dan antibodi yang belum terdeteksi
aglutinasi atau hemolisisnya pada fase II ini bisa
bereaksi coated (sensitized) : anti D, E, c, K, Fy a,Fyb,
Jka, S, Lea, Leb. Jadi penting sekali peranan fase
inkubasi 37 oC ini, dimana setidak-tidaknya memberi
kesempatan kepada antibody untuk mengcoatedkan
sel. Selain itu fungsi inkubasi ini yaitu untuk memberi
kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel.
Dimana fungsi albumin yaitu untuk menekan zat
potensial dengan menguraikan ion-ion positif dan
negatif sehingga aglutinogen dan antibodi lebih cepat
meningkat untuk memudahkan proses sensititasi
(aglutinasi).
3. Tes fase III Cross Match yaitu fase anti globulin
Pada fase ini setalah melaluo fase II, akan terdeteksi
aglutinasi incompelete antibodi yang tadi di fase II
sudah mengcoated sel. . Fase III ini tujuannya untuk
mendeteksi antibodi yang bersifat IgG pada Fase II
yang disensitisasi oleh antibodi yang bersifat irregular.
Semua antibodi inkomplet yang terikat pada sel darah
merah di fase II akan beraglutinasi (positif) setelah
penambahan coomb’s serum sebanyak 2 tetes. Dimana
coomb’s serum (antiglobulin) ini berfungsi sebagai
jembatan coatednya antibodi yang satu dengan yang
lainnya. Sebelum penambahan coomb’s serum, sel
darah dicuci terlebih dahulu dengan saline. Pencucian
dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan zat sisa
atau pengotor yang dapat mengganggu reaksi antara
coomb’s serum dengan sel darah
Tujuan Uji Cocok Serasi (Crossmatching)
Tujuan utama crossmatching adalah untuk mencegah
terjadinya reaksi transfusi baik reaksi transfusi yang
bersifat mengancam nyawa maupun reaksi transfusi ringan
atau sedang yang dapat mengganggu kenyamanan pasien.
Tujuan yang tidak kalah penting lainnya adalah
memaksimalkan masa hidup in vivo sel-sel darah yang
ditransfusikan (Blaney and Howard, 2013).
Crossmatching dilakukan untuk meyakinkan bahwa tidak
ada antibodi di dalam serum pasien yang akan bereaksi
dengan sel darah donor jika transfusi dilakukan. Dua
fungsi utama crossmatching adalah
1. Untuk pengecekkan terakhir bahwa golongan darah
ABO antara donor dan pasien sudah sesuai,
2. Untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi dalam
serum pasien yang akan bereaksi dengan antigen
pada sel darah merah donor terutama pada kondisi
antibodi tidak terdeteksi dengan skrining antibodi
karena tidak adanya antigen yang sesuai pada panel
sel skrining (Makroo, 2009).
Berdasarkan jenis komponen darah pasien dan donor yang
direaksikan, crossmatching memiliki dua tujuan, yaitu:
1. Mendeteksi adanya antibodi dalam serum pasien
(termasuk anti-A & anti-B) yang dapat
menghancurkan eritrosit yg ditransfusikan,
2. Mendeteksi antibodi dalam serum donor yang akan
masuk ke dalam tubuh pasien.
Kedua tujuan di atas berkaitan dengan jenis crossmatch
mayor dan minor yang akan dibahas lebih lanjut pada
bahasan berikutnya (Blaney and Howard, 2013).
Kesimpulan Uji crossmatching/uji silang merupakan proses
mereaksikan silang antara darah donor dengan pasien
sehingga didapatkan darah yang cocok untuk pasien
tersebut.
Daftar Pustaka LABORATORIUM PRATRANSFUSI UP DATE
https://dokumen.tips/download/link/crossmatch-
565b420ba0c39#google_vignette
https://www.academia.edu/19069766/Dasar_Teori
_Gel_Crossmatching