Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI

HUKUM EKONOMI DAN SUBYEK HUKUM EKONOMI

Disusun Oleh :
Tasya Nabila
26219296
2EB14

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2021
HUKUM EKONOMI TM1
1. Pengertian hukum menurut para ahli ialah sebagai berikut :

a. Achmad Ali : hukum adalah norma yang mengatur mana yang benar dan mana yang salah,
yang eksistensi atau pembuatannya dilakukan oleh pemerintah, baik itu secara tertulis
ataupun tidak tertulis, dan memiliki ancaman hukuman bila terjadi pelanggaran terhadap
norma tersebut.
b. Plato : hukum merupakan sebuah peraturan yang teratur dan tersusun dengan baik serta
juga mengikat terhadap masyarakat maupun pemerintah.
c. Tullius Cicerco : hukum merupakan sebuah hasil pemikiran atau akal yang tertinggi yang
mengatur mengenai mana yang baik dan mana yang tidak.
d. Utrecht : hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur
tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan
jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah.
e. Prof. Dr. Van Kan : hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa
untuk melindungi kepentingan manusia di dalam Masyarakat.
Hukum ini merupakan aspek yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan yang mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk masyarakat.
Jadi, tiap masyarakat berhak mendapat hak yang sama dalam mata hukum.

2. Tujuan Hukum & Sumber – sumber Hukum


 Tujuan Hukum
Sifat dari tujuan hukum ini universal dimana terdapat hal seperti ketertiban,
ketentraman, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan
bermasyarakat. Jika hukum dapat ditegakkan maka tiap perkara dapat diselesaikan melakui
proses pengadilan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku. Hukum ini juga bertujuan
untuk menjaga dan mencegak orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri.

 Sumber Sumber Hukum


Sumber-sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan terbentuknya
peraturan-peraturan. Peraturan tersebut biasanya bersifat memaksa. Sumber-sumber
Hukum ada 2 jenis yaitu:

a. Sumber-sumber hukum materiil, yakni sumber-sumber hukum yang ditinjau dari


berbagai perspektif.
b. Sumber-sumber hukum formiil, yakni UU, kebiasaan, jurisprudentie, traktat dan doktrin

3. Kodifikasi Hukum
Kodifikasi hukum ialah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang
secara sistematis dan lengkap.menurut bentuknya kodifikasi hukum dibedakan menjadi dua
macam yaitu:
a. Hukum tertulis (statute law = written law) yaitu hukum yang dicantumkan dalam berbagai
peraturan.
b. Hukum tak tertulis (unstatutery law = unwritten law) yaitu hukum yang masih hidup dalam
keyakinan masyarakat,tetapi tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti suatu
peraturan perundangan (disebut juga hukum kebiasaan).hukum tertulis ada yang sudah
dikodifikasikan dan ada yang belum dikodifikasikan.
Adapun Unsur-unsur kodifikasi ialah:
 Jenis-jenis hukum tertentu (misalnya hukum perdata).
 sistematis
 lengkap
Beberapa Tujuan kodifikasi hukum tertulis ialah untuk memperoleh :
 Kepastian hukum
 Penyederhanaan hukum
 Kesatuan hukum.
Beberapa Contoh-contoh kodifikasi hukum:
Di Eropa :
 Corpus iuris Civilis (mengenai hukum perdata) yang diusahakan oleh kaisar Justinianus
dari kerajaan Romawi timur dalam tahun 527-565.
 Code Civil (mengenai hukum perdata) yang diusahakan oleh kaisar Napoleon di Prancis
dalam tahun 1604
Di Indonesia :
 Kitab Undang-undang hukum sipil (1 Mei 1848).
 Kitab Undang-undang hukum dagang (1Mei 1848).
 Kitab Undang-undang hukum pidana (1 Januari 1918).
 Kitab Undang-undang hukum acara pidana (KUHAP) tanggal 31 Desember 1981.

4. Kaidah / Norma Hukum


A. Kaidah Hukum
Kaidah hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan secara resmi oleh
penguasa masyarakat atau penguasa negara, mengikat setiap orang dan berlakunya dapat
dipaksakan oleh aparat masyarakat atau aparat negara, sehingga berlakunya kaidah hukum
dapat dipertahankan. Kaidah hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia atau perbuatan nyata
yang dilakukan manusia. Kaidah hukum tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang
itu baik atau buruk, yang diperhatikannya adalah bagaimana perbuatan lahiriyah orang itu.
Karena ada kaidah hukum maka hukum dapat dipandang sebagai kaidah. Hukum sebagai
kaidah adalah sebagai pedoman atau patokan sikap tindak atau perikelakuan yang pantas atau
diharapkan. Pada konteks ini masyarakat memandang bahwa hukum merupakan patokan-
patokan atau pedoman-pedoman yang harus mereka lakukan atau tidak boleh mereka lakukan.
Pada makna ini aturan-aturan kepala adat atau tetua kampung yang harus mereka patuhi bisa
dianggap sebagai hukum, meskipun tidak dalam bentuk tertulis. Kebiasaan yang sudah lumrah
dipatuhi dalam suatu masyarakat pun meskipun tidak secara resmi dituliskan, namun selama
ia diikuti dan dipatuhi dan apabila yang mencoba melanggarnya akan mendapat sanksi, maka
kebiasaan masyarakat ini pun dianggap sebagai hukum.
Menurut sifatnya kaidah hukum terbagi 2, yaitu :
 hukum yang imperatif, maksudnya kaidah hukum itu bersifat a priori harus ditaati, bersifat
mengikat dan memaksa.
 hukum yang fakultatif maksudnya ialah hukum itu tidak secara apriori mengikat. Kaidah
fakultatif bersifat sebagai pelengkap.

B. Norma Hukum
Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang bertujuan
untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa. Namun masih ada
segelintir orang yang masih melanggar norma-norma dalam masyarakat, itu dikarenakan
beberapa faktor, diantaranya adalah faktor pendidikan, ekonomi dan lain-lain.
Ada 4 macam norma yaitu :
 Norma Agama adalah peraturan hidup yang berisi pengertian-pengertian, perintah-
perintah, larangan-larangan dan anjuran-anjuran yang berasal dari Tuhan yang merupakan
tuntunan hidup ke arah atau jalan yang benar.
 Norma Kesusilaan adalah peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati. Peraturan ini
berisi suara batin yang diakui oleh sebagian orang sebagai pedoman dalam sikap dan
perbuatannya.
 Norma Kesopanan adalah peraturan hidup yang muncul dari hubungan sosial antar
individu. Tiap golongan masyarakat tertentu dapat menetapkan peraturan tertentu
mengenai kesopanan.
 Norma Hukum adalah peraturan-peraturan hidup yang diakui oleh negara dan harus
dilaksanakan di tiap-tiap daerah dalam negara tersebut. Dapat diartikan bahwa norma
hukum ini mengikat tiap warganegara dalam wilayah negara tersebut.

5. Pengertian Ekonomi dan Hukum Ekonomi


Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan
kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan
manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.
Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity).
Hukum ekonomi adalah suatu hubungan sebab akibat atau pertalian peristiwa ekonomi
yang saling berhubungan satu dengan yang lain dalam kehidupan ekonomi sehari-hari dalam
masyarakat.

Hukum ekonomi terbagi menjadi 2, yaitu:


a.) Hukum ekonomi pembangunan, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum mengenai
cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi (misal hukum perusahaan dan
hukum penanaman modal)
b.) Hukum ekonomi sosial, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara
pembagian hasil pembangunan ekonomi secara adil dan merata, sesuai dengan hak asasi
manusia (misal, hukum perburuhan dan hukum perumahan).

Contoh hukum ekonomi :


1. Jika harga sembako atau sembilan bahan pokok naik maka harga-harga barang lain biasanya
akan ikut merambat naik.
2. Apabila pada suatu lokasi berdiri sebuah pusat pertokoan hipermarket yang besar dengan
harga yang sangat murah maka dapat dipastikan peritel atau toko-toko kecil yang berada di
sekitarnya akan kehilangan omset atau mati gulung tikar.
3. Jika nilai kurs dollar amerika naik tajam maka banyak perusahaan yang modalnya berasal
dari pinjaman luar negeri akan bangkrut.
4. Turunnya harga elpiji / lpg akan menaikkan jumlah penjualan kompor gas baik buatan dalam
negeri maupun luar negeri.
5. Semakin tinggi bunga bank untuk tabungan maka jumlah uang yang beredar akan menurun
dan terjadi penurunan jumlah permintaan barang dan jasa secara umum. Demikianlah
penjelasan tentang hukum ekonomi secara keseluruhan semoga kita semua mengerti dan dapat
megimplementasikan ke dalam kehidupan nyata.

SUBYEK DAN OBYEK HUKUM TM2


1. Subyek Hukum
 Pengertian
Subjek hukum ialah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum atau para
pendukung/pemilik hak dan kewajiban. Dalam kehidupan sehari-hari , yang menjadi
subjek hukum dalam sistem hukum Indonesia, yang sudah barang tentu bertitik tolak dari
siste hukum Belanda, ialah individu (orang) dan badan hukum (perusahaan, organisasi,
institusi).
Pengertian subjek hukum (rechts subjek) menrut Algra adalah setiap orang
mempunyai hak dan kewajiban, yang menimbulkan wewenang hukum (rechtsbevoegheid),
sedangkan pengertian wewenang hukum itu sendiri adalah kewenangan untuk menjadi
subjek dari hak-hak.
Dalam menjalankan perbuatan hukum, subjek hukum memiliki wewenang,
wewenang subjek hukum ini dibagi menjadi dua yaitu :
– Pertama, wewenang untuk mempunyai hak (rechtsbevoegdheid) , dan
– Kedua, wewenang untuk melakuakan (menjalankan) perbuatan hukum dan faktor-faktor
yang memengaruhinya.
 Pembagian Subjek Hukum
Dalam dunia hukum, subjek hukim dapat diartikan sebagai pembawa hak yakni
manusia dan badan hukum.
a. Manusia (naturlijke persoon)
Menurut hukum, tiap-tiap seorang manusia sudah menjadi subjek hukum secara
kodrati atau secara alami. Anak-anak serta balita pun sudah dianggap sebagai subjek
hukum. Manusia dianggap sebagai hak mulai ia dilahirkan sampai dengan ia meninggal
dunia. Bahkan bayi yang masih dalam kandungan pun bisa dianggap sebagai subjek hukum
bila terdapat urusan atau kepentingan yang menghendakinya. Namun, ada beberapa
golongan yang oleh hukum dipandang sebagai subjek hukum yang “tidak cakap”
hukum.Maka dalam melakukan oerbuatan-perbuatan hukum mereka harus diwakili atau
dibantu oleh orang lain.
Pengertian secara yuridisnya ada dua alasan yang menyebutkan alasan manusia
sebagai subjek hukum yaitu :
 manusia mempunyai hak-hak subjektif,
 kewenangan hukum, dalam hal ini kewenangan hukum berarti, kecakapan untuk
menjadi subjek hukum yaitu sebagai pendukung hak dan kewajiban.
Pada dasarnya manusia mempunyai hak sejak dalam kandungan (pasal 2
KUHPerdata), namun tidak semua manusia mempunyai kewenangan dan kecakapan untuk
melakukan perbuatan hukum, orang yang dapat melakukan perbuatan hukum adalah orang
yang sudah dewasa (berumur 21 tahun atau sudah kawin), sedangkan orang-orang yang
tidak cakap melakukan perbuatan hukum adalah orang yang belum dewasa, orang yang
ditaruh di bawah pengampuan , seorang wanita yang bersuami (Pasal 1330 KUHPerdata).
b. Badan Hukum (recht persoon)
Badan hukum adalah suatu badan yang terdiri dari kumpulan orang yang diberi
status “persoon” oleh hukum sehingga mempunyai hak dan kewajiban. Bdan hukum dapat
menjalankan perbuatan hukum sebagai pembawa hak manusia seperti melakukan
perjanjian, mempunyai kekayaan yang terlepas dari para anggotanya dan sebagainya.
Perbedaan badan hukum dengan manusia sebagai pembawa hak adalah badan hukum tidak
dapat melakukan perkawinan, tidak dapat diberi hukuman penjara, tetapi badan hukum
dimungkinkan dapat dibubarkan.
Terjadi banyak perdebatan mengenai bagaimana badan hukum dapat menjadi
subjek hukum, dan memiliki sifat –sifat subjek hukum seperti manusia. Banyak teori yang
ada dan digunakan dalam dunia akademis untuk menjelskan hal tersebut akan tetapi teori
yang paling berpengaruh dalam hukum positif adalah teori konsensi di mana pada intinya
berpendapat badan hukum dalam negara tidak dapat memiliki kepribadian hukum (hak dan
kewajiban dan harta kekayaan ), kecuali diperkenankan oleh hukum dalam hal ini berarti
negara sendiri.
Menurut sifatnya, badan hukum ini dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Badan hukum publik, yaitu badan hukum yang didirikan oleh pemerintah. Contoh:
provinsi, kotapraja, lembaga-lembaga dan bank-bank negara,
2. Badan hukum privat, yaitu badan hukum yang didirikan oleh privat (bukan pemerinatah).
Contoh : Perhimpunan, Perseroan Terbatas, Firma , Koperasi, Yayasan.

2. Obyek Hukum
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum (manusia
dan badan hukum), dan dapat menjadi pokok/objek suatu hubungan hukum , karena itu
dapat dikuasa oleh subyek hukum.
Contoh, Ahmad dan Ali mengadakan sewa tanah. Tanah di sini adalah objek
hukum. Biasanya objek hukum itu adalah benda atau zaak, dan yang dapat dimiliki dan
dikuasai oleh subjek hukum.
Benda menurut Pasal 499 KUH Perdata ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak ,
yang dapat dikuasai oleh hak milik. Hak disebut juga dengan bagian dari harta kekayaan
(vermogens bestanddeel). Harta kekayaan meliputi barang, hak dan hubungan hukum
mengenai barang dan hak, diatur dalam buku II dan buku III KUH Perdata.
Adapun zaak meliputi barang dan hak diatur dalam Buku II KUH Perdata. Barangg
sifatnya berwujud, sedangkan hak sifatnya tidak berwujud.
Menurut ilmu pengetahuan hukum, benda itu dapat diartikan dalam arti luas dan
sempit. Benda dalam arti luas adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki oleh orang.
Pengertian ini meliputi benda-benda yang dapat dilihat, seperti meja, kursi, jam tangan,
motor, komputer, mobil, dan sebagainya, dan benda-benda yang tidak dapat dilihat, yaitu
berbagai hak seperti hak tagihan, hak cipta, dan lain-lain.
Adapun benda dalam arti sempit adalah segala benda yang dapat dilihat. Menurut
Pasal 503 KUH Perdata, bahwa benda itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. benda berwujud, yaitu benda segala sesuatu yang dapat dilihat dan diraba dengan panca
indra, contoh : buku, rumah, tanah, meja, kursi, dan lain sebagainya;
b. benda tidak berwujud, yaiitu semua hak, contoh : hak cipta, hak atas merek, dan
sebagainya
Selanjutnya dalam pasa 504 KUH Perdata, benda dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu :
a. Benda bergerak (benda tidak tetap), yaitu benda yang dapat dipindahkan;
b. benda tetap (tidak bergerak), yaitu benda yang dapat dipindahkan
Benda bergerak dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Menurut sifatnya adalah benda yang dapat dipindahkan (Pasal 509 KUH Perdata)
misalnya kursi, meja, buku, ternak, mobil dan sebagainya;
2. Menurut ketentuan undang-undang ialah benda dapat bergerak atau dipindahkan,
yaitu hak-hak yang melekat atas benda bergerak (Pasal 511 KUH Perdata) seperti
hak memungut hasil atas benda bergerak, hak memakai atas benda bergerak,
saham-saham perusahaan, piutang-piutang
Adapun benda tidak bergerak (tetap) dapat juga dibedakan sebagai berikut :
1. menurut sifatnya, benda tersebut tidak dapat dipindahkan, seperti tanah dan segala
yang melekat di atasnya, contoh : gedung, bunga, pepohonan;
2. menurut tujuannya, benda itu tidak dapat dipindahkan, kerena dilekatkan pada
benda tidak bergerak sebagai benda pokok untuk tujuan tertentu, misalnya mesin-
mesing yang di pasang dalam pabrik, tujuannya untuk dipakai tetap dan tidak
berpindah-pindah (507 KUH Perdata)
3. menurut undang-undang benda tersebut tidak dapat bergerak, ialah hak yang
melekat atas benda tidak bergerak (Pasal 508 KUH Peredata) seperti
hipotik, crediet verband, hak pakai atas benda tidak bergerak, hak memungut hasil
atas benda tidak bergerak. Selain pembagian benda sebagaimana telah disebutkan
di atas, ada lagi pembagian benda, yaitu benda materiil; benda immateriil (ciptaan
orang), misalnya karangan dalam buku, pendapatan baru dalam bidang teknik, dan
lain-lainnya.
3. Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan hutang ( hak jaminan)
Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan hutang (hak jaminan) adalah hak
jaminan yang melekat pada kreditor yang memberikan kewenangan untuk melakukan
eksekusi kepada benda yang dijadikan jaminan jika debitur melakukan wansprestasi
terhadap suatu prestasi (perjanjian). Dengan demikian hak jaminan tidak dapat berdiri
karena hak jaminan merupakan perjanjian yang bersifat tambahan (accessoir) dari
perjanjian pokoknya, yakni perjanjian hutang piutang (perjanjian kredit).
Perjanjian hutang piutang dalam KUH Perdata tidak diatur secara terperinci, namun
bersirat dalam pasal 1754 KUH Perdata tentang perjanjian pinjaman pengganti yakni
dikatakan bahwa bagi mereka yang meminjam harus mengembalikan dengan bentuk dan
kualitas yang sama.
Syarat-syarat benda jaminan :
o Mempermudah diperolehnya kredit bagi pihak yang memerlukannya.
o Tidak melemahkan potensi/kekuatan si pencari kredit untuk melakukan dan
meneruskan usahanya.
o Memberikan informasi kepada debitur, bahwa barang jaminan setiap waktu dapat
di eksekusi, bahkan diuangkan untuk melunasi utang si penerima (nasabah debitur).

Manfaat benda jaminan bagi kreditur :


o Terwujudnya keamanan yang terdapat dalam transaksi dagang yang ditutup.
o Memberikan kepastian hukum bagi kreditur. Sedangkan manfaat benda jaminan
bagi debitur, adalah untuk memperoleh fasilitas kredit dan tidak khawatir dalam
mengembangkan usahanya.
Dalam pelunasan hutang adalah terdiri dari pelunasan bagi jaminan yang bersifat umum
dan jaminan yang bersifat khusus.
a. Jaminan Umum
Pelunasan hutang dengan jaminan umum didasarkan pada pasal 1131KUH Perdata
dan pasal 1132 KUH Perdata. Dalam pasal 1131 KUH Perdata dinyatakan bahwa segala
kebendaan debitur baik yang ada maupun yang akan ada baik bergerak maupun yang tidak
bergerak merupakan jaminan terhadap pelunasan hutang yang dibuatnya. Sedangkan pasal
1132 KUH Perdata menyebutkan harta kekayaan debitur menjadi jaminan secara bersama-
sama bagi semua kreditur yang memberikan hutang kepadanya. Pendapatan penjualan
benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan yakni besar kecilnya piutang masing-
masing kecuali diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan.
Dalam hal ini benda yang dapat dijadikan pelunasan jaminan umum apabila telah
memenuhi persyaratan antara lain :
1. Benda tersebut bersifat ekonomis (dapat dinilai dengan uang).
2. Benda tersebut dapat dipindah tangankan haknya kepada pihak lain.
b. Jaminan Khusus
Pelunasan hutang dengan jaminan khusus merupakan hak khusus pada jaminan
tertentu bagi pemegang gadai, hipotik, hak tanggungan, dan fidusia.
Obyek gadai adalah semua benda bergerak dan pada dasarnya bisa digadaikan baik
benda bergerak berwujud maupun benda bergerak yang tidak berwujud yang berupa
berbagai hak untuk mendapatkan berbagai hutang yakni berwujud surat-surat piutang
kepada pembawa (aan toonder) atas tunjuk (aan order) dan atas nama (op naam) serta hak
paten.
Sifat-sifat Gadai yaitu :
o Gadai adalah untuk benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud.
o Gadai bersifat accesoir artinya merupakan tambahan dari perjanjian pokok yang di
maksudkan untuk menjaga jangan sampai debitur itu lalai membayar hutangnya
kembali.
o Adanya sifat kebendaan.
o Syarat inbezitz telling, artinya benda gadai harus keluar dari kekuasaan pemberi
gadai atau benda gadai diserahkan dari pemberi gadai kepada pemegang gadai.
o Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri.
o Hak preferensi (hak untuk di dahulukan).
o Hak gadai tidak dapat di bagi-bagi artinya sebagian hak gadai tidak akan menjadi
hapus dengan di bayarnya sebagaian dari hutang oleh karena itu gadai tetap melekat
atas seluruh bendanya.
Sifat-sifat hipotik yakni :
o Bersifat accesoir yakni seperti halnya dengan gadai.
o Mempunyai sifat zaaksgevolg (droit desuite) yaitu hak hipotik senantiasa
mengikuti bendanya dalam tagihan tangan siapa pun benda tersebut berada dalam
pasal 1163 ayat 2 KUH perdata .
o Lebih didahulukan pemenuhanya dari piutang yang lain (droit de preference)
berdasarkan pasal 1133-1134 ayat 2 KUH perdata.
o Obyeknya benda-benda tetap.
Obyek hipotik yakni :
Sebelum dikeluarkan undang-undang No.4 tahun1996 hipotik berlaku untuk benda
tidak bergerak termasuk tanah namun sejak di keluarkan undang-undang No.4 tahun1996
tentang hak tanggungan atas tanah berserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah
dinyatakan tidak berlaku lagi.
DAFTAR PUSTAKA
 https://cerdika.com/hukum/
 https://kennysiikebby.wordpress.com/2011/03/02/tujuan-hukum-sumber-sumber-
hukum/#
 https://butew.com/2017/12/13/pengertian-kodifikasi-hukum/
 https://kartikagaby.wordpress.com/2012/10/04/kaidah-norma-hukum/#
 http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-ekonomi-dan-hukum-ekonomi.html#
 https://ilhu.unidha.ac.id/2019/01/28/materi-kuliah-pengantar-ilmu-hukum-tentang-
subjek-hukum/#
 https://e-kampushukum.blogspot.com/2016/05/objek-hukum.html#
 https://kartikagaby.wordpress.com/2012/10/07/hak-kebendaan-yang-bersifat-sebagai-
pelunas-hutang/#

Anda mungkin juga menyukai