PENGANTAR EKONOMI MIKRO ; SISTEM HARGA
SISTEM HARGA
Dalam kehidupan ekonorni modern harga-harga memainkan peranan yang amat penting, justru
karena produsen dan konsumen (termasuk dunia perbankan, pedagang ckspor-impor dan
pemerintah sendiri) bertindak atas dasar pertimbangan dan perbandingan harga.
a. NILAI DAN HARGA
Para ahli filsafat telah memikirkan persoalan harga dan nilai. Karena pada waktu itu uang
helum begitu berperanan, yang diutamakan adalah pengertian Nilai barang.
ARISTOTELES (384-322 seb.M.) pada tahun 300 sebelum Masehi telah membahas masalah ini,
Menurut Aristoteles suatu barang mempunyai nilai karena berguna untuk yang memilikinya (= Nilai
pakai), atau karena barang tsb. dapat dipertukarkan dengan barang lain (= Nilai tukar). Jenis-jenis
nilai mi masih dapat dibedakan obyektif dan subyektif.
Nilai pakal (Value in use atau Utility) adalah kemampuan suatu barang untuk dapat memenuhi
suatu kebutuhan manusia.
1. Nilai pakai obyektif = kemampuan atau sifat barang untuk dapat memenuhi suatu kebutuhan
manusia, jadi kegunaan atau faedah barang.
2. Nilai pakai subyektif = penilaian yang diberikan seseorang terhadap suatu barang karena
kemampuan barang tsb. dalam memenuhi kebutuhannya. Pcnilaian subyektif mi dapat sangat
berbeda-beda menurut situasi dan kondisi, seperti mendesaknya kebutuhan seseorang dan jumlah
barang yang tersedia.
Nilai tukar (Value in exchange) adalah kemampuan suatu barang untuk dilukarkan dengan barang
lain di pasar.
a. Nilai tukar obyektif = kemampuan suatu barang untuk dipertukarkan dengan barang lain.
b. Nilai tukar subyektif = penilaian yang diberikan seseorang bila barang tsb. akan ditukarnya dengan
barang lain.
Harga suatu barang adalah nilai (tukar) barang tsb. dinyatakan atau diukur dengan uang. Jadi
antara nilai dan harga tidak sama: Nilai (tukar) suatu barang diukur dengan membandingkannya
dengan barang lain. Sedang harga diukur dengan uang. Nilai suatu barang adalah dasar untuk
penentuan harga barang tsb.
Pada abad pertengahan masalah harga terutama disoroti dan segi moral baik-buruk, halal dan
haram. Yang dipersoalkan adalah apakah harga suatu barang itu “adil” (wajar/pantas = just price).
Karena harga yang diminta oleh produsen penjual barang tertentu ikut mempengaruhi
kesejahteraan pembeli atau masyarakat, perlu dijaga jangan sampai orang mencari keuntungan
dengan memeras sesamanya yang miskin. Hal ini khususnya berlaku untuk pinjam-meminjam uang
dengan bunga yang tinggi.
Sementara itu kaum klasik mempersoalkan faktor apa yang penentuan tinggi rendahnya harga
suatu barang Meskipun jelas bagi mereka bahwa suatu barang tidak akan diproduksikan kalau
barang tsb. tidak berguna bagi konsumen, tetapi perhatian mereka dipusatkan pada segi biaya
produksi.
Biaya produksi sebagai dasar harga dan nilai: Teori nilai obyektif
ADAM SMITH (1723-1790) menegaskan bahwa nilai (= nilai tukar atau harga) suatu barang
diteniukan oleh biaya produksinya. Dalam masyarakat yang masih sangat sederhana, nilai tukar
atau harga suatu harang terutama ditentukan oleh banyak-sedikitnya kerja manusia yang telah
dicurahkan untuk menghasilkan barang tsb. Tetapi dalam masyarakat yang sudah lebih maju, biaya-
biayaproduksi lain harus ikut diperhitungkan pula, yaitu upah tenaga kerja, biaya bahan-hahan.
sewa tanah. bunga modal dan laba pengusaha.
DAVID RICARDO (1772-1823) membatasi biaya produksi hanya pada tenaga kerja nianusia
saja. Jadi harga suatu harang tergantung dan banyak-sedikitnyakerja manusia yang telah
dicurahkan dalarn produksi barang tsb. Ia membedakan antara barang seni dan barang biasa. Nilai
harang seni memang ditentukan oleh banyaknya pengaguran barang seni tsb.: makin banyak
penggernarnya, makin tinggi nilai dan harganya, karena harang seni tidak dapat diperbanyak. Lain
halnya dengan barang biasa yang dapat diproduksi dalarnjumlah yang banyak. Teorinya dikenal
dengan nama teori nilai kerja.
Contoh:
Andaikan kita dapat mengukur berapa jumlah jam kerja yang diperlukan untuk produksi agung,
beras dan pakaian (kain ). Angka—angka di hawah mi hanya sebagai misal saja:
Produk Jumlah jam kerja yg diperlukan
Jagung (kg) 20
Beras (kg) 10
Kain (meter) 80
Menurut teori ini, jagung dan beras akan dipertukarkan dengan perbandingan 2 kg jagung
untuk 1 kg beras. Satu meter kain dapat dijual dengan “harga” 4kg jagung atau 2kg beras. Satu kg
beras cukup untuk membayar ½ meter kain. Satu kg jagung dapat ditukar dengan ½ kg beras atau 74
meter kain.
Cara berpikir seperti ini memang masuk di akal pada jaman itu. Karena pada waktu itu tenaga
kerja adalah faktor produksi yang utama, peralatan produksi masih serba primitif. dan kehutuhan
masyarakat rnasih terbatas pada kebutuhan dasar sandang, pangan dan papan. Lagi pula
penggunaan baang masih sangat terhatas. Dalam keadaan seperti itu barang-barang dipertukarkan
dengan harga sesuai dengan biaya produksinya.
KARL MARX (1818-1883) mengambil alih teori Ricardo tsh., tetapi lebih diperseinpitlagi.
Menurut Marx tenaga kerja merupakan satu-satunya sumher nilai. Nilai dan harga setiap barang
ditentukan oleh jumlah kerja (rata-rata) yang telah dicurahkan dalam proses produksinya. Dan itu
Marx menarik kesimpulan, hahwa laba (selisih antara harga jual suatu barang dan biaya
produksinya, atau yang disebutnya “nilai lebih”)
HENRY CAREY (1793-1879) memperbaiki teori nilai biaya produksi dengan mtnunjukkan hahwa
yang penting sebenarnya bukan biaya-biaya yang telah dikeluarkati (= harga histonis). melainkan
biaya-biaya yang penlu untuk rnenghasilkan kembali harang yang sama (= biaya reproduksi).
Teori-teori di atas dikenal dengan nama teori nilai obyektif.
Kelemahan teori tsb adalah bahwa hendak menjelaskan terjadinya nilai dan dari satu segi saja,
yaitu dan segi biaya produksi atau dan segi produsen saja.
Memang, biaya produksi itu penting dalam penentuan harga jual oleh produsen. tetapi nilai
dan harga tidak hanya tergantung dan produsen saja! Sebenarnya mereka pun tahu bahwa
kehutuhan dan selera konsumen pentingjuga. Kalau begitu. mengapa mereka membatasi hanya
pada segi hiaya saja. Sementara itu segi kegunaan barang sama sekali diabaikan.
Sebaliknya jika harga bahan-bahan dan input-input lainnya naik, sehingga biaya produksi
bertambah, maka :
- Jumlah barang yang sama hanya akan dijual pada harga lebih tinggi
- Pada tingkat harga yang sama jumlah yang ditawarkan lebih sedikit.
Ini berarti penawaran berkurang, dan kurve supply bergeser ke kiri atas. Lihat kurve B
3. Harga Barang-barang Lain :
Jika berubah, penawaran barang tertentu mungkin bertambah, mungkin berkurang, tergantung jenis
barang dan hubungannya satu sama lain (barang pengganti, barang pelengkap atau barang lepas.
4. Harapan atau perkiraan para produksen/penjual tentang masa yang akan datang.
a. Jika diperkirakan harga akan naik, apakah para penjual segera akan menjual seluruh persediannya ?
(Jawab : Tidak, bahkan sebaliknya, banyak yang akan menahan barangnya, menunggu kenaikan
harga < dan akibatnya harga memang akan naik >
b. Jika diperkirakan harga akan Turun, apakah para penjual tidak akan menjual seluruh persediannya ?
(Jawab : Tidak, bahkan sebaliknya, banyak yang akan menjual semua barang persediannya selama
harga belum merosot < dan akibatnya harga memang akan merosot/turun >
Penjelasannya :
1. Bila seandainya harga barang X naik dari OPx menjadi OPx, maka untuk mencapai posisi kepuasan
total yang maksimum (atau sering disebut posisi equilibrium konsumen), konsumen akan me-milih
tingkat konsumsi (pembelian) sebesar OX4 (yang lebih kecil dari OX3). Jadi perilaku konsumen yang
dinyatakan oleh Hukum Permintaan terbukti.
2. Perhatikan bahwa dengan pendekatan marginal utility ini, kurva Marginal Utility (yang diukur dengan
uang) tidak lain adalah kurva permintaan konsumen, karena menunjukkan tingkat pembeliannya
(atau jumlah yang ia minta) pada berbagai tingkat harga.
Untuk kasus di mana konsumen menghadapi beberapa macam barang yang dibeli, maka
posisi equilibrium konsumen adalah :
1. Syarat ini bisa dicapai dengan anggapan bahwa konsumen mempunyai uang (atau penghasilan atau
“budget” yang cukup untuk dibelanjakan untuk setiap barang sampai marginal utility setiap barang
sama dengan harga masing-masing barang.
2. Bila kita menganggap suatu kasus yang lebih realistis di mana konsumen hanya mempunyai sejumlah
uang yang tertentu yang tidak cukup untuk membeli barang-barang sampai pada tingkat MU = P
untuk setiap barang, maka bisa dibuktikan bahwa dengan uang yang ter-batas tersebut ia bisa
mencapai kepuasan total yang paling tinggi bila ia mengalokasikan pembelanjaannya sehingga
dipenuhi persyaratan tersebut :
Syarat ini disebut equilibrium konsumen dengan constraint. (Yaitu dengan pembatasan jumlah uang
yang dipunyai).
Dalam kasus banyak barang ini pun kita bisa menunjukkan bahwa Hukum Permintaan berlaku bagi
masing-masing barang (X, Y,Z dan seterusnya).
Hukum Permintaan
Kurve permintaan untuk pelbagai macam barang dan jasa tidak semuanya tepat sama. Bahkan kurve
permintaan akan barang yang sama pun dapat berbeda menurut tempat dan waktu yang berbeda.
Tetapi semua kurve permintaan menunjukkan satu ciri yang sama, yaitu arahnya yang turun dan kiri-
atas ke kanan-bawah (downward sloping to the right). Bentuk kurve mi menunjukkan bahwa antara
HARGA (P) dan JUMLAH YANG MAU DIBELT (Qd) terdapat suatu hubungan yang berbalikan:
- Kalau harga naik, jumlah yang mau dibeli berkurang
- Kalau harga turun, jumlah yang mau dibeli bertambah
Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Permintaan, yang dapat dirumuskan sbb.: Orang
cenderung membeli lebih banyakpada harga rendah daripadapada harga tinggi. Disehut “hukum”
karena merupakan gejala umum yang sulit dicari perkecualiannya.
Hal ini terjadi karenaHukum permintaan menunjuk pada fakta bahwa, kalau harga suatu
barang/jasa naik, jumlah yang akan dibeli cenderung menjadi Iebih sedikit, sedang kalau harganya
turun, jumlah yang mau dibeli oleh masyarakat akan lebih banyak. Sekarang kita her- tanya:
mengapa terjadi demikian? Apa sebabnyajumlah yang mau dibeli berkurang bila harga barang itu
naik, dan bertambah bila harganya turun? Pada dasarnya ada tiga alasan yang dapat menjelaskan
gejala tsb.:
I. Pengaruh penghasilan (Income effect)
Kalau harga suatu barang naik, maka denganjumlah penghasilan uang yang sama orang
terpaksa hanya dapat membeli barang lebih sedikit. Sebaliknyajika harga barang tu turun, dengan
penghasilan yang sama orang dapat membeli lebih banyak dan barang ybs., (dan mungkinjuga dan
barang-barang lain pula), sebab penghasilan realnya naik.
Misalnya datam contoh di atas: pada harga beras Rp 400-/kg, keluarga ybs. dapat membeli
50kg beras perbulan. Tetapi kalau harga beras naik menjadi Rp 500, 1kg, denganjumlah uang yang
sama rncrcka hanya dapat membeli 40 kg beras per bulan.
Hal yang sama berlaku tidak hanya untuk permintaan individual tetapi juga untuk
permintaan pasar. Kalau harga suatu barang naik (ceteris paribus), Iebih sedikit warga masyarakat
yang mampu membelinya dengan penghasilan mereka. Sebaliknya jika harga barang tertentu turun
(ceteris paribus), semakin banyak orang yang dulu tidak mampu membelinya sekarang akan dapat
menjangkaunya, sehingga jumlah pembeli bertambah banyak. Hal mi disebut “income effect’:
2. Pengarub substitusi (Substitution effect)
Jika harga suatu barang naik, orang akan mencari barang lain yang fungsinya sama tetapi
harganya lebih murah. Penggantian mi dengan istilah teknis disebut substitusi. Maka gejala mi
disebut “substitution effect”.
3. Penghargaan subyektif (Marginal Utility)
Andaikan seseorang hanya mernpunyai satu pasang sepatu saja. Maka ia akan menilai
sepatunya itu lebih tinggi daripada scandainya ia mempunyai sepuluh pasang. Kalau sepatunya itu
rusak ia akan bersedia mengeluarkan uang untuk membeli sepasang sepatu yang barn, walau
harganya mahal. Sebaliknya kalau orang mempunyai sepuluh pasang sepatu, ia tidak akan merasa
kerugian besar kalau kehilangan satu pasang sepatu, dan ia tidak begitu bersedia mengeluarkan
uang untuk membeli sepatu lebih banyak lagi. Jadi makin banyak dan satu macam barang tertentu
yang telah dimiliki, makin rendah penghargaan kita terhadap barang itu.
Tinggi-rendahnya harga yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk barang tertentu
mencerminkan kegunaan atau kepuasan (Marginal) yang diperolehnya dan konsumsi barang tsb.
Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Semakin Berkurangnya Tambahan Kepuasan (Law of
Diminishing Marginal Utility — LDMU), atau Hukum Gossen ke-I.
> Persamaan fungsi permintaan
Antara HARGA (P) suatu barang dan JUMLAH yang mau dibeli (Qd) ternyata ada hubungan
fungsional yang kurang-lebih tetap. Dikatakan jumlah yang mau dibeli merupakan fungsi dan harga.
artinya: besar-kecilnya Qd tergantung dan tinggi-rendahnya P. Hubungan tersebut secara matematik
dapat dinyatakan dalam bentuk sebuah persamaan, yang bila dilukiskan dalam grafik menjadi kurve
permintaan.
Kehanyakan kurve perrnintaan berbentuk garis melengkung yang menyerupai hentuk hiperbola.
BeHtuk umurn persamaan hiperbola adalah:
a
y=—+b
x
Tetapi untuk rnenyederhanakan, garis rnelengkung di daerah yang penting dapat “didekati” dengan
garis lurus. Bentuk umum persamaan garis lurus adalah:
y = mx + b
dimana untuk kurve perrnintaan koefisien arahnya (rn = gradien) bertanda negatif.
Sebagai contoh. dalam Gambar 1.3 dilukiskan dua bentuk kurve permintaan, yaitu:
D : P = 200 — 2,5 Q (garis lurus)
D: P= 200 + 50 (garis melengkung)
Dalam kenyataannya tidaklah mudah untuk memastikan bentuk dan letak kurve permintaan akan
suatu barang. Bagairnana tepatnya kurve perrnintaan dan persamaannya hanya dapat dipastikan
atas dasarpenelitian pasar dengan bantuan Statistika. Dan hcrbagai tempat dan pada pelbagai waktu
harus dikumpulkan informasi herapajumlah dan barang tertentu yang mau dibeli oleh masyarakat
pada pelbagai tingkat harga. Informasi yang diperoleh belum tentu menghasilkan sebuah kurve
permintaan yang “bagus” seperti dalam contoh di atas. Tetapi dengan bantuan matematika dapat
dihitung garis rata-rata (garis regresi, dan diagram tebar) yang dapat “mendekati” (mencerminkan)
keadaan nyata
Harga Pasar
- Jumlah yang mau dibeli di tunjukkan dengan Q d
h yang mau dijual di tunjukkan dengan Q s
gai kemungkinan harga di tunjukkan dengan P
· Pengertian Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi
jual beli barang.
· Pengertian Pasar dalam ilmu ekonomi lebih luas lagi yaitu Pasar mencakup keseluruhan permintaan
dan penawaran, seluruh kontak antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa.
Setiap barang yang diperjual belikan ada pasarnya. Contoh : ada pasar ikan, tetapi juga ada pasar
rokok kretek, pasar tekstil, pasar modal dan pasar tenaga kerja.
· Fungsi Pasar adalah : sebagai mata rantai yang mempertemukan penjual yang mempunyai barang dan
menginginkan uang, dengan pembeli yang mempunyai uang dan menginginkan barang. Penjual dan
pembeli tidak bertemu muka , tetapi dapat juga melalui surat atau telepon.
Ø Pasar Sempurna adalah apabila semua pihak di pasar tersebut mengetahui seluruh keadaan pasar yaitu :
harga-harga yang berlaku, jumlah-jumlah yang ditawarkan.
Ø Pasar Persaingan Sempurna terjadi apabila jumlah pembeli lebih banyak dan jumlah penjual juga lebih
banyak, yang semuanya menawarkan barang yang sifatnya sama atau homogen. Misalnya barang
jenis tertentu contoh ikan lele, karena jumlah penjual banyak dimana masing-masing menawarkan
sebagian kecil saja dari suplai total, maka tidak ada penjual atau pembeli yang seorang diri
mempengaruhi harga, bila jumlah penjual dan pembeli yang bertemu di pasar banyak dan terdapat
koordinasi yang baik diantara mereka, untuk satu macam barang akan terjadi satu harga. Yaitu harga
pasar.
Ø Harga Keseimbangan
Untuk mengerti bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama menentukan harga pasar,
sebagai contoh kita pelajari terbentuknya harga gula kelapa. Dalam masyarakat kita gula kelapa
banyak pembelinya dan juga banyak produsen/penjualnya (= bentuk pasar persaingan).
Dalam tabel di bawah mi dikumpulkan hasil pengamatan pasar, yaitu berapa kg gula kelapa yang
mau dibel i (Q1) dan berapa kg yang mau dij ual (Q) pada berbagai harga (di daerah tertentu dan
dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu minggu atau satu bulan).
Tabel
Permintaan dan Penawaran Bawang Putih
11
Angka-angka dan tabel dapat juga digambarkan dalam bentuk sebuah diagram. Karena
mengenai barang yang sama, makajumlah yang mau dibeli (D) dan jumlah yang mau dijual (•) dapat
digambarkan dalam satu diagram.
Dan gambar segera tampak bahwa
— pada harga pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya mau membeli
sedikit;
— pada harga rendah, para pembeli ingin membeli banyak, tetapi para penjual hanya mau menjual sedikit.
Maka berapakah harga gula kelapa yang akhirnya akan terjadi? Atau dengan kata lain: dan
berbagai kemungkinan harga yang tercantum dalam daftar di atas, harga yang manakah yang akan
berlaku di pasaran?
Jawabannya ialah: dalam “interaksi” dan tawar menawar antara para pembeli (yang
membutuhkan barang dan bersedia membayar uang untuk memperolehnya, diringkas Demand) dan
para penjual (yang telah mengeluarkan biaya untuk menghasilkan barang dan mau menjualnya
dengan harga tertentu, ringkasnya Supply) akhirnya akan terbentuk satu harga tertentu, yaitu harga
dimanajumlah yang mau dibeli (Qd) sama dengan jumlah yang mau dijual (Q). Harga inilah yang
disebut harga pasar atau harga keseimbangan (Equilibrium price). Hal ini dengan mudah dapat
dilihat dalam gambar dibawah ini.
12
Keterangan Gambar .
Konfrontasi antara permintaan dan penawaran Bawang Putih
Penjelasan :
a. Pada Posisi Harga Rp 1000,-/kg
Apakah harga Rp 1000,-/kg dapat terjadi? Dapat! Sebab memang ada beherapa icmbeli yang
bersedia membayar harga setinggi itu. Apakah harga Rp l000.-!kg akan inenjadi harga pasar yang
umum berlaku? Tidak! Mengapa tidak? Karena pada harga kp l000,-/kg para penjual mau menjual
11.000 kg. Tetapi pada harga itu para pembeli Iianya mau membeli 5.000 kg!minggu. Jadi ada
kelebihan (= surplus) sebanyak 6000 kg yang tak terjual. Supaya barangnya laku (supaya tak perlu
disimpan lama, atau (lihawa pulang, supaya uangnya segera kembali, dli.) tentu akan ada penjual
yang bersedia menurunkan harga dan menjual barangnya dengan harga yang Iebih rendah. Oleh
karena itu harga Rp 1 000,-/kg tidak akan menjadi harga yang berlaku umum di pasaran.
Situasi seperti ini dengan istilah teknis disebut ‘buyers market’ (pasar dikuasai oleh para
pembeli). Para pembeli yang merupakan pihak yang kuat, para penjual berada di pihak yang lemah;
mereka mencani-cari pembeli dan untuk itu bersedia menurunkan harga — hal mana
inenguntungkan bagi pembeli.
b. Pada posisi harga jual Rp 400,- per kg
Sekarang kita teliti harga Rp 400,-/kg. Apakah harga mi bisa menjadi harga pasar Yang
berlaku umum? Tidak! Sebab pada harga itu pmbeli mau membeli sebanyak I .000 kg gula per
minggu (Qd = 11.000). Tetapi para penjual hanya menyediakan ft 000 kg saja (Qs = 6.000). Jadi ada
kekurangan supply (= shortage) sehanyak 5.000 kg/minggu. Dalam situasi mi jelas ada konsumen
yang tidak mcndapatkan gula sehanyak yang diinginkan. Maka tentu akan ada pembeli yang berani/
bersedia membayar Iiaiga Icbih tinggi. Oleh karena itu harga Rp 400,-/kg tidak bisa menjadi harga
pasar yang berlaku umum. dan kalaupun terjadi jual-beli dengan harga itu, pasti tidak bisa tahan
lama.
Siluasi pasar ini disehut ‘sellers market’: para penjuallah yang menguasai pasara, sedang
para pemheli di pihak yang lemah. Untuk mendapatkan barang, para pembeli bersedia menaikan
harga belinya, yang akan menguntungkan para penjual.
Harga Rp 600,- per kg
Pada harga Rp 600,-/kg — dan hanya pada harga ini —jumlah yang mau dibeli (Qd = 8.000
kg/minggu) danjumlah yang rnau dijual (Qs = 8.000 kg/minggu) tepat sama, tidak ada kekurangan
dan tak ada kelebihan. Jadi pada harga mi semua pihak mendapat apa yang diinginkan, dan tidak ada
alasan untuk menaikkan/menurunkan harga lagi (ceteris parihus). Maka harga Rp 600,- mi disebut
harga keseimbangan (Equilibrium price). yaitu harga yang menyeirnbangkan Permintaan dan
Penawaran, atau P dimana Qd=Qs.
Kurve Permintaan dan Penawaran
Hal yang sarna dapat juga dianalisis dengan mempergunakan kurve. Untuk itu Gambar 1-8 di
atas tadi dilukiskan kembali dalam bentuk kurve permintaan dan penawaran. Lihat gambar 1-9, di
mana kurve D dan kurve S dilukiskan pada diagram yang sama. Jumlah (baik Qd maupun Qs) diukur
pada sumbu horisontal (sumbu X), sedang harga per satuan diukur pada sumbu tegak (sumbu Y).
Perpotongan kedua kurve tsb. menunjukkan harga keseimbangan: pada harga Rp 600,-/kg, maka Qd
= Qs = 8.000 kg/minggu.
13
Keterangan Gambar Harga keseimbangan.
Kurve Permintaan (D) turun ke kanan-bawah. Kurve Penawaran (S) naik ke kanan-atas.
Perpotongan kurve D dun kurve S inenunjukkan harga keseimbangan, yaitu P Rp 600/kg. Pada harga
itun jumlah yang diperjualbelikan Q = 8.000 kg/minggu.
Pada harga lebih tinggi, daripada harga keseimbangan tsb., ada surplus hurang yang tak
lequal; supaya harangnya laku, para penjual terdorong untuk inenurunkan harga jual sa. Sehaliknya
jada harga lebih rendah daripada Rji 600/kg, adanya kekurangan bawang putih akan mendorong
pembeli menawar harga yang Iebth tinggi.
Dan grafik segera tampak bahwa pada semua harga yang lebih tinggi daripada liarga
keseimbangan (pada P>600), maka > q berarti ada surplus. Surplus mi akan mendorong para penjual
untuk menurunkan harga jualnya. Pada harga yang lebih rendah itu, para penjual akan mengurangi
jumlah yang ditawarkan (= hiikum penawaran). .lika harga diturunkan, para pembeli akan bersedia
membeli lehih banyak atau Qd hertambah (hukum permintaan). Proses mi berjalan terus sampai
surplus tsb. hilang. .ladi misalnya apakah harga Rp 800/kg bisa terjadi? Bisa! Apakah harga Rp 800
akan dapat tahan larna? Tidak! Sehab pada harga Rp 800/kg itu Q > Q. berarti masih tetap ada
surplus/kelebihan supply.
Demikian pula pada seniua harga lebih rendah daripada harga kesei mbangan (pada P <600),
maka Q1> Q ,jadi ada kekurangan supply (Shortage). Kekurangan tsb. akan inendorong para pembeli
untuk menawar dengan harga lebih tinggi, agar rnendapatkan gula sebanyak dibutuhkan. Jika harga
dinaikkan, maka Qs akan bertambah dan Qd akan herkurang. sampai tercapai keseimbangan. Jadi
misalnya harga Rp 400/kg, apakah akan bisa tahan lama? Tidak! Sebab pada harga itu Q < Q. Ceklah
sendiri untuk harga Rp 1000 dan Rp 200.
Satu-satunya harga yang dapattahan lama ialah harga dirnana Q1 = Q. Hanya pada harga itu
tak ada kecenderungan menaikkan/menurunkan harga atau untuk menambah/ incngurangi jumlah.
Maka harga Rp 600 adalah harga keseimbangan (Equilibrium price).
Secara matematika
Hal yang sama dapat juga dirumuskan dalarn bahasa matematika. Kenyataannya kurve D dan
kurve S biasanya berbentuk garis melengkung (hiperholalparabola). [elapi untuk menyederhanakan,
dapat didekati dengan garis-garis lurus di daerah Nlrategisnya. Misalnya kurve D dan gambar harga
keseimbangan diatas dapat didekati dengan garis lurus P = 1400 — 0,075 Q atau P = 1200 0,1 Qd
Sedang kurve S dapat didekati dengan paris P = —200 + 0,1 Q.
Contoh:
Pemintaan dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi (persamaan) yang menunjukkin liuhungan
antara harga barang (P) dan jumlah yang mau dibeli (Q1). Rumus urnum iiiitiik fungsi permmntaan
yang berbentuk garis lurus adalah: P = a mQ. Misalnya P = 80 0,5 Q.
Ieiiawaran pun dapat dinyatakan sebagai fungsi (persamaan) yang menunjukkan hubungan antara
harga barang (P) dan jumlah yang mau dijual (Q). Rumus umum untuk fungsi penawaran yang
berbentuk garis lurus adalah: P = a + mQ. Misalnya: P = 20 + 0,5 Q.
Ditanyakan: Berapakah harga keseimbangan. Hitunglah dan lukiskan kurvenya.
14
Perpotongan kurve P dan kurve S menunjukkan harga keseimbangan, dimana Qd = Qv.
Perhatikan bahwa hasil perhitungan dan titik potong dalam grafik harus cocok.
Proses penyesuaian
Harga keseimbangan merupakan “persesuaian” antara keinginan pembeli dan keinginan
penjual, sehingga masing-masing pihak mendapat apa yang diinginkan, tanpa adanya
kekurangan/kejebihan Harga keseimbangan tidak selalu tercapai. mi ternyata dan adanya
persediaan barang-barang yang bertumpuk di gudang karena tak laku terjual, atau dan kekurangan
barang yang sering terjadi. Untuk menyamakan permintaan dan penawaran diperlukan suatu proses
penyesuaian, yang biasanya memerlukan waktu (mungkin waktu yang cukup lama). Bila proses mi
digambarkan dalam kurve, akan kelihatan seperti sarang labah-lahah. Sebagai contoh lihatlah
gambar dibawah ini.
15
Keterangan Gambar Proses Penyesuaian.
Pada P = 400, jumlah Qv = 50. Tetapi pada harga ini Qd hanya 10. jumlah Qs = 50 hanya
akan mau dibeli konsumen dengan harga P = 100. Pada P = 100, Qd memang 50. tempat Qs hanya
15. jadi ada kekurangan, dan harga akan naik. Untuk memperoleh jumlah sebanyak Q = 15 para
pembeli bersedia membayar P = 330. Pada P = 330, Q.s = 45. Tetapi Qs ,sebesar 45 hanya akan
dapat laku pada harga P = 130. Demikian seterusnya sampai akhirnya tercapai P = 200 dan Qd Q,s =
30.
Contoh lain untuk mengetahui bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama
menentukan harga pasar, dapat dilihat sebagai berikut :
16
pada harga pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya mau membeli
sedikit.
- pada harga rendah, para pembeli ingin membeli banyak, tetapi para penjual hanya mau menjual
sedikit.
Pertanyaan :
1. Berapa harga Semangka Tanpa Biji yang akhirnya akan terjadi ?
2. dari kemungkinan harga yang tercantum dalam table diatas, harga manakah yang akan berlaku di
pasaran ?
Jawaban :
Setelah terjadi interaksi antara pembeli dan penjual, akhirnya akan terbentuk satu harga tertentu,
yaitu harga dimana jumlah yang mau dibeli Qd sama dengan jumlah yang mau dijual Qs. Harga inilah
yang disebut dengan harga pasar atau harga Keseimbangan.
Ø Pemahaman Tabel harga pasar semangka .
A. Untuk harga Rp. 2000/kg :
1. Apakah Harga Rp. 2000/kg dapat terjadi ? dapat ! sebab memang ada beberapa pembeli yang
bersedian membayar harga setinggi itu.
2. Apakah Harga Rp. 2000/kg dapat menjadi harga yang umum berlaku ? Tidak dapat ! karena pada
harga Rp. 2000/kg para penjual hanya mau menjual 13.000 kg. tetapi pada harga itu pembeli hanya
mau membeli 6000 kg/minggu. Jadi ada kelebihan sebanyak 7000 kg yang tak terjual.
3. Supaya barangnya laku , maka akan ada penjual yang menurunkan harga dan menjual barangnya
dengan harga yang lebih rendah dari yang lain. Sehingga harga Rp. 2000/kg tidak akan berlaku
menjadi harga umum dipasaran.
( pada situasi seperti ini dengan istilah Tehnis “ Buyer Market “ pasar dikuasai oleh para pembeli.
Pembeli dipihak yang kuat, penjual dipihak yang lemah. Situasi ini menguntungkan pembeli.
B. Untuk harga Rp. 2000/kg :
1. Apakah Harga Rp. 400/kg dapat menjadi harga yang umum berlaku ? Tidak dapat ! karena pada harga
Rp. 400/kg para pembeli hanya mau membeli sebanyak 11.000 kg per minggu (Qd = 11.000). tetapi
para penjual hanya menyediakan 6000 kg/minggu (Qs = 6.000). Jadi ada kekurangan persediaan
(supply) ssebanyak 5000 kg/minggu.
2. Dalam situsi ini jelas ada konsumen yang tidak mendapatkan semangka tanpa biji sebanyak yang
diinginkan. Maka tentu ada pembeli yang berani membeli dengan harga yang lebih tinggi.
3. Oleh karena itu Harga Rp. 400/kg tidak dapat menjadi harga yang umum berlaku. Dan apabila terjadi
tidak akan bertahan lama.
( pada situasi ini disebut dengan “ Seller Market “ para penjuallah yang menguasai pasar, sedang
pembeli pada pihak yang lemah. Karena untuk mendapatkan barang, para pembeli bersedia
menaikan harga belinya.
C. Untuk Harga Rp. 1.200/kg.
1. pada harga Rp. 1.200/kg. dan hanya pada harga ini jumlah yang dibeli Qd = 8000/kg dan jumlah yang
dijual Qs=8000/kg tepat sama. Tidak ada kekurangan dan tidak ada kelebihan.
2. Jadi pada harga ini semua pihak mendapat apa yang diinginkan, dan tidak ada alasan untuk
menaikkan/menurunkan harga lagi. (cateris paribus)
3. Maka harga Rp. 1.200/kg. ini disebut Harga Keseimbangan (equilibrium price), yaitu harga yang
menyeimbangkan permintaan dan penawaran, atau P dimana Qd = Qs.
Jadi harga keseimbangan tidak tercapai sekaligus. Biasanya terjadi kegoncangan harga di
sekitar titik keseimbangan. Umumnya para produsen memerlukan waktu untuk nienyesuaikan
supplynya dengan kebutuhan masyarakat. Walaupun sudah tercapai keseimbangan pada saat
tertentu, tetapi situasi keseimbangan tsb. sewaktu-waktu bisa berubah lagi. Lebih-lebih harga hasil-
hasil pertanian tidak begitu stabil. Jika harga suatu barang tidak stabil, maka penjelasannya baru kita
cari dalam perubahan situasi, entah dan segi Supply, atau dan segi Demand, atau mungkin dan
kedua-duanya sekaligus.
Perlu diingat :
1. Rumus Umum Fungsi Permintaan adalah :
P = a – mQ
Misalnya : P = 80 – 0,5 Q
2. Rumus Umum Fungsi Penawaran adalah :
P = a + mQ
Misalnya : P = 20 + 0,5 Q
3. Rumus Umum Harga Keseimbangan adalah :
Qs = Qd
20 + 0,5 Q = 80 – 0,5 Q