Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MANAJEMEN LINGKUNGAN
“PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DRAINASE BERWAWASAN
LINGKUNGANPADA INSTALASI KOMERSIAL (PERKANTORAN DAN
PERTOKOAN”

DOSEN PENGAMPU :
HARRY KURNIAWAN, ST.MT
NIDN.1010078502

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :


DANDI ADE PUTRA (19070022)
RYNALDI SAPUTRA NABABAN (19070024)
ALRIFQI (19070026)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahNya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul “Pengembangan infrastruktur
drainase berwawasan lingkungan pada instalasi komersial (Perkantoran dan Pertokoan)” dapat
selesai pada waktunya. Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat diterima
pembaca dengan senang hati. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
sehingga penulis mengharap kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.Terimakasih semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Batam, 18 Juni 2020

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................

Daftar Isi...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.................................................................................................

2. Rumusan Masalah..........................................................................................

3. Batasan Masalah………………… …………………………………… ………...

4. Tujuan Penulisan Makalah...........................................................................

5. Manfaat Penulisan Makalah........................................................................

6. Sistematika Penulisan....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN…………… ………… . ……………………………

BAB III PENUTUP....................................................................................................


A. Kesimpulan………………………………………………………………………..

B. Saran……………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai aktivitas, maka untuk
menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase.
Dengan adanya drainase tersebut genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan
tidak akan menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas masyarakat tidak
akan terganggu.

            Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini mempunyai peranan
yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk
padat seperti di perkotaan. Drainase juga merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai
sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara
pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan
akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

 Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang
dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.
Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan
dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali
kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
  
B.  Maksud dan Tujuan
Maksud dari tugas drainase ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami sistem
drainase di perkotaan dan tujuannya, serta bisa mengaplikasikannya di lapangan. Sehingga mampu untuk
merancang sistem penyaluran air dalam kota, dimana rancangan disesuaikan dengan kriteria disain  dan
memenuhi kaidah-kaidah perencanaan.

Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Hidrologi dan Drainase,
program studi teknik sipil dan perencanaan. Selain itu, penulis juga bertujuan untuk meningatkan
pengetahuan mengenai pentingnya keberadaan saluran drainase pada sebuah kota atau daerah sebagai
bagian dari menanggulangi bencana banjir maupun krisis kekurangan air.
C.  Batasan Masalah

Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya pada musim hujan,
mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa ini hampir setiap tahun
berulang, namun sampai saat ini belum terselesaikan bahkan cenderung makin meningkat, baik
frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.

Jika dilihat, akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari pertambahan penduduk yang
sangat cepat akibat urbanisasi (baik migrasi musiman maupun permanen). Pertambahan penduduk yang
tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai mengakibatkan
pemanfaatan lahan perkotaan menjadi semrawut. Pemanfaatan lahan yang tidak tertib inilah yang
menyebabkan persoalan drainase di perkotaan menjadi sangat kompleks. Hal ini barangkali juga
disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dan tidak peduli terhadap permasalahan
yang dihadapi oleh kota.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Drainase
Drainase yang berasal dari kata kerja 'to drain' yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air,
adalah terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistem-sistem yang berkaitan dengan penanganan
masalah kelebihan air, baik diatas maupun dibawah permukaan tanah.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang
terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan
(urban) yang berfungsi untuk mengendalikan atau meringankan kelebihan air permukaan didaerah
pemukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan
manfat bagi kehidupan manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-
gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir.
Pengertian drainase perkotaan tidak terbatas pada teknik pembuangan air yang berlebihan namun lebih
luas lagi menyangkut keterkaitannya dengan aspek kehidupan yang berada di dalam kawasan perkotaan.
Semua hal yang menyangkut kelebihan air yang berada di kawasan kota sudah pasti dapat
menimbulkan permasalahan drainase yang cukup komplek. Dengan semakin kompleknya permasalahan
drainase di perkotaan, maka di dalam perencanaan dan pembangunan bangunan air untuk drainase
perkotaan, keberhasilannya tergantung pada kemampuan masing-masing perencana. Dengan demikian di
dalam proses pekerjaan memerlukan kerjasama dengan beberapa ahli di bidang lain yang terkait.

B.Sistem Drainase Bangunan Gedung, Perkantoran dan Pertokoan

Sistem drainase berfungsi untuk mengalirkan air kotor dan air hujan menuju saluran pembuangan
utama. Untuk area gedung dan bangunan system drainase terdiri dari system drainase di dalam gedung
dan sistem drainase diluar atau lingkungan sekitar gedung.

Sistem drainase di dalam area gedung dan bangunan berfungsi untuk mengalirkan air kotor yang berasal
dari aktivitas di dalam gedung menuju kesaluran pembuangan utama.

Selain itu sistem drainase di sekitar gedung dan bangunan juga perlu menjadi perhatian bagi pemilik
bangunan. Misalnya di area trotoar yang ada di depan gedung. Dibawah Trotoar biasa dibangun saluran
drainase untuk mengalirkan air hujan sehingga tidak terjadi genangan di area gedung.
C.  Macam – Macam Drainase
1.    Menurut Asalnya
Menurut asalnya drainase dibedakan menjadi dua yaitu :
a.    Saluran alam (natural)
b.   Saluran buatan (artificial)

1.    Menurut Letak Saluran


a.       Drainase permukaan
b.      Drainase bawah permukaan
c.       Drainase memanjang
d.      Drainase melintang

2.    Menurut Konstruksi
a.       Saluran terbuka
Saluran terbuka yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang
mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan
kesehatan/ mengganggu lingkungan.

b.      Saluran tertutup
Saluran tertutup yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran kotor (air yang
mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di kota/permukiman.

3.    Menurut Fungsi
a.       Single purpose
Single purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air hujan saja
atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain – lain.
b.      Multi purpose
Multi purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara
bercampur maupun bergantian.

D.  Jenis – Jenis Drainase

1.      Land dan Smoothing


Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing (Penghalusan permukaan
lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin kemiringan yang berkelanjutan secara sistematis yang
dibutuhkan untuk penerapan saluran drainase permukaan
Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran drainase permukaan yang baik
akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%, dibandingkan dengan lahan yang kelebihan air
dibuang dengan drainase pipa tanpa dilakukan upaya pengaturan saluran drainase permukaan terlebih
dahulu.
Untuk efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti.
ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan merupakan tempat aliran
permukaan (runoff) berkumpul, harus dihilangkan dengan bantuan peralatan pengukuran tanah.
Pada tanah cekungan, air yang tak berguna dialirkan secara sistematis melalui:
a.    Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal (shallow random field drains)
b.   Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch
c.    Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet ditch)
Outlet ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm lebih dalam dari saluran
pembuangan acak dangkal.
Overfall : jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran pembuangan utama dibuat pada tingkat
yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak memungkinkan harus dibuat pintu air, drop spillway atau pipa
2.      Drainase Acak (Random Field  Drains)
Drainase ini merupakan gambaran yang menunjukan pengelolaan untuk mengatasi masalah
cekungan dan lubang – lubang tempat berkumpulnya air. Lokasi dan arah dari saluran drainase
disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar mungkin, hal
ini untuk memudahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat beroperasi tanpa merusak saluran yang
telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi masalah karena
kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas penggalian saluran, disebarkan pada bagian cekungan atau
lubang – lubang tanah, untuk mengurangi kedalaman saluran drainase.

3.      Drainase Pararel (Pararelle Field Drains)


Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan kurang dari 1% – 2 %,
system saluran drainase parallel bisa  digunakan. System  drainase ini dikenal sebagai system bedengan.
Saluran drainase dibuat secara parallel, kadang kala jarak antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung
dari panjang dari barisan saluran drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari
tanah yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran drainase, dan panjang maksimum
kemiringan lahan terhadap saluran (200 meter). Keuntungan dari system saluran drainase parallel, pada
lahan terdapat cukup banyak saluran drainase. Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran
drainase paralel. Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya saluran paralel.
Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit.
Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak
yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang lebar membutuhkan saluran
drainase yang lebih besar dan dalam. Bila lebar bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar
bedding tidak lebih dari 200 m. Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan
smoothing. Pada tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan adalah
1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan pompa, bangunan  pintu air
berfungsi untuk mengalirkan air drainase pada musim hujan.
Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel, 2 saluran
diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian saluran diletakkan diantara kedua
saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang diperlukan pada saat pemeliharaan saluran.
4.      Drainase Mole
Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang konstruksinya tanpa
dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali tanah, cukup dengan menarik (dengan
traktor) bantukan baja bulat yang disebut mol yang dipasang pada alat seperti bajak dilapisan tanah
subsoil pada kedalaman dangkal. Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat expander yang
gunanya untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang
Tidak semua daerah terdapat usaha-usaha pertanian atau perkebunan memerlukan irigasi. Irigasi
biasanya diperlukan pada daerah-daerah pertanian dimana terdapat satu atau kombinasi dari keadaan-
keadaan berikut :
a.    Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air.
b.   Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik sepanjang tahun.
c.    Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang dapat dicapai melalui
irigasi secara layak dilaksanakan baik ditinjau dari segi teknis, ekonomis maupun sosial.

E.     Pola Jaringan
1.        Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai. Sungai sebagai
saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota.

2.        Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang (sekunder) yang cukup
banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan
diri.
3.        Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan
dulu pada saluran pengumpulan.
4.        Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar
5.        Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.
F.    Fungsi Drainase Perkotaan Secara Umum
    1.  Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.
    2.  Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya.
   3. Mengendalikan kelebihan air permukan yang dapat dimanfaatkan untuk persedian air dan kehidupan  
akuatik.
    4.  Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air).
    5.   Melindungi sarana dan prasarana yang sudah terbangun.

G.     Berdasarkan Fungsi Layanan


      1.      Sistem Drainase Lokal
Yang termasuk sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan kota
tertentu seperti komplek permukiman, areal pasar, perkantoran, areal industri dan komersial. Sistem ini
melayani areal kurang dari 10 ha. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat,
pengembang atau instansi lainnya.

      2.      Sistem Drainase Utama


Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran drainase primer, sekunder, tersier
beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat.
Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab pemerintah kota.

      3.      Pengendalian Banjir (Flood Control)


Sungai yang melalui wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air sungai, sehingga tidak
mengganggu dan dapat memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat. Pengelolaan pengendalian menjadi
tanggung jawab Direktorat Jenderal SDA.

H.    Berdasarkan Fisiknya
      1.      Sistem Saluran Primer
Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder. Dimensi saluran ini relatif
besar. Akhir saluran primer adalah badan penerima air.

      2.      Sitem Saluran Sekunder


Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran tersier dan limpasan
air dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran primer. Dimensi saluran tergantung pada
debit yang dialirkan.

      3.      Sitem Saluran Tersier


Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal.

Dalam perencanaan dan pembangunan suatu drainase perlu strategi yang dapat diandalkan sehingga sitem
drainase berjalan dengan lancar tanpa timbulnya permasalahan dikemudian hari. Adapun yang harus
diperhatikan yaitu :
·      Penyiapan rencana induk sistem drainase yang terpadu antara sistem drainase utama maupun lokal
dengan pengaturan dan pengelolaan sungai.
·      Mengembangkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan.
     Adapun gambar alur perencanaanya sebagai berikut :

I.    Pembangunan Sistem Drainase


1.    Prinsip – Prinsip Utama
·       Kapasitas sistemharus mencukupi, baik untuk melayani pengaliran air ke badan penerima air, maupun
ntuk meresapkan air ke dalam tanah. Untuk mencapai kapasitas yang memadai dilakukan perencanaan
berdasarkan prinsip hidrologi dan hidrolika.

·  Pembangunan sistem drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase sebagai prasarana kota yang
didasarkan pada konsep berwawasan lingkungan.
Konsep ini antara lain berkaitan dengan usaha konservasi sumber daya air, yang pada prinsipnya
menendalikan air hujan agar lebih banyak yang diresapkan ke dalam tanah sehingga mengurangi jumlah
limpasan, antara lain dengan membuat bangunan resapan buatan, kolam retensi dan penataan lansekap.
·   Sedapat mungkin menggunakan sistem gravitasi, hanya dalam hal sistem gravitasi tidak memungkinkan
baru digunakan sistem pompa.
·         Meminimalisasi pembebasan lahan.
·         Meminimalkan aliran permukaandan memaksimalkan resapan.
·         Letak sistem memenuhi kriteria perkotaan dan memiliki kesempatan untuk perluasan sistem. Dalam
pelaksanaannya harus mempehatikan segi hydraulik dan tata letak dalam kaitannya dengan prasarana
lainnya (jalan, dan utilitas kota).
·    Stabilitas sistemharus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem dan kemudahan dalam operasi
dan pemeliharaan.
·     Pembuatan Kolam Retensi dan Sistem Polder disusun dengan memperhatikan faktor sosial ekonomi antara
lain perkembangan kota dan rencana prasarana dan sarana kota.
·        Kelayakan pelaksanaan Kolam Retensi dan Sistem Polder harus berdasarkan tiga faktor antara lain :
biaya konstruksi, biaya operasi dan biaya pemeliharaan.

2.    Parameter Penentuan Prioritas Penanganan


·      Parameter genangan, meliputi tinggi genangan, luas genangan, dan lamanya genangan terjadi.
·      Parameter frekuensi terjadinya genangan setiap tahunnya.

3.    Faktor Medan dan Lingkungan


·      Topografi: Pembangunan drainase pada daerah datar harus memperhatikan sistem pengaliran dan
ketersediaan air penggelontor.
·      Kestabilan tanah: pembangunan di daerah lereng pegunungan harus memperhatikan masalah longsor
yang disebabkan oleh kandungan air tanah.

4.    Rencana Induk
Rencana Induk sistem drainase perkotaan adalah perencanaan menyeluruh sistem drainase pada
suatu wilayah perkotaan, untuk perencanaan 25 tahun. Lingkupnya adalah sistem drainase utama saja
yang berada dalam suatu daerah administrasi.

5.    Studi Kelayakan
·      Perencanaan sistem drainase perkotaan satu atau lebih daerah pengaliran air untuk waktu 5 atau 10 tahun.
·      Lingkupnya diarahkan pada daerah prioritas yang telah ditentukan dalam rencana induk.
·      Kajian meliputi kelayakan teknik, kelayakan keuangan/sosial ekonomi, kelayaan kelembagan serta
kelayakan lingkungan.

6.    Perecanaan Teknik
·      Perencanaan teknis dibuat untuk daerah prioritas yang telah mempunyai studi kelayakan atau rencana
kerangka (outline plan). Jangka waktu perencanaan untuk 2 sampai 5 tahun.
·      Rencana teknis harus membuat persyaratan teknis dan gambar teknis, kriteria perencanaan dan langkah-
langkah konstruksi.

7.      Salah satu rumus yang dapat digunakan dalam mendisain saluran drainase adalah :
‘’METODE RASIONAL’’
BAB III
PENUTUP

              A.    Kesimpulan
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan perkotaan dan permasalahan banjir yang makin meningkat
pula maka pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyelutruh dimulai dari tahap
perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan yang ditunjang peningkatan kelembagaan dan
partisipasi masyarakat. perkotaan

Pembangunan Sistem Drainase Perkotaan harus memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai
prasarana kota yang didasarkan pada konsep berwawasan lingkungan.
Konsep ini berkaitan dengan upaya konservasi sumber daya air yang pada prinsipnya adalah pengendalian
air hujan.
Dengan memaksimalkan peresapan ke dalam tanah dan meminimalkan aliran permukaan (limpasan).

Anda mungkin juga menyukai