Sutan Ibrahim atau yang biasa kita sebut tan malaka,
mungkin terdengar asing di kalangan masyarakat. Tan malaka adalah seorang revolisioner Indonesia yang berideologi komunis. Ia lahir di Lima Puluh Kota, Sumatra Barat pada tanggal 8 juni 1897. semasa kecilnya, Tan Malaka senang mempelajari ilmu agama bahkan tan malaka juga menghafal al quran. Pada tahun 1908, ia didaftarkan ke Kweekschool (Terimakasih google translate) di Fort de Kock. Disana Tan Malaka adalah murid yang cerdas, meskipun kadang-kadang tidak patuh, ia menikmati pelajaran bahasa Belanda sehingga gurunya menyarankan agar ia menjadi seorang guru di sekolah Belanda Setelah lulus dari sekolah itu pada tahun 1913, ia ditawari gelar datuk dan seorang gadis untuk menjadi tunangannya. Namun, ia hanya menerima gelar datuk pada bulan Oktober 1913, ia meninggalkan desanya untuk belajar di Rijkskweekschool di belanda,Sesampainya di Belanda, pengetahuannya tentang revolusi mulai muncul dan meningkat setelah membaca buku de Fransche Revolu(s)tie yang ia dapatkan dari seseorang sebelum keberangkatannya ke Belanda. Setelah Revolusi Rusia pada Oktober 1917, ia mulai tertarik mempelajari paham Sosialisme dan Komunisme. Sejak saat itu, ia sering membaca buku-buku karya Karl Marx, Friedrich Engels, dan Vladimir Lenin.
Karena banyaknya pengetahuan yang ia dapat tentang
Jerman, ia terobsesi menjadi salah satu angkatan perang Jerman. Dia kemudian mendaftar ke militer Jerman, namun ia ditolak karena Angkatan Darat Jerman tidak menerima orang asing Setelah beberapa waktu kemudian, di jerman bertemu Henk Sneevli(e)t, salah satu pendiri ISDV, yakni organisasi yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia.
Lalu, ia lulus pada bulan November 1919.Setelah lulus
dari SDOV, ia kembali ke desanya. Ia kemudian mengajar anak-anak kuli di perkebunan teh di Deli, Sumatra Utara Tan Malaka juga menulis beberapa propaganda subversif untuk para kuli, dikenal sebagai Deli Spoor selama masa ini, ia mengamati dan memahami penderitaan serta keterbelakangan hidup kaum pribumi di Sumatra.
Ia juga berhubungan dengan ISDV dan terkadang juga
menulis untuk media massa. Salah satu karya awalnya adalah "Tanah Orang Miskin", yang menceritakan tentang perbedaan mencolok dalam hal kekayaan antara kaum kapitalis dan pekerja, yang dimuat di Het Vrije(vraiye) Woord edisi Maret 1920 Selanjutnya, Tan Malaka menjadi calon anggota Volksraad dalam pemilihan tahun 1920 mewakili kaum kiri
Namun tanpa sebab yang jelas ia akhirnya mengundurkan
diri pada 23 Februari 1921. Ia lalu membuka sekolah di Semarang atas bantuan Darsono, tokoh Sarekat Islam Merah. Sekolah itu disebut Sekolah Rakyat. Sekolah itu memiliki kurikulum seperti sekolah di Uni Sovyet, dimana setiap pagi murid-murid menyanyikan lagu Internasional€
Hingga akhir hayatnya, Tan Malaka dikabarkan tidak
penah menikah, Alasan Tan Malaka tidak menikah adalah karena perhatiannya terlalu besar untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia Setelah Indonesia merdeka, Tan Malaka menjadi salah satu pelopor sayap kiri. Ia juga terlibat dalam Peristiwa 3 Juli 1946 dengan membentuk Persatuan Perjuangan dan disebut-sebut sebagai otak dari penculikan Sutan Syahrir yang pada waktu itu merupakan perdana menteri. Dan karena itu ia dijebloskan ke dalam penjara. Setelah meletusnya pemberontakan FDR/PKI di Madiun, pada bulan September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin, Tan Malaka dikeluarkan begitu saja dari penjara. Di sisi lain, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi Republik Indonesia akibat Perjanjian Linggajati 1947 dan Renville 1948, Tan Malaka merintis pembentukan Partai Murba, pada 7 November 1948 di Yogyakarta
Setelah pemberontakan PKI/FDR di Madiun ditumpas
pada akhir November 1948, Tan Malaka menuju Kediri dan mengumpulkan sisa-sisa pemberontak PKI/FDR yang saat itu ada di Kediri, dari situ ia membentuk pasukan Gerilya Pembela Proklamasi. Pada bulan Februari 1949, Tan Malaka ditangkap bersama beberapa orang pengikutnya di Kediri, Jawa Timur dan mereka ditembak mati di sana Atas Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno pada 28 Maret 1963 ditetapkanlahTan Malaka sebagai Pahlawan Nasional.