Anda di halaman 1dari 5

Judul : Pemeriksaan Feses dengan metode apus langsung/direct smear

Tanggal : 7 Juli 2021

Tujuan : Untuk mengetahui mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan feses

Dasar Teori :
Tinja adalah hasil dari digesti dan absorpsi asupan (intake) air, makanan (per oral), saliva,
cairan lambung, cairan yang berasal dari pankreas, dan cairan empedu yang semuanya berperan
pada proses pencernaan makanan. Orang dewasa mengeluarkan feses antara 100-300 gram/hari
yang 70% diantaranya adalah tinja (Setya 2013) Bentuk dan komposisi feses bergantung pada
proses absorpsi, sekresi dan fermentasi. Feses normal akan berwarna kuning (berasal dari
degradasi pigmen empedu oleh bakteri), tidak lembek dan tidak keras, berbau khas (berasal dari
indol, skatol, dan asam butirat). Protein yang tidak tercerna dengan baik akan menyebabkan bau
yang kuat (Setya 2013) Pemeriksaan feses di lakukan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing
ataupun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di dilakukan untuk tujuan mendiagnosa
tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa fesesnya.
Pemeriksaan feses secara langsung (sediaan basah) adalah metode yang digunakan
bertujuan untuk mengetahui telur cacing pada tinja secara langsung. Pemeriksaan feses secara
langsung dapat dilakukan dengan dua metode yaitu dengan kaca penutup dan tanpa kaca penutup
(Maulida 2016). Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi
berat. Tetapi untuk infeksi ringan sulit untuk menemukan telur. Digunakan larutan NaCl fisiologis
(0,9%) atau eosin 2%. Eosin 2% dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur cacing dengan
kotoran disekitarnya (Natadisastra 2009) Menurut (Sofia 2017).
Metode langsung mempunyai kelemahan yaitu jika bahan untuk membuat sediaan secara
langsung terlalu banyak, maka preparat menjadi tebal sehingga telur menjadi tertutup oleh unsur
lain. Eosin adalah larutan yang sering digunakan untuk pemeriksaan mikroskopikmsebagai usaha
mencari protozoa dan telur cacing serta digunakan sebagai bahan pengencer tinja (Gandasoebatra,
2007).
Alat dan Bahan :
• Alat :
- Alcohol 70% Sarung tangan
- Object glass
- Kaca penutup
- Pensil/spidol permanen
- Pipet
- Tongkat kayu
- Rak specimen
- Bak sampah berisi hidroklorida
- Kertas tissue
- Mikroskop
-
• Bahan :
- Sampel feses
- Alcohol 70%
- Larutan pewarna (Lugol, Eosin, NaCl)
Cara Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan object glass 3 buah
3. Dibersihkan menggunakan kertas pembatas
4. Dilabeli semua object glass dengan nomor id sampel
5. Diambil larutan Lugol menggunakan pipet kemudian 1-2 tetes diatas object glass
6. Diambil larutan Eosin menggunakan pipet kemudian 1-2 tetes diatas object glass
7. Diambil larutan Nacl menggunakan pipet kemudian 1-2 tetes diatas object glass
8. Diambil sedikit feses menggunakan ujung stick kayu pada bagian tengah botol feses
kemudian dicampurkan larutan pewarna diatas object glass hingga merata
9. Dibuang stick kayu setiap selesai digunakan
10. Ditutup campuran feses dengan kaca penutup dengan cara sudut 45˚ agar tidak terbentuk
gelembung udara
11. Dicatat id sampel saat akan diamati menggunakan mikroskop
12. Diletakan sediaan pada mikroskop
13. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran 10x-40x untuk mengamati morfologi parasit
14. Dicatat hasil identifikasi spesies beserta stadium parasit
Hasil Pengamatan :
• Pengamatan makroskopis
1. Warna: coklat muda, kehijauan, orange gelap, dan hitam
2. Konsistensi: keras normal
3. Bau: busuk/amis
4. Bentuk: ada tidaknya mucus atau darah

• Pengamatan Mikroskop
Pembahasan :
Berdasarkan pengamatan praktikum yang telah dilakukan dengan cara pertama
pengamatan makroskopis dengan melihat warna, konistensi, bau, bentuk ada tidaknya mucus atau
darah. Kedua pembuatan sediaan, disiapkan 3 object glass. Diambil larutan lugol 1-2 tetes diatas
object glass 1. Diambil larutan eosin 1-2 tetes diatas object glass 2. Diambil larutan NaCl 1-2 tetes
diatas object glass 3. Diambil sedikit feses menggunakan ujung stick kayu kemudian dicampurkan
pada larutan pewarna. Ditutup campuran feses dengan kaca penutup dengan cara sudut 45˚ agar
tidak terbentuk gelembung udara, kemudian diamati pada mikroskop dengan perbesaran 10x-40x
untuk mengamati morfologi parasit. Didapatkan hasil mikroskopis ada tidaknya parasit pada feses.
Kemudian dicatat hasil identifikasi spesies beserta stadium parasit.

Kesimpulan :
mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan feses
Referensi :
- Fitri Helmalia, Fadhlian. 2019. Pemeriksaan Feses Untuk Penentuan Infeksi Parasit Di Rsud
Langsa. Jurnal Biologica Samudra
- Luh Titi Handayani. 2018. PEMERIKSAAN FESES UNTUK IDENTIFIKASI CACING DAN
AMOEBA PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN. Jurnal Sain Health
- Rizka Sofia. 2019. PERBANDINGAN AKURASI PEMERIKSAAN METODE DIRECT
SLIDE DENGAN METODE KATO-KATZ PADA INFEKSI KECACINGAN. Jurnal
Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai