Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Hemoroid adalah pelebaran atau varises satu segmen atau lebih dari vena-
vena hemoroidalis.Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu hemoroid interna dan
dalam otot sfingter ani dan hemoroid eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik vena
hemoroidalis.1
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk, baik pria maupun wanita yang biasanya berusia lebih dari 25
perasaan yang sangat tidak nyaman.Gejala yang dirasakan, yaitu rasa gatal, terbakar,
Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
1
disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2
Canalis ani panjangnya sekitar 4 cm dan berjalan ke bawah dan belakang dari
ampulla recti ke anus. Dinding lateralnya tetap teraposisi oleh m.levator ani dan
Canalis ani dibatasi pada bagian posterior oleh corpus anococcygeale, yang
merupakan massa jaringan fibrosa yang terletak antara canalis ani dan os coccygis. Di
lateral dibatasi oleh fossa ischiorectalis yang terisi lemak. Pada pria, di anterior
dibatasi oleh corpus perineale, diafragma urogenitalis, urethra pars membranacea, dan
bulbus penis. Pada wanita, di anterior dibatasi oleh corpus perineale, diafragma
Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind gut).
3
2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang dihubungkan
satu sama lain pada ujung bawahnya oleh plica semilunaris yang dinamakan
3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom
4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu arteri
rektalis superior, suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran darah
vena terutama oleh vena rektalis superior, suatu cabang v. Mesenterica inerior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior menuju
inferior.
Mukosa paruh bawah kanalis ani berasal dari ektoderm proctodeum dengan
1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada anus
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n.rektalis inferior sehingga peka terhadap
interna. Aliran vena oleh v.rektalis inferior, muara dari v.pudenda interna,
medialis.
4
Gambar 2.2 Anatomi normal dan aliran pembuluh darah kolon dan rektum
Aliran darah ke rektum berasal dari cabang arteri mesenterika inferior (arteri
hemoroidal superior) untuk rektum bagian atas, cabang arteri iliaka interna (arteri
hemoroidal medial untuk rektum bagian tengah, dan arteri pudenda interna (arteri
hemoroidal inferior) untuk rektum bagian bawah.Vena dari rektum atas mengalir ke
sistem porta melalui vena mesenterica inferior, rektum medial dan inferior mengalir
Selubung otot sangat berkembang seperti pada bagian saluran cerna, dibagi
menjadi lapisan otot luar logitudinal dan lapisan dalam sirkular. Lapisan sirkular
pada ujung atas canalis ani menebal membentuk spincter ani internus involunter.
Sfingter internus diliputi oleh lapisan otot bercorak yang membentuk sfingter ani
ekstenus volunter.4
5
Gambar 2.3 Anatomi anus
pada ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura
perinealis. Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus. Rektum
mempunyai sebuah proyeksi ke sisi kiri yang dibentuk oleh lipatan kohlrausch.
Fleksura sakralis terletak di belakang peritoneum dan bagian anteriornya tertutup oleh
Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup banyak meluas
yakni ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin buang air besar. Di
bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap–sayap ke dalam lumen
rektum, dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu
6
lipatan yang lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5–8 cm
dari anus. Melalui kontraksi serabut–serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling
mendekati, dan pada kontraksi serabut otot longitudinal lipatan tersebut saling
menjauhi.
Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis
yang sedikit bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan
kulit bagian luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan
dan kelenjar keringat. Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis.
melengkung kedalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh dan
tertutup beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung bawahnya,
7
diantara lipatan longitudinal berakhir pada kantong dangkal pada akhiran analnya dan
tertutup selapis epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang panjangnya kira–kira 1
cm, di sebut daerah hemoroidal, cabang arteri rektalis superior turun ke kolumna
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah
pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan
submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi
primer, yaitu kanan depan ( jam 7), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3).
Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tesebut.5,6
8
Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroidalis
secara longgar dan merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum
sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke
vena iliaka.5,6
Anoskopi adalah pemeriksaan pada anus dan rektum dengan menggunakan sebuah
spekulum. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dari hemorrhoid tersebut. Secara
a. Hemoroid eksterna
b. Hemoroid interna
berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan
hematoma, walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat
9
nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang
d. Derajat IV : prolaps hemorrhoid yang yang permanen. Prolaps ini rentan dan
10
2.3 Faktor Resiko
2. Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga
4. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat
6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
2.4 Patofisiologi
Anal canal memiliki lumen triradiate yang dilapisi bantalan (cushion) atau
alas dari jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di anal canal oleh jaringan ikat
yang berasal dari sfingter anal internal dan otot longitudinal. Di dalam tiap bantalan
terdapat plexus vena yang diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur vaskular tersebut
11
Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong dan
bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta
konsumsi serat yang tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air besar, serta kondisi
timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh trauma mukosa lokal atau
superior (v. hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang terletak pada
kolum analis posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat paien dalam posisi litotomi
kongenital dinding vena karena sering ditemukan pada anggota keluarga yang sama.
Vena rektalis superior merupakan bagian paling bergantung pada sirkulasi portal dan
tidak berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar pada vena yang terletak
pada paruh atas canalis ani. Disini jaringan ikat longgar submukosa sedikit memberi
penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran balik darah vena dihambat oleh
kontraksi lapisan otot dinding rectum selama defekasi. Konstipasi kronik yang
kehamilan sering terjadi akibat penekanan vena rectalis superior oleh uterus gravid.
Hipertensi portal akibat sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid. Kemungkinan
12
Hemoroid eksterna adalah pelebaran cabang-cabang vena rektalis
(hemorroidalis) inferior waktu vena ini berjalan ke lateral dari pinggir anus.
Hemorroid ini diliputi kulit dan sering dikaitkan dengan hemorroid interna yang
sudah ada. Keadaan klinik yang lebih penting adalah ruptura cabang-cabang v.
rektalis inferior sebagai akibat batuk atau mengedan, disertai adanya bekuan darah
kecil pada jaringan submukosa dekat anus. Pembengkakan kecil berwarna biru ini
longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum
sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke v. hemoroid
darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke daerah v.
Iliaka.7
berhubungan dengan adanya udem dan terjadi saat mobilisasi.Hal ini muncul sebagai
sekitarnya. Beberapa hari setelah timbul nyeri, kulit dapat mengalami nekrosis dan
Pada beberapa minggu selanjutnya area yang mengalami thrombus tadi dapat
mengalami perbaikan dan meninggalkan kulit berlebih yang dikenal sebagai skin tag.
13
Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan pruritus.
Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa nyerinya.
Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan menjadi stangulata.
Tanda satu-satunya yang disebabkan oleh hemoroid interna adalah pendarahan darah
1. Perdarahan
Merupakan gejala yang paling sering muncul; dan biasanya merupakan awal
dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya tampak setelah
defekasi apalagi jika fesesnya keras. Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih
hebat, hal ini disebabkan karena vascular cushion prolaps dan mengalami kongesti
2. Prolaps
Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat masuk
Nyeri biasanya ditimbulkan oleh komplikasi yang terjadi seperti fisura, abses,
pula terjadi karena terjepitnya tonjolan hemorrhoid yang terjepit oleh spincter ani
(strangulasi).
4. Keluarnya Sekret
14
Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, sekret yang menjadi lembab
2.6 Diagnosis
pemeriksaan penunjang.
- Anamnesis
pada saat buang air besar, darah yang keluar bisa menetes dan bisa juga keluar terus
menerus dan tidak bercampur dengan feses. Selain itu pasien juga akan mengeluhkan
adanya gatal-gatal pada daerah anus. Serta keluhan adanya massa pada anus dan
membuatnya merasa tidak nyaman, biasanya pada hemoroid interna derajat II dan
hemoroid eksterna. Pasien juga akan mengeluhkan nyeri pada hemoroid interna
trombosis. Hemoroid eksterna juga bisa terjadi tanpa gejala atau dapat ditandai
dengan nyeri akut, rasa tak nyaman, atau perdarahan akibat ulserasi dan thrombosis.8
- Pemeriksaan Fisik
prolaps, biasanya jika berupa prolapsnya hemoroid interna akan terlihat adanya
15
mukus yang keluar saat pasien disuruh untuk mengedan. Jika pasien mengeluhkan
perdarahan kemungkinan bisa menyebabkan anemia sekunder yang dapat dilihat dari
konjungtiva palpebra pasien yang sedikit anemis. Daerah perianal juga diinspeksi
untuk melihat ada atau tidaknya fisura, fistula, polip atau tumor.. Biasanya agak susah
meraba hemoroid interna karena tekanan vena yang tidak tinggi dan biasanya tidak
rektum.8
- Pemeriksaan Penunjang
untuk mendeteksi apakah terjadi anemia pada pasien dan pemeriksaan anoskopi serta
tingkat pembesaran hemoroid. Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus
Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen.
Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar
dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak,besarnya, dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas
harus diperhatikan. Hasil anoskopi hemoroid interna yang tidak mengalami prolaps
biasanya terlihat gambaran vaskular yang menonjol keluar, dan apabila pasien
diminta mengejan akan terlihat gambaran yang lebih jelas. Sedangkan dengan
16
menggunakan sigmoideskopi dapat mengevaluasi kondisi lain sebagai diagnose
banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan
Diagnosa banding untuk hemoroid dapat bermacam, tabel dibawah ini akan
membaginya berdasarkan gejala klinis yang dapat muncul.
17
Gambar 2.7 Prolaps rektum dan Hemoroid
Pada prolaps rektum dapat dibedakan dari prolaps mukosa. Prolaps rektum
terjadi kelemahan dari rektum dan mungkin meliputi 4-20 cm rektum yang keluar
melalui orifisium anus, biasa terjadi pada perempuan astenik dan dikarakteristik
terbalik 2-3 cm dari mukosa rektum yang keluar dari orifisium anus dan tampak
2.8 Tatalaksana
- Terapi medikamentosa
makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur
dan buah-buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun
berlebihan.
18
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang
secara perlahan disusul dengan tirah baring dan kompres lokal untuk
2. Terapi bedah
menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga
dapat dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat
sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid
sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan
tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah
19
sebagai alat pemotong) dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip
kerja stapler).
Bedah konvensional
2. Teknik Whitehead
3. Teknik Langenbeck
Bedah Laser
jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan
dengan nyeri yang minimal.Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf
rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional,
saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan,
serabut syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya
mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi
satu, seperti terpatri sehingga serabut saraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi,
dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi
Bedah Stapler
20
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH)
atau Hemoroid Circular Stapler. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja
stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di
saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama
jaringan hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol
keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps
hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu
dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari
titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung
alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan
21
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit,
pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat. 3,7,8
Trombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut misalnya ketika
mengangkat barang berat, batuk, bersin, mengejan, atau partus. Vena lebar yang
menonjol itu dapat terjepit sehingga kemudian terjadi trombosis. Kelainan yang nyeri
sekali ini dapat terjadi pada semua usia dan tidak ada hubungan dengan ada/tidaknya
Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis
yang nyeri sekali, tegang dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari beberapa
milimeter sampai satu atau dua sentimeter garis tengahnya. Benjolan itu dapat
unilobular, dan dapat pula multilokuler atau beberapa benjolan. Ruptur dapat terjadi
pada dinding vena, meskipun biasanya tidak lengkap, sehingga masih terdapat lapisan
berkurang dalam waktu dua sampai tiga hari bersamaan dengan berkurangnya udem
akut. Ruptur spontan dapat terjadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas :
Nama : Tn IR
22
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Alamat : Sungayang
3.2 Anamnesis :
Pasien laki-laki usia 41 tahun masuk dari IGD bedah RSUDProf DrMA
Keluar benjolan dari anus dan tidak dapat masuk kembali sejak ±
- Keluar benjolan dari anus dan tidak dapat masuk kembali sejak ±
terutama saat buang air besar dan dapat masuk sendiri. Pasien mengaku selama
ini dalam 1 tahun ada ± 3-4x mengalami keluhan yang sama. Kemudian sejak ±
2minggu yang lalu benjolan tidak dapat dapat masuk sendiri maupun tidak dapat
- Buang air besar berdarah saat buang air beras keras sejak12 tahun yang lalu.
23
- Nyeri pada anus terutama saat buang air besar (+) dan saat tersentuh dengan
celana (+)
- Penurunan berat badan dirasakan sejak 2 minggu yang lalu tetapi berapa kg tidak
tahu.
- Demam (-)
pengobatan.
- Pasien sudah mengalami keluhan keluar benjolan dari anus dan dapat masuk
sendiri sejak 12 tahun yang lalu namun sejak 2 minggu yang lalu benjolan tidak
24
3.6 Riwayat Peyakit Keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum : tampak sakit sedang
- Kesadaran : CMC
- Nadi : 80 x/ menit
- Suhu : 36,5oC
Status Generalisata
- Mata :Konjungtiva anemis dan sklera tidak ikterik. Pupil bulat isokor Ø
- Hidung :Tidak ada kelainan (Deviasi septum tidak ada, pernapasan cuping
- Mulut :Tidak ada kelainan (bibir tidak sianosis, gusi tidak ada perdarahan,
25
lidah kotor tidak ada, faring tidak hiperemis).
- Leher :Tidak ada kelainan (deviasi trakea tidak ada, tidak ada pembesaran
Pemeriksaan Thorax
- Paru-paru :
Inspeksi : bentuk dinding dada normal, pergerakan dinding dada simetris kanan
kiri.
ronkhi (+/+)
- Jantung :
- Pemeriksaan Abdomen
Perkusi : Timpani
26
- Anus :Status lokalis
Status Lokalis
Regio anal :
posisi jam 12-2 , jam 3-6, dan jam 7-11, tertutupi oleh mukosa, konsistensi lunak,
RT :
Anus : tenang
Sfingter : menjepit
Mukosa : licin
27
Ampula : lapang
Massa : (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
- Hb : 14,1 gr/dl
- Leukosit : 15.200/mm3
- Trombosit : 514.000/mm3
- Hematokrit: 43,3 %
- Ur/Cr : 13/0,68
- SGOT/SGPT : 16/ 40
Kesan : Leukositosis
TATALAKSANA
- Medikamentosa
28
IVFD RL 20 tpm
- Non medikamentosa
29
BAB 4
DISKUSI
Hasil dari anamnesis yang menunjang ke arah diagnosis yaitu keluar benjolan dari
anus dan tidak dapat masuk kembali sejak ± 2minggusebelum masuk rumah
terutama saat buang air besar dan dapat masuk sendiri.Pasien mengaku selama ini
dalam 1 tahun ada ± 3-4x mengalami keluhan yang sama. Kemudian sejak ± 2minggu
yang lalu benjolan tidak dapat dapat masuk sendiri maupun tidak dapat dimasukkan
kembali dengan jari tangan.Buang air besar berdarah saat buang air beras keras
sejak12 tahun yang lalu.Darah segar, menetes, dan tidak bercampur dengan
feses.Nyeri pada anus terutama saat buang air besar dan saat tersentuh dengan
celana.Riwayat buang air besar keras.Pasien jarang memakan sayur dan buah-buhan,
Dari keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang pada pasien menujukkan ke
arah diagnosis kerja hemoroid interna grade 4 sesuai teori dimana terjadinya prolaps
dari hemoroid dan tidak bisa dimasukkan kembali. Riwayat hilang timbul keluar
benjolan ciri khas dari hemoroid interna. Pada pasien ini faktor risiko terjadinya
menahun dan sering mengejan pada waktu defekasi. Gejala lain dari hemorid yaitu
30
perdarahan yang tidak nyeri, terjadi prolaps akan menimbulkan nyeri, dan biasa saja
keluar lendir.
riwayat buang air besar seperti kotoran kambing, diare, perasaan tidak puas setelah
buang air besar, dan tanda–tanda keganasan lainnya seperti adanya penurunnan berat
badan, penurunan nafsu makan. Tetapi pada pasien ini terjadi penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan dan keluhan ini lebih disebabkan karena penyakit TB
yang sedang diderita pasien. Pasien TB memiliki gejala selain batuk berdahak, batuk
berdarah, keringat malam, juga terjadi penurunan berat badan diserta penurunan nafsu
makan.
Dari inspeksi pada anus tampak adanya penonjolan di sekeliling anus seperti
kembang, menonjol di posisi jam 12-2, jam 3-6, dan jam 7-11, tertutupi oleh mukosa,
hemoroid interna melalui inspeksi masa yang menonjol ditutupi oleh mukosa,
konsistensi lunak, dan dikarakteristikkan di posisi jm 3,7,11 saat posisi litotomi. Hasil
menjepit, mukosalicin, ampula lapang, dan dilihat di Handscoon tidak ada feses dan
tidak ada darah. Salah satu komplikasi dari hemoroid yaitu trombosis ditandai warna
Pilihan terapi utama pada pasien ini adalah terapi bedah hemoroidektomi
hemoroid derajat 3 dan , derajat 2 yang tidak respon dengan terapi medikamentosa,
hemoroid fibrosa, hemoroid nteroeksternal. Terapi cairan yang diberikan yaitu ringer
31
laktat sebagai maintenance kebutuhan cairan pasien dan juga sebagai persiapan pre
operatif. Pasien diberikan makanan cair agar feses tidak keras dan diberikan pencahar
kuman saluran cerna pada saat operasi. Terapi antibiotik digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi kuman saluran cerna karena adanya proses perlukaan hemoroid.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid. Dalam: Konsep – konsep Klinis Proses
Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta: EGC: 2005:467
2. Susan Galandiuk MD, Louisville KY. A Systematic Review of Stapled
Hemorrhoidectomy – Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12,
December, 2002,http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last update
Desember 2009.
3. Anonim, 2004, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html. Last
update Desember 2009.
4. Nelson, Heidi MD., Roger R. Dozois, MD., Anus, in Sabiston Text Book of
Surgery, Saunders Company, Phyladelphia 2001.
5. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma
( alih bahasa ). Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat – Alat Dalam, 1998: 232
6. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah,
Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 672 – 675.
7. Diagnosing Hemorrhoid Types and Rectal Prolaps, http:\\ www.pph.com Ethicon
Endo-Surgery, Inc. 2003-2005. This site is published by Ethicon Endo-Surgery,
Inc. and is intended for U.S. audiences only.
8. Nisar, P.J. & Scholfield, J.H., 2003. Managing Haemorrhoids. British Medical
Journal; 327: 847-851.
9. Acheson, A.G. & Scholefield, J. H., 2008. Management of Haemorrhoids. British
Medical Journal;336: 380-383.
10. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK
UI, Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 – 324.
11. Bailey and Love’s. 2013.Short practice of surgery chapter 73 the anus adn anal
canal ;1236-1257
12. Lawrence PF. 2013. Essentials of General Surgery. Fifth edition;300-3005.
33
34