Anda di halaman 1dari 6

Keracunan

Definisi : kondisi saat seseorang menelan, menghirup, atau menyentuh zat yang berbahaya bagi tubuh yang dapat
mengganggu kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Etiologi : Racun dapat masuk dalam tubuh dengan cara melalui mulut, terhisap (inhalasi) CO2, terserap melalui
kulit, suntikan, sengatan binatang, akibat keracunan lingkungan akibat limbah, overdosis, alkohol dan zat kimia,
makanan.

Manifestasi klinis :

 Tubuh terasa lemah.

 Kurang nafsu makan.

 Mual dan muntah.

 Sakit atau kram perut.

 Diare/ dehidrasi

 Demam.

 Sakit kepala.

 Nyeri

 Sesak nafas

 Nadi dan nafas cepat

 Kejang dan syok

 Gatal, bengkak, kemerahan

Penatalaksanaan :

Pada kasus keracunan yang diakibatkan karena tertelan, yang dilakukan adalah singkirkan apapun yang masih ada
didalam mulut korban

Untuk racun yang ditersentuh oleh kulit segera singkirkan pakaian yang terkontaminasi dengan menggunakan
sarung tangan. Cucilah kulit selama 15 sampai 20 menit di air mengalir. Pada racun yang terkena mata, bilaslah
mata dengan air bersuhu sejuk atau hangat selama 20 menit atau sampai pertolongan datang.

Racun yang disebabkan Karena terhirup oleh hidung, segera bawa korban untuk menghirup udarta segar. Apabila
korban muntah, miringkan kepala kesamping untuk menegah tersedak, jika korban tidak menunjukkan tanda-tanda
kehidupan seperti tidak bergerak, bernapas, segera lakukan resusitasi jantung paru.

Lakukan tindakan evaluasi awal “primary survey” dan lakukan dekontaminasi :


Dekontaminasi mata yaitu alirkan air ke mata dengan posisi mata yang terkena dibawah mata yang sehat, irigasi
mata selama lebih kurang 15 menit, teteskan anestesi lokal, suhu 15-35 derajat celcius, jangan berikan zalf mata,
konsultasikan kepada dokter spesialis mata apabila iritasi menetap dan ulkus pada kornea.

Dekontaminasi kulit yaitu basahi kulit dengan air mengalir, lepas pakaian dengan tetap mengalirkan air, berikan
penanganan standar luka bakar, bawah kuku disikat, rambut dikeramas, evaluasi control 24-72 jam dan hari ke 7,
baju jangan dilepas jika melekat pada kulit, jangan disikat/digosok.

Dekontaminasi saluran napas yaitu tempatkan diruang terbuka, longgarkan celana dan pakaian yang ketat, berikan
oksigen, bila tidak bernapas lakukan CPR, jangan beri napas buatan dari mulut ke mulut.

Dekontaminasi saluran cerna yaitu beri minum air/susu (anak 100 cc dan dewasa 250 cc), kumbah lambung jika
menelan racun cair yang banyak. Jangan dimuntahkan atau memberikan refleks muntah pada cairan korosif. Atasi
kesadaran dan tanda-tanda vital.

Patofisologi :
Asuhan keperawatan

 Pengkajian :
1. Respon : Alert ( sadar penuh), Verbal (reaksi terhadap perintah), Pain ( reaksi terhadap nyeri),
Uresponsive (gada reaksi)
2. Primary survey
Airway + control cervikal:
o Kepatenan jalan nafas (bersih/ada obstruksi/sumbatan)
o Trauma leher ada/ga, cidera/jejas kepala, leher, dada
o Adakah suara nafas tambahan ? (snoring, gurgling, stritor, dan suara nafas tidak normal lain
Breathing :
o Lihat pergerakan dada simetris/ga
o Respirasi/ frekuensi nafas
o Kembang paru bagaimana >5cm (sesak) atau ga
o Suara nafas. Normal vesikuler, Ubnormal wheezing, ronchi dsb
o Perkusi dada. Normal sonor/resonan , ubnormal hipersonor
o Data lain : Saturasi, hasil pemeriksaan yang menunjang pasien sesak
Circulation:
o TTV( TD, Nadi, Suhu)
o Akral
o CRT, turgor
o Pendarahan eksternal/internal posisi perdarahan dimana
o Ada tanda syok? (seperti sianosi, nadi cepet lemah, tensi turun, CRT >2 detik, akral dingin, mual muntah)
Disability:
o Nilai GCS dan pupil. Note : respon pupil ( berespon =0, tidak berespon= 1. Normal pupil = isokor,
ubnormal= anisokor
o Laterasi motorik, dan sensorik ( kekuatan otot)
Exposure:
o Cedera/jejas posisi
o Pendarahan
3. Secondary survey
o Tanda vital = Nadi, rr, TD, suhu
o Head to toe = kepala & leher, dada, abdomen, punggung, pelvis&ekstermitas
o Keluhan utama, keluhan saat ini (PQRST), rw. Dahulu, rw. Keluarga
o Hasil pemeriksaan diagnostik(USG, CT-scan, Lab, EKG dsb)
 Analisa data = ya kek biasa we
 Intervensi
1. Dx : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi saluran nafas
Tujuan : Bersihan jalan nafas efekteif dengan kriteria hasil frekuensi, irma, suara dan kedalaman nafas normal, tidak
ada sianosis
Intervensi :
a. Kelola pemberian bronkodilator
b. Ajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan inhaler sesuai resep
c. Lakukan fisioterapi dada
d. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas, suara nafas
e. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir dengan saction bila
perlu/ jika ada penumpukan sputum
f. Pasien menjalani bronkoskopi, laringoskopi, dan trakeostomi jika ada obstruksi jalan nafas seperti edema
g. Kolaborasi pemberian obat oleh dokter. Mis : kortikostoid
2. Dx : Pola nafas tidak efektif b.d gangguan sistem saraf otonom akibat keracunan
Tujuan : Pola nafas efektif dengan kriteria hasil tidak ada suara nafas tambahan dan frekuensi pernafasan normal
Intervensi :
a. Posisikan pasien untuk maksimalkan pentilasi
b. Memonitor status pernapasan dan oksigenasi
c. Berikan O2 sesuai kebutuhan
d. Monitor efektifitas terapi oksigen (misalnya, tekanan oksimetri)
e. Berikan pengobatan dengan tepat atau sesuai kebijakan dan prosedur
3. Dx : Defisit cairan dan elektrolit b.d kehilangan cairan aktif akibat keracunan (diare, muntah terus menerus)
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dengan kriteria hasil menampilkan hidrasi yang baik
(membran mukosa lembab, turgor kulit bagus <2 detik
Intervensi :
a. Kaji TTV
b. Monitor status hidrasi hidrasi (kelembaban membrane (kelembaban membrane mukosa, elastisitas
turgor kulit, mukosa, nadi adekuat)
c. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat dan output yang akurat
d. Kolaborasi pemberian cairan intravena. Mis : RL
e. Kolaborasikan dengan dokter pemberian terapi obat zinc/ antidiare dan antibiotik sesuai dosis dari intruksi
dokter
4. Dx: Keruskan integritas kulit b.d paparan zat beracun
Tujuan : Integritas kulit baik dengan kriteria hasil integritas kulit yang baik dapat dipertahankan, kemerahan
berkurang.
Intervensi :
a. Bersihkan luka dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
b. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
c. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
d. Pasang balutan sesuai jenis luka
e. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
5. Dx: Nyeri akut b.d agen cedera biologis
Tujuan : Nyeri teratasi dengan kriteria hasil skala nyeri berkurang, klien tampak nyaman
Intervensi :
a. Kaji nyeri secara komprehensif lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri
b. Berikan tindakan kenyamanan, misal: perubahan posisi, masase
c. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
d. Berikan lingkungan yang nyaman
e. Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi
6. Dx: Intoleran aktivitas b.d gangguan pergerakan
Tujuan : Pasien dapat beraktivitas dengan kriteria hasil kemudahan dalam melakukan aktivitas hidup harian(ADL)
Intervensi :
f. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan dengan konteks usia dan perkembangan
g. Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
h. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energy yang adekuat
i. Dampingi pasien saat menjadwalkan latihan secara rutin
j. Monitor TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

Anda mungkin juga menyukai