0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan1 halaman
1 Latar BelakangSalah satu komplikasi yang sering terjadi pada masa nifas adalah ruptur perineum yang terjadi pada hampir semua persalinan primigravida dan tidak jarang pada persalinan berikutnya atau multigravida (Vivian, 2011).Data prevalensi persalinan spontandi RS Wijaya Kusuma Lumajang padaakhirbulan Oktober 2019 sebanyak 18persalinan yang terhitung, dan sebagian besar ibu post partummengalami masalah nyeri post partumsehingga takut melakukanaktivitas e
1 Latar BelakangSalah satu komplikasi yang sering terjadi pada masa nifas adalah ruptur perineum yang terjadi pada hampir semua persalinan primigravida dan tidak jarang pada persalinan berikutnya atau multigravida (Vivian, 2011).Data prevalensi persalinan spontandi RS Wijaya Kusuma Lumajang padaakhirbulan Oktober 2019 sebanyak 18persalinan yang terhitung, dan sebagian besar ibu post partummengalami masalah nyeri post partumsehingga takut melakukanaktivitas e
1 Latar BelakangSalah satu komplikasi yang sering terjadi pada masa nifas adalah ruptur perineum yang terjadi pada hampir semua persalinan primigravida dan tidak jarang pada persalinan berikutnya atau multigravida (Vivian, 2011).Data prevalensi persalinan spontandi RS Wijaya Kusuma Lumajang padaakhirbulan Oktober 2019 sebanyak 18persalinan yang terhitung, dan sebagian besar ibu post partummengalami masalah nyeri post partumsehingga takut melakukanaktivitas e
1 Latar BelakangSalah satu komplikasi yang sering terjadi pada masa
nifas adalah ruptur perineum yang terjadi pada hampir semua
persalinan primigravida dan tidak jarang pada persalinan berikutnya atau multigravida (Vivian, 2011).Data prevalensi persalinan spontandi RS Wijaya Kusuma Lumajang padaakhirbulan Oktober 2019 sebanyak 18persalinan yang terhitung, dan sebagian besar ibu post partummengalami masalah nyeri post partumsehingga takut melakukanaktivitas eliminasi.Jahitan episiotomi selain memiliki manfaat, ternyata menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu kenyamanan ibu yang mengakibatkan kesulitan pada saat buang air besar dan buang air kecil (Wenniarti dkk, 2016 dalam Prahayu, 2017). Ibu yang melahirkan dengan mendapatkan luka episiotomi akan memiliki rasa takut untuk menyentuh luka jahitnya, akibatnya ibu enggan untuk membersihkan vaginanya dengan baik dan benar setelah eliminasi (Marni, 2012 dalam Prahayu, 2017). Kurang perawatandiri eliminasi tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri eliminasi toilleting(BAB dan BAK) secara mandiri (Wilkinson, 2016).Sebuah penelitianmenunjukkan bahwa 38% ibu post partummengatakan takut saat akan BAK (Buang Air Kecil) atau BAB (Buang Air Besar), 60% dari ibu primipara mengalami robekan perinium derajat 2 dan 91% mengalami robekan perinium derajat 3 dan derajat 4. Dalam penelitian studi kohort terdapat 241 ibu post partummengalami nyeri perinium, 173 (92%) ibu post partummelaporkan nyeri periniumpada hari pertama sehingga ibu post partumdapat mengalami ketakutan ketika ingin BAB/BAK. Sebuah penelitian dengan survey skala besar yang telah dilakukan dua bulan pada ibu postpartumsebagian besar hasil penelitian ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada periniumnya, 77% diantaranya adalah primipara dan 52% multipara) Fransisco, A.A et al, 2010 dalam Yunita, 2017). Ibu post artum dengan luka eperinium perlu dilakukannya tindakan penjahitan,dimanainsisi perineumyang dig