Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PERNAFASAN :
PADA PENYAKIT COR PULMONALE
(Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah)

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Briefman tampubolon M.Kep

Disusun Oleh

Neng Didah Nurifah

PRODI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Kor Pulmonal merupakan suatu kondisi di mana ventrikel kanan mengalami pembesaran
(dengan atau tanpa gagal jantung kanan) akibat adanya penyakit yang mempengaruhi struktur
atau fungsi paru-paru (Smeltzer, 2010). Tekanan arteri pulmonar pada klien dengan kor pulmonal
dapat mencapai 45 mm Hg atau lebih. Penyebab paling sering adalah penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK) yang parah. Kondisi lain yang menjadi penyebab kor pulmonal adalah kondisi
yang membatasi fungsi ventilasi; kondisi yang memicu hipoksemia atau asidosis, dan kondisi
yang mengurangi peredaran darah di paru-paru serta gangguan lain, seperti gangguan sistem
saraf, otot pernafasan, dan dinding dada.

B. Etiologi

Paru-paru bergantung pada jantung untuk mengangkut darah dari tubuh ke paru-paru.
Hipertensi pulmonal adalah jenis peningkatan tekanan di arteri paru-paru dan berakibat pada
ventrikel kanan jantung. Hal tersebut terjadi akibat ventrikel kanan harus mengatasi tekanan
tinggi di paru-paru untuk memaksa darah masuk ke paru-paru. Tekanan yang meningkat ini
menyebabkan transportasi darah ke paru-paru tidak efektif. Hipertensi pulmonal yang tidak
diobati adalah penyebab paling umum kor pulmonal. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
komplikasi kesehatan ini termasuk emboli paru-paru, penyakit paru obstruktif kronik, kerusakan
jaringan paru-paru, sleep apnea, dan cystic fibrosis.

C. Patofisiologi

Beratnya pembesaran ventrikel kanan pada pulmonary heart disease berbanding lurus
dengan fungsi pembesaran dari peningkatan afterload. Jika resistensi vaskuler paru meningkat
dan relative tetap, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru, peningkatan curah jantung
sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka dapat meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel kanan secara kronik meningkat jika volume paru
membesar, seperti pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pemanjangan pembuluh paru,
dan kompresi kapiler alveolar.
Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu akan
mempengaruhi jantung serta menyebabkan pembesaran ventrikel kanan. Kondisi ini seringkali
menyebabkan terjadinya gagal jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan penurunanan
oksigenasi paru dapat mengakibatkan hipoksemia ( penurunan PaO2 ) dan hipercapnea
( peningkatan PaCO2), yang nantinya akan mengakibatkan insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan
hiperkapnea akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonal dan memungkinkan terjadinya
penurunan vaskularisasi paru seperti pada emfisema dan emboli paru. Akibatnya akan terjadi
peningkatan ketahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, yang akan menjadikannya hipertensi
pulmonal. Tekanan rata-rata pada arteri baru ( arterial mean preassure) adalah 45mmHg, jika
tekanan ini meningkat dapat menimbulkan pulmonary heart disease. Ventrikel kanan akan
hipertropi dan mungkin akan diikuti gagal jantung kanan.
Pathway

Perubahan anatomis
inflamasi Perubahan fungsional
pembuluh darah
paru paru

Saraf parasimpatis/
koligenik (melalui Gangguan Gangguan
nervus vagus) bekerja Gangguan restriktif vascular primer
obstruksi paru paru

Terjadi aksi ke
mediator kimia Mengakibatkan
perubahan
struktur jalan

Kontraksi otot
polos bronkus Gangguan
Berkurangnya
jaringan vaskuler pertukaran gas
paru
Bronkokontriksi dari
pengeluaran kelenjar
mukosa dan sel goblet Asidosis
hipoksia hiperkapnea hipoksemia
respiratorik

polisitemia
Meningkatnya Ketidak Vasokontriksi
mukosa/secret efektifan arteri paru
nersihan
Viskositas
jalan
meningkat
nafas

Menutup dispnea Ketidakefektif Meningkatkan resistensi


saluran an pola nafas vascular paru
nafas

Gg pertukaran Vasokontriksi pembuluh


gas darah arteri paru
Suplay O2
Tekanan arteri kronik
jadi meningkat
metabolisme sianosis Sakit kepala

Pembentukan Hipertensi Kegagalan


O2 tdk pulmonal
p menurun
ATP kompensasi
adekuat

Proses Kor Edema,


Gg perfusi pulmonal asites
pembentukan
jaringan
energi
terganggu
Gagal jantung Kelebihan
kanan volume
Lemas, lesu cairan

Itoleransi
aktivitas

D. Manifestasi Klinis

Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antara satu penderita yang satu dengan yang
lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan pulmonary heart disease.
Cor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadang-kadang didapatkan
batuk-batuk, dan hemoptisis.
Cor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak sputum).
Cor pulmonal dengan hipertensi pulmonal primer : sesak napas dan sering pingsan jika
beraktifitas (exertional syncope).
Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan kaki serta cepat
lelah.
Gejala predominan pulmonary heart disease yang terkompensasi berkaitan dengan
penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena olahraga, wheezing respirasi,
kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala -
gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga muncul.
Tanda- tanda pulmonary heart disease misalnya sianosis, clubbing, vena leher distensi, ventrikel
kanan menonjol atau gallop (atau keduanya), pulsasi sternum bawah atau epigastrium prominen,
hati membesar dan nyeri tekan, dan edema dependen.
Gejala- gejala tambahan ialah:
1. Sianosis
2. Kurang tanggap/ bingung
3. Mata menonjol

E. Penatalaksaaan

a. Penatalaksaan Medis

1) Tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki ventilasi dan mengobati penyakit paru
yang mendasarinya; serta manifestasi penyakit jantung.

2) Pemberian oksigen dilakukan untuk mengurangi tekanan arteri pulmonal dan


resistensi pembuluh darah paru. Untuk klien dengan hipoksia berat, berikan terapi
oksigen terus menerus (24 jam/hari).

3) Tingkat oksigen darah dinilai dengan oksimetri nadi dan analisis gas darah arteri.

4) Fisioterapi dada dilakukan untuk menurunkan akumulasi sekret/mukus jalan napas.


Selain itu, dapat diberikan bronkodilator untuk meningkatkan kemampuan ventilasi.

5) Terapi bronkodilator diberikan pada kasus dengan etiologi gangguan obstruktif.

6) Lakukan intubasi dan ventilasi mekanis (jika diperlukan) jika terjadi kegagalan
pernapasan.

7) Jika klien mengalami gagal jantung (heart failure), hipoksemia, dan hiperkapnia,
segera tangani untuk memperbaiki curah jantung.

8) Edema periferal dan preload ventrikel kanan dikurangi dengan istirahat, restriksi
natrium, dan diuretik.

9) Jika diindikasikan (misalnya, pada kegagalan ventrikel kiri), digitalis dapat diberikan.
10) Infeksi paru-paru harus segera diobati karena hal ini akan memperburuk hipoksemia
dan kor pulmonal.

11) Pemberian kortikosteroid

12) Pemberian vasodilator

b. Penatalaksaan non Medis


1) Tirah baring, anjuran untuk diet rendah garam Tirah baring mencegah memburuknya
hipoksemia yang akan lebih menaikkan lagi tekanan arteri pulmonalis. Garam perlu
dibatasi tetapi tidak secara berlebihan karena klorida serum yang rendah akan
menghalangi usaha untuk menurunkan hiperkapnia.
2) Tindakan preventif, yaitu berhenti merokok olahraga dan teratur, serta senam
pernapasan sangat bermanfaat walaupun harus dalam jangka panjang. (handz-
superners, 2015)

F. Komplikasi

Komplikasi dari pulmonary heart disease diantaranya:


a) Sinkope
b) Gagal jantung kanan
c) Edema perifer
d) Kematian

G. Klasifikasi

Secara umum cor pulmonale dibagi menjadi dua bentuk:


1. Cor Pulmonale Akut
Yaitu dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan dekompensasi
2. Cor Pulmonale Kronik
Merupakan jenis pulmonale yang paling sering terjadi. Dinyatakan sebagai hipertropi
ventrikel kanan akibat penyakit paru atau pembuluh darah atau adanya kelainan pada toraks,
yang akan menyebabkan hipertensi dan hipoksia sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan.
(somantri, 2012:131)
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1) Anamnesa, meliputi:
a) Keluhan kor pulmonal akut akibat emboli paru adalah sesak tiba-tiba pada
saat istirahat, terkadang batuk-batuk, dan hemoptisis
b) Keluhan klien kor pulmonal (penyakit paru obstruktif kronis [PPOK]) adalah
sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak sputum)
c) Pada penderita kor pulmonal dengan hipertensi pulmonal idiopatik,
keluhannya berupa sesak napas dan sering pingsan jika beraktivitas
(exertional syncope).
2) Identitas klien
a) Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak. Untuk
orang dewasa, kasus yang paling sering ditemukan adalah pada lansia.
b) Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi kor pulmonal akibat obstruksi
saluran napas atas, seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.
c) Jenis pekerjaan yang dapat menjadi risiko terjadinya kor pulmonal adalah
para pekerja yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan merokok.
d) Lingkungan yang menjadi pemicu kor pulmonal adalah lingkungan (yang
dekat) dengan daerah perindustrian dan kondisi rumah yang kurang
memenuhi persyaratan rumah yang sehat.
3) Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama
Klien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada
b) Riwayat penyakit saat ini
Pada klien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah
letih, sesak, nyeri dada, batuk yang tidak produktif perlu juga ditanyakan
mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut. Penyebab
kelemahan fisik setelah melakukan aktivitas ringan sampai berat:
i. Seperti apa kelemahan melakukan aktivitas yang dirasakan, biasanya
disertai sesak napas.
ii. Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau keseluruhan sistem otot
rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukkan
pergerakan.
iii. Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
iv. Kapan timbulnya keluhan kelemahan dalam beraktivitas, seberapa
lamanya kelemahan dalam beraktivitas, apakah setiap waktu, saat
istirahat ataupun saat beraktivitas tertentu.
c) Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memiliki riwayat penyakit, seperti
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan
yang paling sering adalah klien dengan riwayat hipertensi pulmonal.
4) Pemeriksaan fisik
a) B₁ (Breath)
i) Pola napas : irama tidak teratur
ii) Suara napas : wheezing, ronchi, rales
iii) Sesak napas (+)
b) B₂ (Blood)
i) Irama jantung : ireguler BJ₁ / BJ₂
ii) Nyeri dada (+)
iii) Bunyi jantung : murmur
iv) CRT : dapat lebih dari 3 detik
v) Akral : dingin lembap
vi) Pembesaran vena jugularis
vii) Edema tungkai
c) B₃ (Brain)
i) Nyeri kepala
ii) Penurunan kesadaran
d) B₄ (Bladder)
Jumlah urine kurang dari 0.5 cc/kg BB/jam
e) B₅ (Bowel)
Peristaltik kurang dari 5x/menit
Analisa Data

Data Etiologi Masalah

1. Tanda Mayor inflamasi Gangguan pertukaran gas


Ds: Dispnea
Do: terjadi aksi ke mediator kimia
1. PCO₂
meningkat/menurun kontraksi otot polos
2. PO₂ menurun
3. Takikardia pengeluaran kelenjar mukosa
4. pH arteri
meningkat/menurun meningkat mukosa secret
5. Bunyi napas tambahan
Tanda Minor menutup saluran nafas
Ds:
1. Pusing Suplay oksigen menurun
2. Penglihatan kabur
Do: Gangguan pertukaran gas
1. Sianosis
2. Diaforesis
3. Gelisah
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal
(cepat/lambat,
regular/ireguler,
dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal
(mis. Pucat, kebiruan)
7. Kesadaran menurun
Suplai darah dan O₂ ke jantung Pola napas tidak efektif
2. Tanda Mayor berkurang
Ds: Dispnea
Do: Penurunan cardiac output
1. Penggunaan otot bantu
pernapasan Tekanan darah menurun
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnormal Kelemahan dan keletihan
( misal takipnea,
bradipnea, hiperventilasi, Pola napas tidak efektif
kussmaul, cheyne-stokes)

Tanda Minor
Ds: Ortopnea
Do:
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah

3.Tanda mayor Respon fisiologis otot jantung Penurunan curah jantung


Ds:
1. Perubahan irama Frekuensi denyut jantung
jantung
1) Palpasi Peningkatan kerja saraf
2. Perubahan preload simpatis
1) Lelah
3. Perubahan afterload
1) Dispnea
Peningkatan kebutuhan O2
4. Perubahan
kontraktilitas
Asidosis tingkat jaringan
1) Paroxysmal
noctural dyspnea
Pengaruh jaringan lanjut
(PND)
2) Ortopnea
Iskemia miokard
3) Batuk
Do:
Penurunan curah jantung
1. Perubahan irama jantung
1) Bradikardia/Takikardi
a
2) Gambaran EKG
aritmia atau gangguan
konduksi
2. Perubahan preload
1) Edema
2) Distensi vena jugularis
3) Central venous
pressure (CVP)
meningkat/menurun
4) Hepatomegali
3. Perubahan afterload
1) Tekanan darah
meningkat/menurun
2) Nadi perifer teraba
lemah
3) Capillary refill time >
3 detik
4) Oliguria
5) Warna kulit pucat
dan/atau sianosis
4. Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara
jantung S3 dan/atau
S4
2) Ejection fraction (EF)
menurun

Tanda Minor
Ds:
1. Perubahan preload (tidak
tersedia)
2. Perubahan after load (tidak
tersedia)
3. Perubahan kontraktilitas
(tidak tersedia)
4. Perilaku/emosiaonal
1) Cemas
2) Gelisah
Do:
1. Perubahan preload
1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
3) Pulmonary artery
wedge pressure
(PAWP) menurun
2. Perubahan afterload
1) Pulmonary vascular
resistance (PVR)
meningkat/menurun
2) Systemic vascular
resitance (SVR)
meningkat/menurun
3. Perubahan kontraktilitas
1) Cardiac index (CI)
menurun
2) Left ventricular stroke
work index (LVSWI)
menurun
3) Stroke volume index
(SVI) menurun
4. Perilaku/emosional (tidak
tersedia)

4.Tanda Mayor Tekanan partial oksigen Perfusi jaringan tidak efektif


Ds: - dialveoli
Do:
1. Pengisian kapiler > 3 detik Konsentrasi O₂ dalam darah
2. Nadi perifer menurun atau menurun
tidak teraba
3. Akral teraba dingin Hipoksemia
4. Warna kulit pucat
5. Turgor kulit menurun Suplai darah dan O₂ke jantung
Tanda Minor berkurang
Ds:
1. Parastesia Penurunan cardiac output
2. Nyeri ekstremitas
(klaudikasi intermiten) Penurunan curah jantung
Do:
1. Edema Perfusi jaringan tidak efektif
2. Penyembuhan luka lambat
3. Indeks ankle-brachial <
0,90
Bruit femoral
B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia secara reversible/menetap


2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan respon fisiologis otot jantung
4. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan menurunnya curah jantung

C. Intervensi Keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan tindakan Observasi 1.Untuk mengetahui


keperawatan selama …x 24 jam 1. Monitor frekuensi, frekuensi pernapasan
pasien mampu Mempertahankan irama, kedalaman apakah sudah normal
tingkat oksigen yang adekuat untuk dan upaya napas atau belum
keperluan tubuh. 2. Monitor pola napas 2. Untuk mengetahui
Dengan Kriteria hasil : 3. Monitor status kesehatan pasien
- Klien tidak kemampuan batuk 3.Dapat meningkatkan
mengalami sesak efektif pengeluaran sputum
napas. 4. Auskultasi bunyi 4.Bersihan jalan napas
- Tanda-tanda vital napas yang tidak efektif dapat
dalam batas normal dimanifestasikan
- Tidak ada tanda-tanda dengan adanya bunyi
sianosis. nafas adventisius
- Pao2 dan paco2
dalam batas normal
- Saturasi O2 dalam
rentang normal

Terapeutik 1.Untuk mengetahui


1. Dokumentasikan respon klien
hasil pemantauan
Edukasi 1.untuk menjelaskan
1. Jelaskan prosedur semua prosedur yang
dan tujuan akan dialami pasien
pemantauan 2. untuk memberikan
2. Informasikan hasil informasi mengenai
pemantauan hasil kepada klien

2. Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. Untuk mengetahui


keperawatan selama …x 24 jam 1. Monitor frekuensi, frekuensi
pola nafas tdk efektif teratasi irama, kedalaman pernapasan apakah
dengan kriteria hasil : dan upaya napas sudah normal atau
a. Respiratory status: 2. Monitor pola napas belum
ventilation ( seperti bradipnea, 2. Untuk mengetahui
b. respiratory status takipnea) status kesehatan
:airway patency 3. Monitor pasien
c. vital sign status kemampuan batuk 3. Dapat
Kriteria hasil: efektif meningkatkan
- Mendemontrasikan 4. Monitor adanya pengeluaran sputum
batuk efektif dan produksi sputum 4. Untuk
suara napas yang 5. Monitor adanya mengeluarkan
bersih, tidak ada sumbatan jalan sekret yang tertahan
sianosis dan dispnea napas dari jalan napas
(mampu 6. Palpasi 5. Untuk
mengeluarkan kesimetrisan mengeluarkan
sputum, mampu ekspansi paru sekret yang tertahan
bernapas dengan 7. Auskultasi bunyi dari jalan napas
mudah, tidak ada napas 6. Untuk mengetahui
pursed lips) kesimetrisan
- Menunjukkan jalan ekspansi paru
napas yang paten 7. Untuk mengetahui
(klien tidak merasa perkembangan
tercekik, irama napas, status kesehatan
frekuensi pernapasan pasien dan
dalam rentang mencegah
normal, tidak ada
suara napas abnormal komplikasi lanjutan
- Tanda-tanda vital
dalam rentang normal Terapeutik 1.Untuk
(tekanan darah, nadi, 1. Atur interval mengetahui dini
pernapasan) pemantauan adanya
respirasi sesuai gangguan
kondisi pasien respirasi
2. Dokumentasikan berkelanjutan
hasil pemantauan 2. Untuk
mengetahui
perkembangan
keadaan klien
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan 1. untuk menjelaskan
prosedur semua prosedur
pemantauan yang akan dialami
2. Informasikan hasil pasien
pemantauan 2. untuk memberikan
informasi mengenai
hasil kepada klien

3. Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. Untuk mengetahui


keperawatan selama …x 24 jam 1. Identifikasi secara dini
a. Cardiac pump effectiveness tanda/gejala primer mengenai tanda dan
b. circulation status penurunan curah gejala
c. vital sign status jantung 2. Untuk mengetahui
Kriteria hasil: 2. Identifikasi secara dini
- Tanda vital dalam rentang tanda/gejala mengenai tanda dan
normal (tekanan darah, nadi, sekunder gejala
respirasi) penurunan curah 3. Untuk mengetahui
- Dapat mentoleransi jantung keadaan umum
aktivitas, tidak ada 3. Monitor tekanan pasien
kelelahan darah 4. Untuk mengetahui
- Tidak ada edema 4. Monitor intake dan adanya tanda-tanda
paru, perifer dan tidak output cairan dehidrasi
ada asites 5. Monitor keluhan 5. Untuk mengetahui
- Tidak ada penurunan nyeri dada perkembangan
kesadaran 6. Monitor aritmia status kesehatan dan
mencegah
komplikasi lanjutan
6. Untuk mengetahui
perkembangan
status kesehatan dan
mencegah
komplikasi lanjutan

1. Posisikan
Terapeutik pasien dengan
1. Posisikan pasien posisi semi
semi fowler atau fowler atau
fowler fowler untuk
2. Berikan diet mengurangi
jantung yang sesuai sesak
3. Beri dukungan 2. Untuk
emosional dan memaksimalkan
spiritual jantung
4. Berikan oksigen memompa
untuk darah
mempertahankan 3. Dapat
saturasi oksigen menurunkan
tingkat
kecemasan
klien
4. Untuk
meningkatkan
pengiriman
oksigen ke paru
Edukasi
1. Anjurkan
beraktivitas fisik 1. Frekuensi
sesuai toleransi jantung atau
2. Anjurkan berhenti tekanan darah
merokok tidak normal
sebagai respon
terhadap
aktivitas
2. Untuk
meningkatkan
Kolaborasi derajat
1. Kolaborasi kesehatan
pemberian pasien
antiaritmia
1. Antiaritmia
mengontrol
kondisi aritmia
(denyut jantung
berdetak terlalu
cepat, terlalu
cepat, terlalu
lambat, atau
tidak teratur)

4 Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. Sirkulasi perifer


. keperawatan selama …x 24 jam 1. Periksa sirkulasi meningkatkan
perifer oksigen yang
a. Circulation status disuplai ke otak
b. Tissue prefusion : cerebral
Kriteria hasil: Terapeutik 1. Untuk
a. Mendemonstrasikan status 1. Hindari menghindari
sirkulasi yang ditandai: pemasangan infus tertutupnya
1) Tekanan sistole dan atau pengambilan jaringan dan
diastole dalam rentang darah di area suplai oksigen
yang diharapkan keterbatasan
2) Tidak ada ortostatik perfusi 1. Frekuensi jantung
hipertensi Edukasi atau tekanan darah
3) Tidak ada tanda-tanda 1. Anjurkan tidak normal
peningkatan tekanan berolahraga rutin sebagai respon
intrakranial terhadap aktivitas

DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: CV Pentasada Media Edukasi

Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
Medika

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV Trans Info
Media

Nurarif .A.H. dan kusuma. H. (2015).APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai